Sunday, April 6, 2014
Created By:
Santiara Afifatun Nisa
Membaca =
Membuka Bungkusan Usang
The ninth meeting (April, 4th
2014) is reading time. The students are
conducting literacy time. Not only for writing session, but also reading is the
important part in being literate person. From those supporting activities in
literacy, that’s why our lecturer (mr.Lala Bumela) drove us to create reading
experiences.
First, on the slide of 9th Match, mr.Lala showed what he saw in the first
half of the season in PBI-D. It
is hard to see a constant high quality works produced by my students. That
constant high quality works means that mr.Lala even didn’t see his students can
gave him a real continuing work produce. In majority, the students can give the
best work of them once or twice, after that their works down again. Moving
in L1-L2 continuum is a real journey! From that sentence, continuum means that the
mobility movement from L1 to L2 is down. Students need more extra effort for
balancing that point.
Second, on the slide
that mr.Lala showed what he expect in the second half of
the session, some point that I highlighted such as a constant reading (extensive and intensive) experience.
Constant extensive and intensive are repetition
activity. For example, when students got an assignment in article of Columbus,
they have to read article of Columbus continue as repetition. So, they can more
deeply understand on that subject. In extensive reading, it seems like students
conduct the reading in outside subject, they can apply it in their daily
activity. Then, intensive reading means they focus on one subject that they
have to understand. The other sentence is something that we must keep in
constant, like a constant FOCUS, a constant COMMITMENT, a also constant PERSEVERANCE. The last is a constant TEAMWORK. Build up
those constant works is the obligation for students.
Strengthen
& Weaknesses as a Reader
Reading
is an activity for understanding, analyzing and interpreting the reader to get
message by writer in writing. In reading, there are two type, they are extensive reading and intensive reading. Extensive reading is the initial stage
where the reader is required to be surveyed or judge to read at a glance like
any superficial reading. While intensive reading an advanced stage to be
able to understand the content and understand the context in which the language
used in writing. Most activities do read most of the paper. Stone or chalk on a
blackboard can also be read. Computer display can also be read.
Davis in his book “Analisis
Kesalahan Karya Pateda” (1989:93) state that understanding reading will know
thw ability of a reader itself, such as :
(a) identifying a words;
(b) anticipating a meanings;
(c) concluding from contexts;
(d) creating idea from contexts;
(e) finding the meaning of author,
attitude, emphasize also the author style;
As
the reader, I got some strengthen and weaknesses, such as:
Strengthen
|
Weaknesses
|
If distracted when reading, I can read
well when alone.
|
little comprehension of what is going
on in the text
|
Easier to understand when using
pictures
|
if the words are too much and i can't
figure out their meaning.
|
curiosity and diversity in genres
|
weak eyesight
|
|
Lose focus when read a text longer
|
|
cultural differences can make
comprehension difficult
|
|
When the subject is just too boring, I
have no curious at all to read
|
The next session in
ninth meeting, we continued to the reading time with our reading club. We made
a group of five members, and we opened up selected text “Don’t Use Your Data as
a Pillow”. What next command is :
} Each of you must read a
sentence aloud and share your own thought on the sentence.
} Discuss wheteher you and other
members have the same thought on the sentence
} Stop for a while and discuss
what you understood from one single paragraph
} Make notes every time you
discuss things
Do it over and over again until
you finish reading the whole chapter. For about 25minutes, we finished discuss till 1-2sentences with the
result are :
Group 7 (Mega, Meta,
Nurul, Susi, dan Santiara)
TITLE:
Nurul :
If you have data use it, don’t make it useless.
Mega :
If you have data, make it complete, more detail, and more research.
Susi&Santiara :
Don’t make data just for your bussiness.
Meta :
Someone has already got data, but he just save it, not use it.
Conclusion : Pillow is a symbol of convenience,
someone usually use pillow for themselves.
So, this means if we are researches don’t use the data just for
ourselves. Share to the wider audience.
Sentence 1 :
Meta : Terdapat pesta perpisahan yang
menyediakan berbagai macam makanan tradisional.
Nurul : Pada saat Eben akan
meninggalkan Papua, Eben dan masyarakat di Papua mengadakan pesta perpisahan.
Susi&Santiara :
Melihat diadakannya sebuah pesta perpisahan yang di laksanakan oleh Eben
dan masyarakat Papua, kita bisa melihat bahwa di mata orang Papua Eben itu
adalah seseorang yang berjasa.
Mega : Pesta perpisahan di laksanakan
untuk menyambut keberhasilan dan sekaligus
salam perpisahan kepada Eben.
Conclusion :
Party for celebration a hero.
