Friday, May 23, 2014
Created By:
Dwi Ayu Astri Bahari
Class Review 10
Papua Milik Indonesia !!!
(by Dwi Ayu Asri
Bahari)
Masih
tentang argumentative essay. Saya membisu, tak tahu apa yang harus saya lakukan.
Ini terlalu rumit, karena Mr.Lala mewajibkan semua mahasiswa untuk membaca,
membaca, dan membaca sejarah Papua Barat. Saya sadar ini kesalahan saya, dan
secepatnya saya harus merubah mindset ‘tidak suka sejara’ menjadi ‘cinta
sejarah’. Namun, sejauh ini minat membaca sejarah masih belum maksimal karena
saya belum mendapat gairah semangat untuk membaca sejarah.
Sejara,
sejarah, dan lagi-lagi sejarah. Satu-satunya alasan mengapa saya masuk fakultas
bahasa inggris adalah lari dari mata kuliah sejarah dan matematika. Namun ini
bukan solusi yang mujarab, nyatanya sekarang saya harus belajar sejarah. Kata
Mr.Lala ‘harus mengukir sejarah hidup’.
Hari
jum’at pukul 07.30 saya mengusap tangan beberapa kali, rasa takut membuat
jantung dua kali berdrgup kencang tidak stabil dan keringat dingin di telapak
tangan berlomba keluar. Sering saya mengeluh dan berniat istirahat dari mata
kuliah writing for academik ini, karena saya merasa tidak mampu menyusul
teman-teman. Namun, batin saya mengolok-olok diri. Jelas !!! saya yang mengaku
suka, cinta, dan hobi menulis, merasa malu tidak mampu mengikuti mata kuliah
writing yang notabene membuat jurnal-jurnal. Akhirnya, saya tetap setia pada
mata kuliah writing.
Omong-omong
tentang argumentative essay, hari ini Mr.Lala men-chek outline semua mahasiswa.
Saya panik, jujur saya belum paham mengenai argumentative essay dan benar,
outline saya sangat buruk. Pada introduction saya menulis definisi papua barat,
definisi itu malah membuat outline saya seperti descriftive texs bukan
argumentative essay. Begitupun bagian isi (body), saya menulis tiga alasan
mengapa saya harus mempertahankan papua, diantaranya yaitu aspek pendidikan,
sejarah, dan sumber daya alam. Sialnya, saat Mr.Lala butuh jawaban dan alasan
mengapa harus dari aspek education, saya gugup dan tidak mampu menjawab.
Padahal batin saya ingin mengatakan, “kita tahu bahwa di Papua bangunan pendidikan
sangat minim, kondisinya serba terbatas. Dengan meliat kondisi papua yang
seperti ini, kemerdekaan papua tidak akan menjamin bahwa papua akan lebih baik
dari sekarang. Seandainya papua memerdekakan diri, akan sulit sekali bagi papua
untuk menghadapi persaingan global. Ini terjadi karena minimnya pendidikan
dipapua.” Namun bagaimanapun penjelasnnya Mr.Lala tidak mengizinkan education
masuk dalam nominasi reason untuk mendukung atau tidak mendukung papua merdeka.
Karena nominasinya adalah aspek sejarah dan politik.
PERJUANGAN BANGSA INDONESIA MEREBUT IRIAN BARAT/PAPUA
1.Latar belakang pengembalian Irian Barat
Apakah Irian Barat termasuk wilayah
Indonesia ?
Jawabannya adalah ya!
Karena apabila ditinjau dari segi
politis, bahwa berdasarkan perjanjian international 1896 yang diperjuangkan
oleh Prof. Van Vollen Houven (pakar hukum adat Indonesia) di sepakati bahwa
”Indonesia” adalah bekas Hindia Belanda. Sedangkan Irian Barat walaupun
dikatakan oleh Belanda secara kesukuan berbeda dengan bangsa Indonesia, tetapi
secara sah merupakan wilayah Hindia Belanda.
