Sunday, April 6, 2014

Menejelajah Bumi Cenderawasih


8th Class Review
                                                                                                     On April, 4th 2014
Menejelajah Bumi Cenderawasih
Pertemuan ini merupakan pertemuan yang mengaharuskan kita untuk lebih cermat dan memahami suatu bacaan yang berhubungan dengan sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk memperebutkan Irian Jaya atau Papua Barat. Kita harus menjadi pembaca dan penulis yang berorientasi, karena setiap kalimat kita harus menyumbangkan suara kita dalam suatu kelompok kecil yang berisi lima orang. Setiap kata kita harus berdiskusi dan bertukar pikiran terlebih dahulu sebelum menyimpulkan suatu sentence dari tiaap-tiap pragraf.

Minggu sekarang kita harus lebih cermat lagi dalam membut suatu tugas dan kita juga harus bekerjasama dengan teman yang lainnya karena kita harus mengusai artikel yang bejudul Don’t Use Your Data as a Pillow, yang mengahruskan kita untuk bekerja sama dengan teman satu kelompok teamwork, kita tidak hanya berdiskusi di dalam kelas akan tetapi kita harus berdiskusi di luar jam mata kuliah writing, karena di dalam kelas saj kita tidak cukup membahas artikel tersebut. 
Pertemua jumat lalu kita membahas mengenai teks yang berjudul “Don’t Use Your Data as a Pillow”. Kami satu tim yang beranggotakan Maria Ulfa, Moh Chaerul Anwar, Mahromul Fadhlillah, Jefi Faujan dan Nani Fitriani. Pembahasan kelompok kami yaitu mengenai judul dari sebuah artikel karya Eben Kriksey dan awal kalimat  dari sebuah paragraph. Sentence awal dari paragraph tersebut yang kelompok kami bahas  yaitu A small feast had been prepared for my going away party: salty sago pudding, fish broth, fried papaya leaves, boiled yams, and chicken . Berikut ini adalah notenya.
Pengertian judul artikel dari Eben dari beberapa orang anggota kelompok kami yaitu:
Ø  Chaerul : Data adalah pengetahuan yang berisi suatu informasi, jangan mengabaikan data, dan data harus mencari lebih dalam lagi.
Ø  Maria  : Data adalah sumber informasi dari beberapa buku-buku yang tebal, data yang sudah di miliki jangan dianggap sebagai bantal.
Ø  Jefi : Data adalah suatu bentuk Informasi yang ataupun pengetahuan kita, fakta    yang benar tapi diabaikan, seharusnya data itu digunakan dengan baik.
Ø  Mahromul : Data adalah suatu informasi yang  harus di tindak lanjuti, dan data itu harus di explore lagi. Dan jangan jadikan bantal sebagai sandaran terakhir kita.
Ø  Nani : Data adalah sebuah pengetahuan, informasi atau fakta, data jangan dijadikan ornament, akan tetapi data harus di ungkap kembali dan jangan di anggap sebagai bantal yang tidak ada gunanya.
Jadi dari judul artikel yang berjudul “Don’t Your Data as a Pillow” Karya S Eben  Kirksey kelompok kita dapat mengambil kesimpulan bahwa data adalah suatu knowledge atau fakta yang harus di ungkap lagi, jangan jadikan data sebagai sndaran terakhir kita “ The End of Journey”, akan tetapi kita harus mengungkap lagi kebenaran data yang sudah kita ketahui tersebut.
Sentence awal dari paragraph tersebut yang kelompok kami bahas  yaitu A small feast had been prepared for my going away party: salty sago pudding, fish broth, fried papaya leaves, boiled yams, and chicken . Berikut ini adalah Pembahasannya :
ü  Nani : Sebuah pesta perpisahan yang diadakan  di sutau tempat yang memiliki makanan khasnya yaitu : papeda(sagu), ikan, dan lain sebagainya tidak lain pesta itu di laksanakan di papua karena papua memiliki makanan khas yaitu papeda.
ü  Jefi : Pesta kecil untuk perpisahan untuk seseorang yang penting, yang menyediakan makanan khas, diadakan di daerah tertentu tidak lain daerah papua karena di lihat dari makanan khasnya.
ü  Mahromul : Suatu pesta yang telah berhasil melakukan suatu tujuan yang di capai, Pesta tersebut di lakukan di daerah tertentu yang memiliki makanan khas dari Papua.
ü  Maria : Pesta perpisahan kecil yang di lakukan oleh sekelompok orang penting, yang di lakuakan di daerah tertentu yang di lihat dari makanan ikan itu biasanya deket dengan laut jadi senang memakan ikan tidak lain pesta itu di laksanakan di Papua.
ü  Chaerul : Pesta yang belum terlaksana, yang di lakukan di daerah tertentu yang memiliki makanan khas, di lihat dari makanan khas tersebut, dapat mengambil kesimpulan bahwa pesta perpisahan di laksanakan di Papua.
Dari setiap kelompok perwakilan satu orang yaitu bagaimana kesimpulan dari masing-masing kelompok tersebut, Mr. Lala langsung memberikan waktu untuk memberikan pendapat dari setiap masing-masing kelompok.
v  Kelompok 1 : Data adalah knowledge dan pillow adalah sandaran. Bahwa jangan jadikan data hanya sebagai sandaran saja.
v  Kelompok 2 : Data adalah pengetahuan dan fakta, sedangkan pillow adalah pengantar paling akhir “ The end of Journey”.
v  Kelompok 3 : Data adalah fakta, dan pillow adalah going a way.
v  Kelompok 4 : Data adalah pengetahuan atau sejarah dan pillow adalah sandaran bahwa data jangan di sembunyikan harus di explorer.
v  Kelompok 5: Data itu adalah pengetahuan, data jangan di jadikan sebagai ornament.
v  Kelompok 6 : Hasil akhir dari sebuah penelitian yang sengaja mengadakan perpisahan, ada moment yang berkesan dari seseorang penulis.
v  Kelompok 7 : Data adalah suatu informasi dan pengetahuan dan pillow adalah symbol kenyamanan.
Kelompok kami dapat mengambil kesimpulan dari semua suara dari kelompok kami yaitu, bahwa pesta perpisahan di laksanakan oleh orang-orang penting di suatu daerah tertentu yang memilki makanan khas berupa papeda dan yang lainnya di suguhkan dalam pesta perpisahan itu, pesta perpisahan di laksanakan karena telah mencapai suatu tujuan yang dicapai, pesta tersebut di laksanakan di daerah papua karena melihat dari makanan khasnya.
Kekurangan yang saya miliki dalam pembahasan jumat kemarin adalah kurang mengathui sejarah mengenai Papua sehingga sulit untuk memahami bacaan yang ada di artikel Eben, jadi untuk kedepannya harus mencari sumber-sumber data tentang Papua dan juga harus tahu dulu sejarah merebut kembali Irian Barat. Sehingga kita tahu tentang isi-isi perundingan ataupun cara-cra yang di tempuh untuk merebut kembali Irian Barat.
“Don’t Use Your Data as a Pillow”. Data disini sama saja dengan informasi. Dimana ada informasi, disitu pasti ada komunikasi. Komunikasi tak lepas dari bahasa, karena tanpa bahasa maka tidak akan terjadi komunikasi dan tidak aka nada informasi. Language exists as spoken, written, printed, electrical, digital or otherwise produced texts (Lehtonen, 2000: 48). Bahasa atau informasi itu ada dalam ucapan,  tulisan, hasil print, media elektronik atau cara lain yang memproduksi teks.
Speech, writing, facial expressions, body language and ways to dress can all, in a broad sense, be considered ‘a medium’ of communication. Today’s established media are television, movies, videos, radio, recordings, magazines, books, telephones, telefaxes, the internet, e-mail, billboards and hoardings (Lehtonen, 2000:49). Menurut Lehtonen, media untuk berkomunikasi atau untuk mendapatkan informasi itu banyak sekali, diantaranya pembicaraan, tulisan, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan cara berpakaian. Apalagi zaman sekarang banyak media seperti televise, film, video, radio, rekaman, majalah, buku, telephone, fax, internet, email dan lain sebagainya. Dari semua media tersebut, dengan mudah kita bisa mendapatkan informasi atau data yang kita inginkan. Data atau informasi yang kita dapat itu digunakan ketika kita sedang melakukan research. Suatu informasi dapat berupa data yang berasal dari manapun akan tetapi harus di landas dengan sebuah adanya research yang berupa data untuk di telusuri lebih lanjut lagi. Data harus merubah sesuatu, jangan jadikan data sebagai ornament.
Hyland  berpendapat juga dalam bukunya yang berisi Finally, I should briefly mention an area of writing which, while more closely associated with reading for most of us, nevertheless appeals to many people from all backgrounds and walks of life: creative writing. (Hyland, 2002:229) Akhirnya, saya harus menyebutkan secara singkat area penulisan yang, sementara lebih terkait erat dengan membaca untuk sebagian besar dari kita, namun menarik bagi banyak orang dari semua latar belakang dan lapisan masyarakat: menulis kreatif. Sebagai seorang penulis pasti akan mempunyai pemikiran yang berbeda begitupun dengan pembaca pasti berbeda pemikirandan pemahaman dengan penulisnya, akan tetapi tujuannya itu sama.
Dalam dunia visual, dunia gambar, memiliki peran utama dalam akhir budaya modern, karena telah membuat kehidupan keseharian dalam bergambar dengan cara yang sangat penting. Istilah “teks” meliputi semua produk yang membuat pembentukan makna. Namun, tidak berarti bahwa pembicara, tertulis dan visual teks dapat belajar dengan metode yang sama. Dalam pembicara(speaking) dan bahasa tertulis(writing) hubungannya antara ditandai dan menandakan adalah konvensional bahkan bersifat arbiter(pemisah). Gambar dapat menandakan sesuatu pada prinsip dasarnya. Gambar( visual)berbeda dengan writing dan speaking dalam bahasa signifikan cara tertentu yaitu:
v  Gambar dikatakan sebagai indek(petunjuk) indeks yang di maksudkan adalah sebuah tanda di dalam sebuah hubungan yang nyata.
v  Gambar ini dikatakan menyerupai objek mereka, mereka adalah tanda kesederhanaan seseorang. Fiktif gambar mungkin memiliki hubungan yang nyata untuk objek mereka. Gambar adalah suatu teks mereka sendiri. Mereka bersandar pada suatu bahasa visual yang memiliki aturan-aturan tersebut mengenai bentuk dan warna (Lehtonen, 2000:56)
Jadi suatu informasi tidak saja berbentuk data akan tetapi sebuah informasi atau data dapat berupa spoken, written, visual dan combination yang di dasarkan pada research. Research adalah upaya untuk memahami suatu  sebagai data.
Meskipun wilayah-wilayah Negara Indonesia yang sempat dijadikan Negara boneka bentukan Belanda telah kembali ke pangkuan Negara kesatuan, tetapi wilayah RI belum sepenuhnya utuh karena Irian Barat masih di kuasai oleh Belanda. Untuk itu, pemerintah RI beruapaya untuk merebut kembali Irian Barat. Cara yang di tempuh mealalui diplomasi, konfrontasi ekonomi dan militer (Badrika, 2006:67).
Merebut Kembali Irian Barat
1. Perjuangan diplomasi;pendekatan diplomasi
a.Perundingan Bilateral Indonesia Belanda
Pada tanggal 24 Maret 1950 diselenggarakan Konferensi Tingkat Menteri Uni Belanda - Indonesia. Konferensi memutuskan untuk membentuk suatu komisi yang anggotanya wakil-wakil Indonesia dan Belanda untuk menyelidiki masalah Irian Barat(Badrika, 2006:68). Hasil kerja Komisi ini harus dilaporkan dalam Konferensi Tingkat Menteri II di Den Haag pada bulan Desember 1950. Ternyata pembicaraan dalam tingkat ini tidak menghasilkan penyelesaian masalah Irian Barat.


