Sunday, April 6, 2014

Membaca: Mengidentifikasi suatu teks


Membaca: Mengidentifikasi suatu teks
By : Eka Ramdhani Niengsih
Satu minggu tanpa tugas writing, seperti malam hari tanpa angin. Cukuplah waktu bagi saya dan teman-teman untuk beristirahat. Ibarat dalam permainan bola, kami sedang turun minum dalam waktu yang singkat guna mengembalikan segala tenaga kami yang telah hilang, agar lebih menunjukan kekuatan kami dalam babak writing 4 ini. Well, hari Jumat 04 April 2014 ini menandakan harus dimulainya lagi permainan kami. Pertemuan ke sembilan, titik dimana kami harus start dan siap menerima tantangan yang akan dihadapi apapun itu.

Bismillah, kita harus bisa dan yakin bahwa kita bisa melewati ini semua dengan baik. Rasanya, untuk kedepannya tantangan di writing 4 ini akan lebih banyak lagi. Butuh persiapan mental dan pikiran yang harus kita lakukan. Kami akan bekerja menghasilkan karya dengan lebih cape daripada sebelumnya. Dan sudah barang tentu, pak Lala mengharapkan kami agar selalu memiliki progres dari waktu ke waktu. Kunci mendapatkan kesuksesan di writing 4 session kali ini adalah:
}  A better framework of the sacred word “ATTITUDE”
}  A constant reading (extensive and intensive) experience
}  A constant discussion with the best partner
}  A constant dua every single second!
}  A constant gathering outside the classroom
}  A constant FOCUS is a must!
}  A constant COMMITMENT is a must!
}  A constant PERSEVERANCE is a must!
}  A constant TEAMWORK, TEAMWORK, TEAMWORK, TEAMWORK, TEAMWORK, TEAMWORK, TEAMWORK is a must!
Kami sudah tiga kali bertemu dengan pak Lala dengan mata kuliah dan standar yang berbeda pula, disini kami diharapkan tidak melakukan kesalahan atau kelalaian kecil yang bisa mengurangi perpektif beliau pada kami. “Tim tangguh, tim bagus atau bahkan tim kaya sekalipun akan runtuh, akan hancur dan bermasalah ketika mereka tidak fokus dan melakukan kesalahan yang bahkan sangat kecil..” ini membuka pemikiran saya bahwa kami pbi-d hari demi hari harus semakin kompak dan saling melengkapi. Harus bisa meminimalisir kesalahan yang mungkin ada serta saling mengingatkan ketika ada yang sedikit melakukan kesalahan. Munculkan semangat juang yang tinggi dalam diri masing-masing akan menunjukan bahwa kami memang sepenuh hati dalam menuntut ilmu. Yakin bahwa diakhir nanti kita akan mendapatkan hal manis dalam hidup kita, namun kita sebelumnya harus menghadapi beberapa kesulitan. Mari kita ingat sebuah firman Allah SWT. bahwa setelah kesulitan pasti akan mendapatkan kemudahan. Dan kerja sama dalam kebaikan adalah sebuah keharusan yang harus kita usahakan.
Ada yang berbeda dengan beberapa pertemuan sebelumnya. Apakah itu? Pada kesempatan kali ini, kami diharuskan membaca. Membaca teks yang sudah ditentukan. Suatu kegiatan yang cukup membutuhkan tenaga ekstra, dimana kita dituntut harus bisa memahami apa yang disajikan dalam sebuah teks.  Penguasaan pemahaman teks dalam bahasa inggris cukup sulit karena kita harus paham banyak kosa kata. Pemahaman kosa kata yang masih sedikit akan menghambat kegiatan membaca kita. Maka dari itu, kita harus paham banyak kosa kata. Kita bisa menambah perbendaharaan kosa kata bahasa Inggris  dengan sering membaca kamus ataupun membaca teks-teks berbahasa Inggris. Lalu, menganalisa kata-kata yang belum kita pahami. Pada pertemuan sembilan ini, teks yang kami digunakan adalah “Don’t Use  Your Data as a Pillow”. Teks karya S. Ebben Kirksey yang membahas tentang West Papua. Saya cukup interested dengan judulnya. Bagaimana mungkin ia menyatukan data dengan a Pillow yang notabene digunakan untuk sandaran tidur. Saya semakin penasaran sebenarnya apa yang akan diungkap sang penulis di teks tersebut.