Apabila ditinjau dari segi antropologi,
bahwa bangsa Indonesia yang asli adalah Homo Wajakensis dan Homo Soloensis yang
mempunyai ciri-ciri: kulit hitam, rambut keriting (ras austromelanesoid)
yang merupakan ciri ciri suku bangsa Aborigin (Australia) dan ras negroid
(Papua).
Apabila
ditinjau dari segi sejarah , bahwa Konferensi Meja Bundar yang dilakukan
untuk mengatur penyerahan kedaulatan Indonesia diwarnai dengan usaha licik
Belanda yang ingin terus mempertahankan Irian Barat (New Guinea) dengan alasan
kesukuan. Akhirnya KMB memutuskan penyelesaian Irian Barat akan ditentukan
dalam masa satu tahun setelah penyerahan kedaulatan melalui perundingan antara
RIS dengan Kerajaan Belanda.
Benarkah
alasan Belanda mempertahankan Irian Barat karena masalah kesukuan ?Ternyata
bukan !
Alasan sebenarnya adalah bahwa pada saat itu Belanda
sedang mengadakan eksplorasi / penelitian sumber daya alam di Irian dan
berhasil menemukan fakta bahwa di Irian Barat terdapat tambang emas dan
uranium terbesar di dunia (sekarang dinamakan Freeport yang merupakan
perusahaan asing milik Belanda ) yang tidak akan habis di gali selama 100
tahun.
|
Belanda
tetap mempertahankan Irian Barat sebagai jajahannya, dan memasukan wilayah
Irian Barat ke dalam Konstitusi nya pada tanggal 19 Pebruari 1952.Dengan
demikian Belanda sendiri telah melanggar isi Round Table Conference yang
telah disepakati dengan RIS.
2.Perjuangan diplomasi;pendekatan diplomasi
a.Perundingan Bilateral Indonesia Belanda
Pada tanggal 24 Menteri Uni Belanda - Indonesia. Konferensi
memutuskan untuk membentuk suatu komisi yang anggotanya wakil-wakil Indonesia
dan Belanda untuk menyelidiki masalah Irian Barat. Hasil kerja Komisi ini harus
dilaporkan dalam Konferensi Tingkat Menteri II di Den Haag pada bulan Desember
1950. Ternyata pembicaraan dalam tingkat ini tidak menghasilkan penyelesaian
masalah Irian Barat.
Pertemuan Bilateral Indonesia Belanda
berturut-turut diadakan pada tahun 1952 dan 1954, namun hasilnya tetap sama,
yaitu Belanda enggan mengembalikan Irian Barat kepada Indonesia sesuai hasil
KMB.
b.Melalui Forum PBB
Setelah perundingan bilateral yang
dilaksanakan pada tahun 1950, 1952 dan 1954 mengalami kegagalan, Indonesia
berupaya mengajukan masalah Irian Barat dalam forum PBB. Sidang Umum PBB yang
pertama kali membahas masalah Irian Barat dilaksanakan tanggal 10 Desember
1954. Sidang ini gagal untuk mendapatkan 2/3 suara dukungan yang diperlukan
untuk mendesak Belanda.
Indonesia secara bertrurut turut mengajukan
lagi sengketa Irian Barat dalam Majelis Umum X tahun 1955, Majelis Umum XI
tahun 1956, dan Majelis Umum XII tahun 1957. Tetapi hasil pemungutan suara yang
diperoleh tidak dapat memperoleh 2/3 suara yang diperlukan.
c.Dukungan Negara Negara Asia Afrika (KAA)
Gagal melalui cara bilateral, Indonesia juga
menempuh jalur diplomasi secara regional dengan mencari dukungan dari
negara-negara Asia Afrika. Konferensi Asia Afrika yang diadakan di Indonesia
tahun 1955 dan dihadiri oleh 29 negara-negara di kawasan Asia Afrika, secara
bulat mendukung upaya bangsa Indonesia untuk memperoleh kembali Irian sebagai
wilayah yang sah dari RI.
Namun suara bangsa-bangsa Asia Afrika di
dalam forum PBB tetap tidak dapat menarik dukungan internasional dalam sidang
Majelis Umum PBB.