Pertemuan Bilateral Indonesia Belanda berturut-turut diadakan pada tahun 1952 dan 1954, namun hasilnya tetap sama, yaitu Belanda enggan mengembalikan Irian Barat kepada Indonesia sesuai hasil KMB.
b.Melalui Forum PBB
Setelah perundingan bilateral yang dilaksanakan pada tahun 1950, 1952 dan 1954 mengalami kegagalan, Indonesia berupaya mengajukan masalah Irian Barat dalam forum PBB. Sidang Umum PBB yang pertama kali membahas masalah Irian Barat dilaksanakan tanggal 10 Desember 1954(Badrika, 2006:68). Sidang ini gagal untuk mendapatkan 2/3 suara dukungan yang diperlukan untuk mendesak Belanda.
Indonesia secara bertrurut turut mengajukan lagi sengketa Irian Barat dalam Majelis Umum X tahun 1955, Majelis Umum XI tahun 1956, dan Majelis Umum XII tahun 1957. Tetapi hasil pemungutan suara yang diperoleh tidak dapat memperoleh 2/3 suara yang diperlukan.
c.Dukungan Negara Negara Asia Afrika (KAA)
Gagal melalui cara bilateral, Indonesia juga menempuh jalur diplomasi secara regional dengan mencari dukungan dari negara-negara Asia Afrika. Konferensi Asia Afrika yang diadakan di Indonesia tahun 1955 dan dihadiri oleh 29 negara-negara di kawasan Asia Afrika, secara bulat mendukung upaya bangsa Indonesia untuk memperoleh kembali Irian sebagai wilayah yang sah dari RI.
Namun suara bangsa-bangsa Asia Afrika di dalam forum PBB tetap tidak dapat menarik dukungan internasional dalam sidang Majelis Umum PBB.
2 .Perjuangan dengan konfrontasi politik dan ekonomi
Kegagalan pemerintah Indonesia untuk mengembalikan Irian Barat baik secara bilateral, Forum PBB dan dukungan Asia Afrika, membuat pemerintah RI menempuh jalan lain pengembalian Irian Barat, yaitu jalur konfrontasi. Berikut ini adalah upaya Indonesia mengembalikan Irian melalui jalur konfrontasi, yang dilakukan secara bertahap.
a.Pembatalan Uni Indonesia Belanda
Setelah menempuh jalur diplomasi sejak tahun 1950, 1952 dan 1954, serta melalui forum PBB tahun 1954 gagal untuk mengembalikan Irian Barat kedalam pangkuan RI, pemerintah RI mulai bertindak tegas dengan tidak lagi mengakui Uni Belanda Indonesia yang dibentuk berdasarkan KMB. Ini berarti bahwa pembatalan Uni Belanda Indonesia secara sepihak oleh pemerintah RI berarti juga merupakan bentuk pembatalan terhadap isi KMB. Tindakan pemerintah RI ini juga didukung oleh kalangan masyarakat luas, partai-partai dan berbagai organisasi politik, yang menganggap bahwa kemerdekaan RI belum lengkap / sempurna selama Indonesia masih menjadi anggota UNI yang dikepalai oleh Ratu Belanda.
Pada tanggal 3 Mei 1956 Indonesia membatalkan hubungan Indonesia Belanda, berdasarkan perjanjian KMB. Pembatalan ini dilakukan dengan Undang Undang No. 13 tahun 1956 yang menyatakan, bahwa untuk selanjutnya hubungan Indonesia Belanda adalah hubungan yang lazim antara negara yang berdaulat penuh, berdasarkan hukum internasional. Sementara itu hubungan antara kedua negara semakin memburuk, karena :
1.terlibatnya orang-orang Belanda dalam berbagai pergolakan di Indonesia (APRA, Andi Azis, RMS)
2.Belanda tetap tidak mau menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia.
b.Pembentukan Pemerintahan Sementara Propinsi Irian Barat di Soasiu (Maluku Utara)
Sesuai dengan Program Kerja Kabinet, Ali Sastroamidjojo membentuk Propinsi Irian Barat dengan ibu kota Soasiu (Tidore). Pembentukan propinsi itu diresmikan tanggal 17 Agustus 1956 (Badrika,2006:68). Propinsi ini meliputi wilayah Irian Barat yang masih diduduki Belanda dan daerah Tidore, Oba, Weda, Patrani, serta Wasile di Maluku Utara.


