Thursday, May 22, 2014
Created By:
Niyati Wulandari
10th
Class Review
“Hold Papua”
“Kalau saya turun di samping provinsi Irian Jaya,
juga Aceh dan Maluku akan minta dilepaskan dari Republik
Indonesia”
Presiden Abdurrahman Wahid
Kata-kata tersebut dikatakan oleh
presiden Indonesia yang ke empat yang bernama Abdurrahman Wahid yang dikenal
dengan nama “Gus Dur”. Jika Papua dilepaskan oleh Indonesia, pastilah
pulau-pulau lain yang ada di Indonesia ingin melepaskan diri dan dapat
dipastikan Indonesia akan bubar. Dilihat dari sejarah bangsa Indonesia dalam mempertahankan
Papua agar tidak lepas dari NKRI, maka sangat disayangkan sekali apabila Papua
melepaskan diri dari NKRI, maka sebagai warga Negara Indonesia harus
mempertahankan Papua apapun yang terjadi.
Jumat, 09 Mei 2014 ruang 46 pukul
07.30 WIB. Hari itu Mr. Lala hanya menjelaskan sedikit mengenai argumentative
essay dan mengenai Papua. Jika kita membuat argumentative essay maka kita harus
melihat suatu masalah atau suatu konflik dengan dua sudut pandang (dua point of
view) seperti kasusnya yang terjadi di Papua, kalau kita melihat Papua hanya
dari kaum koalisi saja itu bukan argumentative essay, oleh karena itu kita
harus melihat dari kaum oposisi juga.
Gist
(benang merah / pokok)
|
Argumentative
essay
|
Critical
essay
|
Reasoning
(not emotion)
|
Language
|
Definite
evidence
|
Awareness
|
Working
thesis (TS = O + R)
|
Critical
literacy
|
|
Pada pertemuan kemarin Mr. Lala
hanya memeriksa outline yang kita buat mengenai Papua kemudian Mr. Lala
memberikan komentar dan memberikan apa saja yang kurang pada outline, Mr. Lala
memanggil 10 orang untuk maju ke depan, saya masuk pada giliran ke dua, setelah
selesai Mr. Lala mengingatkan untuk mengeksplor lebih dalam mengenai Papua.
Tanggal-tanggal penting
- 30.000
tahun yang lalu ras Negrito bermigrasi dari Afrika ke Papua.
- Abad
ke 8 Irian Jaya dan Negara Sriwijaya sudah terbina hubungan langsung dan
tidak langsung.
- Abad
ke 14 (Majapahit) pedangang Papua sudah melakukan ekspor-impor dengan
pedagang dari pulau Indonesia lainnya.
- Abad
ke 19 Belanda Masuk ke Papua setelah 300 tahun mendirikan benteng di Jawa.
- 1828
Belanda mendirikan benteng “de Bus” di teluk Triton (Papua).
- 1848
Belanda mendaulat Papua dan dijadikannya sebagai koloni Belanda.
- Kongrs
pemuda I (30 April – 2 Mei 1926) perwakilan dari Papua tidak ada.
- Kongres
pemuda II (27 – 28 Oktober 1928) perwakilan dari Papua yakni Abner Ohee
dan Orpa Pallo yang bergabung dalam organisasi Jong Ambon.
- 18
Agustus 145 rapat PPKI (Panitia Pesiapan Kemerdekaan Indonesia). Indonesia
mewarisi wilayah Hindia-Belanda (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi,
Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Maluku) dan Papua masih
bagian dari provinsi Maluku.
- 23
Agustus – 2 November 1949 Belanda menyerahkan semua bekas provinsinya
kepada Indonesia.
- 27
Desember 1949 rapat KMB (Konferensi Meja Bundar). Papua akan diserahkan
kepada Indonesia setahun kemudian setelah konferensi.
- 1950
Amerika Serikat dan Indonesia bertentangan arena bentrokan di daerah
Sumatera dan Sulawesi Utara didukung oleh Amerika Serikat. Presiden
Kennedy menyadari Indonesia membeli senjata dari Rusia (Perang dingin).
- 1960
an Belanda mempersiapkan Papua untuk merdeka.
- Oktober
1961 Gubernur Belanda membentuk komite nasional Papua yang terdiri dari 80
orang anggota.
Isi:
-
Menentukan bendera Papua.
-
Menentukan lagu kebangsaan Papua.
-
Pergantian nama West Papua New Guinea
menjadi Papua Barat.
-
Usul agar bendera Papua dikibarkan
tanggal 01 November 1961).
- Februsari
1961 dilakukan pemilihan untuk West New Guinea Council, sebuah langkah
penting menuju suatu pemerintahan sendiri.
- 01
Desember 1961 Papua mengibarkan bendera Bintang Kejora di Jayapura.
- 19
Desember 1961 Sukarno memproklamirkan TRIKORA di Yogyakarta.
- 1962
perjuangan bersenjata pecah antara Indonesia dan Belanda di pantai Barat
Irian.
- 15
Agustus 1962 Elworth Bunker mencetuskan “Rencana Bunker” atau “Perjanjian
New York”.
Isi:
-
1 Oktober 1962 PBB (UNTEA) Belanda harus
menyerahkan Papua kepada UNTEA.
-
1 Mei 1963 UNTEA menyerahkan Papua
kepada Indonesia.
-
1963-1969 UNTEA Indonesia akan
melaksanakan pemerintahan di Papua selam enam tahun.
-
1969 Act of Free Choice dimana Papua
bebas menentukan nasib sendiri dengan cara satu orang satu suara.