Sentence 2 :
All : Pesta
ini diatur oleh Denny Yomaki, salah satu pekerja human rights (HAM) untuk menandai
berakhirnya penelitian Eben di Papua .
Conclusion : Pesta yang
mewah menurut masyarakat papua, pantas diadakan untuk Eben. Pesta ini diatur oleh Denny Yomaki, salah
satu pekerja human rights (HAM) untuk menandai berakhirnya penelitian Eben di
Papua pada bulan mei tahun 2003.
So, those are like
evidence that we followed reading time. For next week, we will have more
reading session with the same topic. Mr.Lala suggested us to read and make some
raw note for 26 paragraph in Papua topic.
Trivia
Quiz
A. What is West Papua? And where is it located?
Irian Jaya ( Papua Barat ) ( juga dikenal
sebagai Irian Djaya, Irian Barat, West New Guinea , dan Irian Barat ) adalah
bagian pulau New Guinea, yang terletak beberapa ratus km sebelah utara dari
Australia. Irian Jaya ( Papua Barat ) adalah sebuah provinsi dari bangsa
Indonesia . New Guinea dikatakan pulau terbesar kedua di dunia, setelah
Greenland , setidaknya oleh mereka yang menolak untuk menghitung Australia.
Untuk sebelah barat Irian Jaya terletak Laut Seram dan Laut Banda, ke selatan
terletak Laut Arafura, dan ke utara adalah Pasifik. Ibukota Irian Jaya ( Papua
Barat ) adalah Jayapura, lintang 3 derajat bujur selatan dan 141 derajat timur
, beberapa ribu mil dari Samudera Pasifik selatan Tokyo. Jayapura adalah
beberapa ribu km sebelah timur dari Jakarta, ibukota Indonesia, yang terletak
di pulau Jawa. Tembagapura, pusat operasi pertambangan Freeport , terletak di
sekitar 4 derajat selatan dan 137 derajat timur. Bagian timur pulau New Guinea adalah negara merdeka
Papua Nugini.
Beberapa Kekayaan Irian Jaya :
1.
Titik
tertinggi di Irian Jaya ( Papua Barat ) adalah 16.024 ( 4.884 m ) puncak ft
Puncak Jaya , yang memiliki salah satu dari tiga gletser khatulistiwa di dunia,
kurang dari 20 kilometer dari tambang Freeport . Sayangnya , tampak bahwa
gletser ini akan hilang dalam satu abad atau lebih ; beberapa menyalahkan
pemanasan global . Puncak Jaya dikatakan titik tertinggi antara Andes dan
Himalaya .
2.
Irian
Jaya ( Papua Barat ) diyakini mengandung konsentrasi tembaga maupun
minyak terbesar di dunia dan banyak
yang tersisa batu usia peradaban dunia .
3.
Dari
bandara Timika, Jepang membom Australia dalam Perang Dunia II. Pada tahun 1988 ,
Freeport menemukan , dalam apa yang disebut tambang Grasberg, deposit emas
terbesar di dunia, dll.
B. What differences can you spot between
PAPUA and IRIAN JAYA?
Perang
wacana di Papua pertama dimulai dengan adanya pergantian nama Papua menjadi
Irian Jaya. Istilah Irian dikemukakan oleh Frans Kaisiepo dalam konferensi
Malino, Sulawesi Selatan, tahun 1946 yang menurut salah satu bahasa local
disana berarti “sinar yang menghalang kabut”. Kata itu diusulkan untuk
mengganti istilah Papua yang konon memiliki konotasi negative. Kemudian ada
yang memanjangkan IRIAN menjadi “Ikut RI Anti Netherland”. Sebetulnya dalam
penamaan kota pun telah terjadi pergantian yang mencerminkan kepentingan
kekuasaan. Semasa Orde Lama Kota Holandia disebut Sukarnopura. Pemerintah Orde
Baru melakukan desukarnoisasi menukarnya lagi menjadi jayapura.
Dapat
disimpulkan bahwa nama PAPUA dan IRIAN JAYA merupakan nama salah satu provinsi
di Indonesia. Papua merupakan nama awal daerah tersebut, pemberian nama tersebut
dilakukan pada masa penjajahan Hindia Belanda. Sedangkan setelah Belanda
mengakui kekalahan atas Indonesia, Presiden Soekarno mengubah nama Papua yang
berkonotasi negative dengan nama Irian Jaya.
Hal tersebut bermaksud untuk membebaskan Papua dari genggaman
Belanda.
Pada tahun 2000, otonomi khusus
yang diberikan oleh presiden Abdurrahman
Wahid kepada provinsi Papua untuk meredam usaha separatis.
