Sunday, April 6, 2014
Created By:
Mega Widiastuti
(Resource:http://qoriyanti12.blogspot.com/2013/03/pengertian-membaca-menurut-para-ahli.html)
Class
review on 04th April 2014
“Intensive reading for reaching out those new forms”
Welcome
to 8th class review, setelah kurang lebih satu minggu saya
beristirahat sejenak dari kegiatan menulis chapter dan class review. Sekarang masa istirahat itu telah habis, dan
saya harus kembali menulis class review yang kedelapan ini. Awal pembelajaran semua di fokuskan kepada
kegiatan membaca.
Menurut
Fredick Mc Donald (dalam Burns, 1996: 8), membaca merupakan rangkaian respon
yang kompleks, di antaranya mencakup respon kognitif, sikap dan
manipulatif. Membaca tersebut dapat
dibagi menjadi beberapa sub keterampilan, yang meliputi sensori, persepsi,
sekuensi, pengalaman, berpikir, belajar,
asosiasi, afektif, dan konstruktif.
(Resource:http://qoriyanti12.blogspot.com/2013/03/pengertian-membaca-menurut-para-ahli.html)
Reading
experience terbagi menjadi dua yaitu ekstensive reading dan intensive reading. Ekstensive reading atau membaca ekstensif
adalah proses membaca yang dilakukan secara luas. Objeknya meliputi sebanyak
mungkin teks dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Sedangkan
Intensive reading atau membaca intensif yaitu membaca dengan penuh pemahaman
untuk menemukan ide-ide pokok pada tiap-tiap paragraf, pemahaman ide-ide naskah
dari ide pokok sampai pada ide-ide penjelas, dari hal-hal yang rinci sampai ke
relung-relungnya. Adapun manfaat membaca
intensif antara lain: pembaca menguasai isi teks secara mantap, pembaca
mengetahui latar belakang ditulisnya teks tersebut, pembaca dapat mempunyai
daya ingat yang lebih lama yang berhubungan dengan isi teks.
Mengapa saya
menuliskan kalimat pembuka dengan pengertian membaca dan jenisnya? Karena pada writing 4 kali ini, khususnya
pada pertemuan kesembilan sampai dengan kesepuluh saya dan teman-teman di
berikan tugas oleh Mr. Lala untuk membaca sebuah artikel yang berjudul “Don’t
Use Your Data as a Pillow.” Untuk
memperdalam penguasaan konten di dalam artikel tersebut kami melakukannya
dengan cara intensive reading. Hal ini
dilakukan sebagai pembekalan dan pemahaman untuk membuat argumentative essay
pada pertemuan berikutnya. Dari artikel
yang berjudul “Don’t Use Your Data as a Pillow” karya S. Eben Kirksey di
dalamnya membahas tentang West Papua.
Untuk saat
ini khususnya pada pertemuan kesembilan saya belum membaca keseluruhan materi
yang ada di dalam artikel tersebut, sehingga untuk memudahkan pemahaman saya
dalam memahami materi artikel ini, perlu adanya pemahaman baru yang berkaitan
dengan topik yang dibahas di dalam artikel ““Don’t Use Your Data as a Pillow”
seperti trivia quiz yang di berikan oleh Mr. Lala berikut ini :
}
What is West
Papua? And where is it located?
}
What
differences can you spot between PAPUA and IRIAN JAYA?
}
In what year
the land called Papua integrated into NKRI?
}
What is
Trikora?
}
What are the
roles of Soekarno in the integration of Papua into NKRI?
}
What did the
Dutch colonial do in Papua?
}
What are the
roles of US-UN and our neighbouring countries in the Papua conflicts?
}
What is
Organisasi Papua Merdeka (OPM) and who finances them?
Berikut ini
adalah jawaban dari trivia quiz diatas:
Provinsi Papua Barat terletak antara
0 – 4 derajat Lintang Selatan dan 124 – 132 derajat Bujur Timur, tepat dibawah
garis katulistiwa dengan ketinggian 0 – 100 meter dari permukaan laut. Luas
wilayah Provinsi Papua Barat sebesar 126.093 kilometer persegi.
