Sunday, April 6, 2014
Created By:
Eka Ramdhani Niengsih
Membaca: Mengidentifikasi suatu teks
By : Eka
Ramdhani Niengsih
Satu
minggu tanpa tugas writing, seperti malam hari tanpa angin. Cukuplah waktu bagi
saya dan teman-teman untuk beristirahat. Ibarat dalam permainan bola, kami
sedang turun minum dalam waktu yang singkat guna mengembalikan segala tenaga
kami yang telah hilang, agar lebih menunjukan kekuatan kami dalam babak writing
4 ini. Well, hari Jumat 04 April 2014 ini menandakan harus dimulainya lagi
permainan kami. Pertemuan ke sembilan, titik dimana kami harus start dan siap menerima tantangan yang akan
dihadapi apapun itu.
Bismillah,
kita harus bisa dan yakin bahwa kita bisa melewati ini semua dengan baik.
Rasanya, untuk kedepannya tantangan di writing 4 ini akan lebih banyak lagi.
Butuh persiapan mental dan pikiran yang harus kita lakukan. Kami akan bekerja
menghasilkan karya dengan lebih cape daripada sebelumnya. Dan sudah barang
tentu, pak Lala mengharapkan kami agar selalu memiliki progres dari waktu ke
waktu. Kunci mendapatkan kesuksesan di writing 4 session kali ini adalah:
} A
better framework of the sacred word “ATTITUDE”
} A
constant reading (extensive and intensive) experience
} A
constant discussion with the best partner
} A
constant dua every single second!
} A
constant gathering outside the classroom
} A
constant FOCUS is a must!
} A
constant COMMITMENT is a must!
} A
constant PERSEVERANCE is a must!
} A
constant TEAMWORK, TEAMWORK, TEAMWORK, TEAMWORK,
TEAMWORK, TEAMWORK, TEAMWORK is a must!
Kami sudah tiga kali bertemu dengan pak Lala dengan
mata kuliah dan standar yang berbeda pula, disini kami diharapkan tidak
melakukan kesalahan atau kelalaian kecil yang bisa mengurangi perpektif beliau
pada kami. “Tim tangguh, tim bagus atau bahkan tim kaya sekalipun akan runtuh,
akan hancur dan bermasalah ketika mereka tidak fokus dan melakukan kesalahan
yang bahkan sangat kecil..” ini membuka pemikiran saya bahwa kami pbi-d hari
demi hari harus semakin kompak dan saling melengkapi. Harus bisa meminimalisir
kesalahan yang mungkin ada serta saling mengingatkan ketika ada yang sedikit
melakukan kesalahan. Munculkan semangat juang yang tinggi dalam diri
masing-masing akan menunjukan bahwa kami memang sepenuh hati dalam menuntut
ilmu. Yakin bahwa diakhir nanti kita akan mendapatkan hal manis dalam hidup
kita, namun kita sebelumnya harus menghadapi beberapa kesulitan. Mari kita
ingat sebuah firman Allah SWT. bahwa setelah kesulitan pasti akan mendapatkan
kemudahan. Dan kerja sama dalam kebaikan adalah sebuah keharusan yang harus
kita usahakan.
Ada
yang berbeda dengan beberapa pertemuan sebelumnya. Apakah itu? Pada kesempatan
kali ini, kami diharuskan membaca. Membaca teks yang sudah ditentukan. Suatu
kegiatan yang cukup membutuhkan tenaga ekstra, dimana kita dituntut harus bisa
memahami apa yang disajikan dalam sebuah teks. Penguasaan pemahaman teks dalam bahasa inggris
cukup sulit karena kita harus paham banyak kosa kata. Pemahaman kosa kata yang
masih sedikit akan menghambat kegiatan membaca kita. Maka dari itu, kita harus
paham banyak kosa kata. Kita bisa menambah perbendaharaan kosa kata bahasa
Inggris dengan sering membaca kamus
ataupun membaca teks-teks berbahasa Inggris. Lalu, menganalisa kata-kata yang
belum kita pahami. Pada pertemuan sembilan ini, teks yang kami digunakan adalah
“Don’t Use Your Data as a Pillow”. Teks
karya S. Ebben Kirksey yang membahas tentang West Papua. Saya cukup interested
dengan judulnya. Bagaimana mungkin ia menyatukan data dengan a Pillow yang
notabene digunakan untuk sandaran tidur. Saya semakin penasaran sebenarnya apa
yang akan diungkap sang penulis di teks tersebut.
