Sunday, April 6, 2014

Reading Experience: Ekspedisi Papua (Terasing di Pulau Sendiri)


On April, 4th 2014
Class Review 8
Reading Experience: Ekspedisi Papua (Terasing di Pulau Sendiri)
By: Devi Risnawati
Istirahat seminggu tanpa tugas tidak membekukan pikiran kami.  Jum’at,  4 April 2014 kita siap menerima asupan materi yang lebih hebat lagi dengan preassure yang lebih tinggi lagi pastinya.  Di putaran kedua semester4 ini kita memasuki wilayah pembahasan Papua.

Sebelum masuk ke materi, Mr.  Lala menjelasskan beberapa hal yang harus mahasiswa ketahui, seperti;
What Mr.  Lala expect in the second half ofthe season:
-          Attitude adalah sebuah “sacred work” karena apabila attitude kita bagus dan bisa terjaga maka insyaallah kedepannya akan baik-baik saja.  begitupun dengan tingkat keintiman kita dengan Allah, dengan banyaknya tugas ini apakah kita semakin jauh atau dekat.  Jangan sampai tugas mampu memperjauh hubunga kita dengan Allah.  Attitude harus tetap terjaga.
-          Constan reading.  Kita akan secara konstan membaca baik itu secara exstensive atau intensive.  Mambaca exstensive yaitu membaca rapidly (tidak continue/ terus menerus).  Hanya mencari informsi pentingnya saja.  sedangkan membaca intensive adalah menganalisis dari kata perkata, mencari struktur buku tersebut dengan mencari sumber-sumber yang merujuk dan lebih mnedetail lagi.  Contoh dari membaca intensive ini adalah ketika kita ditugaskan untuk mencari tentang Howard Zinn.  Kita secara continue mencari sumber-sumber yang mendukung, tambahan referensi.
-          A constant discussion with the best partner.  Mencari best partner untuk menunjang kejra kita.  Untuk saling membantu satu sama lain.
-          A constan dua, FOCUS, COMMITMENT, PERSEVERAANCE is a must!
-          Last Constaant TEAMWORK, TEAMWORK, TEAMWORK, TEAMWORK, TEAMWORK, TEAMWORK, TEAMWORK ia a must!!!teamwork dibutuhkan untuk menylesaikan second half kedepannya.  Kita akan bisa menyelesaikan baersama-sama.  Teamwork dibutuhkan disini.

My activity today...
Membuat club membaca yg terdiri dari 5 anggota.  Pembahasannya yaitu tentaang artikel “do not use your data as a Pillow”
Cara kerjanya:
-          Setiap anggota harus membaca secara lantang dari setiap kalimat secara bergantian yang kemudian diharuskan berargument dari tiap kalimat tersebut.  Satu orang satu/lebih argument.
-          Stop sejenaak kemudian merumuskan kesimpulaan dari tiap-tiaap jawaban anggota.
Hasil kelompok yang kita peroleh dari tugas hari ini yaitu:
Kelompok 6: anggota
-          Nafila
-          Nita
-          Devi
-          Rasdeni
-          Umi
-          Wahyu Zulfa
“Do not use your data as A pillow”
Ø  Pembahasan pertama tentang judul “Do not use your data as a pillow”
Nafè data adallah file yang dibuat seseorang untuk kepentingan tertentu
Nitè sebuah file yang dibuat oleh seseorang untuk kepentingan atau hasil penelitian
Dvè hasil sebuah penelitian, jangan hanya didiamkan saja.  harusnya lebih bisa digali lagi
Rdè data merupakan hassil penelitian yang adanya fakta yang untuk dikembangkan
Zulè hasil observasi
Umè data harus dikembangkan, jangan hanya sebagai sandaran.
Kesimpulan: jangan gunakan data (hasil akhir) dari sebuah penelitian sebagai sandaran.  Harus ada perkembangan.

Ø  Sentence 1 (paragraf 1) “A small feast had been prepared for my going away party: salty sago pudding, fish broth, fried papaya leaves, boiled yams and chicken”
Dvè mengadakan pesta perpisahan antara warga papua dengan peneliti (eben)
Nitè memperkenalkan budaya
Umè ciri khas dari makanan Papua
Nafè disengaja umtuk lebih bisa menghidupkan papua
Rdè memberikan sebuah kenangan tersendiri/ moment untuk sang peneliti
Zulè pesta perpisahan khusus untuk si peneliti (tradisional)
Kesimpulan: masyarakat dengan menyengaja mengadakan pesta perpisahan yang bernuansa papua.