c.Pemogokan Total Buruh Indonesia
Sepuluh tahun menempuh jalan damai, tidak menghasilkan apapun. Karena itu, pada tanggal 18 Nopember 1957 dilancarkan aksi-aksi pembebasan Irian Barat di seluruh tanah air. Dalam rapat umum yang diadakan hari itu, segera diikuti pemogokan total oleh buruh-buruh yang bekerja pada perusahaan-perusahaan milik Belanda pada tanggal 2 Desember 1957 (Badrika, 2006:68). Pada hari itu juga pemerintah RI mengeluarkan larangan bagi beredarnya semua terbitan dan film yang menggunakan bahasa Belanda. Kemudian KLM dilarang mendarat dan terbang di seluruh wilayah Indonesia.
d.Nasionalisasi Perusahaan Milik Belanda
Pada tanggal 3 Desember 1957 semua kegiatan perwakilan konsuler Belanda di Indonesia diminta untuk dihentikan. Kemudian terjadi serentetan aksi pengambil alihan modal perusahaan-perusahaan milik Belanda di Indonesia, yang semula dilakukan secara spontan oleh rakyat dan buruh yang bekerja pada perusahaan-perusahaan Belanda ini. Namun kemudian ditampung dan dilakukan secara teratur oleh pemerintah. Pengambilalihan modal perusahaan perusahaan milik Belanda tersebut oleh pemerintah kemudian diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 1958 (Badrika, 2006:68).
e.Pemutusan Hubungan Diplomatik
Hubungan diplomatik Indonesia – Belanda bertambah tegang dan mencapai puncaknya ketika pemerintah Indonesia memutuskan hubungan diplomatik dengan Belanda. Dalam pidato Presiden yang berjudul ”Jalan Revolusi Kita Bagaikan Malaikat Turun Dari Langit (Jarek)” pada peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI ke 15, tanggal 17 Agustus 1960, presiden memaklumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan Belanda (Badrika, 2006: 68).
Tindakan ini merupakan reaksi atas sikap Belanda yang dianggap tidak menghendaki penyelesaian secara damai pengembalian Irian Barat kepada Indonesia. Bahkan, menjelang bulan Agustus 1960, Belanda mengirimkan kapal induk ” Karel Doorman ke Irian melalui Jepang. Disamping meningkatkan armada lautnya, Belanda juga memperkuat armada udaranya dan angkutan darat nya di Irian Barat.
Karena itulah pemerintah RI mulai menyusun kekuatan bersenjatanya untuk mempersiapkan segala sesuatu kemungkinan. Konfrontasi militer pun dimulai.
3 .Tri Komando Rakyat
a.Tri Komando Rakyat
Alasan Pencaplokan Papua Barat oleh Indonesia oleh Soekarno Walaupun Papua Barat telah mendeklarasikan diri sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, tetapi kemerdekaan itu hanya berumur 19 hari, karena tanggal 19 Desember 1961 (Badrika, 2006:69) Presiden Soekarno mengeluarkan Tri Komando Rakyat di Alun-alun Utara Yogyakarta yang isinya:
1.    Gagalkan Pembentukan “Negara Boneka Papua” buatan Belanda Kolonial
2.    Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat Tanah Air Indonesia
3.    Bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan Tanah Air dan Bangsa.