Kegiatan
yang kami lakukan pada pertemuan kali ini adalah saling mengeluarkan pendapat
dalam kelompok kecil membahas teks tersebut. Setiap orang mengeluarkan pendapat
lalu kami mencari kesimpulannya. Saya masuk ke kelompok lima dengan
beranggotakan lima orang yaitu Suneti, Latifah, Aam, Nur komariyah dan saya.
Berikut catatan hasil diskusi saya dan teman satu kelompok saya.
Ket;
S= Suneti, L= Latifah, A= Aam, N= Nur, E= Eka R.N.
S=
Sentences
Title;
A: jangan menjadikan data hanya sebagai pengetahuan saja.
L: data yang kita miliki harus lebih dieksplor.
S: jangan membiarkan data sebagai sandaran saja.
N: data yang kita miliki jangan dijadikan sebagai pangkuan
istirahat.
E: ketika memiliki data maka kita harus mencari tahu bukti
penunjangnya agar
data tersebut bisa
diyakini dengan baik.
Lalu kami berlima mengambil kesimpulan mengenai judul teks itu
adalah ketika kita mendapatkan data sebagai sesuatu yang konkrit jangan
menjadikannya sebagai pengetahuan atau pajangan saja. Akan tetapi, kita harus
mencari bukti-bukti penunjang mengenai data tersebut agar data itu bisa
dipercaya.
Paragraf
1
Sentence 1;
A small feast had been
prepared for my going away party: salty sago pudding, fish broth, fried papaya
leaves, boiled yams and chicken.
A:sebelum melakukan
perpisahan, ada yang mengadakan pesta dengan menyediakan makanan khas Papua.
L: sebuah pesta perpisahan yang diadakan oleh seseorang untuk si
penulis.
S: pesta perpisahan
antara penulis dengan suku yang belum diketahui siapa, ia menyediakan makanan
khas Papua.
N: pesta perpisahan
kecil yang disiapkan suku Irian untuk penulis.
E: pesta kecil yang
menghidangkan makanan khas Papua sebagai perpisahan antara suku Irian dengan
penulis.
Maka dari banyaknya pendapat yang muncul, kami menyepakati bahwa
kalimat pertama mengandung makna : Ada sebuah pesta perpisahan kecil yang
disiapkan oleh orang yang belum diketahui siapa untuk penulis dengan
menghidangkan makanan khas daerahnya.
Sentence 2;
It was a modest affair, organized by Denny Yomaki, a human right
worker, to mark the end of my fieldwork in May 2003.
L: pesta yang
disediakan oleh Deni Yomaki seorang aktifis HAM yang menandai berakhirnya
penelitian si penulis pada Mei 2003.
S: Denny Yomaki
mewakili orang-orang yang belum diketahui tersebut mengadakan pesta perpisahan
untuk menandai berakhirnya penelitian penulis pada Mei 2003.
N: pesta yang
diorganisir oleh aktifis HAM bernama Denny Yomaki untuk menandai berakhirnya
penelitian penulis.
E: seorang aktifis
HAM bernama Denny Yomaki merencanakan pesta perpisahan sederhana sebagai tanda
berakhirnya penelitian penulis.
A: disana muncul pertanyaan siapa Denny Yomaki?
Menurut saya, ia mungkin mencari tahu keadaan disana, dan ingin memajukan ketertinggalan
rakyat disana.
Hanya itu yang bisa kami diskusikan, karena
keterbatasan waktu yang disediakan oleh pak Lala. Setelah itu, pak Lala
bertanya pada tiap kelompok apa yang didapat dari diskusi singkat tadi.
Amazing, pendapat dari teman-teman sangat menarik dan memberikan banyak
pencerahan.