3.Perjuangan dengan konfrontasi politik dan
ekonomi
Kegagalan pemerintah Indonesia untuk
mengembalikan Irian Barat baik secara bilateral, Forum PBB dan dukungan Asia
Afrika, membuat pemerintah RI menempuh jalan lain pengembalian Irian Barat,
yaitu jalur konfrontasi. Berikut ini adalah upaya Indonesia mengembalikan Irian
melalui jalur konfrontasi, yang dilakukan secara bertahap.
a.Pembatalan Uni Indonesia Belanda
Setelah menempuh jalur diplomasi sejak tahun
1950, 1952 dan 1954, serta melalui forum PBB tahun 1954 gagal untuk mengembalikan
Irian Barat kedalam pangkuan RI, pemerintah RI mulai bertindak tegas dengan
tidak lagi mengakui Uni Belanda Indonesia yang dibentuk berdasarkan KMB. Ini
berarti bahwa pembatalan Uni Belanda Indonesia secara sepihak oleh pemerintah
RI berarti juga merupakan bentuk pembatalan terhadap isi KMB. Tindakan
pemerintah RI ini juga didukung oleh kalangan masyarakat luas, partai-partai
dan berbagai organisasi politik, yang menganggap bahwa kemerdekaan RI belum
lengkap / sempurna selama Indonesia masih menjadi anggota UNI yang dikepalai
oleh Ratu Belanda.
Pada tanggal 3 Mei 1956 Indonesia membatalkan
hubungan Indonesia Belanda, berdasarkan perjanjian KMB. Pembatalan ini
dilakukan dengan Undang Undang No. 13 tahun 1956 yang menyatakan, bahwa untuk
selanjutnya hubungan Indonesia Belanda adalah hubungan yang lazim antara negara
yang berdaulat penuh, berdasarkan hukum internasional. Sementara itu hubungan antara kedua negara
semakin memburuk, karena :
1.terlibatnya orang-orang Belanda dalam
berbagai pergolakan di Indonesia (APRA, Andi Azis, RMS)
2.Belanda tetap tidak mau menyerahkan Irian
Barat kepada Indonesia.
b.Pembentukan Pemerintahan Sementara Propinsi
Irian Barat di Soasiu (Maluku Utara)
Sesuai dengan Program Kerja Kabinet, Ali
Sastroamidjojo membentuk Propinsi Irian Barat dengan ibu kota Soasiu (Tidore).
Pembentukan propinsi itu diresmikan tanggal 17 Agustus 1956. Propinsi ini
meliputi wilayah Irian Barat yang masih diduduki Belanda dan daerah Tidore,
Oba, Weda, Patrani, serta Wasile di Maluku Utara.
c.Pemogokan Total Buruh Indonesia
Sepuluh tahun menempuh jalan damai, tidak
menghasilkan apapun. Karena itu, pada tanggal 18 Nopember 1957 dilancarkan
aksi-aksi pembebasan Irian Barat di seluruh tanah air. Dalam rapat umum yang
diadakan hari itu, segera diikuti pemogokan total oleh buruh-buruh yang bekerja
pada perusahaan-perusahaan milik Belanda pada tanggal 2 Desember 1957. Pada
hari itu juga pemerintah RI mengeluarkan larangan bagi beredarnya semua
terbitan dan film yang menggunakan bahasa Belanda. Kemudian KLM dilarang
mendarat dan terbang di seluruh wilayah Indonesia.
d.Nasionalisasi Perusahaan Milik Belanda
Pada tanggal 3 Desember 1957 semua kegiatan
perwakilan konsuler Belanda di Indonesia diminta untuk dihentikan. Kemudian
terjadi serentetan aksi pengambil alihan modal perusahaan-perusahaan milik
Belanda di Indonesia, yang semula dilakukan secara spontan oleh rakyat dan
buruh yang bekerja pada perusahaan-perusahaan Belanda ini. Namun kemudian
ditampung dan dilakukan secara teratur oleh pemerintah. Pengambilalihan modal
perusahaan perusahaan milik Belanda tersebut oleh pemerintah kemudian diatur
dengan Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 1958.
e.Pemutusan Hubungan Diplomatik
Hubungan diplomatik Indonesia – Belanda
bertambah tegang dan mencapai puncaknya ketika pemerintah Indonesia memutuskan
hubungan diplomatik dengan Belanda. Dalam pidato Presiden yang berjudul ”Jalan
Revolusi Kita Bagaikan Malaikat Turun Dari Langit (Jarek)” pada
peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI ke 15, tanggal 17 Agustus 1960, presiden
memaklumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan Belanda.
