Sunday, April 6, 2014

Reading Time : Menyelami Lebih Jauh “West Papua”



بسم الله الرحمن الرحيم
Reading Time : Menyelami Lebih Jauh “West Papua”

Kembali berkutat dengan class review.  All about pertemuan ke sembilan mata kuliah writing, di hari Jum’at 04 April 2014.  Kali ini kembali ke setengah delapan pagi, tidak seperti hari-hari sebelumnya (masuk pukul 06.00, tidak juga pukul 07.00 ).  Reading time.  Itu adalah poin utama dari apa yang disampaikan Mr. Lala Jum’at kemarin.  Mulai dari hari jum’at kemarin dan mungkin sampai dua minggu kedepan, sebelum masuk ke argumentative essay kita akan lebih dahulu banyak membaca, menganalisis teks, saling bertukar pikiran dengan teman-teman lainnya.  Di kelas review ini akan dijelaskan beberapa hal, yakni; pembahasan Mr. Lala mengenai perkembangan apa yang beliau lihat di awal pertengahan pertama semester ini, apa yang beliau harapkan dipertengahan semester selanjutnya, kegiatan selama proses belajar di kelas pada hari Jumat lalu, dan trivia Quiz (daftar pertanyaan) yang diajukan Mr. Lala lengkap dengan jawabannya. 
Di menit-menit awal,  Mr. Lala mengungkapkan perkembangan apa yang beliau lihat di awal pertengahan pertama semester ini.  Beliau mengungkapkan beberapa hal diantaranya ;
Ada rasa lelah dalam artian yang sangat literal, perasaan yang sama seperti apa yang diungkapkan Mr. William ketika Mr. Lala mengatakan bahwa Beliau mengajar writing di empat kelas.  Tapi, perasaan itu tentunya tidak hanya dirasakan oleh Mr. Lala tapi semuanya, semua mahasiswa di kelas writing yang beliau ampu.  Ya, itu semua karena writing bukanlah pekerjaan yang sederhana, tapi “massive”.
Namun, meskipun semua mahasiswa terlihat lelah, dari kesemuanya terlihat satu progress meskipun perkembangan itu belum stabil.  Kemudian beliau menyebutkan bahwa; sulit untuk melihat karya-karya berkualitas tinggi konstan yang dihasilkan oleh mahasiswa saya. 
Tidak hanya itu, Mr. Lala-pun mengungkapkan bahwa “saya benar-benar kecewa.   Hal ini dikuatkan dengan pernyataan Mr. Lala; “apalagi jika ada yang mengatakan “khilaf” saat melakukan kesalahan” ketika ada (terlalu) banyak siswa melanggar aturan dalam pengajuan tugas. 