Keterampilan
membaca dan menulis yang dianggap alami benar-benar tergantung pada pelatihan
yang disengaja dan pembelajaran secara sadar. Itu tidak ada di antara kemampuan
alami manusia, tetapi keterampilan khusus yang diperoleh hanya melalui tenaga
serius. Seseorang dengan kemampuan membaca fasih juga memiliki keterampilan
dalam menonton film, atau juga mungkin keterampilan musik. Literasi adalah
kegiatan sosial dengan berkarakter. Orang-orang memiliki berbagai jenis
keterampilan membaca , dapat memanfaatkan dengan cara yang berbeda mengenai
kehidupan. Namun, segala bentuk keaksaraan meliputi kemampuan dapat mengontrol
sistem yang berbeda dari simbol-simbol di mana realitas yang didapat readers.
Sebagai individu, kita semua telah mengembangkan keaksaraan melalui berbagai
pengalaman. Kemampuan untuk memahami teks ilmiah , misalnya, memerlukan
pelatihan yang berbeda daripada membaca teks sastra, dan itu harus dilatih
secara terpisah. Mendapatkan keaksaraan berarti mentransfer dari satu kata ke
kata lain dengan cara lebih dari satu . Dalam keterampilan membaca dan menulis
, cara yang lebih metodis dan formal interaksi muncul dari dalam interaksi
linguistik and informal. (Hyland,2009).
Kegiatan membaca pada pertemuan ini mengidentifikasi
satu persatu kalimat dalam suatu teks mempermudah kita untuk memaknai
sebenarnya apa yang sedang dibahas dalam teks itu. Dari
diskusi tersebut dapat disimpulkan bahwa sebuah informasi dapat dikatakan data
apabila disertai dengan research atau penelitian. Namun jika tidak ada research maka informasi
tersebut hanya menjadi sebuah informasi, bukan data.
Data
pada dasarnya bersifat memberikan informasi. Menurut Lehtonen (2000); data yang
berupa informasi itu tertuang dalam beberapa bentuk seperti spoken, written,
visual dan kombinasi. Dalam written biasanya informasi itu saling berkaitan
atau memiliki intertextuality. Yaitu
pengetahuan yang mengarahkan pembaca untuk menggunakan teks dengan cara
tertentu agar lebih mudah membaca beberapa makna didalam teks yang sedang ia
gunakan.
Seorang
penulis harus bisa menyampaikan makna kepada pembaca secara eksplisit. Produk
tulisan (teks) kebanyakan dilatarbelakangi oleh kekuatan budaya si penulis itu
sendiri. Tulisan, bahasa dan budaya erat kaitannya dengan sejarah. Bagaimana
mungkin sejarah bisa kita kenal sekarang ini tanpa adanya orang-orang
berliterasi tinggi yang membudayakan dan menyebarkan sejarah yang salah satunya itu melalui
tulisan. Disamping itu, seorang pembaca pasti memiliki intertextuality sendiri,
yaitu pengetahuan yang mengarahkan pembaca untuk menggunakan teks dengan cara
tertentu agar lebih mudah membaca beberapa makna didalam teks yang sedang ia
gunakan.
Dunia
visual, dunia gambar, memiliki peran sentral dalam moderen dan akhir budaya
modern. Industrialisasi, kecenderungan kapitalis untuk membuat segala sesuatu
menjadi lebih berharga, serta urbanisasi, telah membuat gambaran kehidupan
sehari-hari dengan cara yang penting . Gambar telah menjadi 'realitas'. Dalam
budaya saat ini yang dijiwai dengan mekanis, elektronik dan digital digandakan
suara dan gambar, istilah ' teks ' mencakup semua produk yang membuat
pembentukan kemungkinan arti. Namun, hal ini tidak berarti bahwa lisan , tertulis
dan visual pada teks dapat dipelajari dengan metode yang sama. Dalam berbahasa
dan bahasa tertulis hubungan antara signifier dan signified adalah konvensional,
bahkan sewenang-wenang. Dimana gambar yang bersangkutan, situasi adalah berbeda
sampai batas tertentu, karena gambar dapat menandakan sesuatu terutama atas
dasar bahwa mereka, dalam beberapa hal, menyerupai hal yang mereka tandai.
