Sunday, April 6, 2014

TRAGEDI PAPUA


Class Review 8
TRAGEDI PAPUA
(Author: Susi Nurjanah)
Aktivasi program dijalankan tepat pukul 7.30, segala sesuatunya sudah tersedia dengan rapih dalam rangka memulai penjelajahan ke salah satu pulau di Indonesia. Pulau yang terletak dibagian paling timur wilayah NKRI ini dikenal dengan suguhan pesona alamnya yang luar biasa. Namun, dibalik semua cakrawala indahnya, pulau ini menyimpan sederatan misteri menakutkan. Inilah papua barat dengan segala kekayaan dan kemalangannya, cerita seputar papua menjadi tema besar dikelas writing pagi ini.

            Tayangan slide pertama bertuliskan “READING TIME”, tanpa berpikir panjang saya langsung mengambil kesimpulan bahwa kelas hari ini tidak akan diwarnai dengan coretan-coretan tinta atau ketukan suara keyboard pada PC saya. Saya hanya memerlukan focus yang hebat untuk mulai menjelajah dataran papua ini, awalnya saya kira semuanya kan berjalan lebih mudah namun ketika membuka slide-slide berikutnya ternyata ramalan saya salah.
            Kualitas membaca yang tinggi sangat diperlukan, terlebih lagi kemampuan menganalisis teks juga tak kalah penting. Membaca kali ini tidak hanya sebatas pada pemahaman tentang kata-kata yang berjajar rapih di setiap paragraph artikel, namun juga keahlian menganalisis semiotic teks juga sangat diperlukan. Proses pecapaian meaning membutuhkan diskusi yang sangat panjang, bagaimana tidak tiga kalimat saja membutuhkan waktu 30 menit untuk mengetahui maknanya.
            Strategi yang ditawarkan hari ini adalah teamwork. Kelas dibagi dalam tujuh kelompok dengan anggota minmal lima sampai enam mahasiswa. Saya bergabung dalam kelompok tujuh (7th group) yang beranggotakan: Santiara, Meta, Nurul, dan Mega. Masing-masing kelompok menganalisis 3 kalimat, yaitu: judul, kalimat pertama dan kalimat kedua dalam paragraf pertama. Diskusi memakan waktu sekitar 30 menit, dan hasil analisis yang di presntasikannya pun tidak secara mendalam, mungkin butuh waktu sektar 30 menit lagi untuk menyempurnakannya, karena masing-masing dari kami sangat kurang berpengalaman dalam sejarah papua.
            Kali ini artikel diambil dari salah satu karya Antropolog: Eben Kirsey dalam bukunya yang berjudul Anthropology off the Shelf: Anthropologists on Writing. Namun kelas hanya membahas salah satu sub-bab yang berjudul “Don’t Use Your Data as a Pillow”. Sederetan hasil penemuan di tanah Papua ia narasikan dengan gamblang dalam bukunya: Bagaimana konflik yang tak berkesudahan menghilangkan ribuan nyawa warga papua pada saat itu, kolaborasi-kolaborasi terselubung dalam gerakan separatis OPM, terror “drakula” yang dikenal sebagai  pembunuh berdarah dingin, kekerasan, kemiskinan dimana-mana dan yang lainnya.
            Selama kelas berlangsung, saya dan teman-teman satu kelompok hanya meng-highlight beberapa point penting sebagai hasil anilisis kami, hal ini mungkin dikarenakan Reading Experiences kami tidak terlalu banyak. Ketika disuguhkan tujuh poin basic question yang ada dalam slide, lagi-lagi hanya sebagian kecil yang bisa kami jawab, hanya pertanyaan pertama yang berhasil ditaklukan, itupun jauh dari kata sempurna. Pertanyaan pertama berbunyi- What is West Papua? And Where is it located?. Salah satu dari kelompok saya, Mega Widiastuti memberikan kontribusi tentang Manokwari sebagai Ibukota Papua, dan selebihnya kami tidak tahu sama sekali.
            Berlanjut ke sesi berikutnya, yaitu menganalisis artikel. Semua bagian yang terdapat dalam teks nampaknya sedikit menyeramkan, pasalnya dalam hal menganlisis dbutuhkan waktu yang lama, focus dan daya nalar yang luar biasa kuat. Namun perasaan senang membayar semua kerja keras kelompok kita, ketika Mr.Lala menyebutkan anilisis yang kita presentasikan hampir benar. Di menit-menit pertama kita menganalisis judul- Don’t use your data as a pillow, satu-satunya pertanyaan yang kami temukan pada saat itu adalah mengapa analoginya harus menggunakan bantal?
*Note kotor kelompok 7 dalam menganalisis judul
Nurul
Jika punya data/informasi jangan dibuat sia-sia. Data yang kita punya harus ada gunanya. Jangan hanya dijadikan bantal untuk tidur dan tidak ada guna apa-apa
Mega
Jika punya data, harus benar-benar dalam membuatnya, Eligible dan dan dapat dipercaya. Jangan hanya membuatnya sebagai pelengkap untuk proyek sendiri saja.
Susi
Banta itu sebagai symbol kenyamanan. Seseorang yang mempunyai data biasanya mempunyai kekuatan, yaitu kunci pemyelasaian masalah. Maka data itu harus digunakan sebagai penyelesaian maslah, jangan hanya sekedar untuk penelitian.
Santiara
Jangan menggunakan data hanya untuk bisnis diri sendiri, harus menyebarkannya ke wider audiences. Data penelitan bisa berguna untuk orang banyak, jangan hanya dipakai untuk peluang keprofesionalannya saja
Meta
Kalo punya data jangan disimpen untuk diri sendiri, harus digunakan untuk membantu masyrakat dalam menyelesaikan masalahnya.
Conclusion
Pillow is a symbol of convenience. Jika seseorang punya data, jangan hanya diguanakan untuk kepentingan dirinya senidri, tapi harus disebarkan ke wider audiences sebagai problem solving.

