Sunday, April 6, 2014
Created By:
Nurul Fatimah
class review 8
Penulis yang Baik = Pembaca
yang Baik
Seseorang insan yang rajin
membaca dapat meningkatkan sahsiah diri yang baik. Melalui pembacaan dari
sumber yang berkualitas, pembaca dapat mengenali dan memahami sesuatu perkara
dengan lebih mendalam dan dapat mengajar kita berbagai nilai murni yang harus
diamalkan dalam kehidupan seharian. Hasil pembacaan juga dapat memberi panduan
dan mengelokkan diri daripada melakukan perkara-perkara negatif yang boleh
membawa implikasi buruk terhadap diri sendiri dan orang lain.
Pengalaman membaca merupakan titik
tolak dari kualitas kita sebagai penulis. Semakin banyak membaca maka semakin
tercerahkanlah kita dalam menulis. Pernakah anda mendengar kata-kata ini “penulis yang baik adalah pembaca yang baik” apakah anda setuju dengan kata-kata tersebut? Saya sangat setuju! Mungkin
banyak dari kita yang terheran-heran dengan tulisan
seorang Wartawan, Pujangga, Novelis, Cerpenis atau mungkin juga para penulis
artikel. Pertanyaan yang sering muncul dan
dilontarkan adalah, kok hebat yah ? kok
pinter yah ? kok ”renyah dan gurih” yah tulisannya ?. Lalu, apa rahasianya mereka bisa
seperti itu?
Jawabannya
adalah tidak jauh dari apa yang saya tuliskan tadi, ”penulis yang baik adalah
pembaca yang baik”. Kalau dipikir-pikir mungkin ada benarnya, atau malah memang
demikianlah kenyataannya. Bagaimana mungkin orang yang malas membaca, malas
belajar dan malas mencari tahu bisa membuat tulisan yang baik, renyah dan enak
untuk dinikmati. Tentunya sangat sulit sekali bukan ?
Sebut saja
misalnya Emha Ainun Najib, Chairil Anwar si pujangga itu, cerpenis terkenal
Agus Noor dan novelis sekaliber Andrea Hirata dan Dewi Lestari. Mereka
merupakan penulis-penulis hebat yang ”rakus” membaca tulisan-tulisan orang
lain. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan menulis tidak datang begitu saja
secara tiba-tiba melainkan ada suatu proses sebab-akibat.
Sebenarnya
bukan hanya sekedar menulis yang dimaksud di sini. Kalau sekedar menulis toh
hampir semua bisa melakukannya. Kecuali keponakan saya yang berumur 2 tahun
itu, jangankan menulis, bicara saja masih belepotan. Yang di maksud di
sini adalah sebuah tulisan yang menggugah, membawa pesan, membawa pencerahan
dan pengetahuan baru bagi pembacanya. Sehingga pembaca tulisan tersebut akan
berkata,”lho saya malah baru tahu” atau ”iya juga sih”, bahkan
yang lebih hebat lagi kalau tulisan Anda mampu menggerakkan seseorang untuk
berbuat lebih. Ke arah yang lebih baik tentunya. Kita harus berusaha
agar tulisan kita memiliki passion seperti demikian.
“menulis tanpa
membaca ibarat perang tanpa senjata” ketika hal itu
terjadi maka tulisan tersebut akan kosong dan tidak berbobot, tentunya tidak
memiliki passion maka dari membaca diibaratkan sebuah senjata yang akan kita
gunakan dalam tulisan kita. Banyak membaca memperkaya wawasan dan sangat
membantu untuk menjadi penulis yang hebat. Mengutip sebuah kalimat dari Stephen
King yaitu “if you want to be a writer, you must do two things above all others:
read a lot and write a lot” saya sangat berpendapat dengan perkataan
Stephen King banyak membaca dan menulis akan menjadi seorang penulis yang hebat
Dalam menulis
hal yang sangat membahayakan adalah seperti yang saya tuliskan diatas terutama
dalam kategori “INSANE” sesorang yang gila, ketika berkomunikasi pasti tidak
akan nyambung, bagaimana jika ia menulis? Mungkin tulisannya akan kacau, tidak
jelas alur ceritanya dan membingungkan pembaca.