Ø  Sentence 2 “it was a modest affair, organized by Deni Yomaki, a human rights worker, to mark the end of my fieldwork in May 2003”
Rdè deni Yomaki mewakili masyarakat Papua dalam mengatur pesta
Nitè Deni Yomaki mewakili massyarakat Papua dalam mengatur pesta dan Deni Yomaki membantu Eben menyelesaikan sebuah penelitian tentang Papua
Zulè Deni Yomaki membantu memperkenalkan budaya Papua.  Deni Yomaki seorang a human Rights warker
Dvè memberikan sebuah kesan pesta pada Eben.  Kegiatan hanya diberikan untuk hasil akhir.
Kesimpulan: pesta sederhana tapi mengesankan.

Pembahasan tentang Do not use your data as a pillow menghasilkan:
Kenapa harus “as a pillow”?  sebelumnya kita harus mengetahui terlebih dahulu apa sifat dari pillow, apakah bersifat obligatory atau opsional?  Tentu jawabannya adalah bersifat opsional.  Kenapa?  Bersifat opsional karena dengan atau tanpa bantal kita masih bisa tidur.  Jadi bantal hanyalah sebagai sandaran untuk kita ketika kita hendak tidur atau melepas lelah.
Maka, jika kita kaitkan dengan judul artikel tersebut yang menghubungkan data dengan sebuah bantal adalah jangan jadikan data sebagai ornament saja.  ornament bisa diartikan secara ringkas “yang penting ada”.  Sebuah dat harussnya bisa merubah sesuatu atau memberikan pencerahan terhadap informasi lainnya.
Dalam menganalisa sebuah kalimat, diperlukan adanya kejelian yang besar.  Jangan sampai kita hanya mengambil pengertian dangkalnya saja tanpa mampu lebih jeli lagi melihat isi, maksud dan tujuan dari kalimat tersebut.  Harus bisa lebih kritis lagi seperti yang dikatakan oleh A.  Suresh Canagarajah “for me, label critical brings into sharper focus matters that are always there in writing.  It developes and perspective that enable us to see some of the hidden components of text construction and the subtler ramification of writing”.    Kita lihat sebagai contoh pada kalimat ke-1 pada paragraf 1
“A small feast had been prepared for my going away party: salty sago pudding, fish broth, fried papaya leaves, boiled yams and chicken.”
Sepintas memang disini diceritakan adanya pesta kecil perpisahan secara tradisional.  Namun, jika kita lebih jeli dan kritis lagi maka kita akan menemukan banyak sekali pandangan-pandangan yang  melatarbelakangi atau menjadikan ‘kenapa’ kalimat itu terbentuk.  Ada beberapa poin yang bisa kita cermati, tidak hanya terfokus terhadap pesta perpisahannya saja.  misalnya:
1.      Arti penting dari sebuah pesta perpisahan bagi Eben Kirksey
Eben menspesialkan pesta tradisonal perpisahan tersebut, buktinya dengan ia menempatkan pembahasan pesta di awal paragraf. Ini menunjukkan betapa urgensinya dan interestnya pesta tersebut bagi Eben.  Jika tidak dianggap paling penting maka tidaklah mungkin pembahasan tersebut ditempatkan di paling awal artikel.
2.      Jenis-jenis makanan yang disajikan
 Bila kita melihat berbagai jenis makanan yang dihidangkan tersebut seperti salty sago pudding, fish broth, fried papaya leaves, boiled yams and chicken merupakan sajian yang sangat mewah.  Hany pada acara-acara tertentusaja makanan selengkap ini tersaji.  Ini menandakan betapa berharganya pesta tersebut bagi mereka dalam melepas sang peneliti, Eben.
3.      Urgensi pesta
Sebuah pesta hanya akan dilakukan pada moment-moment tertentu dan orang-orang tertentu saja.  Seperti pesta tahun baru, ulang tahun, pesta kelahiran dan juga pesta perpisahan.  Itu berarti, Eben merupakan orang yang dianggap telah memberikan banyak kontribusi bagi mereka sehingg mereka menganggap penting akan adanya pesta perpisahan yang diselengarakan walaupun hanya pesta kecil.