Realisasi dari isi Trikora ini, maka Presiden Soekarno sebagai Panglima Besar Komando Tertinggi Pembebasan Irian Barat mengeluarkan Keputusan Presiden No. 1 Tahun 1962 yang memerintahkan kepada Panglima Komando Mandala, Mayor Jendral Soeharto untuk melakukan operasi militer ke wilayah Irian Barat untuk merebut wilayah itu dari tangan Belanda(Badrika, 2006:69).
Akhirnya dilakukan beberapa gelombang Operasi Militer di Papua Barat dengan satuan militer yang diturunkan untuk operasi lewat udara dalam fase infiltrasi seperti Operasi Banten Kedaton, Operasi Garuda, Operasi Serigala, Operasi Kancil, Operasi Naga, Operasi Rajawali, Operasi Lumbung, Operasi Jatayu. Operasi lewat laut adalah Operasi Show of Rorce, Operasi Cakra, dan Operasi Lumba-lumba. Sedangkan pada fase eksploitasi dilakukan Operasi Jayawijaya dan Operasi Khusus (Opsus).[1] Melalui operasi ini wilayah Papua Barat diduduki, dan dicurigai banyak orang Papua yang telah dibantai pada waktu itu. 

Mengapa Soekarno sangat “keras kepala” dalam merebut wilayah Papua Barat untuk memasukannya ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia? Soekarno mempunyai empat alasan utama dalam pencaplokan Papua Barat ke wilayah Indonesia. Keempat alasan itu adalah klaim yang dipegang oleh Indonesia sebagai tindakan pembenaran kekuasaan atas wilayah Papua Barat. Keempat klaim itu adalah:

·         Papua Barat dianggap sebagai bagian dari kerajaan Majapahit.
·         Kepulauan Raja Ampat di daerah kepala burung, Papua Barat, oleh sultan. Tidore dan Soekarno diklaim sebagai bagian dari Kesultanan Tidore. Kesultanan Tidore diklaim oleh Soekarno sebagai bagian dari daerah “Indonesia Bagian Timur”.
·         Papua Barat diklaim sebagai bagian dari negara bekas Hindia Belanda.
·         Soekarno yang anti barat ingin menghalau pengaruh imperialisme barat di Asia Tenggara. Di samping itu, Soekarno memiliki ambisi hegemoni untuk mengembalikan kejayaan kerajaan Majapahit (ingat: “Ganyang Malaysia”), termasuk Papua Barat yang ketika itu masih dijajah oleh Belanda. Mungkin juga Soekarno memiliki perasaan curiga, bahwa pemerintah Nederlands Nieuw Guinea di Papua Barat akan merupakan benteng Belanda untuk sewaktu-waktu dapat menghancurkan Negara Indonesia. Hal ini dihubungkan dengan aksi militer Belanda yang kedua (tweede politionele aktie) pada 19-12-1948 untuk menghancurkan negara RI.
b.Pembentukan Komando Mandala Pembebasan Irian Barat
Sebagai langkah pertama pelaksanaan Trikora adalah pembentukan suatu komando operasi, yang diberi nama ”Komando Mandala Pembebasan Irian Barat”. Sebagai panglima komando adalah Brigjend. Soeharto yang kermudian pangkatnya dinaikkan menjadi Mayor Jenderal.
Panglima Komando : Mayjend. Soeharto
Wakil Panglima I : Kolonel Laut Subono
Wakil Panglima II : Kolonel Udara Leo Wattimena
Kepala Staf Gabungan : Kolonel Ahmad Tahir
Komando Mandala yang bermarkas di Makasar ini mempunyai dua tujuan:
1.merencanakan, menyiapkan dan melaksanakan operasi militer untuk mengembalikan Irian barat ke dalam kekuasaan Republik Indonesia
2. Mengembangkan situasi militer di wilayah Irian barat sesuai dengan perkembangan perjuangan di bidang diplomasi supaya dalam waktu singkat diciptakan daerah daerah bebas de facto atau unsur pemerintah RI di wilayah Irian Barat
Dalam upaya melaksanakan tujuan tersebut, Komando Mandala membuat strategi dengan membagi operasi pembebasan Irian Barat menjadi tiga fase, yaitu :
1.Fase infiltrasi
Dimulai pada awal Januari tahun 1962 sampai dengan akhir tahun 1962, dengan memasukkan 10 kompi ke sekitar sasaaran tertentu untuk menciptakan daerah bebas de facto.
2.Fase Eksploitasi
Dimulai pada awal Januari 1964 sampai dengan akhir tahun 1963, dengan mengadakan serangan terbuka terhadap induk militer lawan, menduduki semua pos pertahanan musuh yang penting.
3.Fase Konsolidasi
Dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 1964, dengan menegakkan kekuasaan RI secara mutlak di seluruh Irian Barat.