Tindakan ini merupakan reaksi atas sikap
Belanda yang dianggap tidak menghendaki penyelesaian secara damai pengembalian
Irian Barat kepada Indonesia. Bahkan, menjelang bulan Agustus 1960, Belanda
mengirimkan kapal induk ” Karel Doorman ke Irian melalui Jepang. Disamping
meningkatkan armada lautnya, Belanda juga memperkuat armada udaranya dan
angkutan darat nya di Irian Barat.
Karena itulah pemerintah RI mulai menyusun
kekuatan bersenjatanya untuk mempersiapkan segala sesuatu kemungkinan.
Konfrontasi militer pun dimulai.
4.Tri Komando Rakyat
a.Tri Komando Rakyat
Dalam pidatonya ”Membangun Dunia Kembali” di
forum PBB tanggal 30 September 1960, Presiden Soekarno berujar, ”......Kami
telah mengadakan perundingan-perundingan bilateral......harapan lenyap,
kesadaran hilang, bahkan toleransi pu n mencapai batasnya. Semuanya itu telah
habis dan Belanda tidak memberikan alternatif lainnya, kecuali memperkeras
sikap kami.”
Tindakan konfrontasi politik dan ekonomi yang
dilancarkan Indonesia ternyata belum mampu memaksa Belanda untuk menyerahkan
Irian Barat. Pada bulan April 1961 Belanda membentuk Dewan Papua, bahkan dalam
Sidang umum PBB September 1961, Belanda mengumumkan berdirinya Negara Papua.
Untuk mempertegas keberadaan Negara Papua, Belanda mendatangkan kapal induk
”Karel Doorman” ke Irian Barat.
Terdesak oleh persiapan perang Indonesia itu,
Belanda dalam sidang Majelis Umum PBB XVI tahun 1961 mengajukan usulan
dekolonisasi di Irian Barat, yang dikenal dengan ”Rencana Luns”.
menanggapi rencana licik Belanda tersebut,
pada tanggal 19 Desember 1961 bertempat di Yogyakarta, Presiden Soekarno
mengumumkan TRIKORA dalam rapat raksasa di alun alun utara Yogyakarta, yang
isinya :
1.Gagalkan berdirinya negara Boneka Papua
bentukan Belanda
2.Kibarkan sang Merah Putih di irtian Jaya
tanah air Indonesia
3.Bersiap melaksanakan mobilisasi umum
b.Pembentukan Komando Mandala Pembebasan
Irian Barat
Sebagai langkah pertama pelaksanaan Trikora
adalah pembentukan suatu komando operasi, yang diberi nama ”Komando Mandala
Pembebasan Irian Barat”. Sebagai panglima komando adalah Brigjend. Soeharto
yang kermudian pangkatnya dinaikkan menjadi Mayor Jenderal.
Panglima Komando : Mayjend. Soeharto
Wakil Panglima I : Kolonel Laut Subono
Wakil Panglima II : Kolonel Udara Leo
Wattimena
Kepala Staf Gabungan : Kolonel Ahmad Tahir
Komando Mandala yang bermarkas di Makasar ini
mempunyai dua tujuan :
1.merencanakan, menyiapkan dan melaksanakan
operasi militer untuk mengembalikan Irian barat ke dalam kekuasaan Republik
Indonesia
2.mengembangkan situasi militer di wilayah
Irian barat sesuai dengan perkembangan perjuangan di bidang diplomasi supaya
dalam waktu singkat diciptakan daerah daerah bebas de facto atau unsur pemerintah
RI di wilayah Irian Barat
Dalam upaya melaksanakan tujuan tersebut,
Komando Mandala membuat strategi dengan membagi operasi pembebasan Irian Barat
menjadi tiga fase, yaitu :
1.Fase infiltrasi
Dimulai pada awal Januari tahun 1962 sampai
dengan akhir tahun 1962, dengan memasukkan 10 kompi ke sekitar sasaaran
tertentu untuk menciptakan daerah bebas de facto.