            setelah perdebatan panjang menganai judul, lalu kita mulai terjun ke kalimat ke dua- A small feast had been prepared for my going away party: salty sago pudding, fish broth, fried papaya leaves, boiled yams, and chickens.  Pertanyaan yang pertama kali terbesit dalam pikiran saya mengenai kalimat pertama ternyata persis seperti apa yang dipikirkan teman saya Nurul Fatimah, yaitu mengapa kepergian Eben Kirksey harus dirayakan? Apa yang sudah Eben lakukan di Papua? Mengapa kepergian Eben harus dihormati dengan sebuah pesta?
Nurul
Kirksey telah melakukan sesuatu yang baik di Papua, makanya kepergiannya di rayakan
Susi
kirksey telah membantu rakyat papua, makanya diadakan pesta
Santiara
Adat istiadat orang papua yang selalu mengadakan pesta ketika perpisahan
Mega
Adat istiadat dari warga papua untuk Kirksey
Meta
Adat istiadat rakyat apaua memang seperti itu ketika berpisah dengan seseorang
Conclusion
Alasan mengapa diadakan pesta perpisahan untuk Kirksey adalah karena ia mungkin telah melakukan sesutau yang baik sewaktu ia berada di tanah Papua, untuk itu rakyat Papua menghormatinya dengan mengadakan pesta perpisahan.