Selanjutnya Beliau mengungkapkan bahwa Beliau tidak mentolerir kesalahan / kesalahan / kebodohan kecil!  Meskipun beliau bukanlah orang yang perfectionis.  Mengapa demikian?  Karena satu kesalahan kecil bisa saja menimbulkan satu masalah besar, contohnya jika kita mengendarai motor/mobil dan saat akan berbelok arah, kita tidak menyalakan “lampu sen”, itu bisa menyebabkan kita tertabrak oleh kendaraan lain, dan membuat celaka pihak lain yang ada di tempat itu.
Selain itu, muncul juga ungkapan bahwa mempromosikan penulis sekaligus pembaca multibahasa adalah pekerjaan yang nyata!  Perlu usaha yang cukup keras untuk melakukannya karena banyak mahasiswa yang bagus dalam menulis teks berbahasa Indonesia tapi tidak cukup baik dalam Bahasa Asing.  Hal ini menggambarkan bahwa perrgerakan di L1 menuju L2 adalah perjalanan yang nyata!  Karena untuk mahir di L1 juga L2 tidak akan mampu dalam sekejap, dibutuhkan usaha-usaha nyata, contohnya dengan mempraktekkannya dalam kegiatan menulis.
Setelah membahas tentang mengungkapkan perkembangan apa yang beliau lihat di awal pertengahan pertama semester ini  Mr. Lala mengungkapkan Apa yang beliau harapkan di pertengahan kedua semester ini, diantaranya :
1.      Kerangka kerja yang lebih baik dari kata suci (sacred) "SIKAP"
Mengapa demikian?  Karena sikap merupakan hal utama yang nampak nyata dari perilaku seseorang, sikap bisa dianalisis oleh orang lain.  Suatu hal yang menunjukkan upaya untuk menghargai orang lain, juga menunjukkan antusiasme kita.  Oleh karena itu setiap orang harus memperhatikan attitude masing-masing. Pengalaman membaca ( ekstensif dan intensif ) yang konstan
2.      Mulai dari sekarang semua mahasiswa diharpakan untuk membaca secara intensif, dan berkelanjutan.  Seperti apa yang telah diungkapkan diatas, “it’s time to reading” jadi semua mahasiswa harus berusaha membaca secara intensif, tidak semaunya sendiri. 
3.      Selain membaca secara intensif, semua mahasiswa juga diharapkan melakukan diskusi terus-menerus dengan partnernya, siapapun itu tergantung pada pribadi masing-masing.  Diskusi yang terus berjalan diluar kelas, meskipun hanya diantara dua orang.
4.      Sebuah doa konstan setiap detik!
Nah, selain berusaha membaca secara intensif, dan juga diskusi, satu hal yang sangat crucial yakni “doa” karena sebuah kegiatan jika tidak disertai dengan doa mungkin saja tidak akan memperoleh berkah dari-Nya, yang akhirnya bisa saja menggagalkan kegiatan tersebut
5.      Fokus, komitmen, ketekunan, kerjasama merupakan keharusan yang tidak boleh terabaikan dalam melakukan sesuatu terutama membaca.  Bahkan kemarin, Mr. Lala sampai menyebutkan kata kerjasama berkali-kali.
Setelah menjelaskan mengenai perkembangan apa yang Mr. Lala lihat di awal pertengahan pertama semester ini, juga harapan beliau setengah semester kedepan, Beliau menjelaskan apa yang harus kami lakukan dalam pembelajaran di kelas kala itu.  Apa yang harus kami lakukan kala itu adalah ; Membuat kelompok beranggotakan lima orang, kemudian Membaca teks yang dipilih "Don’t use Your Data as A Pillow" dengan waktu kurang lebih 25 menit.  Tidak hanya membaca, kami juga  harus membaca kalimat dengan keras dan berbagi pemikiran masing-masing mengenai tiap kalimat yang dibaca.  Kemudian setalah semua pendapat terkumpul, kami harus membuat satu kesimpulan yang disetujui oleh semua annggota.  Dan di akhir kami harus membuat catatan apa yang telah didiskusikan.  Berikut ini adalah hasil diskusi dari kelompok lima yang beranggotakan :
1.      Aam Amaliah
2.      Eka Ramdhani Niengsih
3.      Latifah Nurhasanah
4.      Nur Komariyah
5.      Suneti Alawiyah 
Berikut ini hasilnya :
a.       Proses analysis judul teks “Don’t Use Your Data as A Pillow”
Pendapat masing-masing anggota :
Aam                 : Jangan hanya menjadikan data sebagai pengetahuan saja, hanya sekedar tahu, tapi harus diimplementasikan.
Latifah             : jangan hanya membiarkan data  yang telah kita peroleh, namun harus lebih dieksplore lagi.
Nur Komariyah           : Jangan jadikan data hanya sebagai pangkuan untuk istirahat.
Suneti              : jangan hanya menggunakan data sebagai bantal yang kita lupakan, dan jangan hanya menjadikannya sebagai pajangan.
Eka Ramdhani : ketika kita mendapatkan sebuah data, maka kita harus meng-eksplore lagi data tersebut dengan mencari berbagai sumber lain sebagai rujukan, penguat.
Kesimpulan :
Data sebagai suatu data yang concrete tidak seharusnya hanya dijadikan sebagai sebuah hiasan (ornament).  Ketika kita mendapatkannya, kita harus mencari informasi lainnya, sebagai bukti untuk menunjang data tersebut.