Batas Utara: Laut Pasifik, Batas Barat: Laut Seram
Provinsi Maluku, Batas Selatan: Laut Banda Provinsi Maluku, Batas Timur: Provinsi
Papua. Dan apabila dilihat dari wilayah pemerintahan provinsi Papua
Barat beribukota di kabupaten Manokwari. Secara administratif, provinsi Papua
Barat terdiri dari 8 (delapan) kabupaten dan 1 (satu) kotamadya, yaitu
kabupaten Fak-fak, kabupaten Kaimana, kabupaten Teluk Wondama, kabupaten Teluk
Bintuni, kabupaten Manokwari, kabupaten Sorong Selatan, kabupaten Sorong,
kabupaten Raja Ampat, dan Kotamadya Sorong. Terdiri dari 124 Kecamatan, 48
Kelurahan, dan 1173 Kampung.
Kemudian ada perbedaan antara nama
Papua dan Irian Jaya, sebelum resmi berganti nama menjadi Papua, wilayah
tersebut telah mengalami beberapa pergantian nama. Yaitu Labadios, Janggi, Wanin, Sram, Nueva Guinea , Nederlands
Nieuw Guinea, Irian Barat, Irian Jaya, dan akhirnya menjadi Papua. Usut demi usut
jika melihat pergantian nama-nama diatas, rupanya masih ekor-ekor dari promosi
ignoransi yang merajalela selama pemerintahan Orde Baru, Irian itu nama seluruh
pulau, dan nama propinsi RI ke-26 itu mula-mulanya "Irian Barat", dan
baru diubah mendjadi "Irian Jaya" setelah Soeharto menjadi
presiden. Di bawah Orde Baru, asal-usul
nama Irian itu dipalsukan, yaitu dinyatakan bahwa itu adalah akronim untuk "Ikut Republik Indonesia Anti Nederland". Dan akhirnya memasuki
era reformasi sebagian masyarakat menuntut penggantian nama Irian Jaya menjadi
Papua. Presiden Abdurrahman Wahid memenuhi permintaan sebagian masyarakat
tersebut. Dalam acara kunjungan resmi kenegaraan Presiden, sekaligus menyambut
pergantian tahun baru 1999 ke 2000, pagi hari tanggal 1 Januari 2000, beliau
mengumumkan bahwa nama Irian Jaya saat itu dirubah namanya menjadi Papua.
Selanjutnya
pada tanggal 1 Mei 1963 berlangsung upacara
serah terima Irian Barat dari UNTEA kepada pemerintah RI. Upacara berlangsung
di Hollandia (Jayapura), kegiatan ini
menandakan bahwa Papua resmi masuk kedalam NKRI pada tahun 1963, berdasarkan New York
Agreement.
Terjadinya New York agreement dilatar belakangi oleh sikap tidak pantang
menyerah yang dilalukan oleh Bangsa Indonesia untuk merebut kembali wilayah
Papua, dan di dukung oleh Amerika Serikat.
Adapun isi dari Pokok persetujuannya adalah :
1. Paling lambat 1 Oktober 1962 pemerintahan sementara PBB (UNTEA) akan
menerima serah terima pemerintahan dari tangan Belanda dan sejak saat itu
bendera merah putih diperbolehkan berkibar di Irian Barat..
2. Pada tanggal 31 Desember 1962 bendera merah putih berkibar disamping
bendera PBB.
3. Pemulangan anggota anggota sipil dan militer Belanda sudah harus selesai
tanggal 1 Mei 1963.
4. Selambat lambatnya tanggal 1 Mei 1963 pemerintah RI secara resmi
menerima penyerahan pemerintahan Irian Barat dari tangan PBB.
5. Indonesia harus menerima kewajiban untuk mengadakan Penentuan Pendapat
rakyat di Irian Barat, paling lambat sebelum akhir tahun 1969.
Apabila
berbicara mengenai Irian Jaya atau yang sekarang bernama Papua, sangat erat
kaitannya dengan TRIKORA. Operasi TRIKORA di
cetuskan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 19 Desember 1961 bertempat di alun-alun
Utara yogyakarta. Trikora merupakan sebuah operasi yang bertujuan untuk
mengembalikan wilayah Papua bagian barat ke Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Trikora muncul karna adanya kekecewaan dari pihak indonesia yang selalu
gagal dalam perundingan dengan Belanda untuk mengembalikan irian barat yang secara
sepihak diklaim sebagai salah satu provinsi kerajaan Belanda. Dibawah ini adalah isi dari Tri Komando
Rakyat (TRIKORA):
1. Gagalkan berdirinya negara Boneka Papua bentukan Belanda.
2. Kibarkan sang Merah Putih di irian Jaya tanah air
Indonesia.