            Masih dengan semangat 45, kami meneruskan daya imajinasi kami dengan daya nalar yang sangat minim menuju ke kalimat ke dua – It was modest affair, organized by Denny Yomaki, a human rights worker, to mark the end of my fieldwork in May 2003. Sayangnya, kalimat terkhir gagal ditaklukan, mengatur waktu 30 menit yang diberikan untuk menganalisis 3 kalimat ternyata sangat sulit. Di akhir sesi menganalisis kaliamat, terbesit pikiran tentang tafsir hadist, ternyata teks berbahasa inggrispun bisa ditafsirkan, meskipun saya yakin tata cara menafsirkan hadist jauh lebih rumit, namun setidaknya saya meraskan lelahnya menerka-nerka dalam mencapai suatu konsesus bersama .
            Tapak demi tapak kami jajaki ketika menjelajahi papua dalam ruang kelas yang masih menyuguhkan oksigen pagi yang segar, tak terasa 100 menit sudah terlewati dan hanya lukisan-lukisan  tak beraturan yang berkelabatan di alam pikiran saya ketika melihat Bapak dosen keluar ruangan. Perjalanan papua akan menjadi lahan eksplorasi in a half past season of writing class.
            Log book saya kali ini, akan mencoba mengisi point-point pertanyaan yang merupakan bekal utama ketika menjelajah tanah Papua, ke tujuuh pertanyaa yang gagal diisi ketika saya berada di dalam kelas:
1.      What is West Papua? And where is it located?
Answer:
(Wikipedia.org) Papua Barat merupakan wilayah bagian barat dari Pulau Papua yang terbagi ke dalam 2 provinsi Indonesia, yaitu Provinsi Papua dan Papua Barat. Wilayah ini juga sering hanya disebut sebagai Papua Barat (West Papua) oleh berbagai media internasional. Sedangkan kronologis munculnya kerajaan Belanda di Irian dimulai pada Tahun 1826, ketika Pieter Merkus, gubernur Belanda untuk Maluku, mendengar kabar angin bahwa Inggris mulai masuk pantai Irian di sebelah timur Kepulauan Aru. Dia mengutuskan rombongan untuk menjajagi pantai tersebut sampai Pulau Dolak. Dua tahun kemudian, Belanda membangun Fort Du Bus, yang sekarang menjadi kota Lobo, dengan tujuan utama menghadang kekuatan Eropa lain mendarat di Irian barat. Fort Du Bus ditinggalkan tahun 1836. Tahun 1872, Tidore mengakui kekuasaan Kerajaan Belanda atasnya. Belanda baru kembali ke Irian tahun 1898. Irian dibagi antara Belanda, Jerman (bagian utara Irian timur) dan Inggris (bagian selatan Irian timur). Garis busur 141 diakui sebagai batas timur Irian barat. Pada1898 - 1949, Papua bagian barat dikenal sebagai Nugini Belanda(Nederlands Nieuw-Guinea atau Dutch New Guinea) yang merupakan bagian dari Hindia Belanda.
·         Perebutan Irian Jaya dari Nederland
Pada tanggal 17 Agustus 1945, Hindia Belanda memproklamasikan kemerdekaannya menjadi negara Indonesia. Indonesia pun menuntut semua wilayah bekas Hindia Belanda sebagai wilayahnya. Akan tetapi, Belanda ingin menjadikan Papua bagian barat sebagai negara terpisah karena adanya perbedaan etnis. Status Papua bagian barat tidak terselesaikan dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag dan diputuskan untuk ditunda pembahasannya selama 1 tahun. Penyelesaian status Papua bagian barat menjadi berlarut-larut dan tidak selesai juga hingga tahun 1961, sampai terjadilah pertikaian bersenjata antara Indonesia dan Belanda pada Desember1961 dan awal 1962 untuk memperebutkan wilayah ini. Melalui Perjanjian New York, akhirnya disetujui untuk menyerahkan sementara Papua bagian barat kepada PBB melalui United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA) sebelum diberikan sepenuhnya kepada Indonesia pada 1 Mei 1963. Kedudukan Papua bagian barat menjadi lebih pasti setelah diadakan sebuah referendumact of free choice pada tahun 1969, dimana rakyat Papua bagian barat memilih untuk tetap menjadi bagian dari Indonesia.
(Nederlands Nieuw-Guinea atau Dutch New Guinea)

           
           

             

                                                                                                                                          



Peta pembagian wilayah jajahan atas pulau Papua


·       Letak geografis wilayah Irian Jaya
Utara
Samudra pasifik
selatan
Samudra Hindia, Laut Arafuru, Australia
Barat
Maluku
timur
Papua nugini

·       Peran petingg-petinggi negara ketika terjadi konflik di Papua
(humanrights.asia:2013) sepanjang tahun 1977-1978 terdapat sederetan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan pemerintahan indonesia pada periode tersebut: genosida, pelanggaran seksual, kekerasan. Hasil penelitian mengungkapkan kematian lebih dari 4,000 orang Papua, termasuk anak-anak, akibat operasi yang dilakukan oleh tentara Indonesia. Asian Human Rights Commission membuat klaim bahwa rangkaian kekerasan yang dideskripisan di dalam laporan ini memenuhi unsur kejahatan genosida sebagaimana disebutkan dalam Konvensi Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida yang diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada tahun 1984. Organisasi yang bermarkas di Hong Kong ini juga menyatakan bahwa pelanggaran HAM yang terjadi merupakan tanggung jawab dari petinggi di Tentara Nasional Indonesia pada saat itu, termasuk di antaranya mantan presiden Indonesia, Mayor Jendral Soeharto.