Statement 1
Aam                 : sebelum pesta perpisahan itu, pihak pelaksana pesta telah menyiapkan makanan-makanan khas papua untuk menghormati penulis
Latifah             : Yang mengadakan pesta adalah salah satu suku di papua, yang diselenggarakan untuk penulis.
Suneti              : pesta perpisahan yang disebutkan penulis merupakan pesta perpisahan antara suku yang tidak diketahui dengan penulis yang didalamnya menghidangkan berbagai macam makanan khas papua.
Nur Komariyah : pesta kecil dari salah satu suku untuk si penulis.
Eka Ramdhani : Pesta kecil dengan menghidangkan makanankhas papua untuk perpisahan si penulis.
Kesimpulan : sebuah pesta perpisahan kecil yang disiapkan oleh orang yang belum diketahui untuk si penulis yang disempurnakan dengan berbagai hidangan khas papua.


Statement 2
Pendapat masing-masing anggota :
Aam                 : dari kalimat tersebut memunculkan pertanyaan; siapa Deny Yomaki?  Dan muncul beberapa argumen, yakni; mungkin saja dia ingin mencari tahu keadaan disana, atau ingin memajukan ketertinggalan rakyat Papua, dll.
Eka Ramdhani            : Deny Yomaki adalah activist HAM yang merencanakan pesta perpisahan kecil tersebut untuk menandai berakhirnya penelitian penulis.
Latifah                         : pesta perpisahan kecil tersebut dilaksanakan oleh Deny Yomaki seorang activist HAM untuk menandai berakhirnya penelitian penulis.
Nur Komariyah           : pesta perpisahan kecil tersebut diorganisir oleh Deny Yomaki untuk menandai berakhirnya penelitian penulis.
Suneti                          : Deny Yomaki mewakili orang-orang disana dalam menyiapkan pesta perpisahan kecil untuk menandai berakhirnya penelitian penulis.

            Setelah itu, setiap kelompok membagikan apa yang telah diperoleh dari proses diskusi dalam waktu satu menit.  Perolehan tersebut dapat dilihat dalam gambar dibawah ini :
 
 
            Kemudian setelah hasil diskusi dari semua kelompok di share, Mr. Lala Bumela menambahkan beberapa bahwa data jangan dijadikan hanya sebagai ornamen atau hiasan yang terdapat dalam suatu penelitian.  Itulah yang dimaksud Mr.Lala bahwa data sebagai ornamen.  Lebih lanjut lagi, Mr.Lala mengungkapkan bahwa data asalnya dari informasi yang tidak akan menjadi apa-apa jika tidak dilakukan research.  Informasi sendiri menurut Lehtonen bisa diperoleh dalam bentuk spoken, written, visual, dan combination.
Correspondingly, ‘text’ can mean any form of signification: writings, photographs, movies, newspapers and magazines, advertisements and commercials; all and all, every kind of human signification practice. These, in turn, often combine spoken and written words, images and sounds.  Indeed, categorizing texts is not always an easy task, and all categorizing has its own problematics. One way is to divide texts into verbal and nonverbal categories. Verbal texts, however, can be either written or spoken, just as non-verbal texts can be images or sounds. Another way is to make a distinction between visual and auditory texts (for example, between writing and speech, or image and sound).” (Lehtonen, 2000: 48)
Informasi berubah kedudukannya menjadi sebuah data saat informasi itu digunakan untuk “RESEARCH” atau penelitian, penelitian adalah kegiatan yang mempunyai kepentingan tertentu dan pelaksanaannya pun membutuhkan waktu juga biaya yang cukup besar.
Teks yang didiskusikan pada intinya menmbicarkan tentang apa yang sebenarnya terjadi di Papua.  Hal ini sejalan dengan Trivia Quiz (bebrapa pertanyaan dari Mr.Lala) yang insyaallah bisa membuka pemahaman kita mengenai Papua.  Yakni :
·         What is West Papua? And where is it located?
·         What differences can you spot between PAPUA and IRIAN JAYA?
·          In what year the land called Papua integrated into NKRI?
·         What is Trikora?
·         What are the roles of Soekarno in the integration of Papua into NKRI?
·         What did the Dutch colonial do in Papua?
·          What are the roles of US-UN and our neighbouring countries in the Papua conflicts?
·         What is Organisasi Papua Merdeka (OPM) and who finances them?