Provinsi ini kemudian dibagi dua menjadi provinsi: Papua dan Irian
Jaya Barat (sekarang Papua Barat) melalui instruksi Presiden Megawati Soekarnoputri pada tahun 2001.
B. In what year the land called Papua integrated into NKRI?
Integrasi
di catat secara defacto, penguasaan Papua secara politis disaat itu. Sedangkan
secara yuridis hukum, baru pada tahun 1969 melalui PEPERA yang menghasilkan
resolusi PBB yang menyatakan Papua bagian dari NRI. Hasil voting pakai cara
perwakilan di ikuti 1025 orang Papua. Toh kemudian saat ini masih di
perdebatkan, sampai kapan duduk persoala aturan yang diterapkan PBB disaat itu.
Satu orang satu suara yan seharusnya berlaku di Papua, konon dengan alasan
geografis, mekanisme perwakilan di sepakati pada proses refrendum dunia kala
itu.
Integrasi
dimaksudkan untuk membebaskan Papua dari genggaman Belanda atas deal ekonomi
semata Sukarno dengan Amerika dalam urusan ekonomi, yaitu adanya lirikan
Amerika pada laporan penemuan bijih tambang di Timika. Jadi pembebasan Papua
disaat itu yang kini dikenal dengan integrasi lebih pada mengusir koloni
Belanda agar tidak menancapkan ekopol. Kesepakan tersebut justru balik menjadi
ancaman bagi Amerika pasca nasionalisasi aset asing oleh Sukarno, hancurlah ide
ide pembebasan Papua pasca 1965/tragedi PKI. Jadilah “Papua Menjadi Negri Yang
Pembebasannya Terlunta lunta”.
C. What is Trikora?
TRIKORA (Tri Komando Rakyat)
Operasi Trikora adalah konflik 2 tahun
yang dilancarkan Indonesia untuk menggabungkan wilayah Papua bagian barat.
Pada tanggal 19 Desember
1961, Soekarno (Presiden Indonesia)
mengumumkan pelaksanaan Trikora di Alun-alun Utara Yogyakarta. Soekarno juga
membentuk Komando Mandala.
Mayor Jenderal
Soeharto diangkat sebagai panglima. Tugas komando ini adalah
merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan
Papua bagian barat dengan Indonesia.
Latar belakang
Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945,
Indonesia mengklaim seluruh wilayah Hindia Belanda, termasuk wilayah barat
Pulau Papua. Namun demikian, pihak
Belanda menganggap wilayah itu masih
menjadi salah satu provinsi Kerajaan Belanda. Pemerintah
Belanda kemudian memulai persiapan untuk menjadikan Papua negara merdeka
selambat-lambatnya pada tahun 1970-an. Namun pemerintah Indonesia
menentang hal ini dan Papua menjadi daerah yang diperebutkan antara Indonesia
dan Belanda. Hal ini kemudian dibicarakan dalam beberapa pertemuan dan dalam
berbagai forum internasional. Dalam Konferensi Meja Bundar
tahun 1949, Belanda dan Indonesia tidak
berhasil mencapai keputusan mengenai Papua bagian barat, namun setuju bahwa hal
ini akan dibicarakan kembali dalam jangka waktu 1 tahun.
Pada bulan Desember 1950,
PBB
memutuskan bahwa Papua bagian barat memiliki hak merdeka sesuai dengan pasal
73e Piagam PBB. Karena Indonesia
mengklaim Papua bagian barat sebagai daerahnya, Belanda mengundang Indonesia ke
Mahkamah Internasional
untuk menyelesaikan masalah ini, namun Indonesia menolak. Setelah Indonesia beberapa
kali menyerang Papua bagian barat, Belanda mempercepat program pendidikan di
Papua bagian barat untuk persiapan kemerdekaan. Hasilnya antara lain adalah
sebuah akademi angkatan laut yang berdiri pada 1956
dan tentara Papua pada 1957. Sebagai kelanjutan, pada 17 Agustus 1956
Indonesia membentuk Provinsi Irian Barat dengan ibukota di Soasiu
yang berada di Pulau Tidore, dengan gubernur pertamanya, Zainal Abidin Syah
yang dilantik pada tanggal 23 September 1956.
Pada tanggal 6 Maret 1959,
harian New York Times
melaporkan penemuan emas oleh pemerintah Belanda di dekat laut Arafura. Pada tahun 1960,
Freeport Sulphur
menandatangani perjanjian dengan Perserikatan Perusahaan Borneo Timur untuk
mendirikan tambang tembaga di Timika,
namun tidak menyebut kandungan emas ataupun tembaga.