Namun dalam
kesempatan ini Mr Lala tidak akan mentolerir lagi kesalahan-kesalahan yang kita
lakukan. Beliau menjelaskan ada satu kata magic yang hanya dipakai masyarakat
indonesia yaitu “khilaf” ini merupakan magicword yang acap kali di gunakan
masyarakat indonesia sebagai tameng ketika membuat kesalahan, dan magic word
ini hanya ada di indonesia. Negara yang lain tidak mempunyainya.
Dalam diskusi
yang kami lakukan untuk mengidentifikasi teks yang berjudul “Don’t Use Your
Data as a Pillow” oleh S. Eben Kirksey ketika Mr Lala membagi kedalam 7
kelompok dalam masing-masing kelompok berisi lima anggota. Intruksi yang
diberikan beliau yaitu kita harus mengidentifikasi judul dengan rinci.
Masing-masing anggota memberikan pendapatnya kemudian setelah setiap anggota
menyimpulkan barulah disimpulkan hasil final dari kelompok tersebut. Kita juga
diminta untuk mengidentifikasi persentence bukan perparagraf.
Kelompok 7 (Mega, Meta, Nurul, Susi, dan Santiara)
TITLE:
Nurul :
If you have data use it, don’t make it useless.
Mega :
If you have data, make it complete, more detail, and more research.
Susi&Santiara :
Don’t make data just for your bussiness.
Meta :
Someone has already got data, but he just save it, not use it.
Conclusion :
Pillow is a symbol of convenience, someone usually use pillow for
themselves. So, this means if we are
researches don’t use the data just for ourselves. Share to the wider audience.
Sentence 1 :
Meta :
Terdapat pesta perpisahan yang menyediakan berbagai macam makanan tradisional.
Nurul :
Pada saat Eben akan meninggalkan Papua, Eben dan masyarakat di Papua mengadakan
pesta perpisahan.
Susi&Santiara : Melihat diadakannya sebuah pesta perpisahan
yang di laksanakan oleh Eben dan masyarakat Papua, kita bisa melihat bahwa di
mata orang Papua Eben itu adalah seseorang yang berjasa.
Mega :
Pesta perpisahan di laksanakan untuk menyambut keberhasilan dan sekaligus salam perpisahan kepada Eben.
Conclusion :
Party for celebration a hero.
Sentence 2 :
All : Pesta ini diatur oleh Denny
Yomaki, salah satu pekerja human rights (HAM) untuk menandai berakhirnya
penelitian Eben di Papua.
Conclusion: Pesta yang mewah menurut masyarakat papua, pantas diadakan
untuk Eben. Pesta ini diatur oleh Denny
Yomaki, salah satu pekerja human rights (HAM) untuk menandai berakhirnya
penelitian Eben di Papua pada bulan mei tahun 2003.
kemudian disimpulkan dari tiap
kelompok menjadi seperti ini
Data
adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan masih memerlukan
adanya suatu pengolahan. Data bisa berujut suatu keadaan, gambar, suara, huruf,
angka, matematika, bahasa ataupun simbol-simbol lainnya yang bisa kita gunakan
sebagai bahan untuk melihat lingkungan, obyek, kejadian ataupun suatu konsep.
Informasi
merupakan hasil pengolahan dari sebuah model, formasi, organisasi, ataupun
suatu perubahan bentuk dari data yang memiliki nilai tertentu, dan bisa
digunakan untuk menambah pengetahuan bagi yang menerimanya. Dalam hal ini, data
bisa dianggap sebagai obyek dan informasi adalah suatu subyek yang bermanfaat
bagi penerimanya. Informasi juga bisa disebut sebagai hasil pengolahan ataupun
pemrosesan data.
Data dapat menjadi sebuah informasi ketika data tersebut menjadi “reaserch”
seperti yang dilakukan Eben yang pada awalnya hanya ingin menggunakan data
sebagai penelitiannya saja. Kemudian ia berubah fikiran mejadikan data
penelitiannya sebagai informasi untuk melancarkan sebuah misi.