3. Bersiap melaksanakan mobilisasi umum.
Dengan
adanya trikora kita bisa melihat bahwa peran Ir. Soekarno
dalam integrasi Papua ke dalam NKRI sangat berjasa, karena
beliau tidak pantang menyerah untuk dapat merebut kembali Papua dari tangan
Belanda. Dan juga perlu diketahui bahwa
di dalam upaya Indonesia merebut kembali wilayah Papua, terdapat peran penting
yang dilakukan oleh Amerika Serikat, PBB, dan negara tetangga lainnya. Contohnya melalui forum PBB,setelah perundingan bilateral yang dilaksanakan pada tahun 1950, 1952 dan
1954 mengalami kegagalan, Indonesia berupaya mengajukan masalah Irian Barat
dalam forum PBB. Sidang Umum PBB yang pertama kali membahas masalah Irian Barat
dilaksanakan tanggal 10 Desember 1954. Sidang ini gagal untuk mendapatkan 2/3 suara
dukungan yang diperlukan untuk mendesak Belanda. Kemudian, dukungan Negara
Negara Asia Afrika (KAA). Melihat kegagalan melalui cara bilateral, Indonesia juga
menempuh jalur diplomasi secara regional dengan mencari dukungan dari
negara-negara Asia Afrika. Konferensi Asia Afrika yang diadakan di Indonesia
tahun 1955 dan dihadiri oleh 29 negara-negara di kawasan Asia Afrika, secara
bulat mendukung upaya bangsa Indonesia untuk memperoleh kembali Irian sebagai
wilayah yang sah dari RI. Namun suara bangsa-bangsa Asia Afrika di
dalam forum PBB tetap tidak dapat menarik dukungan internasional dalam sidang
Majelis Umum PBB.
Sementara itu Presiden Amerika
Serikat yang baru saja terpilih John Fitzgerald Kennedy merasa risau dengan
perkembangan yang terjadi di Irian Barat. Dukungan Uni
Soviet ( PM. Nikita Kruschev ) kepada perjuangan RI untuk mengembalikan Irian
Barat dari tangan Belanda, menimbulkan terjadinya ketegangan politik dunia,
terutama pada pihak Sekutu (NATO) pimpinan Amerika Serikat yang semula sangat
mendukung Belanda sebagai anggota sekutunya. Apabila Uni Soviet telah terlibat
dan Indonesia terpengaruh kelompok ini, maka akan sangat membahayakan posisi
Amerika Serikat di Asia dan dikhawatirkan akan menimbulkan masalah Pasifik
Barat Daya. Apabila pecah perang Indonesia dengan Belanda maka Amerika akan
berada dalam posisi yang sulit. Amerika Serikat sebagai sekutu Belanda akan di
cap sebagai negara pendukung penjajah dan Indonesia akan jatuh dalam pengaruh
Uni Soviet. Untuk itu, dengan meminjam tangan Sekjend PBB U Than, Kennedy
mengirimkan diplomatnya yang bernama Elsworth Bunker untuk mengadakan
pendekatan kepada Indonesia – Belanda.
Sesuai
dengan tugas dari Sekjend PBB ( U Than ), Elsworth Bunker pun mengadakan
penelitian masalah ini, dan mengajukan usulan yang dikenal dengan ”Proposal Bunker”. Adapun isi Proposal
Bunker tersebut adalah sebagai berikut : “Belanda harus menyerahkan kedaulatan atas Irian barat kepada Indonesia
melalui PBB dalam jangka waktu paling lambat dua tahun.”
Usulan ini menimbulkan reaksi :
1. Dari Indonesia : meminta supaya waktu penyerahan diperpendek.
2. Dari Belanda : setuju melalui PBB, tetapi tetap diserahkan kepada Negara
Papua Merdeka.
Kemudian yang terakhir lahirlah
persetujuan New York (New York Agreement), yang telah saya bahas pada paragraph
sebelumnya. Bahwa melalui New York
Agreement
Negara Indonesia mampu merebut kembali wilayah Papua ke dalam NKRI.