Kegiatan yang kami lakukan pada pertemuan kali ini adalah saling mengeluarkan pendapat dalam kelompok kecil membahas teks tersebut. Setiap orang mengeluarkan pendapat lalu kami mencari kesimpulannya. Saya masuk ke kelompok lima dengan beranggotakan lima orang yaitu Suneti, Latifah, Aam, Nur komariyah dan saya. Berikut catatan hasil diskusi saya dan teman satu kelompok saya.
Ket; S= Suneti, L= Latifah, A= Aam, N= Nur, E= Eka R.N.
S= Sentences
Title;
A: jangan menjadikan data hanya sebagai pengetahuan saja.
L: data yang kita miliki harus lebih dieksplor.
S: jangan membiarkan data sebagai sandaran saja.
N: data yang kita miliki jangan dijadikan sebagai pangkuan istirahat.
E: ketika memiliki data maka kita harus mencari tahu bukti penunjangnya agar
     data tersebut bisa diyakini dengan baik.
Lalu kami berlima mengambil kesimpulan mengenai judul teks itu adalah ketika kita mendapatkan data sebagai sesuatu yang konkrit jangan menjadikannya sebagai pengetahuan atau pajangan saja. Akan tetapi, kita harus mencari bukti-bukti penunjang mengenai data tersebut agar data itu bisa dipercaya.
Paragraf 1
Sentence 1;
A small  feast had been prepared for my going away party: salty sago pudding, fish broth, fried papaya leaves, boiled yams and chicken.
A:sebelum melakukan perpisahan, ada yang mengadakan pesta dengan menyediakan makanan khas Papua.
L: sebuah pesta perpisahan yang diadakan oleh seseorang untuk si penulis.
S: pesta perpisahan antara penulis dengan suku yang belum diketahui siapa, ia menyediakan makanan khas Papua.
N: pesta perpisahan kecil yang disiapkan suku Irian untuk penulis.
E: pesta kecil yang menghidangkan makanan khas Papua sebagai perpisahan antara suku Irian dengan penulis.
Maka dari banyaknya pendapat yang muncul, kami menyepakati bahwa kalimat pertama mengandung makna : Ada sebuah pesta perpisahan kecil yang disiapkan oleh orang yang belum diketahui siapa untuk penulis dengan menghidangkan makanan khas daerahnya.
Sentence 2;
It was a modest affair, organized by Denny Yomaki, a human right worker, to mark the end of my fieldwork in May 2003.
L: pesta yang disediakan oleh Deni Yomaki seorang aktifis HAM yang menandai berakhirnya penelitian si penulis pada Mei 2003.
S: Denny Yomaki mewakili orang-orang yang belum diketahui tersebut mengadakan pesta perpisahan untuk menandai berakhirnya penelitian penulis pada Mei 2003.
N: pesta yang diorganisir oleh aktifis HAM bernama Denny Yomaki untuk menandai berakhirnya penelitian penulis.
E: seorang aktifis HAM bernama Denny Yomaki merencanakan pesta perpisahan sederhana sebagai tanda berakhirnya penelitian penulis.
A:  disana muncul pertanyaan siapa Denny Yomaki? Menurut saya, ia mungkin mencari tahu keadaan disana, dan ingin memajukan ketertinggalan rakyat disana.
Hanya itu yang bisa kami diskusikan, karena keterbatasan waktu yang disediakan oleh pak Lala. Setelah itu, pak Lala bertanya pada tiap kelompok apa yang didapat dari diskusi singkat tadi. Amazing, pendapat dari teman-teman sangat menarik dan memberikan banyak pencerahan.
Keterampilan membaca dan menulis yang dianggap alami benar-benar tergantung pada pelatihan yang disengaja dan pembelajaran secara sadar. Itu tidak ada di antara kemampuan alami manusia, tetapi keterampilan khusus yang diperoleh hanya melalui tenaga serius. Seseorang dengan kemampuan membaca fasih juga memiliki keterampilan dalam menonton film, atau juga mungkin keterampilan musik. Literasi adalah kegiatan sosial dengan berkarakter. Orang-orang memiliki berbagai jenis keterampilan membaca , dapat memanfaatkan dengan cara yang berbeda mengenai kehidupan. Namun, segala bentuk keaksaraan meliputi kemampuan dapat mengontrol sistem yang berbeda dari simbol-simbol di mana realitas yang didapat readers. Sebagai individu, kita semua telah mengembangkan keaksaraan melalui berbagai pengalaman. Kemampuan untuk memahami teks ilmiah , misalnya, memerlukan pelatihan yang berbeda daripada membaca teks sastra, dan itu harus dilatih secara terpisah. Mendapatkan keaksaraan berarti mentransfer dari satu kata ke kata lain dengan cara lebih dari satu . Dalam keterampilan membaca dan menulis , cara yang lebih metodis dan formal interaksi muncul dari dalam interaksi linguistik and informal. (Hyland,2009).