Kemudian pada sentence ke-2
“it was a modest affair, organized by Deni Yomaki, a human rights worker, to mark the end of my fieldwork in May 2003.”
Kita bisa menarik sudut pandang dari:
1.      Adanya tokoh penggiat HAM
Dengan hadirnya Deni Yomaki seorang tokoh HAM yang digandeng oleh Eben menunjukkan bahwa penelitian Eben kesana memiliki tujuan yang berkaitan dengan hak-hak masyarakat, gerakan-gerakan kemanusiaan yang ada di Papua sana.
2.      Kenapa harus bulan MEI?
Sepintas kita tidak mungkin ngeh dengan akhiran kalimat tersebut-May 2013.  Kenapa dengan mei adakah kejadian penting yang terjadi di bulan mei?  Mungkin, jika kita kaitkan dengan Mei-mei sebelumnya kita akan menemukan kilas balik Indonesia di Mei 1998.  Dimana pada saat itu terjadi krismon, bentrokan yang lebih dikenal dengan tragedi trisakti.
            Ini baru 2 kalimat yang dibahas, kita masih memiliki 46 paragraf.  Masih banyak reading experience yang harus disampaikan pada pelajaran kali ini.  Dalam menulis sebuah data. Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan masih memerlukan adanya suatu pengolahan. Data bisa berujut suatu keadaan, gambar, suara, huruf, angka, matematika, bahasa ataupun simbol-simbol lainnya yang bisa kita gunakan sebagai bahan untuk melihat lingkungan, obyek, kejadian atau pun suatu konsep. Lehtonoen, 2000, “In the current culture that is imbued with mechanically, electronically and digitally duplicated sounds and pictures, the term ‘text’ covers all the products that make the formation of meanings possible.”
      Lanjut ke pembahasan berikutnya yaitu tentang Papua. Ada beberapa informasi yang harus dijelaskan sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
Letak Papua
Papua Barat adalah bagian barat dari pulau New Guinea. Berbatasan langsung dengan Negara merdeka Papua Nugini dan menjadi bagian dari Indonesia setelah melalui sebuah proses yang didiskreditkan, dikenal sebagai ‘Act of Free Choice’ (Tindakan Pilihan Bebas) pada tahun 1969.  Jumlah penduduk di Papua Barat adalah 3,6 juta, terdiri dari 48.7% orang pribumi dan 51.3% non-Papua. Penduduk ini meliputi lebih dari 250 kelompok etnis dan bahasa.
Lantas apakah ada perbedaan antara Papua dan Irian Jaya?
Antara Papua dan Irian Jaya sebenarnya terdiri dari satu wilayah yang sama.Sejarah panjang nama Papua:
-          Pada masa kolonial pemerintahan hindia-belanda èNUGINI BELANDA (Nederlands Nieuw-Guinea atau Dutch New Guinea).
-          Setelah bergabung dengan Indonesia è IRIAN BARAT (1969-1973)
-          Oleh SOEHARTO èIRIAN JAYA hingga 2002
-          UU NO.21 TH 2001(otonomi khusus papua) èPAPUA
-          Pd tahun 2003 dibagi ke 2 wilayah:
1.     Bagian timur = Papua
2.     Bagian barat = Irian Jaya Barat
-          2004 dari Irian Jaya Barat èPapua Barat (West Papua)
Nama West Papua ini yg sering digunakan OPM (gerakan separatis) untuk memisahkan diri dari NKRI.
Mungkin perbedaannya hanya terdapat pada makna dari kata PAPUA & IRIAN JAYA itu sendiri, yaitu; kepanjangan “IRIAN” yang oleh kelompok separatis diplesetkan menjadi “Ikut Republik Indonesia Anti Nederland”, yang tak lain hanya gosip. “IRIAN” adalah nama yang diusulkan oleh seorang pejuang Papua, Frans Kaisiepo, yang berarti “Sinar yang menghalau kabut”, diambil dari bahasa salah satu suku di Irian.
Di Irian, terdapat 244 suku dengan 93 bahasa lokal. Kata “PAPUA” yang menggantikan “IRIAN” malah justru mempunyai konotasi yang buruk, karena berarti “Daerah hitam tempat perbudakan”. Ironisnya, versi kaum separatis, nama itu lebih disukai karena dianggap memberikan semangat kepada perjuangan kemerdekaan mereka.