·       Peran Ir.Soekarno dalam mengintegrasikan Papua dalam NKRI
(kompasmania.com:2012) Soekarno melakukan perundingan Linggarjati, KMB, perjanjian Renville dan KAA untuk memerdekakan Papua agar masuk ke wilayah NKRI. Perjuangan Bung Karno ini membuahkan hasil. 15 Agustus 1962 Indonesia-Belanda menandatangani New York Agreement yang difasilitasi PBB. Sesuai persetujuan New York itu, Belanda menyerahkan kekuasaan atas Irian Barat kepada PBB. Untuk maksud itu, dibentuklah Badan Pemerintahan Sementara PBB (UNTEA).
Pengambil-alihan pemerintahan di Irian barat oleh UNTEA ini tercatat dalam Resolusi Majelis Umum PBB No. 1752 tanggal 21 September 1962. Maka tanggal 1 Oktober 1962 secara resmi berlangsung penyerahan kekuasaan dari Pemerintahan Belanda kepada UNTEA dibawah pimpinan Administrator Jose Rolz Bennet yang tidak lama kemudian diganti oleh Dr. Djalal Abdoh. Tanggal 31 Desember 1962 bendera Belanda diturunkan dari wilayah Papua Barat dan sebagai gantinya dikibarkanlah bendera Indonesia berdampingan dengan bendera PBB (UNTEA).
Perjuangan Soekarno dalam menganbil tanah papua, beliau pun didesak untuk mejalankan TRIKORA (TRI KOMANDO RAKYAT), sebagai langkah awal pelaksanaan TRIKORA adalah pembentukan suatu komando oprasi, yang diberi nama “Komando Mandala Pembebasan Irian Barat”, sebagai panglima komando adalah Brigjen Soeharto yang kemudian dinaikan pangkatnya menjadi mayor jendral.
2.      What differences can you spot between Papua and Irian Jaya?
Answer:
Wilayah Papua bagian barat sejak pertama kali bergabung ke NKRI, soekarno menamai wilayah itu dengan sebutan Irian Barat (1969-1973), nama Irian Barat kemudian diganti menjadi Irian Jaya pada masa rezim Soeharto ketika  meresmikan tambang tembaga dan emas Freeport, nama Irian Jaya dipakai sampai tahun 2002. Namun pada tahun 2003, nama Irian Jaya diganti menjadi Papua.
Pergantian nama ini membawa dampak penting pada kehidupan tanah papua, nama Irian Jaya yang berarti Ikut Republik Indonesia Anti Nederland bisa dibilang Irian Jaya adalah masa tersulit bagi warga papua, karena periode ini banyak sekali terjadi pembantaian yang terjadi di Papua yang dilakukan oleh pemerintah Indoensia yang dipimpin oleh Soeharto, selain itu juga Otonomi Khusus (Otsus) yang dberikan oleh Presiden Soekarno dicabut, sehingga menghambat langkah Papua untuk bertindak tegas. Namun ketika diganti berganti nama menjadi Papua, penindasan rakyat atas pemerinthan Indonesia berakhir.
3.      In what year the land called Papua integrated into NKRI?
Answer:
Tanggal 31 Desember 1962 bendera Belanda diturunkan dari wilayah Papua Barat dan sebagai gantinya dikibarkanlah bendera Indonesia berdampingan dengan bendera PBB (UNTEA).
4.      What is TRIKORA?
Answer:
TRIKORA adalah bentuk perlwanan terhadap pemeritah Belanda yang tidak mau melepaskan kekuasaannya atas Papua, pada waktu itu Belanda ingin meluncurkan niat liciknya untuk menjadikan Papua sebagai wilayah dekolonisasi, yaitu rencana bahwa Blenada akan memerdekakan Papua pada waktu yang telah ditentukan.
Untuk menanggapi rencana licik tersebut, pada tanggal 19 desember 1961, Presiden Soeharato mengumumkan TRIKORA dalam rapat raksasa di alun-alun Yogyakarta, yang isinya:
Ø  Gagalkan berdirinya negara boneka Papua bentukan Belanda
Ø  Kibarkan sang merah putih di Irian Jaya tanah air Indonesia
Ø  Bersiap melaksanakan mobilisasi umum