Ditegaskan pula bahwa dalam
pidaton Soekarno ”Membangun Dunia Kembali” di forum PBB tanggal 30 September
1960, Presiden Soekarno berujar, ”......Kami telah mengadakan
perundingan-perundingan bilateral......harapan lenyap, kesadaran hilang, bahkan
toleransi pun mencapai batasnya. Semuanya itu telah habis dan Belanda tidak
memberikan alternatif lainnya, kecuali memperkeras sikap kami.” Menanggapi
rencana licik Belanda tersebut, pada tanggal 19 Desember 1961 bertempat di
Yogyakarta, Presiden Soekarno mengumumkan TRIKORA dalam rapat raksasa di alun
alun utara Yogyakarta, yang isinya :
1. Gagalkan berdirinya
negara Boneka Papua bentukan Belanda
2. Kibarkan sang Merah
Putih di Irian Jaya tanah air Indonesia
3. Bersiap melaksanakan
mobilisasi umum
D. What are the roles of Soekarno in the integration of
Papua into NKRI?
Diplomasi
Indonesia (yang
diketuai ole Soekarno) mendekati negara-negara seperti India,
Pakistan, Australia, Selandia Baru, Thailand, Britania Raya, Jerman,
dan Perancis agar mereka tidak memberi dukungan kepada
Belanda jika pecah perang antara Indonesia dan Belanda. Dalam Sidang Umum PBB tahun 1961, Sekjen PBB U Thant meminta Ellsworth Bunker, diplomat dari Amerika Serikat,
untuk mengajukan usul tentang penyelesaian masalah status Papua bagian barat.
Bunker mengusulkan agar Belanda menyerahkan Papua bagian barat kepada Indonesia
melalui PBB dalam jangka waktu 2 tahun.
Akhir dari konflik
Karena
kekhawatiran bahwa pihak komunis akan mengambil keuntungan dalam konfik ini,
Amerika Serikat mendesak Belanda untuk berunding dengan Indonesia. Karena usaha
ini, tercapailah persetujuan New York pada
tanggal 15 Agustus 1962. Pemerintah Australia yang awalnya mendukung kemerdekaan
Papua, juga mengubah pendiriannya, dan mendukung penggabungan dengan Indonesia
atas desakan AS.
Persetujuan New York
Pada tanggal
15 Agustus 1962, perundingan antara Indonesia dan
Belanda dilaksanakan di Markas Besar PBB di New York. Pada perundingan itu, Indonesia diwakili
oleh Soebandrio, dan Belanda diwakili oleh Jan Herman van Roijen
dan C.W.A.
Schurmann. Isi dari Persetujuan New York adalah:
- Belanda akan menyerahkan pemerintahan Papua bagian barat kepada United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA), yang didirikan oleh Sekretaris Jenderal PBB. UNTEA kemudian akan menyerahkan pemerintahan kepada Indonesia.
- Bendera PBB akan dikibarkan selama masa peralihan.
- Pengibaran bendera Indonesia dan Belanda akan diatur oleh perjanjian antara Sekretaris Jenderal PBB dan masing-masing pemerintah.
- UNTEA akan membantu polisi Papua dalam menangani keamanan. Tentara Belanda dan Indonesia berada di bawah Sekjen PBB dalam masa peralihan.
- Indonesia, dengan bantuan PBB, akan memberikan kesempatan bagi penduduk Papua bagian barat untuk mengambil keputusan secara bebas melalui
- musyawarah dengan perwakilan penduduk Papua bagian barat
- penetapan tanggal penentuan pendapat
- perumusan pertanyaan dalam penentuan pendapat mengenai kehendak penduduk Papua untuk
- tetap bergabung dengan Indonesia; atau
- memisahkan diri dari Indonesia
- Penentuan pendapat akan diadakan sebelum akhir tahun 1969.
Pada tanggal
1 Mei 1963, UNTEA menyerahkan pemerintahan
Papua bagian barat kepada Indonesia. Ibukota Hollandia dinamai Kota Baru, dan pada 5 September 1963, Papua bagian barat dinyatakan
sebagai "daerah karantina". Pemerintah Indonesia membubarkan Dewan
Papua dan melarang bendera Papua dan lagu kebangsaan Papua. Keputusan ini
ditentang oleh banyak pihak di Papua, dan melahirkan Organisasi
Papua Merdeka (OPM) pada 1965.
Setelah penggabungan
Setelah
Papua bagian barat digabungkan dengan Indonesia sebagai Irian Jaya, Indonesia
mengambil posisi sebagai berikut:
- Papua bagian barat telah menjadi daerah Republik Indonesia sejak 17 Agustus 1945 namun masih dipegang oleh Belanda
- Belanda berjanji menyerahkan Papua bagian barat kepada Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar
- penggabungan Papua bagian barat dengan Indonesia adalah tindakan merebut kembali daerah Indonesia yang dikuasai Belanda
- penggabungan Papua bagian barat dengan Indonesia adalah kehendak rakyat Papua.
