Sunday, April 6, 2014
Created By:
Ghoyatul Farikhah
"Perubahan nama IJB menjadi Papua Barat itu bertepatan dengan peringatan realisasi pemekaran Provinsi IJB pada 6 Februari 2005. Pemakaian nama Provinsi Papua Barat secara resmi digunakan pada Rabu, 7 Februari 2007," kata Ketua DPR Provinsi IJB Jimianus Ijie kepada Antara di Jayapura, Selasa (6/2). Menurut dia, penggunaan nama Provinsi Papua Barat itu merupakan keinginan masyarakat di Papua.
Identifikasi
Teks dalam Sejarah Rich Land
Sebuah pengalaman membaca konstan
(ekstensif dan intensive). Ekstensif adalah
membaca yang bersifat menjangkau secara luas.
Dengan membaca ekstensif, Anda tidak semata-mata mengetahui isi teks
saja, tetapi Anda juga akan menyerap pengetahuan yang lebih umum atau
luas. Demikianlah gambaran umum dari
membaca ekstensif. Melakukan diskusi
secara terus menerus dengan mitra terbaik kemudian sebuah pertemuan yang
konstan diluar kelas, selain didalam ruangan kita juga harus terus belajar dan
berdiskusi di luar ruangan atau kelas.
Fokus, Ketekunan, dan Komitmen adalah sebuah keharusan yang harus kita
jalani. Tidak hanya itu, sebuah TEAMWORK
merupakan sebuah keharusan, karena dengan adanya teamwork akan menjadikan mahasiswa
memiliki kemampuan yang merata.
Pertemuan ke Sembilan ini kita
membahas tentang artikel yang berjudul “Don’t use your data as a pillow”. Judul
artikel tersebut beserta isinya kita bahas dalam sebuah kelompok. Dimulai dari judul kita berdiskusi dengan
kelompok masing-masing, setiap pendapat orang itu berbeda-beda. Disini catatan
kecil dari hasil diskusi kelompok saya mengenai judul, yang kita bahas adalah
maksud dari kata ‘data’ dan ‘pillow’.
1. Ghoyatul Farikhah : data
adalah apa yang kita punya, sedangkan pillow adalah bantal. Bantal dianalogikan
sebagai alat untuk kita bermalas-malasan. Maka dari itu, kita jangan
bermalas-malasan, tapi harus bisa mengeksplorasi kemampuan kita.
2.
Hilmi Salam : data
adalah pengetahuan yang didapat yang didukung dengan fakta-fakta, sedangkan
pillow adalah sandaran. Maksudnya adalah data itu hanya dijadikan sebagai
sandaran dan untuk menguatkan argumentnya saja, tidak diperdalam secara detail.
3.
Niyati Wulandari : data adalah
fakta-fakta atau pengetahuan, sedangkan pillow adalah bantal sebagai sandaran.
Maksudnya data itu jangan hanya dipakai kalau kita butuh saja.
4. Liana Nurbakti :
pengetahuan yang kita punya berdasarkan research, sedangkan pillow adalah
bantal sebagai sandaran dan pajangan. Maksudnya adalah jangan sampai data yang
kita punya hanya dijadikan sebagai pajangan atau sandaran belaka, tapi data itu
harus sering kita pakai.
5.
Iis Yulia Riani : data
adalah pengetahuan yang berdasarkan fakta dan research sedangkan pillow adalah
sandaran. Jadi jangan jadikan data itu sebagai sandaran saja.
Conclusion
dari kelima pendapat diatas tentang “Don’t Use
Your Data as a Pillow” adalah data adalah pengetahuan yang
kita punya yang didukung dengan fakta research dan dapat dipertanggung
jawabkan. Data yang kita punya tidak boleh hanya dijadikan sebagai sandaran
disaat kita butuh saja, tetapi harus sering dipakai.
Selanjutnya pendapat tentang
paragraph 1 kalimat kesatu : A small
feast had been prepared for my going away party: salty sago pudding, fish
broth, fried papaya leaves, boiled yams and chicken.
1.
Ghoyatul Farikhah : segala
sesuatu yang dipersiapkan dalam acara adat.
2. Hilmi Salam : papua
tidak terlepas dari tradisi primitive (masih original culture).
3.
Niyati Wulandari : masih
menjunjung tinggi tradisi.
4. Liana Nurbakti : salah
satu acara adat perpisahan di suku papua yang menyediakan makanan khas papua
sebagai makanan wajib pada saat upacara adat.
5. Iis Yulia Riani : salah satu
tradisi di papua dengan mengadakan suatu perayaan.