Harus
ditekankan bahwa gambar dan bentuk juga memiliki bahasa mereka sendiri. Seperti
bahasa lain, mereka memiliki sendiri kosakata , tata bahasa , sintaksis dan
retorika. Tidak seperti lisan dan tulisan bahasa, gambar melintasi perbatasan
budaya yang relatif mudah. Dari sudut pandang ini, fakta bahwa globalisasi dan
visualisasi budaya terjadi di era yang sama tidak berarti kebetulan. Gambar
adalah teks mereka sendiri. Mereka bersandar pada bahasa visual tertentu yang
memiliki aturan tata ruang sendiri, serta aturan mengenai warna dan bentuk.
Seperti teks-teks lain , mereka tidak representasi rumit dari mereka benda '
karena mereka berada dalam realitas. Tanda-tanda Visual tidak didasarkan pada
kesamaan , tetapi mewakili dunia tiga dimensi dengan cara dua dimensi. Visual
menampilkan narasi, menyajikan cerita.
Oleh
karena itu, ada sejumlah kesamaan antara informasi visual dan verbal. Namun ada
juga perbedaan yang signifikan antara mereka. Dalam laporan lisan, mungkin
untuk membangun hubungan temporal dengan menggunakan bentuk kata. dalam visual
yang narasi, sarana narasi khusus harus digunakan untuk melakukannya. dimana penulis
dapat mentransfer ke masa lalu dari waktu di mana novel mengambil tempat dengan
hanya beralih dari waktu sekarang ke dalam perfect tense, atau bentuk lampau
menjadi sempurna lampau. Seorang sutradara film harus bisa mengambil kilas balik dan pengambilan sebuah
foto individu atau mengembangkan bentuk-bentuk rumit dari narasi visual. Pada
sisi lain, dalam sebuah film mungkin memanfaatkan sejumlah besar efek lain,
seperti pencahayaan dan musik.
Selanjutnya,
ada Trivia Quiz di selingan penjelasan dari Pak Lala. Berikut pertanyaannya:
} What
is West Papua? And where is it located?
} What
differences can you spot between PAPUA and IRIAN JAYA?
} In
what year the land called Papua integrated into NKRI?
} What
is Trikora?
} What
are the roles of Soekarno in the integration of Papua into NKRI?
} What
did the Dutch colonial do in Papua?
} What
are the roles of US-UN and our neighbouring countries in the Papua conflicts?
} What
is Organisasi Papua Merdeka (OPM) and who finances them?
Saya
akan mencoba menjawabnya dalam narasi berikut: Papua Barat adalah sebuah
provinsi Indonesia yang terletak di bagian barat Pulau Papua. Ibukotanya adalah
Manokwari. Nama provinsi ini sebelumnya adalah Irian Jaya Barat yang ditetapkan
dalam Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999.
Namun berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 24 Th 2007 tanggal 18 April 2007, nama provinsi ini diubah
menjadi Papua Barat. Wilayah provinsi
ini mencakup kawasan kepala burung pulau Papua dan kepulauan-kepulauan di
sekelilingnya. Di sebelah utara, provinsi ini dibatasi oleh Samudra Pasifik,
bagian barat berbatasan dengan provinsi Maluku Utara dan provinsi Maluku,
bagian timur dibatasi oleh Teluk Cenderawasih, selatan dengan Laut Seram dan
tenggara berbatasan dengan provinsi Papua.
