Saturday, May 31, 2014
Created By:
Jefi Fauzan A.
Class review 10
Arrange
and Analyze Argumentative Essay
Jum’at 9 Mei 2014. Hari ini saya tidak bisa mengikuti
perkuliahan seperti biasanya karena kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan
untuk mengikuti perkuliahan. Sejak
kemarin malam badan saya terasa tidak enak dan kepala saya pusing, namun saya
abaikan semua itu untuk mempersiapkan semua tugas untuk mata kuliah esok
hari. Gejala tidak pusing ini mungkin
akibat kemarin malam saya pulang terlalu malam karena mengerjakan sesuatu
hingga larut malam.
Pada
awalnya saya pikir jika saya tidak masuk hari ini maka saya akan tertinggal
dengan teman-teman yang lainnya. Apalagi
hari ini merupakan revisi yang akan diberikan langsung oleh Mr. Lala tentang
argumentatif essay yang sedang kami buat.
Namun akhirnya kondisi memaksa saya memutuskan untuk tidak hadir dalam
mata kuliah writing 4 hari ini.
Saya
mencoba bertanya kepada teman-teman saya di kelas tentang apa saja yang sudah
dibahas dalam mata kuliah writing 4 kemarin.
Mereka menjawab bahwa kegiatan di kelas berjalan seperti biasanya, hanya
saja kali ini Mr. Lala memberikan revisi dan saran kepada kami semua agar
menjadi lebih baik lagi. Mereka
mengatakan diwala pertemuan Mr. Lala terlebih dahulu menyampaikan materi
mengenai argumentatif essay.
GIST
– Critical long
a text intertest
Argumentatif
essay bersifat reaseoning artinya tidak hanya emosi dari pendapat yang
diutarakan namun harus ada sense yang dibangun di dalam sebuah teks. Dalam penulisan tesis statement, opini dan
reasoning yang akan dibangun ditulis dalam satu kalimat. Selain itu argumentatif essay harus berisi
fakta-fakta yang mendukung pendapat kita.
Contoh:
This paper argues that west Papua should remain to be
apart of Indonesia because of two reason: history and poitic.
Aspek
yang akan dibahas hendaknya dipikirkan dengan sungguh-sungguh yang memungkinkan
dan mempunyai relasi yang kuat terhadap topik yang akan kita bahas. Jika hanya mampu membahas aspek sejarah dan
politik saja, itu pun sudah cukup. Dalam
meletakan outlinenya, aspek sejarah harus menjadi poin utama dalam penyampaian
argumen.
Yang
harus digali lebih dalam yaitu pemahaman tentang rentang waktu dari
peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.
Sejak tahun 1945 sampai 1960, apa saja yang terjadi saat itu, kemudian
sejak tahun 1960 hingga sekarang apa saja perubahan yang telah terjadi. Jika Papua lepas dari Indonesia, dignity
bangsa pun akan hilang dan tidak akan mendapatkan bantuan International
lagi.
Setelah
menjelaskan materi mengenai argumentatif essay, Mr. Lala memulai sesi revisi
yang dipimpin langsung oleh dirinya sendiri. Mr. Lala membagi ke dalam beberapa
kelompok berisi sepuluh mahasiswa.
Kemudian para mahasiswa maju dan mendapatkan revisi untuk argumentatif
essay mereka.
Untuk
minggu depan Mr. Lala menyuruh kami agar argumentatif yang kami buat diketik
lalu dicetak untuk direvisi kembali oleh Mr. Lala. Beliau juga mengatur jadwal perkuliahan untuk
Minggu depan menjadi lebih awal dikarenakan ada urusan yang harus
diselesaikannya. Dan class review kali
ini akan menjadi yang terakhir hingga di minggu - minggu selanjutnya kami akan
fokus pada revisi argumentatif kami.
Berikut
ini saya uraikan kembali perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut Papua dari
tangan Belanda:
Setelah
kemerdekaan republik Indonesia pada tahun 1945, perjuangan Indonesia tidak
begitu saja berakhir. Masalah kepulauan
Papua yang masih menjadi kontroversi menjadi salah satu titik perjuangan bangsa
Indonesia untuk di akui secara keseluruhan di mata dunia. Indonesia menempuh berbagai macam cara untuk
merebut Papua dari Belanda baik secara diplomatis maupun militer.