- 26
Juli 1965 OPM didirikan di Manokwari.
- 14
Juli – 2 Agustus 1969 (PEPERA) dipilih 1026 orang (dari jumlah penduduk
800.000).
- 1967
Freeport Mc. Moran Copper and Gold Corporatioan membuka tambang di Amungne
(pegunungan barat).
- 1971
– 1989 Operasi Tumpas dilakukan di Biak Barat dan Biak Utara dari Kodam
Udayana untuk menumpas OPM.
- 1977
tambang Freeport diserang oleh OPM.
- 1990
Freeport bernegosiasi untuk memperluas kawasan kontrak 20 kali lebih besar
dan luas dari sebelumnya.
- 1991
– 1992 target lima tahun program trasmigrasi.
- 1994
Suharto berencana membagi Papua menjadi tiga provinsi.
- 26
Februari 1999 Tim 100 yang dipimpin oleh pimpinan adat, Tom Baenal bertemu
dengan presiden Habibie, tim itu menyatakan ingin merdeka.
- 31
Desember 1999 presiden Wahid berkunjung ke Irian Jaya dan Irian Jaya boleh
disebutkan Papua Barat.
- 1999
UU No. 45 provinsi Papua akan dimekarkan menjadi beberapa provinsi.
- Tahun
2000 TAP MPR No. IV menekankan perlunya otonomi khusus.
- 29
Mei – 4 Juni 2000 Kongres Papua II diadakan dan dihadiri 2.700 orang
hasilnya penolakan atas isi PEPERA.
- 2001
Papua memperoleh Otonomi Khusus lewat UU No. 21.
- 13
Juni 2001 peristiwa Wasior (aksi masyarakat menuntut ganti rugi atas hak
wilayah yang dirampas oleh perusahaan pemegang Hak Penguasaan Hutan
(HPH)).
- Agustus
– Desember 2001 dilaksanakannya Crash Program di Papua.
- 21
November 2001 presiden Megawati menandatangani Otonomi Khusus.
- 2003
presiden Megawati membagi Papua menjadi provinsi Papua dan Papua Barat.
- 2009
warga Amungme menuntut Freeport atas perusakan lingkungan dan HAM sebesar
US $ 30 M.
- Juli
2011 konferensi perdamaian diselenggarakan oleh jaringan Papua damai
menghasilkan serangkaian “indicator Papua tanah damai” dibidang politik,
HAM, ekonomi, dan lingkungan serta keamanan.
- Oktober
2011 Kongres Papua II (membahas hak-hak dasar mereka dan berakhir dengan
pernyataan bahwa Papua Barat telah merdeka sejak 1961)
Sumber
daya alam atau SDA di Papua sangat melimpah ruah, seperti mineral, batu bara,
minyak, gas, hutan penghasil kayu, laut dan masih banyak lagi. Maka tak heran
banyak perusahaan yang berkecimpung di wilayah tersebut., contohnya perusahaan
BP, Freeport, MIFEE, dan masih banyak lagi, tapi yang terbesar yaitu Freeport
dan BP, kalau saja Freeport dikelola oleh orang-orang kita (Indonesia) pasti
Indonesia akan sejahtera, tapi kenyataannya tidak demikian, dengan total lebih
daro 180 juta hektar, Indonesia memiliki hutan hujan tropis di dunia. Hutan
Papua sendiri menempati area seluas kira-kira 41,5 juta hektar atau 24 persen
dari area hutan seluruh Indonesia. Seluas 27,6 juta hektar dari area ini
diklasifikasikan sebagai “hutan produksi” kontribusi finansial dari hutan milik
Papua kepada pemerintah Indonesia diperkirakan senilai US $ 100 juta pertahun.
Papua mempunyai banyak sekali
kebudayaan sama seperti wilayah Indonesia lainnya. Oleh karena itu kebudayaan
Papua harus dijaga dan dilestarikan. Terdapat kesamaan antara kebudayaan Papua
dengan kebudayaan Indonesia lainnya yaitu keramahan penduduk local kepada
pendatang, seperti Indonesia yang terkenal karena keramahn penduduknya oleh
karena itu Papua adalah bagian dari Indonesia yang sesungguhnya. S. Eben dalam
artikelnya yang berjudul “Don’t Use Your
Data as a Pillow” ketika S. Eben berada di Papua ia diperlakukan dengan
sangat baik oleh penduduk Papua, saking ramahnya penduduk Papua kepada S. Eben,
penduduk Papua mengadakan pesta perpisahan yang dikhususkan untuk S. Eben yang
ketika itu akan pulang ke Negara asalnya, dan membuat S. Eben sangat senang dan
bangga walaupun pesta tersebut sangat sederhana dan apa adanya. Itu hanya
sebagian kecil kesamaan budaya Papua dengan kebudayaan Indonesia lainnya,
walaupun Papua berbeda ras dengan Indonesia, berbeda warna kulit, tetapi di
dalam diri mereka dan secara resmi Papua adalah bagian dari Indonesia.
Jadi agar Papua tetap menjadi bagian
dari Indonesia, Indonesia harus melakukan tindakan sesegera mungkin dan antara
tokoh-tokoh politik Indonesia maupun tokoh-tokoh politik Papua harus saling
berkomunikasi dan saling menghargai agar aspirasi-aspirasi dari rakya Papua
tersampaikan dan dapat sesegera mungkin mencari dan mengambil jalan keluar agar
konflik yang terjadi di Papua segera berakhir dan Papua tetap menjadi bagian
dari Indonesia.
0 Comments
Subscribe to:
Post Comments (Atom)