Adapun
perbedaan antara nama Papua dan Irian Jaya adalah masalah pergantian nama
saja. Pada mulanya wilayah ini dikenal
sebagai Nugini Belanda (Nederlands Nieuw-Guinea atau Dutch New Guinea). Setelah bergabung dengan Negara Kesatuan
Republik Indonesia Indonesia (NKRI) wilayah ini dikenal sebagai Irian Barat,
yang kemudian diganti oleh Soeharto menjadi Irian Jaya pada saat meresmikan
tambang tembaga dan emas freeport. Yang kemudian diganti lagi oleh UU No. 21
2011 tentang Otonomi khusus papua menjadi “Papua.” Namun pada tahun 2003, banyak timbul berbagai
protes, akhirnya papua dibagi menjadi dua provinsi oleh pemerintah indonesia,
yaitu: bagian timur tetap memakai nama
Papua sedangkan bagian baratnya menjadi Irian jaya (yang setahun kemudian
berubah jadi papua barat). Adapun
kepanjangan dari Irian itu sendiri yaitu Ikut Republik Indonesia Anti
Netherland.
Tanggal 19 Agustus 1945 (dua hari setelah kemerdekaan
Indonesia) Indonesia dibagi dalam delapan Provinsi. Salah satu Provinsinya adalah Maluku. Banyak kalangan berasumsi bahwa
wilayah Papua Barat masuk dalam wilayah Propinsi Maluku. Padahal secara nyata
penguasaan wilayah Papua Barat dalam kekuasaan Provinsi Maluku itu dipikirkan dan direalisasikan sejak
pembentukan sebuah Biro Irian pada tanggal 14 Desember 1953 yang bertugas
mengadakan penelitian mengenai daerah Indonesia yang bisa dijadikan sebagai
jembatan untuk merebut Irian Barat dari tangan Belanda. Dari hasil penelitian
itu, ternyata pilihan jatuh pada wilayah Maluku Utara. Maka dengan lahirnya UU
No. 15 Tahun 1956 tentang pembentukan Propinsi Irian Barat, Soasiu ditetapkan
sebagai ibukota Propinsi Irian Barat dengan Gubernur Zainal Abidin Syah (Sultan
Tidore) yang dikukuhkan pada 17 Agustus 1956 bersamaan dengan Peresmian
Propinsi Irian Barat Perjuangan.
Setelah peresmian Propinsi Irian Barat perjuangan,
Papua Barat tetap menjadi daerah sengketa antara Indonesia dan Belanda.
Beberapa persitiwa politik dalam memperebutkan Papua Barat oleh kedua bela
pihak adalah: Sebelum
penandatangan Perjanjian Lingggarjati pemerintah Belanda pernah menyatakan agar
Papua Barat dapat menerima status sendiri terhadap Kerajaan Belanda dan Negara
Indonesia Serikat menurut jiwa pasal 3 dan 4 Perjanjian tersebut. Jadi di sini
Belanda mengadakan pengecualian bagi Papua Barat agar kedudukan hukum wilayah
tersebut tidak ditentukan oleh Perjanjian Linggarjati.
Irian Barat merupakan bagian dari koloni Belanda sejak 1828. Ketika Belanda
diakui Kedaulatan Indonesia pada tahun 1949, status Irian Jaya masih harus
diselesaikan. Perjanjian Transfer Kedaulatan, yang ditandatangani oleh
Indonesia dan Belanda pada Den Haag pada bulan November 1949, menyatakan antara
lain: "Status quo Keresidenan Nugini harus dipelihara dengan ketentuan
bahwa dalam waktu satu tahun sejak tanggal penyerahan kedaulatan kepada
Republik Indonesia Serikat pertanyaan tentang status politik New Guinea akan
ditentukan melalui negosiasi".
Melihat bahwa tidak ada tanda-tanda dari setiap solusi untuk masalah Irian,
Indonesia mengajukan masalah ini ke PBB pada tahun 1954. Posisi Indonesia
adalah disahkan oleh Konferensi Asia Afrika pada April 1955 yang mengeluarkan
resolusi mendukung Indonesia dan kemudian meminta PBB untuk membantu dua
bertentangan pihak dalam mencapai solusi damai.
Mengapa Soekarno
sangat “keras kepala” dalam merebut wilayah Papua Barat untuk memasukannya ke
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia? Soekarno mempunyai empat
alasan utama dalam pencaplokan Papua Barat ke wilayah Indonesia. Keempat alasan
itu adalah klaim yang dipegang oleh Indonesia sebagai tindakan pembenaran
kekuasaan atas wilayah Papua Barat. Keempat klaim itu adalah:
1. Papua
Barat dianggap sebagai bagian dari kerajaan Majapahit.