Kekurangan kita khususnya
kelompok saya dalam membaca yaitu
1.
Kurang mengetahui tentang
sejarah-sejarah terdahulu
2.
Pengalaman membaca kami masih
sangat minim
. .
Banyak pembendaharaan kata dan
pengandaian kalimat yang tidak kami fahami
2.
Terlalu cepat mengambil
kesimpulan
3.
Kurang membandingkan dengan
sumber-sumber lain
Sedangkan kelebihan kami yaitu:
1.
Ketika mendalami sebuah teks kami
merasa penasaran untuk mengetahui lebih dalam maksud dari teks tersebut.
2. Cukup kritis ketika kami
menemukan kejanggalan dalam bahasa teks tersebut (berusaha menyimpulkan meaning
yang tepat)
Ini adalah pertanyaan-pertanyaan
yang akan saya bahas disini
Irian Jaya (
Papua Barat ) ( juga dikenal sebagai Irian Djaya, Irian Barat, West New Guinea
, dan Irian Barat ) adalah bagian pulau New Guinea, yang terletak beberapa
ratus km sebelah utara dari Australia. Irian Jaya ( Papua Barat ) adalah sebuah
provinsi dari bangsa Indonesia . New Guinea dikatakan pulau terbesar kedua di
dunia, setelah Greenland , setidaknya oleh mereka yang menolak untuk menghitung
Australia. Untuk sebelah barat Irian Jaya terletak Laut Seram dan Laut Banda,
ke selatan terletak Laut Arafura, dan ke utara adalah Pasifik. Ibukota Irian
Jaya ( Papua Barat ) adalah Jayapura, lintang 3 derajat bujur selatan dan 141
derajat timur , beberapa ribu mil dari Samudera Pasifik selatan Tokyo. Jayapura
adalah beberapa ribu km sebelah timur dari Jakarta, ibukota Indonesia, yang
terletak di pulau Jawa. Tembagapura, pusat operasi pertambangan Freeport ,
terletak di sekitar 4 derajat selatan dan 137 derajat timur. Bagian timur pulau
New Guinea adalah negara merdeka Papua Nugini.Nama Papua Barat (West Papua) masih sering digunakan oleh Organisasi Papua Merdeka
(OPM), suatu gerakan separatis yang ingin memisahkan diri dari Indonesia dan
membentuk negara sendiri.
Pada
masa kolonial pemerintahan hindia-belanda bernama NUGINI BELANDA (Nederlands Nieuw-Guinea atau Dutch New Guinea). Setelah bergabung dengan Indonesia berganti nama menjadi
IRIAN BARAT (1969-1973) Oleh
SOEHARTO menjadi IRIAN
JAYA hingga 2002 UU
NO.21 TH 2001(otonomi khusus papua) menjadi PAPUA Pd
tahun 2003 dibagi ke 2 wilayah:
1.
Bagian timur = Papua
2.
Bagian barat = Irian
Jaya Barat
2004 dari Irian Jaya
Barat menjadi Papua Barat (West
Papua)
Nama West Papua ini
yg sering digunakan OPM (gerakan separatis) untuk memisahkan diri dari NKRI.
Mungkin
perbedaannya hanya terdapat pada makna dari kata PAPUA & IRIAN JAYA itu
sendiri, yaitu; kepanjangan “IRIAN” yang oleh kelompok separatis diplesetkan
menjadi “Ikut Republik Indonesia Anti Nederland”, yang tak lain hanya gosip.
“IRIAN” adalah nama yang diusulkan oleh seorang pejuang Papua, Frans Kaisiepo,
yang berarti “Sinar yang menghalau kabut”, diambil dari bahasa salah satu suku
di Irian.