Sebelum Komando mandala bekerja aktif, unsur militer yang tergabung dalam Motor Boat Torpedo (MTB) telah melakukan penyusupan ke Irian Barat. Namun kedatangan pasukan ini diketahui oleh Belanda, sehingga pecah pertempuran di Laut Arafura. Dalam pertempuran yang sangat dahsyat ini, MTB Macan Tutul berhasil ditenggelamkan oleh Belanda dan mengakibatkan gugurnya komandan MTB Macan Tutul Yoshafat Sudarso (Pahlawan Trikora)
Sementara itu Presiden Amerika Serikat yang baru saja terpilih John Fitzgerald Kennedy merasa risau dengan perkembangan yang terjadi di Irian Barat. Dukungan Uni Soviet ( PM. Nikita Kruschev ) kepada perjuangan RI untuk mengembalikan Irian Barat dari tangan Belanda, menimbulkan terjadinya ketegangan politik dunia, terutama pada pihak Sekutu (NATO) pimpinan Amerika Serikat yang semula sangat mendukung Belanda sebagai anggota sekutunya. Apabila Uni Soviet telah terlibat dan Indonesia terpengaruh kelompok ini, maka akan sangat membahayakan posisi Amerika Serikat di Asia dan dikhawatirkan akan menimbulkan masalah Pasifik Barat Daya. Apabila pecah perang Indonesia dengan Belanda maka Amerika akan berada dalam posisi yang sulit. Amerika Serikat sebagai sekutu Belanda akan di cap sebagai negara pendukung penjajah dan Indonesia akan jatuh dalam pengaruh Uni Soviet.
Untuk itu, dengan meminjam tangan Sekjend PBB U Than, Kennedy mengirimkan diplomatnya yang bernama Elsworth Bunker untuk mengadakan pendekatan kepada Indonesia – Belanda.
Sesuai dengan tugas dari Sekjend PBB ( U Than ), Elsworth Bunker pun mengadakan penelitian masalah ini, dan mengajukan usulan yang dikenal dengan ”Proposal Bunker”. Adapun isi Proposal Bunker tersebut adalah sebagai berikut :
”Belanda harus menyerahkan kedaulatan atas Irian barat kepada Indonesia melalui PBB dalam jangka waktu paling lambat dua tahun”
Usulan ini menimbulkan reaksi :
1.Dari Indonesia : meminta supaya waktu penyerahan diperpendek
2. Dari Belanda : setuju melalui PBB, tetapi tetap diserahkan kepada Negara Papua Merdeka
c.Operasi Jaya Wijaya
Pelaksanaan Operasi
1. Maret - Agustus 1962 dilancarkan operasi pendaratan melalui laut dan udara
2. Rencana serangan terbuka untuk merebut Irian Barat sebagai suatu operasi penentuan, yang diberi nama Operasi Jaya wijaya”. Pelaksanaan operasi adalah sebagai berikut :
a.Angkatan Laut Mandala dipimpin oleh Kolonel Soedomo membentuk tugas amphibi 17, terdiri dari 7 gugus tugas
b.Angkatan Udara Mandala membentuk enam kesatuan tempur baru.
Sementara itu sebelum operasi Jayawijaya dilaksanakan, diadakan perundingan di Markas Besar PBB pada tanggal 15 Agustus 1962, yang menghasilkan suatu resolusi penghentian tembak menembak pada tanggal 18 Agustus 1962.
4 .Persetujuan New York [ New York Agreement]
Setelah operasi-operasi infiltrasi mulai mengepung beberapa kota penting di Irian Barat, sadarlah Belanda dan sekutu-sekutunya, bahwa Indonesia tidak main-main untuk merebut kembali Irian Barat. Atas desakan Amerika Serikat, Belanda bersedia menyerahkan irian Barat kepada Indonesia melalui Persetujuan New York / New York Agreement.
Isi Pokok persetujuan :
1.Paling lambat 1 Oktober 1962 pemerintahan sementara PBB (UNTEA) akan menerima serah terima pemerintahan dari tangan Belanda dan sejak saat itu bendera merah putih diperbolehkan berkibar di Irian Barat..
2.Pada tanggal 31 Desember 11962 bendera merah putih berkibar disamping bendera PBB.
3.Pemulangan anggota anggota sipil dan militer Belanda sudah harus selesai tanggal 1 Mei 1963
4.Selambat lambatnya tanggal 1 Mei 1963 pemerintah RI secara resmi menerima penyerahan pemerintahan Irian Barat dari tangan PBB
5.Indonesia harus menerima kewajiban untuk mengadakan Penentuan Pendapat rakyat di Irian Barat, paling lambat sebelum akhir tahun 1969.
Sesuai dengan perjanjian New York, pada tanggal 1 Mei 1963 berlangsung upacara serah terima Irian Barat dari UNTEA kepada pemerintah RI. Upacara berlangsung di Hollandia (Jayapura). Dalam peristiwa itu bendera PBB diturunkan dan berkibarlah merah putih yang menandai resminya Irian Barat menjadi propinsi ke 26. Nama Irian Barat diubah menjadi Irian Jaya ( sekarang Papua )
5 .Arti penting Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera)
Sebagai salah satu kewajiban pemerintah Republik Indonesia menurut persetujuan New York, adalah pemerintah RI harus mengadakan penentuan pendapat rakyat di Irian Barat paling lambat akhir tahun 1969. pepera ini untuk menentukan apakah rakyat Irian Barat memilih, ikut RI atau merdeka sendiri. Penentuan pendapat Rakyat akhirnya dilaksanakan pada tanggal 24 Maret sampai dengan 4 Agustus 1969.Mereka diberi dua opsi, yaitu : bergabung dengan RI atau merdeka sendiri.
Setelah Pepera dilaksanakan, Dewan Musyawarah Pepera mengumumkan bahwa rakyat Irian dengan suara bulat memutuskan Irian Jaya tetap merupakan bagian dari Republik Indoenesia. Hasil ini dibawa Duta Besar Ortiz Sanz untuk dilaporkan dalam sidang umum PBB ke 24 bulan Nopember 1969. Sejak saat itu secara de yure Irian Jaya sah menjadi milik RI.
Dengan menganalisa fakta-fakta pembebasan Irian Barat sampai kemudian dilaksanakan Pepera, dapat diambil kesimpulan bahwa Pepera mempunyai arti yang sangat penting bagi pemerintah Indonesia, yaitu :
1. Bukti bahwa pemerintah Indonesia dengan merebut Irian Barat melalui konfrontasi bukan merupakan sebuah tindakan aneksasi / penjajahan kepada bangsa lain, karena secara sah dipandang dari segi de facto dan de jure Irian Barat merupakan bagian dari wilayah RI
2. Upaya keras pemerintah Ri merebut kembali Irian Barat bukan merupakan tindakan sepihak, tetapi juga mendapat dukungan dari masyarakat Irian Barat. Terbukti hasil Pepera menyatakan rakyat Irian ingin bergabung dengan Republik Indonesia.
Pada tahun 1967 Freeport-McMoRan (sebuah perusahaan Amerika Serikat) menandatangani Kontrak Kerja dengan pemerintah Indonesia untuk membuka pertambangan tembaga dan emas di Pegunungan Bintang, Papua Barat. Freeport memulai operasinya pada tahun 1971. Kontrak Kerja kedua ditandatangani pada tanggal 30 Desember 1991. Kepentingan Amerika Serikat di Papua Barat, yang ditandai dengan adanya penandatanganan Kontrak Kerja antara Freeport dengan pemerintah Republik Indonesia, menjadi realitas. Ini terjadi dua tahun sebelum PEPERA 1969 dilaksanakan di Papua Barat. Di sini terjadi kejanggalan yuridis, karena Papua Barat dari tahun 1962 hingga 1969 dapat dikategorikan sebagai daerah sengketa.
Penentuan Pendapat Rakyat tahun 1969 tidak sah karena dilaksanakan dengan sistem “musyawarah” (sistem local Indonesia) yang bertentangan dengan isi dan jiwa New York Agreement, di samping itu PEPERA 1969 dimenangkan oleh Indonesia lewat terror, intimidasi, penangkapan, dan pembunuhan (pelanggaran hukum, HAM dan esensi demokrasi). Kemenangan PEPERA secara cacat hukum dan moral ini akhirnya disahkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa lewat Resolusi Nomor 2509 dan diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia melalui Keppres Nomor 7 tahun 1971. Berikut ini adalah jadwal pelaksanaan PEPERA, Jumlah wakil/utusan berdasarkan unsur, dan jumlah wakil/utusan yang memberikan pendapat.
     Papua Barat dalam Kekuasaan Indonesia (Era Negara Orde Baru-NOB)
Banyak peristiwa politik dalam memperjuangan kemerdekaan Papua Barat yang dilakukan oleh rakyat Papua Barat terutama oleh OPM pasca Penentuan Pendapat Rakyat 1969, tetapi secara umum di sini hanya akan dikemukakan empat peristiwa penting dalam upaya untuk memerdekakan Papua Barat dari kekuasaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
a.       Proklamasi 1 Juli 1971
Setelah wilayah Papua Barat dimasukan secara sepihak lewat manipulasi Penentuan Pendapat Rakyat oleh Indonesia pada tahun 1969, wilayah ini diduduki layaknya sebuah wilayah jajahan. Indonesia mulai memperketat wilayah ini untuk mematikan gerakan kemerdekaan Papua Barat yang dilancarkan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) lewat perjuangan diplomasi dan gerilya.
Pada tanggal 1 Juli 1971 di suatu tempat di Desa Waris, Kabupaten Jayapura, dekat perbatasan Papua New Guinea, yang dijuluki (Markas) Victoria, yang kemudian dijuluki dalam kosakata rakyat Papua Barat sebagai “Mavik" “dilaksanakan Proklamasi Kemerdekaan Papua Barat. Proklamasi ini dicetuskan oleh Seth Jafet Rumkorem[i] sebagai Presiden Papua Barat, dan didampingi oleh Jakob Prai[ii] sebagai Ketua Senat (Dewan Perwakilan Rakyat), Dorinus Maury sebagai Menteri Kesehatan, Philemon Tablamilena Jarisetou Jufuway sebagai Kepala Staf Tentara Pembebasan Nasional (TEPENAL[1], dan Louis Wajoi sebagai Komandan (Panglima) TEPENAL Republik Papua Barat.
Isi teks Proklamasi 1 Juli 1971 adalah:
                                                                   PROKLAMASI
Kepada seluruh rakyat Papua, dari Numbai sampai ke Merauke, dari Sorong sampai ke Balim (Pegunungan Bintang) dan dari Biak sampai ke Pulau Adi.