What is West Papua? And where is it located?
What is West Papua? And where is it located?  Mungkin pertanyaan ini akan muncul dibenak anda ketika mendengar nama Papua.  Berikut ini adalah penjelasan singkat yang insyaalah bisa menjawab pertanyaan tersebut, sekaligus dapat juga membedakan antara papua dan irian jaya.  
Papua adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Nugini bagian barat atau west New Guinea.  Papua juga sering disebut sebagai Papua Barat karena Papua bisa merujuk kepada seluruh pulau Nugini termasuk belahan timur negara tetangga, east New Guinea atau Papua Nugini. Papua Barat adalah sebutan yang lebih disukai para nasionalis yang ingin memisahkan diri dari Indonesia dan membentuk negara sendiri. Provinsi ini dulu dikenal dengan panggilan Irian Barat sejak tahun 1969 hingga 1973, namanya kemudian diganti menjadi Irian Jaya oleh Soeharto pada saat meresmikan tambang tembaga dan emas Freeport, nama yang tetap digunakan secara resmi hingga tahun 2002. Nama provinsi ini diganti menjadi Papua sesuai UU No 21/2001 Otonomi Khusus Papua. Pada masa era kolonial Belanda, daerah ini disebut Nugini Belanda (Dutch New Guinea).
Dalam kenyataan, Irian itu berasal dari bahasa Biak, yaitu nama yang dipakai dalam mitologi dan folklore tradisional Biak untuk menyebut daratan besar yang oleh orang Eropa dinamakan "Guinea Baru". Khusus dalam ceritera-ceritera Manarmakeri ada fragment berikut:
<< 
Bapak Orangkaya Sanawi bangkitlah, kau orang suci, kau menghalangi sinar matahari di Gunung Yamnaibori, gunung gadis dara Pulau Biak, agar kita muatkan segala perkakas ke kapal dan berlepas menujukan haluan kepada daratan Irian. Maka mataku telah melihat bintang Sampari [= Bintang Kejora] menyingsing, tidak berdiam saja di Jumamba ([= di timur].>>


Lihat: Freerk Ch. Kamma, 1972, Koreri: Messianic movements in the Biak-Numfor Culture Area, translated by M.J. van de Vathorst-Smit. The Hague: Martinus Nijhoff, lihat sana halaman 27.
Dalam notulen konperensi Malino yang dipublikasi dengan judul "Kort verslag van de vergadering van de Malino-Conferentie op 18 Juli 1946" yang diterbitkan dalam S.L. van der Wal (ed.), "Offici‘le bescheiden betreffende de Nederlands-Indonesische betrekkingen 1945-1950", deel 5, 16 Juli - 28 Oct. 1946, tercantum:
<< 
De heer Kasiepo zeide, dat ......... De band van het landschap Tidore met Nieuw-Guinea dient te worden verbroken. De naam Papoea moet worden afgeschaft, omdat dit woord het Tidoreesch "slaaf" beteekent. Het volk wenscht het land "Nieuw-Guinea" te noemen en het volk "Irian".>> 


artinya:
"
Tuan Kasiepo mengatakan, bahwa......... Ikatan kawasan Tidore dengan Guinea Baru hendaknya diputuskan. Nama Papua perlu dibatalkan, karena kata ini adalah kata bahasa Tidore yang berarti "budak". Rakyat menginginkan supaya negerinya dibamakan 'Guinea Baru' dan bangsanya dinamakan 'Irian'."