Kegiatan membaca pada pertemuan ini mengidentifikasi satu persatu kalimat dalam suatu teks mempermudah kita untuk memaknai sebenarnya apa yang sedang dibahas dalam teks itu. Dari diskusi tersebut dapat disimpulkan bahwa sebuah informasi dapat dikatakan data apabila disertai dengan research atau penelitian.  Namun jika tidak ada research maka informasi tersebut hanya menjadi sebuah informasi, bukan data.
Data pada dasarnya bersifat memberikan informasi. Menurut Lehtonen (2000); data yang berupa informasi itu tertuang dalam beberapa bentuk seperti spoken, written, visual dan kombinasi. Dalam written biasanya informasi itu saling berkaitan atau memiliki intertextuality.  Yaitu pengetahuan yang mengarahkan pembaca untuk menggunakan teks dengan cara tertentu agar lebih mudah membaca beberapa makna didalam teks yang sedang ia gunakan.
Seorang penulis harus bisa menyampaikan makna kepada pembaca secara eksplisit. Produk tulisan (teks) kebanyakan dilatarbelakangi oleh kekuatan budaya si penulis itu sendiri. Tulisan, bahasa dan budaya erat kaitannya dengan sejarah. Bagaimana mungkin sejarah bisa kita kenal sekarang ini tanpa adanya orang-orang berliterasi tinggi yang membudayakan dan menyebarkan  sejarah yang salah satunya itu melalui tulisan. Disamping itu, seorang pembaca pasti memiliki intertextuality sendiri, yaitu pengetahuan yang mengarahkan pembaca untuk menggunakan teks dengan cara tertentu agar lebih mudah membaca beberapa makna didalam teks yang sedang ia gunakan.
Dunia visual, dunia gambar, memiliki peran sentral dalam moderen dan akhir budaya modern. Industrialisasi, kecenderungan kapitalis untuk membuat segala sesuatu menjadi lebih berharga, serta urbanisasi, telah membuat gambaran kehidupan sehari-hari dengan cara yang penting . Gambar telah menjadi 'realitas'. Dalam budaya saat ini yang dijiwai dengan mekanis, elektronik dan digital digandakan suara dan gambar, istilah ' teks ' mencakup semua produk yang membuat pembentukan kemungkinan arti. Namun, hal ini tidak berarti bahwa lisan , tertulis dan visual pada teks dapat dipelajari dengan metode yang sama. Dalam berbahasa dan bahasa tertulis hubungan antara signifier dan signified adalah konvensional, bahkan sewenang-wenang. Dimana gambar yang bersangkutan, situasi adalah berbeda sampai batas tertentu, karena gambar dapat menandakan sesuatu terutama atas dasar bahwa mereka, dalam beberapa hal, menyerupai hal yang mereka tandai.
Harus ditekankan bahwa gambar dan bentuk juga memiliki bahasa mereka sendiri. Seperti bahasa lain, mereka memiliki sendiri kosakata , tata bahasa , sintaksis dan retorika. Tidak seperti lisan dan tulisan bahasa, gambar melintasi perbatasan budaya yang relatif mudah. Dari sudut pandang ini, fakta bahwa globalisasi dan visualisasi budaya terjadi di era yang sama tidak berarti kebetulan. Gambar adalah teks mereka sendiri. Mereka bersandar pada bahasa visual tertentu yang memiliki aturan tata ruang sendiri, serta aturan mengenai warna dan bentuk. Seperti teks-teks lain , mereka tidak representasi rumit dari mereka benda ' karena mereka berada dalam realitas. Tanda-tanda Visual tidak didasarkan pada kesamaan , tetapi mewakili dunia tiga dimensi dengan cara dua dimensi. Visual menampilkan narasi, menyajikan cerita.