Setelah
Jendral Soeharto menjadi Presiden Indonesia, Freeport Sulphur adalah perusahaan asing pertama
yang diberi izin tambang dengan jangka waktu 30 tahun mulai dari tahun 1981
(walaupun tambang ini telah beroperasi sejak tahun 1972),
dan kontrak ini diperpanjang pada tahun 1991
sampai tahun 2041. Setelah pembukaan tambang Grasberg pada tahun 1988,
tambang ini menjadi tambang emas terbesar di dunia. Penentang
program ini mencurigai usaha Indonesia untuk mendominasi provinsi Irian Jaya
dengan cara memasukkan pengaruh pemerintah pusat. Pada tahun 2000,
presiden Abdurrahman Wahid
memberi otonomi khusus kepada provinsi Papua
untuk meredam usaha separatis.
Provinsi ini kemudian dibagi dua menjadi provinsi: Papua
dan Irian Jaya Barat
(sekarang Papua Barat) melalui instruksi Presiden Megawati Soekarnoputri
pada tahun 2001.
E. What did the Dutch colonial do in Papua?
Apabila
ditinjau dari segi sejarah , bahwa Konferensi Meja Bundar yang dilakukan
untuk mengatur penyerahan kedaulatan Indonesia diwarnai dengan usaha licik
Belanda yang ingin terus mempertahankan Irian Barat (New Guinea) dengan alasan
kesukuan. Akhirnya KMB memutuskan penyelesaian Irian Barat akan ditentukan
dalam masa satu tahun setelah penyerahan kedaulatan melalui perundingan antara
RIS dengan Kerajaan Belanda.
Benarkah
alasan Belanda mempertahankan Irian Barat karena masalah kesukuan ?
Ternyata
bukan !
Alasan sebenarnya adalah bahwa pada
saat itu Belanda sedang mengadakan eksplorasi / penelitian sumber daya alam di
Irian dan berhasil menemukan fakta bahwa di Irian Barat terdapat tambang emas
dan uranium terbesar di dunia (sekarang dinamakan Freeport yang merupakan
perusahaan asing milik Belanda ) yang tidak akan habis di gali selama 100 tahun.
Belanda tetap mempertahankan Irian
Barat sebagai jajahannya, dan memasukan wilayah Irian Barat ke dalam Konstitusi
nya pada tanggal 19 Pebruari 1952. Dengan demikian Belanda sendiri telah
melanggar isi Round Table Conference yang telah disepakati dengan RIS.
F. What are the roles of US-UN and our neighbouring
countries in the Papua conflicts?
United
States telah ikut berkontribusi dalam Papua merdeka, sangat berkontribusi.
Disusul dengan USA yang sangat aktif mendukung dalam proses pelepasan Papua
kedalam NKRI pada masa sekitar 1960an. Mereka masuk dalam bagian aksi kekerasan
yang menyerang para penduduk asli Papua itu sendiri dengan dalih menguasai
daerah Papua yang konon diketahui mempunyai banyak Hartakarun Sumber Daya Alam.
Tidak hanya US dan UN, namun Negara lain seperti Inggris, Australia, Timur
Tengah dan lainnya telah ikut bergabung dalam ajang pencaplokan daerah Papua.
G. What is Organisasi Papua Merdeka (OPM) and who finances
them?
Organisasi
Papua Merdeka (disingkat OPM) adalah sebuah organisasi yang
didirikan tahun 1965 dengan tujuan membantu dan melaksanakan penggulingan
pemerintahan yang saat ini berdiri di provinsi Papua
dan Papua Barat di Indonesia, sebelumnya bernama Irian Jaya, memisahkan
diri dari Indonesia, dan menolak pembangunan ekonomi
dan modernitas. Organisasi ini mendapatkan dana dari pemerintah Libya pimpinan Muammar Gaddafi dan pelatihan dari grup
gerilya New
People's Army beraliran Maois yang ditetapkan sebagai organisasi teroris
asing oleh Departemen Keamanan Nasional Amerika Serikat.
Organisasi
ini dianggap tidak sah di Indonesia. Perjuangan meraih kemerdekaan di tingkat
provinsi dapat dituduh sebagai tindakan pengkhianatan terhadap negara. Sejak
berdiri, OPM berusaha mengadakan dialog diplomatik, mengibarkan bendera Bintang Kejora,
dan melancarkan aksi militan sebagai bagian dari konflik Papua. Para pendukungnya sering
membawa-bawa bendera Bintang Kejora
dan simbol persatuan Papua lainnya, seperti lagu kebangsaan "Hai Tanahku Papua"
dan lambang nasional. Lambang nasional tersebut diadopsi sejak tahun 1961
sampai pemerintahan Indonesia diaktifkan bulan Mei 1963 sesuai Perjanjian New York.