Dengan pertolongan dan berkat Tuhan, kami memanfaatkan kesempatan ini untuk mengumumkan pada anda sekalian bahwa pada hari ini, 1 Juli 1971, tanah dan rakyat Papua telah diproklamasikan menjadi bebas dan merdeka (de facto dan de jure).
Semoga Tuhan beserta kita, dan semoga dunia menjadi maklum, bahwa merupakan kehendak yang sejati dari rakyat Papua untuk bebas dan merdeka di tanah air mereka sendiri dengan ini telah dipenuhi.
            Victoria, 1 Juli 1971
Atas nama rakyat dan pemerintah Papua Barat,
Seth Jafet Rumkorem
(Brigadir-Jenderal)
b.       Imajinasi Negara Melanesia Barat
Tiga tahun sesudah proklamasi di “Markas Victoria”, imajinasi itu melebar sampai meliputi wilayah negara tetangga mereka, Papua New Guinea. Pada tanggal 3 Desember 1974, enam orang pegawai negeri di kota Serui, ibukota Kabupaten Yapen-Waropen, menandatangani apa yang mereka sebut “Pernyataan Rakyat Yapen-Waropen”, yang isinya menghendaki persatuan bangsa Papua dari Samarai (di ujung buntut daratan Papua New Guinea) sampai ke Sorong, yang “100% merdeka di luar Republik Indonesia”.
Sejak Februari 1975, lima di antara penandatangan petisi ditahan di Jayapura. Soalnya, salah seorang di antara penandatangan “proklamasi Sorong-Samarai” itu, Y. Ch. Merino, orang Biak yang sebelumnya adalah Kepala Kantor Bendahara Negara di Serui, pada tanggal 14 Februari 1975 kedapatan “bunuh diri” di Serui. Kabarnya dalam penggeledahan di rumahnya ditemukan uang kas negara sebanyak Rp 13 juta. Sesudah dua tahun ditahan di Jayapura, lima orang temannya yang masih hidup, diajukan ke pengadilan negeri Jayapura. Pada tanggal 9 Maret 1977, kelimanya divonis delapan tahun penjara, karena tuduhan melakukan “maker”.[iii]
c. Gelombang Pengungsian dan Pembunuhan Arnold Clemens Ap
Pada tanggal 26 April 1984, pemerintah Indonesia melakukan “sesuatu” yang justru semakin menumbuhkan kesadaran nasional Papua di Irian Jaya, yakni menciptakan seorang martir yang kenangannya (untuk sementara waktu) mempersatukan berbagai kelompok OPM yang saling bertikai. Pada tanggal itulah seorang tokoh budayawan terkemuka asal Papua Barat, Arnold Clemens Ap, ditembak oleh Koppasanda (sekarang Kopassus) di pantai Pasir Enam, sebelah timur kota Jayapura, pada saat Arnold Ap sedang menunggu perahu bermotor yang konon akan mengungsikannya ke Vanimo, Papua New Guinea, ke mana isteri, anak-anak, dan sejumlah teman Arnold Ap telah mengungsi terlebih dahulu tanggal 7 Februari 1984.
Pembunuhan ini berawal dari sebuah “tawaran” kepada Arnold dkk untuk melarikan diri dari tahanan Polda guna menyusul keluarga dan kawan-kawan mereka di Vanimo, tampaknya sangat menggiurkan. Celakanya, tawaran itu tampaknya hanyalah suatu jebakan, yang berakhir dengan meninggalnya sang budayawan di RS Aryoko, Jayapura, tanggal 26 April 1984. Sebelum “ditawar” untuk melarikan diri, pada tanggal 30 November 1983, Arnold ditahan oleh satuan Kopassanda yang berbasis di Jayapura. Sebelum dan sesudahnya, sekitar 20 orang Papua lain, yang umumnya bergerak di lingkungan Uncen maupun Kantor Gubernur Irian Jaya, juga ditahan untuk diselidiki aspirasi politik dan kaitan mereka dengan gerilya OPM di hutan dan di luar negeri.
Arnol dibunuh karena ia juga dicurigai menjadi penghubung antara aktivis OPM di hutan dengan yang ada di kota, yang memungkinkan para peneliti asing bertemu dengan Jantje Hembring, tokoh OPM di hutan Kecamatan Nimboran, Jayapura, dan juga membiayai pelarian seorang dosen Uncen, Fred Hatabu, SH, bersama bekas presiden Republik Papua Barat, Seth Jafet Rumkorem ke PNG, dari hasil penjualan kaset-kaset Mambesak. Selain itu, Indonesia merasa sangat khawatir dengan Group Musik Manbesak yang dicurigai membangkitkan semangat nasionalisme Papua Barat untuk merdeka lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Akibat kemelut politik, terutama karena pembunuhan Arnol C. Ap maka terjadi gelombang pengungsian secara besar-besaran ke Papua New Guinea. Sebanyak 11.000 orang Papua dari Papua Barat ditampung di kamp-kamp pengungsi Wabo dan Yako yang lebih dikenal dengan nama Black Water dan Black Wara, dimana para pengungsi tersebut diurus oleh perwakilan UNHCR (United Nations High Commision for Refugees) di Vanimo.
d.       Proklamasi Melanesia Barat
Pada tanggal 14 Desember 1988, Dr. Thomas Wapai Wanggai memproklamasikan Negara Melanesia Barat. Ia mengusung nama Negara Melanesia Barat untuk melepaskan Papua Barat dari kekuasaan Indonesia. Dia Mendeklarasikan Kemerdekaan Melanesia Barat dengan menaikan Bendera Bintang Empat Belas (B-14) di Lapangan Mandala Port Numbay tahun 1988. Akibatnya dia dipenjarakan di LP Cipinang Jakarta, tetapi dia meninggal dunia tahun 1996 karena sakit ketika menjalani hukumannya.[1] Kematiannya dicurigai karena diracuni. Akhirnya banyak pengikutnya yang hingga kini melarikan diri ke luar negeri. 