Keterangan yang senada dengan itu (tapi sangat ringkas) dapat juga dibaca dalam Ensiklopedi Indonesia suntingan Shadily dll. (sub "Irian").
Berkenaan dengan kata "Papua", maka dapat diterangkan bahwa nama ini berasal dari pendengaran Portugis akan kata "pepuah" atau "puah-puah" yang berarti "berambut keriting" dalam logat Melayu di Maluku Utara di masa lampau. Lihat misalnya R.J. Wilkinson, "A Malay-English dictionary" (1903):
Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi Irian Jaya Barat, Provinsi Irian Jaya Tengah, Kabupaten Mimika, Kabupaten Paniai, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong. Setelah dipromulgasikan pada tanggal 1 Oktober 1999 oleh Presiden B.J. Habibie, rencana pemekaran Provinsi Papua menjadi tiga provinsi ditolak warga Papua di Jayapura dengan mengadakan demonstrasi akbar pada tanggal 14 Oktober 1999. Sejak saat itu pemekaran provinsi ditangguhkan, sementara pemekaran kabupaten tetap dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999.  Pada tahun 2002, atas permintaan masyarakat Irian Jaya Barat yang diwakili Tim 315.
Pemekaran Irian Jaya Barat kembali diaktifkan berdasarkan Inpres Nomor 1 Tahun 2003 yang dikeluarkan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada tanggal 27 Januari 2003. Sejak saat itu, Provinsi Irian Jaya Barat perlahan membentuk dirinya menjadi sebuah provinsi yang definitif. Dalam perjalanannya, Provinsi Irian Jaya Barat mendapat tekanan keras dari induknya Provinsi Papua hingga ke Mahkamah Konstitusi melalui uji materiil. Mahkamah Konstitusi akhirnya membatalkan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 yang menjadi payung hukum Provinsi Irian Jaya Barat. Namun Provinsi Irian Jaya Barat tetap diakui keberadaannya. 
Provinsi Irian Jaya Barat terus membenahi diri dengan terus melengkapi    sistem pemerintahannya, walaupun di sisi lain dasar hukum pembentukan provinsi ini telah dibatalkan. Setelah memiliki wilayah yang jelas, penduduk, aparatur pemerintahan, anggaran, anggota DPRD, akhirnya Provinsi Irian Jaya Barat menjadi penuh ketika memiliki gubernur dan wakil gurbernur definitif Abraham Octavianus Atururi (Brigjen Marinir Purn.) dan   Drs. Rahimin Katjong, M.Ed yang dilantik pada tanggal 26 Juli 2006. Sejak saat itu, pertentangan selama lebih dari 6 tahun sejak Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 dikumandangkan dan pertentangan sengit selama 3 tahun sejak Inpres Nomor 1 Tahun 2003 dikeluarkan berakhir dan Provinsi Irian Jaya Barat mulai membangun dirinya secara sah. Dan sejak tanggal 6 Februari 2007 Provinsi Irian Jaya Barat berubah nama menjadi Provinsi Papua Barat.
·         In what year the land called Papua integrated into NKRI?
Dalam sebuah situs internet (http://zonadamai.com) mengemukakan  Soal status politik Papua sebenarnya sudah selesai sejak Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 berdasarkan azas hukum internasional Uti Possedetis Juris : batas wilayah negara bekas jajahan yang kemudian merdeka, mengikuti batas wilayah sebelum negara tersebut merdeka. Konsekuensi logisnya, Irian Barat (West Papua) otomatis beralih statusnya menjadi bagian wilayah Republik Indonesia sejak saat proklamasi 17 Agustus 1945. Sedangkan 1 Mei 1963 adalah penggabungan kembali (integrasi) Papua ke dalam NKRI, karena sejak proklamasi kemerdekaan RI, Belanda enggan meninggalkan Papua.
Hal ini dikuatkan juga dengan ungkapan Tokoh pendiri Organisasi Papua Merdeka (OPM) Franzalbert Joku.  Franzalbert mengatakan, Papua menjadi bagian dari wilayah NKRI berdasarkan azas uti possidetis juris.  Papua/Irian Barat sejak sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sudah sah menjadi wilayah NKRI berdasarkan azas  uti possidetis juris. Tetapi ditahan oleh  Belanda  untuk sementara  waktu dan diserahkan kepada Indonesia  melalui proses Penentuan Pendapat Rakyat  (Pepera).
Menurut azas uti possidetis juris yang berlaku umum dalam hukum internasional, negara yang merdeka mewarisi wilayah bekas negara penjajahnya (Penjelasan Pasal 6 ayat (1) huruf a UU No. 43 Tahun 2008).
Hal itu diungkapkan Franzalbert akhir April lalu melalui siaran pers yang dikirimkan ke sejumlah media lokal maupun nasional, dalam rangka peringatan 50 tahun penyerahan Irian Barat dari Belanda ke Indonesia melalui PBB (UNTEA) 1 Mei 1963. Joku yang kini sudah kembali menjadi WNI dan menjabat sebagai Ketua Umum Badan Otorita Adat Sentani (BOAS) itu mengatakan, menjelang hari  bersejarah tanggal 1 Mei setiap tahun, sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat Papua dengan munculnya kembali semangat kebangsaan. Sebuah semangat yang  tumbuh dan lama  berkembang bahkan sebelum lahirnya  Proklamasi 17 Agustus Republik Indonesia.
·         What is Trikora?
Operasi TRIKORA di cetuskan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 19 Desember 1961 bertempat di alun-alun Utara yogyakarta. Trikora merupakan sebuah operasi yang bertujuan untuk mengembalikan wilayah Papua bagian barat ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Trikora muncul karna adanya kekecewaan dari pihak indonesia yang selalu gagal dalam perundingan dengan Belanda untuk mengembalikan irian barat yang secara sepihak diklaim sebagai salah satu provinsi kerajaan Belanda.
Isi Trokora adalah sebagai berikut:
1.      Gagalkan pembentukan "Negara Papua" bikinan Belanda kolonial
2.      Kibarkan sang merah putih di Irian Barat tanah air Indonesia
3.      Bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa

·         What are the roles of Soekarno in the integration of Papua into NKRI?
Sebelum di cetuskanya TRIKORA presiden sukarno pada tahun 1960 memerintahkan Jendral. A.H. Nasution untuk mencari peralatan militer ke luar negeri, negara yang pertama dikunjungi adalah Amerika, namun menolaknya, lalu A.H. Nasution meminta bantuan pada uni sovyet dan berhasil mengadakan perjanjian jual beli senjata dan peralatan tempur berupa : 41 Helikopter MI-4, 9 Helikopter MI-6, 30 pesawat jet MiG-15, 49 pesawat buru sergap MiG-17 ,10 pesawat buru sergap MiG-19, 20 pesawat pemburu supersonik MiG-21, 12 kapal selam kelas Whiskey, puluhan korvet, dan 1 buah Kapal penjelajah kelas Sverdlov, 22 pesawat pembom ringan Ilyushin Il-28, 14 pesawat pembom jarak jauh TU-16, dan 12 pesawat TU-16 versi maritim ( lengkap dgn rudal AS-1 Kennel ), 26 pesawat angkut ringan jenis IL-14 dan AQvia-14, 6 pesawat angkut berat jenis Antonov An-12 B dan 10 jenis C-130 Hercules buatan amerika. Dengan berhasilnya mendatangkan peralatan militer yang sebanyak itu, indonesia menjelma menjadi negara yang memiliki angkatan udara terkuat di bumi bagian selatan.
Setelah dicetuskanya operasi TRIKORA, Ir. Sukarno membentuk komando MANDALA yang dikomandani oleh Mayjen. Suharto. Tugas dari komando MANDALA adalah : merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan Papua bagian barat dengan Indonesia. Untuk melakukan tugas tersebut, Mayjen. Suharto menerapkan strategi Infiltrasi (penyusupan), Eksploitasi, dan Konsolidasi.
Gelar operasi infiltrasi dilakukan secara bertahap melalui jalur udara dengan menggunakan pesawat-pesawat angkut berat AURI (TNI AU), sedangkan melalui jalur laut, ALRI (TNI AL) mengerahkan 3 kapal perang serta 2 Kapal selam. Pada tgl 15 januari 1962 terjadi insiden pertempuran dimana 3 kapal perang ALRI kepergok oleh kapal fregat belanda mengakibatkan tenggelamnya KRI Macan Tutul serta menewaskan Komodor Yos Sudarso, peristiwa ini dikenal dengan Pertempuran Laut Aru.
Setelah menggelar tahap Infiltrasi yang berlangsung hingga thn 1962, ALRI kemudian mempersiapkan Operasi Jayawijaya yang merupakan operasi amfibi terbesar dalam sejarah operasi militer Indonesia. Lebih dari 100 kapal perang dan 16.000 prajurit disiapkan dalam operasi pendaratan tersebut. Operasi ini sebagai pendukung dalam tahap Eksploitasi yang bertujuan untuk menyerang kekuatan belanda secara terbuka, dalam tahap ini ALRI juga mengerahkan 12 kapal selam serta kapal penjelajah KRI IRIAN, sedangkan AURI menerbangkan pesawat pembom TU-16 dilengkapi rudal AS 1-kennel yang siap menenggelamkan kapal induk Hr. Ms. Karel Doorman milik belanda.kri-irian-tni-al.jpg
Melihat kekuatan militer indonesia yang sudah pada posisi mengepung pulau papua, Amerika selaku sekutu belanda mengusulkan untuk diadakanya perundingan dan mendesak belanda untuk segera menyerahkan papua barat pada indonesia, pada tgl 15 agustus 1962 diadakan perundingan di markas PBB di New York dan dikenal dengan PERJANJIAN NEW YORK yang isi pokoknya adalah "Penyerahan wilayah Papua Barat pada PBB (UNTEA) untuk selanjutnya diserahkan kepada pemerintah Indonesia yang sebelumnya harus diadakan proses Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) yang diselenggarakan sebelum thn 1969". Untuk menghormati isi Perjanjian tersebut Presiden Sukarno paad atgl 18 agustus 1962 memerintahkan untuk menarik mundur semua pasukan dari papua.  PEPERA diselenggarakan tahunn 1969, isi PEPERA berupa 2 pilihan yaitu :