Sejarah
Selama
Perang Dunia II,
Hindia Belanda
(kelak menjadi Indonesia) dipandu oleh Soekarno untuk menyuplai minyak demi upaya perang Jepang dan langsung
menyatakan merdeka dengan nama Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. Nugini Belanda (Nugini Barat) dan Australia yang menjalankan pemerintahan di
teritori Papua dan Nugini
Britania menolak penjajahan Jepang dan menjadi sekutu
pasukan Amerika Serikat dan Australia sepanjang Perang Pasifik.
Hubungan
Belanda dan Nugini Belanda
sebelum perang berakhir dengan diangkatnya warga sipil Papua ke pemerintahan,
sampai pemerintahan Indonesia diaktifkan tahun 1963. Meski sudah ada perjanjian
antara Australia dan Belanda tahun 1957 bahwa teritori milik mereka
lebih baik bersatu dan merdeka, ketiadaan pembangunan di teritori Australia dan kepentingan Amerika Serikat membuat dua wilayah ini berpisah.
OPM didirikan bulan Desember 1963 dengan pengumuman, "Kami tidak mau kehidupan modern! Kami menolak pembangunan apapun:
rombongan pemuka agama, lembaga kemanusiaan, dan organisasi pemerintahan.
Tinggalkan kami sendiri!”
Brigadir
Jenderal Sarwo Edhie
mengawasi perancangan dan pelaksanaan Act of
Free Choice pada 14 Juli sampai 2 Agustus 1969. Perwakilan PBB
Oritiz Sanz tiba pada 22 Agustus 1968 dan berulang-ulang meminta agar Brigjen
Sarwo Edhie mengizinkan sistem satu
orang, satu suara (proses yang dikenal dengan nama referendum atau
plebisit), namun permintaannya ditolak atas alasan bahwa aktivitas semacam itu
tidak tercantum dalam Perjanjian New York 1962. 1.025 tetua adat Papua dipilih
dan diberitahu mengenai prosedur yang tercantum dalam Perjanjian New York.
Hasilnya adalah kesepakatan integrasi dengan Indonesia.
H. Will you personally support Papua to become a newly seperated
country? Why?
NO I WON’T !! Because I have some reason :
a.
Indonesia
don’t want to lost a united. Indonesia has struggle to throw away Netherland
from that land.
b.
Indonesia do
not unfair of Papua. Papua has gotten “Otonomi Khusus” from Indonesia.
c.
Indonesia has
provide scholarship, fund of healthy, infrastructure and others for Papua.
d.
Indonesia and
Papua will be a great United.
e.
Papua has
contribute some financial, such as in Freeport 37,46 U$ in 4 years.
f.
Papua just as
“satapan” for the other country,such as America, Australia, English, and
others.
About
Link
1.
Cultural Analysis of Texts (2000),
Mikko Lehtonen.
CHAPTER
4
THE WORLD OF SIGN SYSTEMS AND
TECHNOLOGIES
What about pictures?
Without scruples, I made a leap
straight from speech to writing. However, from the perspective of the history
of sign systems this kind of leap has no basis – after all, all of the writing
systems currently in use have developed on the basis of pictorial expression.
The visual world, the world of pictures, has a central role in modern and late
modern cultures. Industrialization, the capitalist tendency to make everything
into a marketable good, as well as urbanization, have made our daily life
pictorial in an essential way. Pictures have become ‘reality’. In the current
culture that is imbued with mechanically, electronically and digitally
duplicated sounds and pictures, the term ‘text’ cover all the products that
make the formation of meanings possible.
Pictures differ from
spoken and written language in certain significant ways. Firstly, pictures are
said to be indexed signs. By index is meant that a sign is in a concrete
relationship with its referent. An arrow or a finger pointing at a place or an
object is indexical. Moreover, various symptoms, marks and tracks are
indexical. A classic example of indexicality is smoke as a sign of fire. The
signs of spoken and written language – such as ‘a dog’ – on their part are not
necessarily in any relationship whatsoever to their referent. Secondly,
pictures are said to resemble their object; they are iconic signs. By iconic
is meant that the sign represents its referent by bearing some kind of
resemblance to it or having certain similar features. Photographs are typical
examples of iconic signs. Yet, the signs of spoken or written language do not
usually resemble their referents in any way.