Well, selanjutnya saya akan membahas mengenai
OPM. Apakah yang dimaksud OPM? Organisasi Papua Merdeka (disingkat OPM) adalah sebuah organisasi yang didirikan tahun
1965 dengan tujuan membantu dan melaksanakan penggulingan pemerintahan yang
saat ini berdiri di provinsi Papua dan Papua Barat di Indonesia,
sebelumnya bernama Irian Jaya memisahkan diri dari
Indonesia, dan menolak pembangunan ekonomi dan modernitas. Organisasi ini mendapatkan dana dari
pemerintah Libya pimpinan Muammar Gaddafi dan pelatihan dari grup gerilya New People's Army
beraliran Maois
yang ditetapkan sebagai organisasi teroris asing oleh Departemen Keamanan
Nasional Amerika Serikat. Organisasi ini dianggap tidak sah di Indonesia.
Perjuangan meraih kemerdekaan di tingkat provinsi dapat dituduh sebagai
tindakan pengkhianatan terhadap negara. Sejak berdiri, OPM berusaha mengadakan
dialog diplomatik, mengibarkan bendera Bintang Kejora, dan melancarkan
aksi militan sebagai bagian dari konflik Papua.
Para pendukungnya sering membawa-bawa bendera Bintang Kejora dan simbol
persatuan Papua lainnya, seperti lagu kebangsaan "Hai Tanahku Papua"
dan lambang nasional. Lambang nasional tersebut diadopsi sejak tahun 1961
sampai pemerintahan Indonesia diaktifkan bulan Mei 1963 sesuai Perjanjian New York.
Penjelesan
diatas merupakan data awal mengenai Papua, yang dapat dijadikan penuntun bagi
saya untuk memahami informasi selanjutnya khususnya yang terdapat dalam artikel
“Don’t Use
Your Data as a Pillow.” Sebelumnya
perlu diketahui pengertian data itu sendiri, menurut Wahyu Supriyanto dan Ahmad Muhsin data merupakan bahan baku
informasi, yang dapat didefinisikan sebagai kelompok teratur simbol-simbol yang
mewakili kuantitas, fakta, tindakan, benda, dan sebagainya.
(Resource:http://sistempakarindonesia.blogspot.com/2013/06/pengertian-data-menurut-para-ahli.html).
Begitu pula yang
dikatakan oleh Mr.Lala kemarin bahwa data itu sama dengan informasi, dan di
dalam buku Cultural Analysis of Text karya Lehtonen dijelaskan bahwa:
Maksud dari skema diatas adalah
infomasi bisa di dapatkan melalui spoken, writen, visual, atau pun
kombinasi. Dunia visual , dunia gambar ,
memiliki peran sentral dalam moderen dan akhir budaya modern. Dalam budaya saat
ini yang dijiwai dengan mekanis
elektronik dan digital digandakan suara dan gambar , istilah ' teks ' mencakup
semua produk yang membuat pembentukan kemungkinan arti. Namun, hal ini
tidak berarti bahwa lisan, tertulis dan visual yang teks dapat dipelajari dengan
persis metode yang sama. (Lehtonen. 2000:56). Selain itu, Fakta bahwa angka ,tabel dan foto-foto dapat menempati sampai setengah artikel penelitian ilmu bersaksi untuk pentingnya visual dalam genre akademik . (Hyland. 2006:53)
tidak berarti bahwa lisan, tertulis dan visual yang teks dapat dipelajari dengan
persis metode yang sama. (Lehtonen. 2000:56). Selain itu, Fakta bahwa angka ,tabel dan foto-foto dapat menempati sampai setengah artikel penelitian ilmu bersaksi untuk pentingnya visual dalam genre akademik . (Hyland. 2006:53)
Kemudian, perlu diketahui juga bahwa
gambar berbeda dari bahasa lisan dan tertulis secara signifikan tertentu. Pertama , gambar dikatakan sebagai indeks
tanda-tanda sebuah contoh klasik dari indexicality asap sebagai tanda api. . Kedua , gambar yang dikatakan menyerupai
objek mereka, yaitu sebagai ikonik tanda-tanda.