Ide Thomas Wapai Wanggai mengenai Negara Melanesia Barat ini tidak jelas mengenai batas wilayah “Melanesia Barat” itu. Apakah Melanesia Barat juga meliputi Maluku, Timor Timur, dan Nusa Tenggara Timur, yang penduduknya serumpun Melanesia? Ataukah penggunaan istilah itu hanyalah suatu taktik politik, suatu appeal ke arah isu Solidaritas Melanesia yang populer di beberapa negara Pasifik Selatan. Yang jelas, proklamasi Tom Wanggai punya appeal yang besar terhadap sebagian penduduk kota Jayapura dan kota-kota satelit-satelitnya.
Selain empat peristiwa politik yang telah disebutkan di atas, masih ada juga aksi-aksi perjuangan rutin baik secara diplomatik maupun gerilya yang dilakukan oleh rakyat Papua Barat. Secara diplomatik misalnya terjadi lobi dan pembukaan kantor-kantor perwakilan OPM di berbagai negara, seperti di Swedia (1972), Senegal (1976), dan kampanye yang dilakukan di Belanda, Yunani, Jepang, PNG dan negara lainnya. 
Sementara secara gerilya misalnya terjadi penyerangan-penyerangan terhadap Pos Militer (TNI/POLRI) oleh TPN-OPM, terjadi penyanderaan, dan lainnya sepanjang kekuasaan Negara Indonesia era Orde Baru di Papua Barat.
Sebagai balasannya Indonesia melalui kekuatan militer lewat penerapan kebijakan Daerah Operasi Militer (DOM) melakukan teror, intimidari, pengejaran, pemenjarahan, pemerkosaan, pembunuhan, pembakaran fasilitas umum dan kampung, dan aksi kejahatan militer yang lainnya. Selain itu dilakukan Operasi Koteka pada tahun 1970-an, yang mana rakyat dipaksa untuk mengenakan pakaian ala orang Indonesia yang terbuat dari kain. 
Akibat Operasi Militer banyak rakyat Papua Barat yang telah menjadi korban. Hal dapat dilihat dari laporan Amnesty International[1] yang mengemukakan bahwa telah terjadi 100 ribu rakyat Papua Barat dibantai oleh militer Indonesia. Selain itu Universitas Yale mengeluarkan laporan resmi bahwa telah terjadi Genosida di Papua Barat yang dilakukan oleh pemerintah dan militer Indonesia yang berjudul “Indonesia Human Rights Abuse in West Papua: Application of the Law of Genocide to the History of Indonesia Control.” Selain Universitas Yale, John Wing dan Peter King dari Center for Peace and Conflict Studies di Universitas Sydney Australia juga telah menerbitkan sebuah laporan sebagai hasil riset tentang Genosida di Papua Barat yang berjudul Genocide in West Papua? The Role of Indonesian State Apparatus and a Current Needs Assessment of the Papua People”
Dari semua sejarah merebut kembali Irian Barat kita dapat menjawab semua pertanyaan yang Mr. Lala berikan yaitu:
1.      What is West Papua? And where is it located?
Papua Barat (sebelumnya Irian Jaya Barat disingkat Irjabar) adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian barat Pulau Papua. Ibukotanya adalah Manokwari. Nama provinsi ini sebelumnya adalah Irian Jaya Barat yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2007 tanggal 18 April 2007, nama provinsi ini diubah menjadi Papua Barat. Papua Barat dan Papua merupakan provinsi yang memperoleh status otonomi khusus.
Wilayah provinsi ini mencakup kawasan kepala burung pulau Papua dan kepulauan-kepulauan di sekelilingnya. Di sebelah utara, provinsi ini dibatasi oleh Samudra Pasifik, bagian barat berbatasan dengan provinsi Maluku Utara dan provinsi Maluku, bagian timur dibatasi oleh Teluk Cenderawasih, selatan dengan Laut Seram dan tenggara berbatasan dengan provinsi Papua. Batas Papua Barat hampir sama dengan batas Afdeling ("bagian") West Nieuw-Guinea ("Guinea Baru Barat") di masa Hindia Belanda.
Provinsi Papua Barat ini meski telah dijadikan provinsi tersendiri, namun tetap mendapat perlakuan khusus sebagaimana provinsi induknya. Provinsi ini juga telah mempunyai KPUD sendiri dan menyelenggarakan pemilu untuk pertama kalinya pada tanggal 5 April 2004.