The iconography of pictures appears
unproblematic, but mimetics, that is pictures that mimic their object, can
function as special allegories – a picture of a snake can symbolize deviousness
and treachery in the same way as the equivalent verbal sign.
Therefore, it should be emphasized
that pictures and forms also have a language of their own. As with other
languages, they have their own vocabulary, grammar, syntax and rhetoric. Unlike
spoken and written language, pictures cross cultural borders relatively
effortlessly. From this standpoint, the fact that the globalization and
visualization of culture occur in the same era is by no means a coincidence.
Pictures are a text of their own.
They lean on a certain visual language which has its own spatial rules, as well
as rules regarding colours and forms. Like other texts, they are not
uncomplicated representations of their objects ‘as they are in reality’. Visual
signs are not based on similarity, but represent the three-dimensional world in
two-dimensional way. Visual representation is also narration, presenting
stories.
CHAPTER
7
THE
WORLD OF READERS
In the previous chapter I discussed
the notion that texts and readers never exist independently of each other, but
in fact produce one another. Texts do not semiotically exist without readers,
but neither do readers exist without texts. John Fiske compresses the notion
into a provocatively clear form when he examines television texts and their
audiences.
However,
reading even in these cases is never a mere passive selection of meanings from
texts by acknowledging the meanings of words and joining them together
according to the rules of grammar. Reading includes choosing what to read,
organizing and linking them together in order to form meanings, as well as
bringing the reader’s own knowledge into texts.
The
identities of subjects are stories presented by the person him/herself or other
people, they are tales, histories. They are something that is produced, made,
told; by no means are they something to be found readymade. Identities are
always built on memories, fantasies, stories and myths. As such, all identities
are adopted.
Reading can be many different kinds of activity. A reader
can read a text word by word or leap back and forth in the text according to
what interests him/her most at the time. S/he might have keenly darted off to
purchase a certain text as soon as it was delivered to the local bookseller, or
a text may be force-fed to a reluctant reader as part of a study program. A
reader can muse upon a text’s relationship to the incidents in the life of its
writer or seek for constellations of certain words in it. Each of these ways of
reading produces different meanings. It is not enough in studying readers to
emphasize that they are active participants in the formation of meanings. The
terms ‘active reader’ or ‘active audience’ are, on closer inspection,
tautologies. Aren’t all readers somewhat active according to this definition?
Roger Silverstone indeed remarks that the key question is not whether readers
are active or not, but does their active quality have a certain meaning, does
it matter, does it provide them with an opportunity for critical or creative
reading?
Texts’ forms also have their own effects on the uses
of texts. There is a good chance that watching a movie in a cinema and
absentmindedly eyeing the same one on a home video produce two quite different
texts. In this case, the meanings of the
film we watch also connect with the meanings of the entire cinematic
institution: to be able to enter the womb of a dark, warm cinema with a bag of
popcorn or candy, to experience the titillating expectation that the beginning
of the film signifies, to absorb oneself in the world of sounds, images and
colours without intruding factors, and to discuss the film afterwards with our
companions.
Find
out the latest news on Papua in the last one year
1. Komponen Perjuangan Pro-Demokrasi Di Tanah Papua Harus Bersatu
PAPUAN, Jayapura — Kordinator Solidaritas Korban Pelanggaran Hak Asasi Manusia (SKP-HAM) Papua, Peneas Lokbere menghimbau berbagai komponen perjuangan pro-demokrasi di tanah Papua untuk dapat bersatu. (Agus Pabika/Suara Papua/March 24, 2014).
2. Sering bikin onar, OPM bukan gerakan ideologis tapi criminal
Merdeka.com - Organisasi Papua Merdeka (OPM) seringkali dianggap sebagai orang-orang di balik penyerangan polisi dan warga di Papua. Namun sedikit demi sedikit gerakan ini berubah haluan. Jika sebelumnya kekerasan yang mereka lakukan demi kemerdekaan Papua, kini telah berubah arah. Polisi bahkan memandang gerakan mereka sebagai gerakan kriminal, bukan lagi bermuatan ideologis
3. Ini Alasan Benny Wenda Dirikan Kantor di Oxford
TEMPO.CO,
Oxford - Pemimpin gerakan Free West Papua, Benny Wenda,
mengatakan, dirinya memutuskan mendirikan kantor di Oxford karena banyak
dukungan datang dari seluruh dunia. Menurut dia, banyak permintaan dari
berbagai belahan dunia untuk memulai kampanye Free West Papua. "Karena
banyak demand, jadi saya harus ada office. Selama ini
teman-teman bantu sebagai sukarela. Tapi, karena sekarang banyak demand
dan juga campaign growing globally, jadi saya harus ada official
office untuk melayani semua kebutuhan di five continents yang
ada," katanya kepada Tempo di George and Delila Cafe, Oxford,
Rabu, 15 Mei 2013. (Jum'at, 17 Mei 2013 | 12:14 WIB)
Relation
between Wiranto,Prabowo,Habibie,and Soeharto
Gerakan
Reformasi dan Perubahan di Internal TNI
Isu
yang beredar bahwa adanya faksionalisasi di tubuh ABRI oleh banyak pihak telah
berperan dalam proses turunnya Soeharto dari kursi kepresidenannya. Adanya ABRI
Hijau dan ABRI Merah Putih dalam tubuh ABRI memberikan sinyalemen bahwa
perdebatan antara mempertahankan Soeharto dengan mengambil alih kekuasaan atau
setidaknya membiarkan proses politik secara konstitusional berlangsung.