Frans Kaisiepo, almahrum,
orang yang pertama mengumumkan nama ini pada konperensi di Malino-Ujung Pandang
pada tahun 1945, antara lain berkata: “Perubahan nama Papua menjadi Irian,
kecuali mempunyai arti historis, juga mengandung semangat perjuangan: IRIAN
artinya Ikut Republik Indonesia Anti Nederland”. (Buku PEPERA 1969 terbitan
tahun 1972, hal. 107-108). Nama Irian diciptakan oleh seorang Indonesia
asal Jawa bernama Soegoro, bekas buangan Digul-Atas tetapi dibebaskan sehabis
Perang Dunia kedua dan pernah menjabat Direktur Sekolah Pendidikan administrasi
pemerintahan di Hollandia antara tahun 1945-1946.
Perubahan nama Irian Barat
menjadi Irian Jaya, terjadi pada tahun 1973, juga mengandung arti politik.
Regiem Militer Indonesia tidak menginginkan adanya pembagian Pulau Papua
menjadi dua dan berambisi guna menguasai seluruhnya. Pendirian ini berdasarkan
pengalaman tetang adanya dua Vietnam-Selatan dan Utara, tentang adanya dua
Jerman-Barat dan Timur, dan tentang adanya dua Korea-Selatan dan Utara. Irian Jaya,
Irian yang dimenangkan.
(Matanews.com: 2012) saya
mendapatkan statement Bung Muridan: bahwa munculnya berbagai konflik di Papua karena akar persoalan belum
diselesaikan secara tuntas oleh pemerintah bersama masyarakat Papua. “Akar konflik di Papua
sampai sekarang belum diurus dengan baik yaitu masalah marginalisasi orang
Papua, pelanggaran Hak Azasi Manusia dan lainnya”
Sesuai
dengan perjanjian New York, pada tanggal 1 Mei 1963 berlangsung upacara serah
terima Irian Barat dari UNTEA kepada pemerintah RI. Upacara berlangsung di
Hollandia (Jayapura). Dalam peristiwa itu bendera PBB diturunkan dan
berkibarlah merah putih yang menandai resminya Irian Barat menjadi propinsi ke
26. Nama Irian Barat diubah menjadi Irian Jaya ( sekarang Papua )
Dalam
pidatonya ”Membangun Dunia Kembali” di forum PBB tanggal 30 September 1960,
Presiden Soekarno berujar, ”......Kami telah mengadakan
perundingan-perundingan bilateral......harapan lenyap, kesadaran hilang, bahkan
toleransi pu n mencapai batasnya. Semuanya itu telah habis dan Belanda tidak
memberikan alternatif lainnya, kecuali memperkeras sikap kami.”
Tindakan
konfrontasi politik dan ekonomi yang dilancarkan Indonesia ternyata belum mampu
memaksa Belanda untuk menyerahkan Irian Barat. Pada bulan April 1961 Belanda
membentuk Dewan Papua, bahkan dalam Sidang umum PBB September 1961, Belanda
mengumumkan berdirinya Negara Papua. Untuk mempertegas keberadaan Negara Papua,
Belanda mendatangkan kapal induk ”Karel Doorman” ke Irian Barat.
Terdesak
oleh persiapan perang Indonesia itu, Belanda dalam sidang Majelis Umum PBB XVI
tahun 1961 mengajukan usulan dekolonisasi di Irian Barat, yang dikenal dengan
”Rencana Luns”.
menanggapi
rencana licik Belanda tersebut, pada tanggal 19 Desember 1961 bertempat di
Yogyakarta, Presiden Soekarno mengumumkan TRIKORA dalam rapat raksasa di alun
alun utara Yogyakarta, yang isinya :
1. Gagalkan
berdirinya negara Boneka Papua bentukan Belanda
2. Kibarkan
sang Merah Putih di irtian Jaya tanah air Indonesia
3. Bersiap
melaksanakan mobilisasi umum
Pembentukan Komando
Mandala Pembebasan Irian Barat
Sebagai langkah
pertama pelaksanaan Trikora adalah pembentukan suatu komando operasi, yang
diberi nama ”Komando Mandala Pembebasan Irian Barat”. Sebagai panglima komando
adalah Brigjend. Soeharto yang kermudian pangkatnya dinaikkan menjadi Mayor
Jenderal.