2. Kepulauan
Raja Ampat di daerah kepala burung, Papua Barat, oleh sultan Tidore dan Soekarno diklaim sebagai bagian dari
Kesultanan Tidore. Kesultanan Tidore diklaim oleh Soekarno sebagai bagian dari
daerah “Indonesia Bagian Timur”.
3. Papua Barat diklaim sebagai bagian dari negara bekas
Hindia Belanda.
4. Soekarno yang
anti barat ingin menghalau pengaruh imperialisme barat di Asia Tenggara. Di
samping itu, Soekarno memiliki ambisi hegemoni untuk mengembalikan kejayaan
kerajaan Majapahit (ingat: “Ganyang Malaysia”), termasuk Papua Barat yang
ketika itu masih dijajah oleh Belanda. Mungkin juga Soekarno memiliki perasaan
curiga, bahwa pemerintah Nederlands Nieuw Guinea di Papua Barat akan merupakan
benteng Belanda untuk sewaktu-waktu dapat menghancurkan Negara Indonesia. Hal
ini dihubungkan dengan aksi militer Belanda yang kedua (tweede politionele
aktie) pada 19-12-1948 untuk menghancurkan negara RI.
Lalu, pada tanggal 19 Desember 1961, presiden Soekarno mengumumkan Tri
Komando Rakyat (TRIKORA), yang isinya sebagai berikut:
1.
Gagalkan pembentukan
negara boneka Papua buatan Belanda.
2.
Kibarkanlah sang Merah
Putih di Irian Barat tanah air Indonesia.
3.
Bersiaplah untuk
mobilisasi umum mempertahankan kemerdekaan dan persatuan tanah air dan bangsa.
Tujuan negara belanda membentuk negara-negara
serikat/boneka adalah;
a. agar mudah untuk pengawasan
a. agar mudah untuk pengawasan
b. untuk melaksanakan sistem desentralisasi
c. agar mudah untuk menanamkan pengaruhnya
d.
mencari dukungan untuk menegakkan kembali kekuasaan belanda di indonesia
Pada gilirannya, pihak Belanda memiliki tujuan akhir yaitu mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia. Inilah langkah politik hukum yang biasa disebut dengan Divide et Impera.
Pada gilirannya, pihak Belanda memiliki tujuan akhir yaitu mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia. Inilah langkah politik hukum yang biasa disebut dengan Divide et Impera.
Disamping itu, ada beberapa peran lainnya yang
dilakukan oleh Soekarno: melalui jalur diplomasi, dan jalur konfrontasi. Tak lama setelah pencetusan TRIKORA, pada 11
Januari 1962 Presiden Soekarno membentuk komando Mandala pembebasan Irian
Barat. Mayor Jenderal Soeharto pun ditunjuk sebagai panglima Mandala. Markas
besar Komando Mandala ini bertempat di sekitar Makasar lebih tepatnya di kota
Kota Ujung Pandang. Sebelum komando Mandala melakukan tugasnya, ternyata telah
terjadi insiden bersenjata yang dikenal dengan Pertempuran Laut Aru. Dalam pertempuran ini Laksamana Pertama Yos
Sudarso gugur sebagai bunga bangsa.
Pada Februari 1962, Komando Mandala
mulai menggerakkan kesatuan-kesatuan laut dan udara ke daratan Irian. Tidak
lama, pasukan Indonesia berhasil merebut Temibuan (daerah di Irian Barat).
Belanda merasa kewalahan menghadapi tentara Indonesia. hal ini diketahui oleh dunia
internasional. maka dari itu, seorang diplomat Amerika Serikat bernama Bunker
mengusulkan rencana penyelesaian mengenai sengketa Irian Barat secara damai.
Berdasarkan usulan tersebut, pada tanggal 15 Agustus 1962 ditandatangani
persetujuan antara Indonesia dan Belanda di New York. Isinya adalah “Selama
satu tahun Irian Barat akan diurus oleh pihak PBB dalam pemerintahan sementara
yaitu UNTEA (United Nations Temporary Executive
Authority).
