Monday, May 19, 2014
Created By:
Devi Risnawati
On May, 9th 2014
Class Review 10
INTERTEKSTUALITY HISTORY
By: Devi Risnawati
Jum’at, 9 Mei
2014, ruang 43, pukul 07.30 merupakan pertemuan ke 11 MK Writing. Mr.
Lala berpesan agar jangan sampai kita ngedrop diakhir-akhir pertemuan. Butuh stamina yang besar dalam menghadapi
tugas akhir ini yaitu argumentative essay tentang Papua. Dibutuhkan usaha yang ekstra dalam
membuatnya. Kenapa harus ekstra? Karena
dalam pengerjaannya kita akan selalu melihat teks dari 2 kacamata yang berbeda,
kemudian pilih apakah kita pro atau kontra, berikan alasan secara jelas dan
terpercaya. Kemudian, Mr. Lala juga berkata bahwa kelas kita masih
berada dilevel aman, tapi bukan jaddi yang terbaik. Karena untuk saat ini yang terbaik dipegang
oleh kelass tetangga. Namun kita yakin
bahwa PBI-D akan selalu memberikan yang terbaik.
Lanjut membahass tentang
argumentative essay. Dalam membuat
sebuah argumentative essay diperlukan yang namanya intertekstualitas teks. Pendekatan
intertekstual pertama diilhami oleh gagasan pemikiran Mikhail Bakhtin, seorang
filsuf Rusia yang mempunyai minat besar pada sastra. Menurut Bakhtin,
pendekatan intertekstual menekankan pengertian bahwa sebuah teks sastra
dipandang sebagai tulisan sisipan atau cangkokan pada kerangka teks-teks sastra
lain, seperti tradisi, jenis sastra, parodi, acuan atau kutipan (Noor 2007:
4-5).
Kemudian,
pendekatan intertekstual tersebut diperkenalkan atau dikembangkan oleh Julia
Kristeva. Menurut Kristeva, Intertekstualitas merupakan sebuah istilah yang
diciptakan oleh Julia Kristeva (Worton 1990:1). Istilah intertekstual pada
umumnya dipahami sebagai hubungan suatu teks dengan teks lain. Menurut
Kristeva, tiap teks merupakan sebuah mozaik kutipan-kutipan, tiap teks
merupakan penyerapan dan transformasi dari teks-teks lain (1980: 66). Kristeva
berpendapat bahwa setiap teks terjalin dari kutipan, peresapan, dan
transformasi teks-teks lain. Sewaktu pengarang menulis, pengarang akan
mengambil komponen-komponen teks yang lain sebagai bahan dasar untuk penciptaan
karyanya. Semua itu disusun dan diberi warna dengan penyesuaian, dan jika perlu
mungkin ditambah supaya menjadi sebuah karya yang utuh.
Untuk lebih menegaskan pendapat itu, Kristeva
mengajukan dua alasan. Pertama, pengarang adalah seorang pembaca teks sebelum
menulis teks. Proses penulisan karya oleh seorang pengarang tidak bisa
dihindarkan dari berbagai jenis rujukan, kutipan, dan pengaruh. Kedua, sebuah
teks tersedia hanya melalui proses pembacaan. Kemungkinan adanya penerimaan
atau penentangan terletak pada pengarang melalui proses pembacaan (Worton,
1990: 1).
Intertekstual menurut Kristeva mempunyai prinsip dan kaidah
tersendiri dalam penelitian karya sastra, antara lain: (1) interteks melihat
hakikat sebuah teks yang di dalamnya terdapat berbagai teks; (2) interteks
menganalisis sebuah karya itu berdasarkan aspek yang membina karya tersebut,
yaitu unsur-unsur struktur seperti tema, plot, watak, dan bahasa, serta
unsur-unsur di luar struktur seperti unsur sejarah, budaya, agama yang menjadi
bagian dari komposisi teks; (3) interteks mengkaji keseimbangan antara aspek
dalaman dan aspek luaran dengan melihat fungsi dan tujuan kehadiran teks-teks
tersebut; (4) teori interteks juga menyebut bahwa sebuah teks itu tercipta
berdasarkan karya-karya yang lain. Kajian tidak hanya tertumpu pada teks yang
dibaca, tetapi meneliti teks-teks lainnya untuk melihat aspek-aspek yang
meresap ke dalam teks yang ditulis atau dibaca atau dikaji; (5) yang
dipentingkan dalam interteks adalah menghargai pengambilan, kehadiran, dan
masuknya unsur-unsur lain ke dalam sebuah karya (melalui Napiah, 1994: xv).
Dalam membuat
argumentative essay, adda 3 point penting yang harus diperhatikan,yaitu:
1. REASONING, NOT EMOTIONAL
Dalam membuat teks
argument, syarat terpentignya adalah apakah teks argument yang kita buat
bersifat memberikan alasan atau hanya sekedar emosional semata. Seperti pada contoh kata ini “Papua Oh
Papua” termasuk reassoning atau emotional judul tersebut? Tentu jawaabannya adalah emotional. Kenapa?
Perhatikan tanda “oh” tersebut, itu menunjukan rasa kekecewaan terhadap
Papua. Oleh karena itu, dalam membuat argumentative essay, kita harus lebih
jeli lagi dalam membedakan mana yang benar-benar reasoning mana yang hanya
sekedar emosional.
Kaitannya dengan
tugass kita, berikan alassan-alasan yang kuat dari setiap tulisan yang kita
buat. Lebih utamakanlah menyentuh
keranah sejarah papuanya. Berikut adalah
dat sejarah papua dari waktu ke waktu.