1. Prabowo,
yang masuk dalam jaringan ABRI Hijau bersama Fahrul Razi, Zacky Anwar Makarim,
Sjafrie Syamsudin, Kivlan Zein, dan yang lainnya berpendapat agar massa
dibiarkan , tapi symbol kenegaraan mesti dijaga.
2. Wiranto
dianggap terlalu hati-hati dan bermain didua kaki, satu kaki tetap berada di
dekat kekuasaan Soeharto, kaki yang lainnya mengusulkan melalui mulut orang
lain agar Soeharto turun dari kekuasaan.
3. Prabowo
dianggap terlalu lunak dengan membiarkan mahasiswa terus-menerus menduduki
Gedung DPR/MPR. Prabowo juga mendukung turunnya Soeharto dari kursi
kepresidenan, karena realitas politik yang tidak menginginkan masyarakat tidak
lagi menginginkan Soeharto.
4. Prabowo
yang teridentifikasikan sebagai ABRI Hijau relatif dekat dengan Habibie yang
sebelumnya menjabat sebagai Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia
(ICMI).
5. Wiranto
yang menginginkan agar proses politik terjadi secara konstitusional dan damai
makin menegaskan bahwa Wiranto tengah membangun bargaining politik terhadap
kekuasaan yang baru, sambil tetap menjaga agar mantan Presiden Soeharto dan
keluarganya dilindungi.
6. Langkah
taktis Wiranto ini telah mempesona Habibie yang membutuhkan dukungan politik
dari ABRI. Kedekatan Prabowo dengan Habibie sebelum Soeharto turun dari kursi
kepresidenannya mendadak mengalami kebekuan.
7. Habibie
kian merapat ke Wiranto yang memiliki legitimasi dan kekuatan dibandingkan
Prabowo. Apalagi diisukan bahwa Prabowo dan pasukannya bersiaga di depan Istana
Negara sebagai usaha untuk mengkudeta kepemimpinan Habibie.
8. Dan
akhirnya, ABRI Merah Putih memenangkan perseteruan tersebut. Sebab sejak
pencopotan Prabowo dari Pangkostrad, secara sistematis kelompok di ABRI yang
diidentifikasikan sebagai ABRI Hijau satu persatu dicopot dari jabatannya dan
menjadi perwira di Mabes ABRI tanpa memiliki jabatan.
9. Naiknya
Habibie ke kursi kekuasaan pasca Soeharto lengser di satu sisi telah memperkuat
konsolidasi ABRI dari kemungkinan perpecahan dan timbulnya faksi-faksi, di sisi
lain hal tersebut telah memecah kalangan yang menuntut Soeharto turun, dari
kursi kepresidenannya.
References
1.
http://www.utwatch.org/corporations/freeportfiles/irian-jaya.html
viewed on Saturday at 20.12 WIB
5. http://sejarah.kompasiana.com/2013/04/30/aneksasi-vs-integrasi-papua-556190.html
viewed on Sunday at 06.35 WIB
7. Davis in his book “Analisis Kesalahan Karya Pateda” (1989:93) viewed
on Sunday at 09.20WIB
8. Lehtonen, Mikko. 2000. Cultural
Analysis of Texts. [chapter 4 and chapter 7] viewed on
Sunday at 10.36 WIB
9. Warman,
Asvi. 2007. Seabad Kontroversi Sejarah. [part 19] viewed on Saturday at 16.28
WIB
10. http://muradi.wordpress.com/2007/09/26/dinamika-internal-tni-dalam-reformasi-sektor-keamanan-dan-pemerintahan-1999-2004/ viewed on Sunday at 17.28 WIB
http://westpapuamedia.info/tag/united-nations/ viewed on Sunday at
17.34 WIB

Subscribe to:
Post Comments (Atom)