Pada 1 Oktober 1962 secara resmi Belanda
menyerahkan Irian Barat kepada UNTEA. Lalu, tanggal 1 Mei 1963 PBB menyerahkan
Irian Barat kepada Indonesia, dengan catatan harus diadakan pemungutan suara
rakyat di tahun 1969. Namun ada pihak-pihak tertentu yang tidak ingin Irian
Barat menjadi bagian dari NKRI. Tanggal 28 Juli 1965 adalah awal dari gerakan-gerakan
kemerdekaan Papua Barat yang ditempeli satu label yaitu OPM (Organisasi Papua
Merdeka). Lahirnya OPM di kota
Manokwari pada saat itu ditandai dengan penyerangan orang-orang Arfak terhadap
barak pasukan Batalyon 751 (Brawijaya) di mana tiga orang anggota kesatuan itu
dibunuh. Picu "proklamasi OPM" yang pertama itu adalah penolakan para
anggota Batalyon Papua (PVK = Papoea Vrijwilligers Korps ) dari suku Arfak dan
Biak untuk didemobilisasi, serta penahanan orang-orang Arfak yang mengeluh ke
penguasa setempat karena pengangguran yang tinggi serta kekurangan pangan di
kalangan suku itu (Ukur dan Cooley, 1977: 287; Osborne, 1985: 35-36;
Sjamsuddin, 1989: 96-97; Whitaker,1990:51).
OPM didirikan
tahun 1965 dengan tujuan membantu dan melaksanakan penggulingan pemerintahan yang saat ini berdiri di
provinsi Papua dan Papua
Barat di Indonesia,
sebelumnya bernama Irian
Jaya, memisahkan diri dari
Indonesia, dan menolak pembangunan ekonomi dan
modernitas. Organisasi ini
mendapatkan dana dari pemerintah Libya pimpinan Muammar
Gaddafi dan
pelatihan dari grup gerilya New People's Army
beraliran Maois yang
ditetapkan sebagai organisasi teroris asing oleh Departemen Keamanan Nasional
Amerika Serikat. Organisasi
ini dianggap tidak sah di Indonesia. Perjuangan meraih kemerdekaan di tingkat
provinsi dapat dituduh sebagai tindakan pengkhianatan terhadap negara. Sejak berdiri, OPM berusaha mengadakan
dialog diplomatik, mengibarkan bendera Bintang Kejora,
dan melancarkan aksi militan sebagai bagian dari konflik
Papua. Para pendukungnya sering membawa-bawa bendera Bintang Kejora dan
simbol persatuan Papua lainnya, seperti lagu kebangsaan "Hai Tanahku
Papua" dan lambang nasional. Lambang nasional tersebut diadopsi sejak
tahun 1961 sampai pemerintahan Indonesia diaktifkan bulan Mei 1963 sesuai Perjanjian New York.
Pada tanggal 14 Desember 1988, sekitar 60 orang berkumpul di
stadion Mandala di kota Jayapura, untuk menghadiri upacara pembacaan
"proklamasi OPM" serta "pengibaran bendera OPM" yang
kesekian kali. Peristiwa ini agak berbeda dari peristiwa-peristiwa serupa
sebelumnya. Soalnya, untuk pertama kalinya, bukan
bendera Papua Barat hasil rancangan seorang Belanda di masa pemerintahan
Belanda yang dikibarkan, melainkan sebuah bendera baru rancangan si pembaca
proklamasi, Thomas Wanggai, yang dijahit oleh isterinya yang berkebangsaan
Jepang, Ny. Teruko Wanggai. Selain itu, Wanggai tidak menggunakan istilah "Papua
Barat", seperti para pencetus proklamasi-proklamasi OPM maupun para
pengibar bendera OPM sebelumnya, melainkan memproklamasikan berdirinya negara
"Melanesia Barat". Kemudian, Thomas Wanggai sendiri adalah pendukung
OPM berpendidikan paling tinggi sampai saat itu. Ia seorang Doktor dibidang
Hukum dan Administrasi Publik di Jepang dan AS.