Oleh karena itu, ada sejumlah kesamaan antara informasi visual dan verbal. Namun ada juga perbedaan yang signifikan antara mereka. Dalam laporan lisan, mungkin untuk membangun hubungan temporal dengan menggunakan bentuk kata. dalam visual yang narasi, sarana narasi khusus harus digunakan untuk melakukannya. dimana penulis dapat mentransfer ke masa lalu dari waktu di mana novel mengambil tempat dengan hanya beralih dari waktu sekarang ke dalam perfect tense, atau bentuk lampau menjadi sempurna lampau. Seorang sutradara film harus bisa  mengambil kilas balik dan pengambilan sebuah foto individu atau mengembangkan bentuk-bentuk rumit dari narasi visual. Pada sisi lain, dalam sebuah film mungkin memanfaatkan sejumlah besar efek lain, seperti pencahayaan dan musik.
Selanjutnya, ada Trivia Quiz di selingan penjelasan dari Pak Lala. Berikut pertanyaannya:
}  What is West Papua? And where is it located?
}  What differences can you spot between PAPUA and IRIAN JAYA?
}  In what year the land called Papua integrated into NKRI?
}  What is Trikora?
}  What are the roles of Soekarno in the integration of Papua into NKRI?
}  What did the Dutch colonial do in Papua?
}  What are the roles of US-UN and our neighbouring countries in the Papua conflicts?
}  What is Organisasi Papua Merdeka (OPM) and who finances them?
Saya akan mencoba menjawabnya dalam narasi berikut: Papua Barat adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian barat Pulau Papua. Ibukotanya adalah Manokwari. Nama provinsi ini sebelumnya adalah Irian Jaya Barat yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999.  Namun  berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 24 Th 2007 tanggal 18 April 2007, nama provinsi ini diubah menjadi Papua Barat.  Wilayah provinsi ini mencakup kawasan kepala burung pulau Papua dan kepulauan-kepulauan di sekelilingnya. Di sebelah utara, provinsi ini dibatasi oleh Samudra Pasifik, bagian barat berbatasan dengan provinsi Maluku Utara dan provinsi Maluku, bagian timur dibatasi oleh Teluk Cenderawasih, selatan dengan Laut Seram dan tenggara berbatasan dengan provinsi Papua. 
Adapun perbedaan antara nama Papua dan Irian Jaya adalah masalah pergantian nama saja.  Pada mulanya wilayah ini dikenal sebagai Nugini Belanda (Nederlands Nieuw-Guinea atau Dutch New Guinea).  Setelah bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia Indonesia (NKRI) wilayah ini dikenal sebagai Irian Barat, yang kemudian diganti oleh Soeharto menjadi Irian Jaya pada saat meresmikan tambang tembaga dan emas freeport. Yang kemudian diganti lagi oleh UU No. 21 2011 tentang Otonomi khusus papua menjadi “Papua.”  Namun pada tahun 2003, banyak timbul berbagai protes, akhirnya papua dibagi menjadi dua provinsi oleh pemerintah indonesia, yaitu:  bagian timur tetap memakai nama Papua sedangkan bagian baratnya menjadi Irian jaya (yang setahun kemudian berubah jadi papua barat).  Adapun kepanjangan dari Irian itu sendiri yaitu Ikut Republik Indonesia Anti Netherland.
Tanggal 19 Agustus 1945 (dua hari setelah kemerdekaan Indonesia) Indonesia dibagi dalam delapan Provinsi. Salah satu Provinsinya adalah Maluku. Banyak kalangan berasumsi bahwa wilayah Papua Barat masuk dalam wilayah Propinsi Maluku. Padahal secara nyata penguasaan wilayah Papua Barat dalam kekuasaan Provinsi Maluku itu dipikirkan dan direalisasikan sejak pembentukan sebuah Biro Irian pada tanggal 14 Desember 1953 yang bertugas mengadakan penelitian mengenai daerah Indonesia yang bisa dijadikan sebagai jembatan untuk merebut Irian Barat dari tangan Belanda. Dari hasil penelitian itu, ternyata pilihan jatuh pada wilayah Maluku Utara. Maka dengan lahirnya UU No. 15 Tahun 1956 tentang pembentukan Propinsi Irian Barat, Soasiu ditetapkan sebagai ibukota Propinsi Irian Barat dengan Gubernur Zainal Abidin Syah (Sultan Tidore) yang dikukuhkan pada 17 Agustus 1956 bersamaan dengan Peresmian Propinsi Irian Barat Perjuangan.