2.      What differences can you spot between PAPUA and IRIAN JAYA?
Papua merupakan nama pulau di Indonesia sekarang sedangkan Irian Jaya mnerupakan nama pulau dan provinsi pada masa Soekarno yang dijuluki Ikut Republik Indonesia Anti Netherland .
3.      In what year the land called Papua integrated into NKRI?
Irian Jaya Barat yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2007 tanggal 18 April 2007, nama provinsi ini diubah menjadi Papua Barat
4.      What is Trikora?
Jawab: Trikora singkatan dari (Tri Komando Rakyat) adalah  konflik 2 tahun yang dilancarkan Indonesia untuk menggabungkan wilayah Papua bagian barat. Pada tanggal 19 Desember 1961 (Badrika, 2006: 69), Soekarno (Presiden Indonesia) mengumumkan pelaksanaan Trikora di Alun-alun Utara Yogyakarta. Soekarno juga membentuk Komando Mandala. Mayor Jenderal Soeharto diangkat sebagai panglima. Tugas komando ini adalah merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan Papua bagian barat dengan Indonesia.
Ø  Gagalkan Pembentukan “Negara Boneka Papua”  buatan Belanda Kolonial
Ø  Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat Tanah Air Indonesia
Ø  Bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan Tanah Air dan Bangsa.

5.      What are the roles of Soekarno in the integration of Papua into NKRI?
1.      Jalur diplomasi
-Perundingan bilateral antara indonesia belanda 1952-1954
-Melaui forum PBB 1954
-Dukungan negara Asia Afrika(KAA), yg dihadiri 29 negara (1955)
2.      Jalur konfrontasi
-Politik dan ekonomi (pembatalan uni indonesia belanda pada tahun 1956 )
-Pembentukna pemerintahan sementara pronsi irian barat di Soasiu di Maluku
-Pemogokan total Buruh indonesia 1957
-nasionalisasi perusahaan milik belanda 1957
-pemutusan hub. diplomatik pada tahun 1960 bertepatan perayaan indonesia yg ke 15
3.      Pencanangan trikora
-trikora
-pembentukan komando mandala pembebasan Irian Barat, di pimpin oleh Soeharto
-operasi Jayawijaya
4.      Persetujuan newyork agreement 1962
5.      Pepera 1969
Pada 19 Desember 1961 Presiden Soekarno mengeluarkan Tri Komando Rakyat di alun-alun utara Yogyakarta, dilakukan beberapa gelombang Operasi Militer di Papua Barat dengan satuan militer yang diturunkan untuk operasi lewat udara dalam fase infiltrasi seperti Operasi Banten Kedaton, Operasi Garuda, Operasi Serigala, Operasi Kancil, Operasi Naga, Operasi Rajawali, Operasi Lumbung, dan Operasi Jatayu.  Operasi lewat laut adalah Operasi Show of Rorce, Operasi Cakra, dan Operasi Lumba-Lumba.  Sedangkan pada fase eksploitasi dilakukan Operasi Jayawijaya dan Operasi Khusus (Opsus).
6.      What did the Dutch colonial do in Papua?
 Dutch colonial (Pemerintah Belanda) pada tahun 1957 mulai bekerjasama dengan Australia untuk men-dekolonisasi wilayah koloni mereka masing-masing, namanya wilayah Papua dan New Guinea (Australia) dan Nederland Nieu Guinea (Belanda).
7.      What are the roles of US-UN and our neighbouring countries in the Papua conflicts?
 Peran US-UN dan Negara-Negara tetangga mendukung Papua untuk menjadi Negara mandiri .
8.      What is Organisasi Papua Merdeka (OPM) and who finances them?
OPM pada awalnya adalah reaksi orang-orang Papua atas sikap pejabat Indonesia yang mengecewakan.  OPM didirikan sejak tahun 1963, dipimpin oleh Johanes Djambuane dan yang membiayai OPM adalah Amerika Serikat.
9.      Will you personally support Papua to become a newly seperated country? Why?
Saya pribadi tidak mendukung Papua untuk menjadi Negara baru yang di pisahkan dari Negara Indonesia, karena Papua adalah provinsi yang akan kaya budaya, flora dan fauna yang begitu indah, adat istiadat yang ketal serta tanah Papua yang begitu kaya akan emasnya, jadi Papua adalah provinsi yang harus di pertahankan karena sangat mengecewakan jika provinsi yang mempunyai banyak manfaat bagi Negara kita sendiri tersia-siakan begitu saja. I do Love Papua.
Dari semua pembahasan diatas dapat di simpulkan bahwa untuk minggu sekarang dan selanjutnya kita harus menulis class review yang lengkap, karena Mr. Lala tidak akan menerima sedikit kesalahan apapun, tidaka ada toleransi sama sekali, jadi kita harus berhati-hati dalam mengerjakan suatu tugas.
Perjuangan untuk merebut Irian Jaya atau Papua Barat itu sangat membutuhkan usaha yang keras dari pemerintahan Indonesia yaitu cara yang di tempuh untuk merebut kembali dinataranya melalui diplomasi, konfrontasi ekonomi dan militer.
Sejarah sangat penting untuk kita ketahui seperti yang sedang kita alami sekarang yaitu menjelajar bumi Cenderawasih, kita harus mengetahui sejarah tentang Papua semenjak menjadi boneka yaitu perebutan wilyah antara Indonesia dengan Belanda. Dengan mengtahui sejarah merebut kembali Irian Barat kita dapat memhami suatu artikel yang akan kita telusuri lebih dalam yaitu Don’t Use Your Data as a Pillow.

Reference
Badrika I wayan. 2006. Sejarah Untuk SMA Kelas XII. Jakarta : Penerbit Erlangga
Lehtonen, Mikko. 2000. The Cultural Analysis of Texts. London: SAGE Publications
Ken  Hyland. 2002. Teaching and Researching-2nd,  BookFi.org
http://id.wikipedia.org/wiki/Operasi_Trikora di akses 5 April pukul 13.10












Comments
0 Comments

0 Comments:

Post a Comment