Panglima Komando : Mayjend. Soeharto
Wakil Panglima I : Kolonel Laut Subono
Wakil Panglima II : Kolonel Udara Leo Wattimena
Kepala Staf Gabungan : Kolonel Ahmad Tahir
Komando Mandala yang
bermarkas di Makasar ini mempunyai dua tujuan :
1. merencanakan,
menyiapkan dan melaksanakan operasi militer untuk mengembalikan Irian barat ke
dalam kekuasaan Republik Indonesia
2. mengembangkan
situasi militer di wilayah Irian barat sesuai dengan perkembangan perjuangan di
bidang diplomasi supaya dalam waktu singkat diciptakan daerah daerah bebas de
facto atau unsur pemerintah RI di wilayah Irian Barat
Dalam upaya
melaksanakan tujuan tersebut, Komando Mandala membuat strategi dengan membagi
operasi pembebasan Irian Barat menjadi tiga fase, yaitu :
1. Fase
infiltrasi
Dimulai pada awal Januari tahun 1962 sampai dengan
akhir tahun 1962, dengan memasukkan 10 kompi ke sekitar sasaaran tertentu untuk
menciptakan daerah bebas de facto.
2. Fase
Eksploitasi
Dimulai pada awal Januari 1964 sampai dengan akhir
tahun 1963, dengan mengadakan serangan terbuka terhadap induk militer lawan,
menduduki semua pos pertahanan musuh yang penting.
3. Fase
Konsolidasi
Dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 1964, dengan
menegakkan kekuasaan RI secara mutlak di seluruh Irian Barat.
Sebelum Komando
mandala bekerja aktif, unsur militer yang tergabung dalam Motor
Boat Torpedo (MTB) telah melakukan penyusupan ke Irian Barat. Namun kedatangan
pasukan ini diketahui oleh Belanda, sehingga pecah pertempuran di Laut Arafura.
Dalam pertempuran yang sangat dahsyat ini, MTB Macan Tutul berhasil
ditenggelamkan oleh Belanda dan mengakibatkan gugurnya komandan MTB Macan Tutul
Yoshafat Sudarso (Pahlawan Trikora)
Sementara itu
Presiden Amerika Serikat yang baru saja terpilih John Fitzgerald Kennedy merasa
risau dengan perkembangan yang terjadi di Irian Barat. Dukungan Uni Soviet ( PM. Nikita Kruschev ) kepada
perjuangan RI untuk mengembalikan Irian Barat dari tangan Belanda, menimbulkan
terjadinya ketegangan politik dunia, terutama pada pihak Sekutu (NATO) pimpinan
Amerika Serikat yang semula sangat mendukung Belanda sebagai anggota sekutunya.
Apabila Uni Soviet telah terlibat dan Indonesia terpengaruh kelompok ini, maka
akan sangat membahayakan posisi Amerika Serikat di Asia dan dikhawatirkan akan
menimbulkan masalah Pasifik Barat Daya. Apabila pecah perang Indonesia dengan
Belanda maka Amerika akan berada dalam posisi yang sulit. Amerika Serikat
sebagai sekutu Belanda akan di cap sebagai negara pendukung penjajah dan
Indonesia akan jatuh dalam pengaruh Uni Soviet.
Untuk
itu, dengan meminjam tangan Sekjend PBB U Than, Kennedy mengirimkan diplomatnya
yang bernama Elsworth Bunker untuk mengadakan pendekatan kepada Indonesia –
Belanda.
Sesuai dengan tugas
dari Sekjend PBB ( U Than ), Elsworth Bunker pun mengadakan penelitian masalah
ini, dan mengajukan usulan yang dikenal dengan ”Proposal Bunker”. Adapun
isi Proposal Bunker tersebut adalah sebagai berikut :
”Belanda harus
menyerahkan kedaulatan atas Irian barat kepada Indonesia melalui PBB dalam
jangka waktu paling lambat dua tahun”
Usulan ini
menimbulkan reaksi :
1. Dari
Indonesia : meminta supaya waktu penyerahan diperpendek
2. Dari Belanda :
setuju melalui PBB, tetapi tetap diserahkan kepada Negara Papua Merdeka
reference:


Subscribe to:
Post Comments (Atom)