Setelah peresmian Propinsi Irian Barat perjuangan, Papua Barat tetap menjadi daerah sengketa antara Indonesia dan Belanda. Beberapa persitiwa politik dalam memperebutkan Papua Barat oleh kedua bela pihak adalah: Sebelum penandatangan Perjanjian Lingggarjati pemerintah Belanda pernah menyatakan agar Papua Barat dapat menerima status sendiri terhadap Kerajaan Belanda dan Negara Indonesia Serikat menurut jiwa pasal 3 dan 4 Perjanjian tersebut. Jadi di sini Belanda mengadakan pengecualian bagi Papua Barat agar kedudukan hukum wilayah tersebut tidak ditentukan oleh Perjanjian Linggarjati.
Irian Barat merupakan bagian dari koloni Belanda sejak 1828. Ketika Belanda diakui Kedaulatan Indonesia pada tahun 1949, status Irian Jaya masih harus diselesaikan. Perjanjian Transfer Kedaulatan, yang ditandatangani oleh Indonesia dan Belanda pada Den Haag pada bulan November 1949, menyatakan antara lain: "Status quo Keresidenan Nugini harus dipelihara dengan ketentuan bahwa dalam waktu satu tahun sejak tanggal penyerahan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat pertanyaan tentang status politik New Guinea akan ditentukan melalui negosiasi".
Melihat bahwa tidak ada tanda-tanda dari setiap solusi untuk masalah Irian, Indonesia mengajukan masalah ini ke PBB pada tahun 1954. Posisi Indonesia adalah disahkan oleh Konferensi Asia Afrika pada April 1955 yang mengeluarkan resolusi mendukung Indonesia dan kemudian meminta PBB untuk membantu dua bertentangan pihak dalam mencapai solusi damai.
            Mengapa Soekarno sangat “keras kepala” dalam merebut wilayah Papua Barat untuk memasukannya ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia? Soekarno mempunyai empat alasan utama dalam pencaplokan Papua Barat ke wilayah Indonesia. Keempat alasan itu adalah klaim yang dipegang oleh Indonesia sebagai tindakan pembenaran kekuasaan atas wilayah Papua Barat. Keempat klaim itu adalah:
1. Papua Barat dianggap sebagai bagian dari kerajaan Majapahit.
2. Kepulauan Raja Ampat di daerah kepala burung, Papua Barat, oleh sultan Tidore dan Soekarno diklaim sebagai bagian dari Kesultanan Tidore. Kesultanan Tidore diklaim oleh Soekarno sebagai bagian dari daerah “Indonesia Bagian Timur”.
3. Papua Barat diklaim sebagai bagian dari negara bekas Hindia Belanda.
4. Soekarno yang anti barat ingin menghalau pengaruh imperialisme barat di Asia Tenggara. Di samping itu, Soekarno memiliki ambisi hegemoni untuk mengembalikan kejayaan kerajaan Majapahit (ingat: “Ganyang Malaysia”), termasuk Papua Barat yang ketika itu masih dijajah oleh Belanda. Mungkin juga Soekarno memiliki perasaan curiga, bahwa pemerintah Nederlands Nieuw Guinea di Papua Barat akan merupakan benteng Belanda untuk sewaktu-waktu dapat menghancurkan Negara Indonesia. Hal ini dihubungkan dengan aksi militer Belanda yang kedua (tweede politionele aktie) pada 19-12-1948 untuk menghancurkan negara RI.

Lalu, pada tanggal 19 Desember 1961, presiden Soekarno mengumumkan Tri Komando Rakyat (TRIKORA), yang isinya sebagai berikut:
1.      Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan Belanda.
2.      Kibarkanlah sang Merah Putih di Irian Barat tanah air Indonesia.
3.      Bersiaplah untuk mobilisasi umum mempertahankan kemerdekaan dan persatuan tanah air dan bangsa.

Tujuan negara belanda membentuk negara-negara serikat/boneka adalah;
a. agar mudah untuk pengawasan
b. untuk melaksanakan sistem desentralisasi
c. agar mudah untuk menanamkan pengaruhnya
d. mencari dukungan untuk menegakkan kembali kekuasaan belanda di       indonesia
Pada gilirannya, pihak Belanda memiliki tujuan akhir yaitu mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia. Inilah langkah politik hukum yang biasa disebut dengan Divide et Impera.