Foto-foto adalah contoh khas tanda-tanda ikonik, namun tanda-tanda
diucapkan atau bahasa tertulis biasanya tidak menyerupai referen mereka dengan
cara apapun. Oleh karena itu, harus ditekankan bahwa gambar dan bentuk juga
memiliki bahasa tersendiri. Mereka seperti dengan bahasa lain , mereka memiliki
kosakata , tata bahasa , sintaksis dan retorika sendiri. Tidak seperti lisan
dan bahasa tulisan, gambar melintasi perbatasan budaya yang relatif mudah. Selanjutnya, gambar merupakan teks mereka
sendiri, mereka bersandar pada bahasa visual tertentu
yang memiliki aturan tata ruang sendiri , serta aturan mengenai warna dan bentuk. (Lehtonen. 2000:57)
yang memiliki aturan tata ruang sendiri , serta aturan mengenai warna dan bentuk. (Lehtonen. 2000:57)
Selain itu informasi juga dikatakan
dapat berhubungan dengan bahasa, karena sejauh ini yang saya ketahui bahwa
informasi bisa di dapatkan melalui bahasa lisan seperti pidato, bahasa tulis
seperti membaca tetapi pada kenyataannya seperti yang telah saya ungkapkan
diatas bahwa informasi itu bisa juga berbentuk visual dan kombinasi. Dengan
demikian , konsep “bahasa” tidak terbatas hanya untuk diucapkan atau bahasa
tertulis. Kita mungkin berpikir bahwa bahasa terdiri dari semua sistem
komunikasi yang menggunakan tanda-tanda diatur dalam spesifik tertentu cara .
Oleh karena itu , konsep “bahasa” memperluas untuk memasukkan, misalnya, gambar
dan musik juga. Miller ( 1998) , menunjukkan bahwa sementara unsur-unsur
visual dalam pers populer berfungsi sebagian besar untuk menarik pembaca untuk
artikel dan menjelaskan daripada membuktikan , visual dalam teks-teks akademik
terutama argumen, mengikuti konvensi formal diselenggarakan untuk persuasi
maksimum dan akses informasi ke para ilmuwan. (Hyland. 2006:53)
Memang
, mengkategorikan teks tidak selalu mudah, dan semua kategorisasi
memiliki problematika tersendiri . Salah satu cara adalah dengan membagi teks ke dalam verbal dan nonverbal kategori . Teks verbal , bagaimanapun, dapat baik tertulis atau lisan ,
sama seperti non -verbal teks dapat berupa gambar atau suara . Cara lain adalah dengan membuat perbedaan antara teks visual dan pendengaran (misalnya, antara
menulis dan berbicara, atau gambar dan suara). Membawa bersama-sama divisi ini
menghasilkan tabel berikut: (Lehtonen.2000:48)
memiliki problematika tersendiri . Salah satu cara adalah dengan membagi teks ke dalam verbal dan nonverbal kategori . Teks verbal , bagaimanapun, dapat baik tertulis atau lisan ,
sama seperti non -verbal teks dapat berupa gambar atau suara . Cara lain adalah dengan membuat perbedaan antara teks visual dan pendengaran (misalnya, antara
menulis dan berbicara, atau gambar dan suara). Membawa bersama-sama divisi ini
menghasilkan tabel berikut: (Lehtonen.2000:48)
Pada
class review sebelumnya saya telah membahas mengenai teks sebagai makhluk semiotik , ternyata hal ini juga berkaitan dengan informasi. Teks dapat berupa
tulisan, pidato, gambar, musik atau simbol lainnya. Titik pentingnya adalah bahwa mereka terorganisir dan terdapat kombinasi simbolik relatif padat yang tampaknya agak
jelas didefinisikan. Dalam segala bentuknya, teks ditandai dengan tiga
ciri: materialitas, hubungan formal dan kebermaknaan. (Lehtonen.2000:73)
Baiklah,
untuk selanjutnya saya akan menuliskan hasil diskusi saya dan teman-teman
sekelompok mengenai artikel “Don’t Use Your Data as a Pillow” khususnya pada
bagian judul sampai kalimat yang kedua, dan dibawah ini adalah hasil diskusi
kami yang masih berbentuk note kasar:
Kelompok 7 (Mega, Meta, Nurul, Susi, dan Santiara)
TITLE:
Nurul :
If you have data use it, don’t make it useless.
Mega :
If you have data, make it complete, more detail, and more research.
Susi&Santiara :
Don’t make data just for your bussiness.
Meta :
Someone has already got data, but he just save it, not use it.
Conclusion :
Pillow is a symbol of convenience, someone usually use pillow for
themselves. So, this means if we are
researches don’t use the data just for ourselves. Share to the wider audience.