Pada tahun 1949, Belanda menyerahkan kedaulatan atas Hindia Belanda ke Indonesia.  Namun,  pada tahun 1961, elit baru yg terdidik dari papua barat, dipandu oleh Belanda suatu legislatif nasional, disebut New Guinea dibentuk, serta sebuah bendera (bintang kejora, Bintang putih tunggal berlatar warna merah yang di sisinya tergurat tujuh garis biru dan enam garis putih horizontal, mewakili jumlah distrik dalam provinsi Papua Barat) dan lagu nasional dikenalkan (hai tanah ku papua). Ini dikibarkan secara resmi pada 1 desember 1961.  Inilah yang menjadi acuan para nasionalis papua barat untuk legitimasi lahirnya kemerdekaan Papua Barat OPM.
OPM pada awalnya adalah reaksi orang-orang Papua atas sikap pejabat-pejabat asal Indonesia yang mengecewakan mereka sejak tahun 1963. Perlawanan secara bersenjata pertama kali diluncurkan di Kebar, Manokwari 26 Juli 1965.  Dipimpin oleh Johannes Djaumbuani dengan kekuatan 400 orang(Papua menggugat, 2006).  OPM dibiayai oleh Amerika Serikat.
            Oleh karena tindakan tersebut, Soekarno khawatir atas pengklaiman wilayah papua oleh belanda.  Maka pada 19 desember 1961, di Yogyakarta.  Soekarno berpidato yang isinya lebih dikenal dengan trikora.
(a) bubarkan pembentukan negara boneka Irian Barat buatan Belanda;
(b) kibarkan bendera Sang Merah Putih di Irian Barat; dan
(c) persiapkan mobilisasi umum untuk mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan bangsa.
Lebih lengkap tentang isi pidato dari Ir.  Soekarno
“…Hei, engkau, pemuda-pemuda keluaran dari AMN! Sekarang berdiri di hadapan saya. Saya melantik kamu sekalian, resmi menjadi perwira-perwira angkatan perang kita. Ketahuilah hei kamu, kewajibanmu sekarang ini lebih berat daripada yang sudah-sudah. Sekarang ini engkau menjadi pemimpin-pemimpin daripada Angkatan Perang Republik Indonesia. Dan, sekarang ini Angkatan Perang Republik Indonesia sudah mendapat perintah dari saya untuk menyiap-nyiapkan diri agar supaya setiap waktu saya memberi perintah, masuk ke Irian Barat untuk memerdekakan Irian Barat itu. Maka engkau juga, hei pemuda-pemuda keluaran Akademi Militer Nasional, bersiap-siaplah oleh karena sebagaimana tadi saya katakan, sudah saya perintahkan kepada segenap Angkatan Perang Republik Indonesia, baik Angkatan Darat maupun Angkatan Udara, maupun Angkatan Laut, supaya menyiap-nyiapkan diri agar setiap waktu saya memberi komando kepadamu, engkau bebaskan Irian Barat dari cengkeraman imperialisme Belanda.
Nah, apa komando saya? Dengarkan saudara-saudara! Komando saya dengan tegas ialah: gagalkan, hai seluruh rakyat Indonesia, gagalkan pendirian Negara Papua itu! Apa komando saya lagi? Hei seluruh rakyat Indonesia, kibarkan bendera Sang Saka Merah Putih di Irian Barat itu! … Siap sedialah, akan datang mobilisasi umum! Mobilisasi umum yang mengenai seluruh rakyat Indonesia untuk membebaskan Irian Barat sama sekali daripada cengkeraman imperialisme Belanda. Saudara-saudara, inilah bunyi komando saya. Jalankan komando saya ini!”
(Bung Karno, Alunalun Yogya, Selasa, 19 Des 1961, pukul 09 pagi, hujan deras dan lautan manusia, serukan Komando Trikora didepan para sersan mayor taruna dari Akademi Militer Nasional (AMN) Magelang dan Bandung yg baru akan dilantik. Terdiri atas 38 korps infanteri (Inf), 51 korps kavaleri (Kav), 59 korps artileri (Art), 144 korps zeni (Czi). Termasuk Letda Inf ZA Maulani, Letda Kav TB Silalahi, Letda Art Suryatna Subrata, Letda Czi Piere Tendean)