Disamping itu, ada beberapa peran lainnya yang dilakukan oleh Soekarno: melalui jalur diplomasi, dan jalur konfrontasi. Tak lama setelah pencetusan TRIKORA, pada 11 Januari 1962 Presiden Soekarno membentuk komando Mandala pembebasan Irian Barat. Mayor Jenderal Soeharto pun ditunjuk sebagai panglima Mandala. Markas besar Komando Mandala ini bertempat di sekitar Makasar lebih tepatnya di kota Kota Ujung Pandang. Sebelum komando Mandala melakukan tugasnya, ternyata telah terjadi insiden bersenjata yang dikenal dengan Pertempuran Laut Aru. Dalam pertempuran ini Laksamana Pertama Yos Sudarso gugur sebagai bunga bangsa.
Pada Februari 1962, Komando Mandala mulai menggerakkan kesatuan-kesatuan laut dan udara ke daratan Irian. Tidak lama, pasukan Indonesia berhasil merebut Temibuan (daerah di Irian Barat). Belanda merasa kewalahan menghadapi tentara Indonesia. hal ini diketahui oleh dunia internasional. maka dari itu, seorang diplomat Amerika Serikat bernama Bunker mengusulkan rencana penyelesaian mengenai sengketa Irian Barat secara damai. Berdasarkan usulan tersebut, pada tanggal 15 Agustus 1962 ditandatangani persetujuan antara Indonesia dan Belanda di New York. Isinya adalah “Selama satu tahun Irian Barat akan diurus oleh pihak PBB dalam pemerintahan sementara yaitu UNTEA (United Nations Temporary Executive Authority).
Pada 1 Oktober 1962 secara resmi Belanda menyerahkan Irian Barat kepada UNTEA. Lalu, tanggal 1 Mei 1963 PBB menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia, dengan catatan harus diadakan pemungutan suara rakyat di tahun 1969. Namun ada pihak-pihak tertentu yang tidak ingin Irian Barat menjadi bagian dari NKRI. Tanggal 28 Juli 1965 adalah awal dari gerakan-gerakan kemerdekaan Papua Barat yang ditempeli satu label yaitu OPM (Organisasi Papua Merdeka). Lahirnya OPM di kota Manokwari pada saat itu ditandai dengan penyerangan orang-orang Arfak terhadap barak pasukan Batalyon 751 (Brawijaya) di mana tiga orang anggota kesatuan itu dibunuh. Picu "proklamasi OPM" yang pertama itu adalah penolakan para anggota Batalyon Papua (PVK = Papoea Vrijwilligers Korps ) dari suku Arfak dan Biak untuk didemobilisasi, serta penahanan orang-orang Arfak yang mengeluh ke penguasa setempat karena pengangguran yang tinggi serta kekurangan pangan di kalangan suku itu (Ukur dan Cooley, 1977: 287; Osborne, 1985: 35-36; Sjamsuddin, 1989: 96-97; Whitaker,1990:51). 
OPM didirikan tahun 1965 dengan tujuan membantu dan melaksanakan penggulingan pemerintahan yang saat ini berdiri di provinsi Papua dan Papua Barat di Indonesia, sebelumnya bernama Irian Jaya,  memisahkan diri dari Indonesia, dan menolak pembangunan ekonomi dan modernitas. Organisasi ini mendapatkan dana dari pemerintah Libya pimpinan Muammar Gaddafi dan pelatihan dari grup gerilya New People's Army beraliran Maois yang ditetapkan sebagai organisasi teroris asing oleh Departemen Keamanan Nasional Amerika Serikat. Organisasi ini dianggap tidak sah di Indonesia. Perjuangan meraih kemerdekaan di tingkat provinsi dapat dituduh sebagai tindakan pengkhianatan terhadap negara. Sejak berdiri, OPM berusaha mengadakan dialog diplomatik, mengibarkan bendera Bintang Kejora, dan melancarkan aksi militan sebagai bagian dari konflik Papua. Para pendukungnya sering membawa-bawa bendera Bintang Kejora dan simbol persatuan Papua lainnya, seperti lagu kebangsaan "Hai Tanahku Papua" dan lambang nasional. Lambang nasional tersebut diadopsi sejak tahun 1961 sampai pemerintahan Indonesia diaktifkan bulan Mei 1963 sesuai Perjanjian New York.