2.Fase Eksploitasi
Dimulai pada awal Januari 1964 sampai dengan
akhir tahun 1963, dengan mengadakan serangan terbuka terhadap induk militer
lawan, menduduki semua pos pertahanan musuh yang penting.
3.Fase Konsolidasi
Dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 1964,
dengan menegakkan kekuasaan RI secara mutlak di seluruh Irian Barat.
Sebelum Komando mandala bekerja aktif, unsur
militer yang tergabung dalam Motor Boat Torpedo (MTB) telah melakukan
penyusupan ke Irian Barat. Namun kedatangan pasukan ini diketahui oleh Belanda,
sehingga pecah pertempuran di Laut Arafura. Dalam pertempuran yang sangat
dahsyat ini, MTB Macan Tutul berhasil ditenggelamkan oleh Belanda dan
mengakibatkan gugurnya komandan MTB Macan Tutul Yoshafat Sudarso (Pahlawan
Trikora)
Sementara itu Presiden Amerika Serikat yang baru saja terpilih
John Fitzgerald Kennedy merasa risau dengan perkembangan yang terjadi di Irian
Barat. Dukungan
Uni Soviet ( PM. Nikita Kruschev ) kepada perjuangan RI untuk mengembalikan
Irian Barat dari tangan Belanda, menimbulkan terjadinya ketegangan politik
dunia, terutama pada pihak Sekutu (NATO) pimpinan Amerika Serikat yang semula
sangat mendukung Belanda sebagai anggota sekutunya. Apabila Uni Soviet telah
terlibat dan Indonesia terpengaruh kelompok ini, maka akan sangat membahayakan
posisi Amerika Serikat di Asia dan dikhawatirkan akan menimbulkan masalah
Pasifik Barat Daya. Apabila pecah perang Indonesia dengan Belanda maka Amerika
akan berada dalam posisi yang sulit. Amerika Serikat sebagai sekutu Belanda
akan di cap sebagai negara pendukung penjajah dan Indonesia akan jatuh dalam
pengaruh Uni Soviet.
Untuk itu, dengan meminjam tangan Sekjend PBB
U Than, Kennedy mengirimkan diplomatnya yang bernama Elsworth Bunker untuk
mengadakan pendekatan kepada Indonesia – Belanda.
Sesuai dengan tugas dari Sekjend PBB ( U Than
), Elsworth Bunker pun mengadakan penelitian masalah ini, dan mengajukan usulan
yang dikenal dengan ”Proposal Bunker”. Adapun isi Proposal Bunker
tersebut adalah sebagai berikut :
”Belanda harus menyerahkan kedaulatan atas
Irian barat kepada Indonesia melalui PBB dalam jangka waktu paling lambat dua
tahun”
Usulan ini menimbulkan reaksi :
1.Dari Indonesia : meminta supaya waktu
penyerahan diperpendek
2. Dari Belanda : setuju melalui PBB, tetapi
tetap diserahkan kepada Negara Papua Merdeka
c.Operasi Jaya Wijaya
Pelaksanaan Operasi
1. Maret - Agustus 1962 dilancarkan operasi
pendaratan melalui laut dan udara
2. Rencana serangan terbuka untuk merebut
Irian Barat sebagai suatu operasi penentuan, yang diberi nama Operasi Jaya
wijaya”. Pelaksanaan operasi adalah sebagai berikut :
a.Angkatan Laut Mandala dipimpin oleh Kolonel
Soedomo membentuk tugas amphibi 17, terdiri dari 7 gugus tugas
b.Angkatan Udara Mandala membentuk enam
kesatuan tempur baru.