Sentence 1 :
Meta :
Terdapat pesta perpisahan yang menyediakan berbagai macam makanan tradisional.
Nurul :
Pada saat Eben akan meninggalkan Papua, Eben dan masyarakat di Papua mengadakan
pesta perpisahan.
Susi&Santiara : Melihat diadakannya sebuah pesta perpisahan
yang di laksanakan oleh Eben dan masyarakat Papua, kita bisa melihat bahwa di
mata orang Papua Eben itu adalah seseorang yang berjasa.
Mega :
Pesta perpisahan di laksanakan untuk menyambut keberhasilan dan sekaligus salam perpisahan kepada Eben.
Conclusion :
Party for celebration a hero.
Sentence 2 :
All : Pesta ini diatur oleh Denny
Yomaki, salah satu pekerja human rights (HAM) untuk menandai berakhirnya
penelitian Eben di Papua .
Conclusion : Pesta yang mewah menurut masyarakat papua, pantas diadakan
untuk Eben. Pesta ini diatur oleh Denny
Yomaki, salah satu pekerja human rights (HAM) untuk menandai berakhirnya
penelitian Eben di Papua pada bulan mei tahun 2003.
Nah,
itulah hasil diskusi kami selama 25 menit yang di adakan dalam kelas pada
pertemuan kedelapan dengan Mr. Lala.
Selanjutnya, sesuai dengan perintah Mr. Lala yang terdapat dalam slide
power point kemarin. Untuk class review
kali ini saya diharuskan untuk
menuliskan daftar kekuatan dan kelemahan saya sebagai pembaca dalam
membaca teks “Don’t Use Your Data as a Pillow”. This is it J
List of My Strengths and Weaknesses as a Reader
Strengths
|
Weaknesess
|
|
|
Dari
pembahasan diatas saya dapat menyimpulkan bahwa intensive reading merupakan membaca
dengan penuh pemahaman untuk menemukan ide-ide pokok pada tiap-tiap paragraf,
pemahaman ide-ide naskah dari ide pokok sampai pada ide-ide penjelas, dari
hal-hal yang rinci sampai ke relung-relungnya.
Adapun manfaat membaca intensif antara lain: pembaca menguasai isi teks
secara mantap, pembaca mengetahui latar belakang ditulisnya teks tersebut,
pembaca dapat mempunyai daya ingat yang lebih lama yang berhubungan dengan isi
teks. Dan inilah yang dilakukan oleh
saya dan teman-teman dalam memahami artikel yang berjudul “Don’t Use Your Data
as a Pillow.” Kemudian perlu diketahui
pula bahwa informasi bisa didapatkan melalui beberapa jenis yaitu spoken, writen, visual,
dan combinasi. Di dalam buku Lehtonen
yang berjudul Cultural Analysis of Text dijelaskan bahwa Salah satu cara adalah dengan
membagi teks ke dalam verbal dan nonverbal kategori . Teks verbal ,
bagaimanapun, dapat baik tertulis atau lisan ,
sama seperti non -verbal teks dapat berupa gambar atau suara . Cara lain adalah dengan membuat perbedaan antara teks visual dan pendengaran (misalnya, antara
menulis dan berbicara, atau gambar dan suara). Membawa bersama-sama divisi ini
menghasilkan tabel berikut: (Lehtonen.2000:48)
sama seperti non -verbal teks dapat berupa gambar atau suara . Cara lain adalah dengan membuat perbedaan antara teks visual dan pendengaran (misalnya, antara
menulis dan berbicara, atau gambar dan suara). Membawa bersama-sama divisi ini
menghasilkan tabel berikut: (Lehtonen.2000:48)
Tetapi
harus ditekankan bahwa gambar dan bentuk juga memiliki bahasa tersendiri.
Mereka seperti dengan bahasa lain , mereka memiliki kosakata , tata bahasa ,
sintaksis dan retorika sendiri. Mungkin
pada class review kali ini hanya itu yang bisa saya sampaikan. Kurang lebihnya saya mohon maaf apabila ada
kekeliruan dalam menyampaikan materi diatas.
Terimakasih, wassalam J
Reference
Lehtonen,
M. (2000). The Cultural Analysis of Text.
London: SAGE Publications
Hyland, K. (2006).
English for Academic Purposes.
London: Routledge.


Subscribe to:
Post Comments (Atom)