5.      What are the role of soekarno in the integration of Papua into NKRI?
Answer:
Soekarno melakukan perundingan Linggarjati, KMB, perjanjian Renville dan KAA untuk memerdekakan Papua agar masuk ke wilayah NKRI. Perjuangan Bung Karno ini membuahkan hasil. 15 Agustus 1962 Indonesia-Belanda menandatangani New York Agreement yang difasilitasi PBB. Sesuai persetujuan New York itu, Belanda menyerahkan kekuasaan atas Irian Barat kepada PBB. Untuk maksud itu, dibentuklah Badan Pemerintahan Sementara PBB (UNTEA). Selain itu pun Soekarno mejalankan TRIKORA (TRI KOMANDO RAKYAT), sebagai langkah awal pelaksanaan TRIKORA adalah pembentukan suatu komando oprasi, yang diberi nama “Komando Mandala Pembebasan Irian Barat”, sebagai panglima komando adalah Brigjen Soeharto yang kemudian dinaikan pangkatnya menjadi mayor jendral.
6.      What did the Dutch colonial do in Papua?
Answer:
Lamanya penjajahan Belanda di Indonesia tidak sama dengan lamanya penjajahan Belanda di Papua Barat. Indonesia dijajah oleh Belanda selama sekitar 350 tahun dan berakhir ketika Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 27 Desember 1949. Papua Barat, secara politik praktis, dijajah oleh Belanda selama 64 tahun (1898-1962). (Anneahira.com) pada awal pemerintahan Belanda di Papua sejak tahun 1898, tak seorangpun warga pribumi membentuk gerakan anti Belanda sehingga tak seorangpun dibunuh sehingga terjadi kehidupan yang harmonis. Hal ini merupakan bukti nyata bahwa rakyat papua tidak merasa pernah dijajah oleh Belanda seperi daerah Indonesia yang lain. namun pada saat pemerintahan Jepang, banyak rakyat pribumi yang disiksa, dipotong tangannya serta dibunuh.
7.      What are the roles of US-UN and our neighboring countries in the Papuan conflicts?
Answer:
Presiden Amerika Serikat yang baru saja terpilih John Fitzgerald Kennedy merasa risau dengan perkembangan yang terjadi di Irian Barat. Dukungan Uni Soviet ( PM. Nikita Kruschev ) kepada perjuangan RI untuk mengembalikan Irian Barat dari tangan Belanda, menimbulkan terjadinya ketegangan politik dunia, terutama pada pihak Sekutu (NATO) pimpinan Amerika Serikat yang semula sangat mendukung Belanda sebagai anggota sekutunya. Apabila Uni Soviet telah terlibat dan Indonesia terpengaruh kelompok ini, maka akan sangat membahayakan posisi Amerika Serikat di Asia dan dikhawatirkan akan menimbulkan masalah Pasifik Barat Daya. Apabila pecah perang Indonesia dengan Belanda maka Amerika akan berada dalam posisi yang sulit. Amerika Serikat sebagai sekutu Belanda akan di cap sebagai negara pendukung penjajah dan Indonesia akan jatuh dalam pengaruh Uni Soviet.
Untuk itu, dengan meminjam tangan Sekjend PBB U Than, Kennedy mengirimkan diplomatnya yang bernama Elsworth Bunker untuk mengadakan pendekatan kepada Indonesia – Belanda.
Sesuai dengan tugas dari Sekjend PBB ( U Than ), Elsworth Bunker pun mengadakan penelitian masalah ini, dan mengajukan usulan yang dikenal dengan ”Proposal Bunker”. Adapun isi Proposal Bunker tersebut adalah sebagai berikut : ”Belanda harus menyerahkan kedaulatan atas Irian barat kepada Indonesia melalui PBB dalam jangka waktu paling lambat dua tahun”
Usulan ini menimbulkan reaksi :
1. Dari Indonesia : meminta supaya waktu penyerahan diperpendek
2. Dari Belanda : setuju melalui PBB, tetapi tetap diserahkan kepada Negara Papua Merdeka.