Sementara itu sebelum operasi Jayawijaya
dilaksanakan, diadakan perundingan di Markas Besar PBB pada tanggal 15 Agustus
1962, yang menghasilkan suatu resolusi penghentian tembak menembak pada tanggal
18 Agustus 1962.
5.Persetujuan New York [ New York Agreement]
Setelah operasi-operasi infiltrasi mulai
mengepung beberapa kota penting di Irian Barat, sadarlah Belanda dan
sekutu-sekutunya, bahwa Indonesia tidak main-main untuk merebut kembali Irian
Barat. Atas desakan Amerika Serikat, Belanda bersedia menyerahkan irian Barat
kepada Indonesia melalui Persetujuan New York / New York Agreement.
Isi Pokok persetujuan :
1.Paling lambat 1 Oktober 1962
pemerintahan sementara PBB (UNTEA) akan menerima serah terima pemerintahan dari
tangan Belanda dan sejak saat itu bendera merah putih diperbolehkan berkibar di
Irian Barat..
2.Pada tanggal 31 Desember 11962 bendera
merah putih berkibar disamping bendera PBB.
3.Pemulangan anggota anggota sipil dan
militer Belanda sudah harus selesai tanggal 1 Mei 1963
4.Selambat lambatnya tanggal 1 Mei 1963
pemerintah RI secara resmi menerima penyerahan pemerintahan Irian Barat dari
tangan PBB
5.Indonesia harus menerima kewajiban untuk
mengadakan Penentuan Pendapat rakyat di Irian Barat, paling lambat sebelum
akhir tahun 1969.
Sesuai dengan perjanjian New York, pada
tanggal 1 Mei 1963 berlangsung upacara serah terima Irian Barat dari UNTEA
kepada pemerintah RI. Upacara berlangsung di Hollandia (Jayapura). Dalam
peristiwa itu bendera PBB diturunkan dan berkibarlah merah putih yang menandai
resminya Irian Barat menjadi propinsi ke 26. Nama Irian Barat diubah menjadi
Irian Jaya ( sekarang Papua )
6.Arti penting Penentuan Pendapat Rakyat
(Pepera)
Sebagai salah satu kewajiban pemerintah
Republik Indonesia menurut persetujuan New York, adalah pemerintah RI harus
mengadakan penentuan pendapat rakyat di Irian Barat paling lambat akhir tahun
1969. pepera ini untuk menentukan apakah rakyat Irian Barat memilih, ikut RI
atau merdeka sendiri. Penentuan pendapat Rakyat akhirnya dilaksanakan pada tanggal
24 Maret sampai dengan 4 Agustus 1969.Mereka diberi dua opsi, yaitu : bergabung
dengan RI atau merdeka sendiri.
Setelah Pepera dilaksanakan, Dewan Musyawarah
Pepera mengumumkan bahwa rakyat Irian dengan suara bulat memutuskan Irian Jaya
tetap merupakan bagian dari Republik Indoenesia. Hasil ini dibawa Duta Besar Ortiz
Sanz untuk dilaporkan dalam sidang umum PBB ke 24 bulan Nopember 1969. Sejak saat itu secara de yure Irian
Jaya sah menjadi milik RI.
Dengan menganalisa fakta-fakta pembebasan
Irian Barat sampai kemudian dilaksanakan Pepera, dapat diambil kesimpulan bahwa
Pepera mempunyai arti yang sangat penting bagi pemerintah Indonesia, yaitu :
1.bukti bahwa pemerintah Indonesia dengan
merebut Irian Barat melalui konfrontasi bukan merupakan sebuah tindakan
aneksasi / penjajahan kepada bangsa lain, karena secara sah dipandang dari segi
de facto dan de jure Irian Barat merupakan bagian dari wilayah RI
2.upaya keras pemerintah Ri merebut kembali
Irian Barat bukan merupakan tindakan sepihak, tetapi juga mendapat dukungan
dari masyarakat Irian Barat. Terbukti hasil Pepera menyatakan rakyat Irian
ingin bergabung dengan Republik Indonesia.
Reference:
diunduh
tanggal 29 april, pikul 11.30 WIB
0 Comments
Subscribe to:
Post Comments (Atom)