Diawali
oleh Konferensi Meja Bundar (KMB) pada tahun 1949 yang menyatakan kedaulatan Indonesia
atas daerah bekas jajahan Hindia-Belanda, namun untuk wilayah Papua belum
diakui kedaulatannya oleh Belanda. Mereka
menganggap bahwa wilayah Papua Barat ini memiliki etnis suku yang berbeda
dengan Indonesia hingga penyelesaiannya disepakati akan diselesaikan dalam tempo
satu tahun kemudian.
Namun
pada kenyataanya, masalah ini berlarut-larut tidak kunjung selesai. Puncaknya pada tanggal 2 Februari 1952,
Belanda memasukan Papua ke dalam kerajaan Belanda. Dengan melakukan hal ini, jelas Belanda telah
melanggar hasil KMB pada tahun 1949. Kemudian
Indonesia berusaha menempuh jalur diplomasi dan membawa maslah ini ke tingkat
internasional melalui sidang Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Sidang umum PBB yang pertama diselenggarakan
pada tanggal 10 Desember 1954, dalam sidang ini Indonesia tidak mendapatkan
dukungan untuk memenangkan kasus ini karena tidak memenuhi jumlah syarat yang
harus dipenuhi sebesar 2/3 suara dari seluruh peserta sidang.
Setahun
kemudian, pada tanggal 18-24 April 1955 Indonesia berusaha mencari dukungan
dalam Konferensi Asia Afrika (KAA) yang diikuti 29 negara Asia-Afrika. Namun hal ini tidak ditanggapi oleh PBB. Kemudian pada tanggap 10 Desember 1955, PBB
kembali menjadwalkan sidang umum untuk Indonesia dan Belanda terkait masalah
Papua tapi lagi-lagi sidang ini tidak berhasil menyelesaikan masalah di kedua belah
pihak.
Efek
dari sidang tersebut berujung pada pembatalan isi KMB 1949 secara sepihak oleh Indonesia
pada tanggal 3 Mei 1956. Keputusan ini sontak
mengagetkan publik internasional. Pada saat
itu Indonesia memutuskan untuk membentuk provinsi Papua sementara dengan ibu
kota Soasiu. Pembentukan provinsi Papua
ini diresmikan pada tanggal 17 Agustus 1956.
Hubungan
antara Indonesia semakin memanas, puncaknya pada tanggal 17 Agustus 1960,
Indonesia memutuskan hubungan diplomatik dengan Belanda. Hal ini merupakan reaksi dari sikap Belanda yang
menunjukan tidak menginginkan jalan damai dalam penyerahan Papua pada
Indonesia.
Ir.
Soekarno berpidato dalam sidang umum PBB dan mengatakan bahwa, “kami sudah
cukup sabar mengadakan perundingan diplomatik dan yang lainnya. Namun kesabaran itu telah hilang, Belanda tidak
menyediakan jalan lain kecuali sikap lebih keras terhadap Indonesia”.
Sejak
saat itu, perjuangan bangsa Indonesia tidak lagi mengandalkan jalan diplomasi tapi
beralih pada perjuangan militer. Diawali
dengan Trikora pada tanggal 19 Desember 1961, Ir. Soekarno membentuk Komando
Mandala dengan ketuanya Soeharto. Indonesia
hendak membeli persenjataan militer kepada Amerika namun Amerika menolaknya. Kemudian Indonesia berencana memesan
persenjataan dari Unisoviet. Atas hal
ini Belanda merasa semakin terpojok. Sedangkan,
Amerika merasa posisinya di Asia akan terancam jika Indonesia bersekutu dengan Unisoviet. Oleh karena itu, Amerika meminta kepada Belanda
untuk menyerahkan Papua kepada Indonesia.
Melalui PBB, Amerika mengutus Elsworth Bunker untuk memberikan jalan
damai bagi Indonesia dan Belanda.
Akhirnya
pada tanggal 15 agustus 1962 diselenggarakan perundingan New York dan
menghasilkan sebuah persetujuan di mana Belanda bersedia menyerahkan Papua ke
tangan Indonesia dan PBB akan mengambil alih pemerintahan Papua selam satu
tahun yang akan di kemblikan kepada Indonesia selambat-lambatnya pada tanggal 1
Mei 1963. Setelah itu Indonesia juga
berkewajiban menyelenggarakan Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA)
selambat-lambatnya pada akhir tahun 1969. Dan Indonesia pun menyelenggarakan
PEPERA pada tanggal 24 Maret 1969 dengan hasil masyarakat Papua memilih
bergabung ke Indonesia.
Referensi:
0 Comments
Subscribe to:
Post Comments (Atom)