Pada tanggal 14 Desember 1988, sekitar 60 orang berkumpul di stadion Mandala di kota Jayapura, untuk menghadiri upacara pembacaan "proklamasi OPM" serta "pengibaran bendera OPM" yang kesekian kali. Peristiwa ini agak berbeda dari peristiwa-peristiwa serupa sebelumnya. Soalnya, untuk pertama kalinya, bukan bendera Papua Barat hasil rancangan seorang Belanda di masa pemerintahan Belanda yang dikibarkan, melainkan sebuah bendera baru rancangan si pembaca proklamasi, Thomas Wanggai, yang dijahit oleh isterinya yang berkebangsaan Jepang, Ny. Teruko Wanggai. Selain itu, Wanggai tidak menggunakan istilah "Papua Barat", seperti para pencetus proklamasi-proklamasi OPM maupun para pengibar bendera OPM sebelumnya, melainkan memproklamasikan berdirinya negara "Melanesia Barat". Kemudian, Thomas Wanggai sendiri adalah pendukung OPM berpendidikan paling tinggi sampai saat itu. Ia seorang Doktor dibidang Hukum dan Administrasi Publik di Jepang dan AS.
Sampai saat ini, masih terdengar bahwa ada warga papua yang tiba-tiba terbunuh. Hal ini disinyalir ulah anggota OPM yang masih tersisa. Pernah ada kerusuhan yang terjadi di Papua sana, banyak anggota OPM yang kabur dan mungkin saja menetap di Luar Negeri seperti Australia. Ada yang berpendapat jika pihak Australia mendukung Irian Jaya memisahkan diri dari NKRI. Mereka membiayai segala kebutuhan (mantan) anggota OPM untuk tetap melanjutkan keinginan aktifis OPM tersebut.
Kembali ke sekitar tahun 1969, berakhirlah kekuasaan Belanda di Indonesia. nama Irian Barat selanjutnya diganti dengan nama Irian Jaya. Tepat tahun 1969, pemerintah melangsungkan Penentuan Pendapat Rakyat (PePera) Irian Jaya. Dan hasilnya, rakyat Irian Jaya tetap ingin bergabung dengan Republik Indonesia. sejak saat itu, seluruh wilayah Indonesia sudah kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. ini berarti Indonesia telah Berhasil mempertahankan kemerdekaannya.
Ahli linguist Noam Chomsky menyebut kasus Papua Barat sebagai skandal besar yang dilakukan negara-negara Barat. “Saya pikir perlawanan Papua Barat akan berdiri dengan kasus lainnya dalam perlawanan terhadap teror dan penindasan besar-besaran sebagai inspirasi dari apa yang manusia dapat capai dan itu belum mungkin berhasil. Jika (negara-negara-red) Barat bersedia untuk menghadapi tanggung jawab dan tindakan itu, hal ini dapat berhasil.” kata Noam Chomsky tentang perlawanan rakyat Papua Barat. Juga, ia menyebutkan Amerika Serikat dan Australia sebagai aktor utama dibalik skandal Papua Barat karena kepentingan atas sumber daya alam di Papua Barat. Indonesia, hanyalah sebuah negara yang disupport oleh Amerika Serikat untuk menjalankan skandal tersebut. Hal yang sama juga terjadi pada kasus Timor Leste yang “dimainkan” oleh Australia.
Pada bagian akhir ini, saya berusaha mengambil kesimpulan. Menurut saya, suatu data adalah informasi yang masih membutuhkan penelitian guna menambah kepercayaan terhadap data yang bersangkutan. Butuh banyak bukti untuk menunjang keabsahan suatu teks yang memberikan data. Jangan sampai sebuah data hanya dijadikan pajangan ataupun hiasan semata.
Sejauh ini saya sebagai pembaca masih menghadapi kesulitan. Salah satunya adalah kurangnya penguasaan kosa kata yang menghambat pemahaman membaca untuk diri saya. Butuh usaha keras bagi saya untuk terus memperbanyak penguasaan kosa kata bahasa Inggris.

Referensi:
Lehtonen, Mikko. 2000. The Cultural Analysis of Texts. London. Sage Publication             Ltd.
Hyland, Ken. 2009. Teaching and researching Writing. Pearson Education Limited. UK
http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_Papua_Merdeka diakses pada 05 April 2014 pukul 17.20 WIB.









Comments
0 Comments

0 Comments:

Post a Comment