            Lebih banyak orang mengenal Papua karena kekayaan alamnya. Salah satunya adalah kekayaan tambang bawah tanah. Kekayaan alam yang melimpah di Papua  membuat banyak pihak. Tujuan dari Belanda(negara-negara lain)  ingin menguasai Papua adalah karena kekayaan alam yang dimilki oleh alam Papua.  Seperti yang dikatakan oleh Noam Chomsky “Amerika Serikat dan Australia sebagai aktor utama dibalik skandal Papua Barat karena kepentingan atas sumberdaya alam di Papua Barat. Indonesia, hanyalah sebuah negara yang disupport oleh Amerika Serikat untuk menjalankan skandal tersebut. Hal yang sama juga terjadi pada kasus Timor Leste yang “dimainkan” oleh Australia.”
            OPM dibentuk 2 tahun kemudian setelah pada tahun 1962-1963 wilayah Papua barat di pegang kekusaan sementara oleh UNTEA (United Nations Temporary Executive Authority).  Tepatnya pada 26 juli 1965 bendera OPM dikibarkan.  Namun ini berhasil digagalkan, papua jatuh ditangan Indonesia kembali atas kepemimpina Mayjen Soeharto.
Will you personally support Papua to become a newly seperated country? Why?
Jika membawa jiwa nasionalis Indonesia, sudah barang tentu saya tidak setuju dengan pembentukan negara baru Papua.  Walau bagaimanapun Papua adalah salah satu kepulauan yang melengkapi indahnya susunan Indonesia.  Dari Sabang sampai MERAUKE.  Papua hilang, hilang jualah ujung NKRI.
Namun, jika membaca informasi-informasi mengenai kenyataan tentang Papua, apa yang sebenarmya terjadi, apa yang mereka rasakan, apa keinginan mereka dan sebagainya, miris.  Mereka hanya ingin hidup tanpa tekanan dan penindasan.  Beberapa tinta hitam Indonesia yang telah ditorehkan terhadap Papua;
-          Hak asasi manusia diserang terus menerus
pelanggaran luas hak asasi manusia – termasuk pembunuhan kilat, penyiksaan, penghilangan serta penangkapan sewenang-wenang – dilakukan oleh pasukan keamanan Indonesia. Ribuan orang diperkirakan tewas atau meninggal sebagai dampaknya selama masa pemerintahan Indonesia.  Papua Barat merupakan salah satu daerah termiskin dalam hal tingkat kemiskinan dan indikator pembangunan manusia, dengan keprihatinan serius pada tidak memadainya pelayanan kesehatan, kematian ibu dan anak, HIV / Aids dan rendahnya tingkat pencapaian pendidikan.
-          Eksploitasi sumber daya
Eksploitasi sumber daya alam yang melimpah di Papua Barat serta pencaplokan lahan berskala besar secara sistematis untuk proyek-proyek agribisnis oleh Indonesia dan kepentingan bisnis internasional telah menjadi penyebab utama ketegangan dan konflik.
-          Pendekatan Militer/Keamanan yang berlaku
Operasi militer dan pendekatan tangan-besi dalam bidang keamanan menimbulkan ancaman serius terhadap hak asasi manusia dan kehidupan masyarakat Papua. Sebuah budaya kekerasan telah dikembangkan terkait dengan keyakinan aparat keamanan bahwa aktivitas politik serta advokasi untuk hak-hak orang Papua adalah selalu berhubungan dengan agenda separatis dan harus dihadapi dengan tindakan yang keras.
-          Kebebasan berekspresi diabaikan
Dibawah ini adalah harapan rakyat Papua terhadap pemerintahan Indonesia yang tergabung dalam organisasi GEMPAR.  Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Pemuda dan Masyarakat (GEMPAR) Papua kembali menggelar aksi damai dalam rangka memeringati hari Hak Asasi Manusia (HAM) sedunia yang jatuh hari ini.  Dalam aksi ini, Gempar menuntut kepada pemerintah Indonesia agar mengungkap segala bentuk pelanggaran HAM yang dilakukan TNI/Polri terhadap masyarakat sipil di Papua sejak tahun 1961 hingga kini.