Sampai saat ini, masih terdengar bahwa ada warga papua yang
tiba-tiba terbunuh. Hal ini disinyalir ulah anggota OPM yang masih tersisa.
Pernah ada kerusuhan yang terjadi di Papua sana, banyak anggota OPM yang kabur
dan mungkin saja menetap di Luar Negeri seperti Australia. Ada yang berpendapat
jika pihak Australia mendukung Irian Jaya memisahkan diri dari NKRI. Mereka
membiayai segala kebutuhan (mantan) anggota OPM untuk tetap melanjutkan
keinginan aktifis OPM tersebut.
Kembali ke sekitar tahun 1969,
berakhirlah kekuasaan Belanda di Indonesia. nama Irian Barat selanjutnya
diganti dengan nama Irian Jaya. Tepat tahun 1969, pemerintah melangsungkan Penentuan
Pendapat Rakyat (PePera) Irian Jaya. Dan hasilnya, rakyat Irian Jaya tetap
ingin bergabung dengan Republik Indonesia. sejak saat itu, seluruh wilayah
Indonesia sudah kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. ini
berarti Indonesia telah Berhasil mempertahankan kemerdekaannya.
Ahli
linguist Noam Chomsky menyebut kasus Papua Barat sebagai skandal besar yang
dilakukan negara-negara Barat. “Saya pikir perlawanan
Papua Barat akan berdiri dengan kasus lainnya dalam perlawanan terhadap teror dan
penindasan besar-besaran sebagai inspirasi dari apa yang manusia dapat capai
dan itu belum mungkin berhasil. Jika (negara-negara-red) Barat bersedia untuk
menghadapi tanggung jawab dan tindakan itu, hal ini dapat berhasil.” kata Noam Chomsky tentang
perlawanan rakyat Papua Barat. Juga, ia menyebutkan
Amerika Serikat dan Australia sebagai aktor utama dibalik skandal Papua Barat
karena kepentingan atas sumber daya alam di Papua Barat. Indonesia, hanyalah
sebuah negara yang disupport oleh Amerika Serikat untuk menjalankan skandal
tersebut. Hal yang sama juga terjadi pada kasus Timor Leste yang “dimainkan”
oleh Australia.
Pada bagian akhir ini, saya berusaha mengambil
kesimpulan. Menurut saya, suatu data adalah informasi yang masih membutuhkan
penelitian guna menambah kepercayaan terhadap data yang bersangkutan. Butuh
banyak bukti untuk menunjang keabsahan suatu teks yang memberikan data. Jangan
sampai sebuah data hanya dijadikan pajangan ataupun hiasan semata.
Sejauh
ini saya sebagai pembaca masih menghadapi kesulitan. Salah satunya adalah
kurangnya penguasaan kosa kata yang menghambat pemahaman membaca untuk diri
saya. Butuh usaha keras bagi saya untuk terus memperbanyak penguasaan kosa kata
bahasa Inggris.
Referensi:
Lehtonen,
Mikko. 2000. The Cultural Analysis of
Texts. London. Sage Publication
Ltd.
Hyland,
Ken. 2009. Teaching and researching
Writing. Pearson Education Limited. UK
http://sejarahnasionaldandunia.blogspot.com/2013/04/pembebasan-irian-barat.html
diakses pada 05 April 2014 pukul 17.20 WIB.
http://suarakolaitaga.blogspot.com/2013/03/sejarah-kembalinya-irian-jaya-papua.html
diakses pada 05 April 2014 pukul 17.20 WIB.
http://nestasuhunfree.blogspot.com/2013/10/hubungan-sejarah-perjuagan-indonesia.html
diakses pada 05 April 2014 pukul 17.20 WIB.
http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_Papua_Merdeka
diakses pada 05 April 2014 pukul 17.20 WIB.
http://suarakolaitaga.blogspot.com/2013/12/noam-chomsky-kasus-papua-barat-itu.html
diakses pada 05 April 2014 pukul 17.20 WIB.


Subscribe to:
Post Comments (Atom)