This table more explore about the
historycal of Papua
Date
|
History
|
Since 1828
|
West Papua is a colony of the Netherlands
|
1850s
|
the existence of an agreement between the German , Dutch , English island
in the determination of property rights . Germany took part Northeast (New Guinea), England taking part
South East (Papua) and the Netherlands took part
west (West Papua).
|
1898
|
the Dutch set up an administrative post
in Manokwari
|
1906
|
PAPUA AND NEW GUINEA being taken over by the Australian West Papua is
still in the hands of the Dutch .
|
1907
|
Royal Dutch Shell oil company to build refinery in Papua
|
1918
|
Netherlands mistake was its constitution to
include the whole of Indonesia,
including Papua
|
1908
|
Budi Utomo
|
1928
|
Sumpah
Pemuda
|
17 agtus 1945
|
independence
|
June 1946
|
Malino conference - formation of the new state . Dr. . Van Mook and ask
organizations throughout Indonesia entered federation with 4 parts ; Java ,
Sumatra , Kalimantan and East Kingdom
|
15 nov 1946
|
Linggarjati agreement . The Netherlands recognizes the de facto
jurisdiction of the Republic of Indonesia with covering Sumatra , Java and
Madura . Netherlands should leave the territory de facto no later than
January 1, 1949 ,
|
18-24 des 1946
|
denpasar conference . Netherlands under peintah DR HJ van Mook head
Netherland Indies Civil Administration ( NICA ) . Forcing the realization of
the eastern Indonesian state .
|
21 July 1947
|
: AM 1 . Treason dutch contents of the agreement will Linggar teak . The
whole area of Indonesia is dominated by the Dutch .
|
17 January 1948
|
Renvile agreement . ( conference took place on U.S. warships ) .
|
1949
|
Sovereignty moved into the hands of Indonesia
|
23 August to 2 November 1949
|
Round Table Conference in The Hague
|
27 November 1949
|
The Hague Agreement is signed, the Dutch recognized Indonesian independence but remains unresolved status of Papua
|
1960
|
Dutch prepare for an independent Papua
|
February 1961
|
election for West New Guinea Council , an important step towards a
self-government
|
1961
|
TRIKORA
|
February 1961
|
West New Guinea Council election ( step self-government )
|
19 oct 1961
|
Members of the board held a KRP 1 ( congress people of Papua ) , produced
a manifesto of independence . ( Manifesto was adopted the Morning Star flag
or the Morning Star flag as a national symbol , and approved the name of the
state of West Papua , Papuan people call their people as well as national
anthem )
|
1 Decem 1961
|
the symbols of the sovereignty of West Papua was inaugurated in the
presence of the Dutch . Celebrated as the independence of Papua
|
March 1962
|
Declaration by the Homeland territory of West Papua ( a conflict )
|
1962
|
The armed struggle broke out between Indonesian and Dutch in Irian.
|
July -Aug 1962
|
continue Declaration region of West Papua
|
15 Agus 1962
|
peace agreement between Indonesia ( Subandrio ) and the Netherlands ( JH
van Royen ) by mediators peaceful Elsworth Bunker . This agreement is an
agreement known as the New York Agreement(future West Papua )
|
1 oct 1962
|
Under the agreement , the Dutch handed New Guinea government to UNTEA ,
UN executive .
|
July 28, 1965
|
the founding of OPM
|
1967
|
Freeport
|
14 June 1969
|
early PEPERA in Merauke
|
2 August 1969
|
the end of the Consultative Council Act of Papua , Jayapura
|
Agsts 23 1969
|
Free Choice Act for ( Act of Free Choice ) à Voting involves 1,022 Papuans . Somewhat surprising then that every one
of them agreed to join Indonesia
|
May 1969
|
warn of fraud of Act of Free Choice ( Act of Free Choice ) at the
headquarters of the United Nations
|
1971
|
elections ( giving a big victory for the Suharto dictatorship . )
|
May 1998
|
Reform
|
26 Febr 1999
|
Team 100 ( delegation of civil society leaders , representing a cross -
community social Papua ) . they tell the Habibie , with uncovering the facts
of history in Papua , that they want independence from Indonesia .
|
23-26 feb 2000
|
congress to discuss three main issues . ( The importance of addressing
the history of Papua's cheating ( or rectification of history ) , the
development of a coordinated approach to politics , and the importance of the
current consolidation of the emerging movement )
|
May 29 / June 4, 2000
|
2nd implemented KRP produce rejection for the content of the Act . ,
Congress declared Papuan people were ready as a sovereign nation and
Indonesia , the Netherlands , and the United States should recognize their
political rights
|
8 June 2000
|
: Government of Indonesia is considering different ideas
|
2001
|
Papua accept special autonomy from the Indonesian government , but
rejected by the people of Papua
|
June 13, 2001
|
Event Wasior ( community action demanding compensation for land rights
robbed by companies holding forest concessions ( HPH )
|
27 Janua 2003
|
President Megawati Sukarnoputri signed a Presidential decree . , Forming
two provinces ( West Irian Jaya and Central Irian Jaya )
|
July 2011
|
The peace conference organized
|
October 2011
|
KRP to 3 ( to discuss their basic
rights , and ended with the statement that West Papua has been independent
since 1961 . )
|
2. DEVINITE EVIDENCE
Maksud disini adalah apakah dalam penulisan argument menunjukan
bukti yang pasti atau tidak.
3. WORKING THESIS
working thesis disini bisa diibaratkan “embrio” kita.
Apakah embrio itu terus berkembang atau tidak dari hari ke hari dan
harus memastikannya sehat.
Pada pertemuan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam membuat teks
argumentative diperlukan adanya interteksstul pembaca. Hal ini bertujuan untuk menciptakan sebuah
komposisi tulisan yang bagus karena dalam pembuatannya melibatkan berbagai sumber
yang menopang reasoningnya.
0 Comments
Subscribe to:
Post Comments (Atom)