-          Gempar Papua menyampaikan delapan tuntutan, berikut:
-          Pertama, stop penangkapan masyarakat sipil dan aktivis.
-          Kedua, Tuntutan HAM sebagai jati diri orang asli Papua, maka stop pelanggaran HAM.
-          Ketiga, Otsus plus adalah pelanggaran HAM terbesar bagi rakyat Papua.
-          Keempat, pemerintah Jakarta TNI/POLRI stop melakukan tindakan pelanggaran HAM pemerintah Papua dan Komnas HAM segera mengusut tuntas kasus pelanggaran HAM di Papua.
-          Kelima, Pemeritah NKRI harus bertanggung jawab atas pelanggaran HAM yang terjadi di tanah Papua.
-          Keenam, Stop pelanggaran HAM di Tanah Papua. Otsus 2001 daerah otonomi baru UP4B Otsus Plus.
-          Ketujuh, Stop penangkapan terhadap masyarakat sipil dan aktivis mahasiswa dengan sewenang-wenang tanpa bukti.
-          Kedelapan, Pembunuhan terhadap masyakat Papua kasus Wamena, Wasior, Abepura, Biak berdarah adalah bentuk pelanggaran HAM.
Jika benar itu semua yang terjadi, jiwa nasionalisme pun luntur.  mungkin apa yang mereka perjuangkan benar.  Pantas saja jika mereka menginginkan kemerdekaan, karena di negara merdeka yang ia tinggali saat ini, mereka tetaplah terjajah.  Terjajah oleh kediktatoran para penguasa Mereka berhak hidup dengan kepemilikan kekayaan yang mereka miliki, dengan hak-hak mereka.  Indonesia, jika ingin Papua menjadi bagian dari kita.  Rangkul.  Jaga.  Lindungi mereka.
Kesimpulan dari pembahasan yang saya tulis adalah adanya pola hubungan kedaerahan yang menyisakan satu daerah yang belum tuntass penyelesaiannya.  Daerah itu tidak lain dan tidak bukan adalah Papua. Sejak awal, uppaya penyelesaian Papua sudah memperlihatkan dimensi internasional.  Namun dalam perkembangannya, posisi Papua semakin termarjinalkan di antara sejumlah pihak yang berkepentingan.  Kita harus lebih banyak mendengar suara-suara oarang asli Papua.  Orang papua tidak menadahkan tangan untuk dikasihani.  Yang mereka perlukan adalah dihargai, dan diberikan apa yang merupakan hak mereka.
Masih banyak kekurangan dalam membahas artikel ini dengan memposisikan diri sebagai reader seperti kurangnya informasi yang didapatkan, bahasa artikel yang terlalu tinggi sehingga terkendala di pemahaman.  Namun kelebihannya adalah saya lebih bisa memahami tiap-tiap sentence setelah ditelaah satu persatu.  Jadi mampu mendapatkan banyak informasi dari hanya satu kalimat tersebut.



REFERENSI
Jurnalistik Kompas.  2008.  Ekspedisi Tanah Papua.   Jakarta: Kompas Media Nusantara.
Lehtonen, M. (2000). The cultural analysis of text. London: Sage publication.
Iry, Ans Gregory da. 2009.  Dari Papua Meneropong Indonesia.  Grasindo.
LIPI.  2006.  Jurnal Penelitian Politik : PAPUA MENGGUGAT.

Waterson Allise & Maria D. Vesperi. 2009.  Anthropology off the shelf: Antropologists on Writing.   UK: Blackwell Publishing Ltd.


Voice Of Baptist Papua on May 7, 2012 | 7:44. Konflik Papua Barat di dorong jadi agenda global.  Message posted toRadioaustralia.net.au/international/
Suara Kolaitaga on Wednesday, 13 March 2013. Sejarah Kembalinya Irian Jaya (Papua Barat ) ke Indonesia.  Message posted to

 





Comments
0 Comments

0 Comments:

Post a Comment