Lalu apa yang terjadi dalam persetujuan New York ( New York agreement ) ? Setelah operasi-operasi infiltrasi mulai mengepung beberapa kota penting di Irian Barat, sadarlah Belanda dan sekutu-sekutunya, bahwa Indonesia tidak main-main untuk merebut kembali Irian Barat. Atas desakan Amerika Serikat, Belanda bersedia menyerahkan irian Barat kepada Indonesia melalui Persetujuan New York / New York Agreement.
Isi Pokok persetujuan :
1. Paling lambat 1 Oktober 1962 pemerintahan sementara PBB (UNTEA) akan menerima serah terima pemerintahan dari tangan Belanda dan sejak saat itu bendera merah putih diperbolehkan berkibar di Irian Barat..
2. Pada tanggal 31 Desember 11962 bendera merah putih berkibar disamping bendera PBB.
3. Pemulangan anggota anggota sipil dan militer Belanda sudah harus selesai tanggal 1 Mei 1963
4. Selambat lambatnya tanggal 1 Mei 1963 pemerintah RI secara resmi menerima penyerahan pemerintahan Irian Barat dari tangan PBB
5. Indonesia harus menerima kewajiban untuk mengadakan Penentuan Pendapat rakyat di Irian Barat, paling lambat sebelum akhir tahun 1969.
Sesuai dengan perjanjian New York, pada tanggal 1 Mei 1963 berlangsung upacara serah terima Irian Barat dari UNTEA kepada pemerintah RI. Upacara berlangsung di Hollandia (Jayapura). Dalam peristiwa itu bendera PBB diturunkan dan berkibarlah merah putih yang menandai resminya Irian Barat menjadi propinsi ke 26. Nama Irian Barat diubah menjadi Irian Jaya ( sekarang Papua )
8.      What is Organisai Papua Merdeka ( OPM ) and who finances them?
Answer:
OPM adalah organisasi separatism yang menginginkan papua menjadi negara independen, terpisah dari NKRI. OPM didasari karena ketidakadilan dan ketidakpuasan. Impian yang dideklarasikan OPM adalah mendirikan “Republik Papua Barat”-gabungan Propinsi Papua dan Papua Barat. “Republik Papua Barat” dideklarasikan setelah Belanda mundur-antara lain akibat tekanan dari negara adidaya Amerika Serikat-dari Bumi Cenderawasih, pada 1963.
Orang-orang yang membiayai OPM adalah agen militer Indonesia sendiri yang secara diam-diam mendukung Papua Merdeka (Eben Kirksey), selain itu negara luar yang berkepentingan bisnis juga ikut dalam intervensi politik papua, seperti Amerika, Inggris dan Australia. Mereka membantu urusan logistic dan intelijen OPM, karena mempunyai maksud terselubung yaitu menjarah lahan emas yang ada di Papua, yang diperkirakan tidak akan habis walaupun digali selama 100 tahun. Jika pemerintah Indonesia sekarang melepaskan Papua, maka kita membiarkan rakyat Papua dijajah kembali oleh negara asing.
            Jadi dapat disimpulkan, bahwa gerakan separtis papua merupakan penyimpangan yang harus segera diselesaikan. Konflik ini berlangsung sangat alot dan sama sekali belum menemukan titik terang, mungkinkah pemerinthan Indonesia tetap menjaga prinsip NKRI atau bahkan melepaskan Papua untuk meredeka? Tentunya diskusi yang sangat panjang harus dilakukan untuk mengetahui jawaban yang tepat dalam permaslahan ini. Sederetan cerita rakyat Papua diatas adalah gambaran bahwa sejarah telah membukakan mata dan pikiran kita bahwa tidak heran jika Papua ingin memisahkan diri dari Indonesia, selain dikarenakan berbagai factor eksteren, hal interen juga ikut andil dalam kasus ini, genosida yang dilakukan oleh mantan Presiden Indonesia adalah bukti nyata yang menggambarkan besarnya dendam rakyat Papua terhadap Indonesia.
 
Referensi
Comments
0 Comments

0 Comments:

Post a Comment