  • Tetap bergabung dengan Indonesia
  • Memisahkan diri dari Indonesia
Dan hasilnya adalah Papua Barat tetap bergabung dengan Indonesia. Dengan demikian Papua Barat menjadi Provinsi ke-26 RI dan berganti nama menjadi IRIAN JAYA.
·         What did the Dutch colonial do in Papua?
Dalam sebuah situs internet (http://zonadamai.com) disebutkan bahwa Belanda tidak segera melepaskan Papua terhadpa Indonesia, hal ini yang mendasari Soekarno mencetuskan TRIKORA.
·         What is Organisasi Papua Merdeka (OPM) and who finances them?
Organisasi Papua Merdeka (disingkat OPM) adalah sebuah organisasi yang didirikan tahun 1965 dengan tujuan membantu dan melaksanakan penggulingan[1] pemerintahan yang saat ini berdiri di provinsi Papua dan Papua Barat di Indonesia, sebelumnya bernama Irian Jaya, memisahkan diri dari Indonesia, dan menolak pembangunan ekonomi dan modernitas.  Organisasi ini mendapatkan dana dari pemerintah Libya pimpinan Muammar Gaddafi dan pelatihan dari grup gerilya New People's Army beraliran Maois yang ditetapkan sebagai organisasi teroris asing oleh Departemen Keamanan Nasional Amerika Serikat.
Demikian apa yang telah didapatkan dari pertemuan kesembilan hari Jum’at lalu, yang dilengkapi dengan beberapa informasi penunjang dari sumber lain.  Dari pembahasan diatas dapat dilihat bahwa, kedepannya kami harus lebih fokus, tekun, dan lebih lagi dalam teamwork.  Setelah membaca teks “Don’t use Your Data as A Pillow”, saya dapat menyimpulkan beberapa kekurangan dan kelebihan dalam diri saya. 
Berikut adalah kelebihan yang saya rasakan setelah membaca dan berdiskusi, yakni;
Saya mampu untuk mengerti apa yang telah saya baca, dan diskusikan bersama saat dikelas, meskipun itu belum cukup jika dibandingkan dengan luasnya data yang beredar diluar sana. Bukti atas pemahaman saya ini dapat dilihat dari catatan hasil diskusi yang telah dituliskan dalam pembahasan sebelumnya.
Untuk aspek kelemahan,  menurut saya ada beberapa kelemahan yang saya miliki. Diantaranya:
Saya masih lambat dalam memahami kalimat-kalimat yang ada di dalam teks.  Apalagi untuk menemukan makna yang pas, yang sesuai dengan konteks cerita.  Selain itu, saya juga belum memiliki pengetahuan dasar yang cukup yang harusnya bisa menunjang pemahaman saya. 
Beralih ke pembahsan mengenai Papua berikut adalah hal-hal penting mengenainya;  Irian jaya menjadi bagian dari koloni belanda sejak 1828, dan sebenarnya sudah termasuk dalam wilayah Indonesia sejak 1945 namun karena Belanda yang tak mau segera melepasnya membuat Ir. Soekarno mencetuskan TRIKORA pada tahun 1960.


Referensi :
Lehtonen, Miko. 2000. The Cultural Analysis of Text. London: Sage Publications.
http://zonadamai.com/2013/05/13/papua-sudah-merdeka-sejak/ diakses hari Sabtu tanggal 05 April 2014  pukul 20.35.

Comments
0 Comments

0 Comments:

Post a Comment