Conclusion
dari kelima pendapat diatas tentang paragraph 1
sentence ke satu adalah sedang dilaksanakannya pesta perpisahan buat
penulis yang masih lekat dengan tradisi primitive di papua, yaitu dengan adanya
beberapa makanan khas dari papua itu sendiri seperti salty sago pudding, fish
broth, fried papaya leaves, boiled yams and chicken.
Setelah
kita berdiskusi dengan kelompok masing-masing, Mr.Lala meminta satu orang
perwakilan dari setiap kelompok untuk menjelaskan tentang apa yang telah
didiskusikan dalam kelompoknya. Ternyata
setiap kelompok itu mempunyai pendapat dan pandangan tentang judul dan isi teks
tersebut. Sebelum kita memulai diskusi, kita diberi beberapa pertanyaan seputar
papua, diantaranya :
1.
Apa itu papua dan dimana letaknya?
Pulau Papua
atau Guinea Baru (Bahasa Inggris: New Guinea) atau yang dulu disebut dengan
Pulau Irian adalah pulau terbesar kedua (setelah Tanah Hijau) di dunia yang
terletak di sebelah utara Australia. Pulau ini dibagi menjadi dua wilayah yang
bagian baratnya dikuasai oleh Indonesia dan bagian timurnya merupakan negara
Papua Nugini. Di pulau yang bentuknya menyerupai burung rajawali ini terletak
gunung tertinggi di Indonesia, yaitu Puncak Jaya (4.884 m).
2.
Perbedaan apa yang dapat kita lihat antara Papua dan Irian Jaya?
IRIAN artinya Ikut Republik
Indonesia Anti Netherland”. (Buku PEPERA 1969 terbitan tahun 1972, hal.
107-108). Kenapa anti Netherland karena pada waktu itu Belanda menjajah
Indonesia dan menguasai daerah minyak di wilayah Papua yaitu di bagian kepala
burung dan menjadikan penduduk asli pribumi sebagai buruh kasar pada perusahaan
minyak mereka maka orang Papua anti dengan Nederland.
Dan kata Papua memiliki banyak arti
salah satunya dalam Bahasa Tidore. Mengapa demikian karena Papua adalah wilayah
kekuasaan Kerajaan Tidore. Kata Papua terdiri dari dua kata yaitu PAPA dan UA.
Papa artinya Bapak dan ua artinya tidak, jadi Papua artinya tidak memiliki
Bapak, karena ketika itu Sultan Tidore melihat bahwa di tanah Papua ini tidak
memiliki pemimpin atau dengan kata lain orang Papua berdiri sama tinggi dan
duduk sama rendah oleh karena itu sultan Tidore memberi nama pulau ini dengan
nama Papua dan memberikan mereka seorang pemimpin. Dan menurut tokoh masyarakat
kata Papua menurut bahasa Papua sendiri artinya hitam dan keriting itu adalah
ciri khas orang Papua.
Kenapa dulunya Irian sekarang
menjadi Papua. Nama Irian menjadi Papua yaitu pada era Presiden Gusdur. Dan
pada waktu itu Gusdur melakukan perjalanan Dinas ke Papua yaitu di Jayapura dan
Orang Papua sendiri yang meminta ke Presiden Gusdur bahwa mereka ingin nama
Provinsinya diganti dengan nama Papua karena itu melambangkan Identitas mereka
dan sekarang adalah zaman reformasi kita tidak boleh lagi membenci Negara lain,
maka Gusdur menyetujui dan menggantikan nama Irian dengan Papua.
Provinsi Irian Jaya Barat (IJB) telah berubah
nama menjadi Provinsi Papua Barat. Perubahan nama tersebut telah
dideklarikasikan Ketua DPR Provinsi IJB Jimianus Ijie dan Gubernur IJB Abraham
Oktovianus Ataruri di Manokwari, ibu kota Provinsi IJB, Selasa (6/2).
"Perubahan nama IJB menjadi Papua Barat itu bertepatan dengan peringatan realisasi pemekaran Provinsi IJB pada 6 Februari 2005. Pemakaian nama Provinsi Papua Barat secara resmi digunakan pada Rabu, 7 Februari 2007," kata Ketua DPR Provinsi IJB Jimianus Ijie kepada Antara di Jayapura, Selasa (6/2). Menurut dia, penggunaan nama Provinsi Papua Barat itu merupakan keinginan masyarakat di Papua.
Bila dicermati, konsekuensi logis dari
azas uti possidetis (batas wilayah negara bekas jajahan yang
kemudian merdeka, mengikuti batas wilayah sebelum negara tersebut
merdeka) dalam hukum internasional, jelas Yoku, yang telah diakui
dan dipraktekkan oleh berbagai negara, maka Papua merupakan bagian
integral dari wilayah kedaulatan Republik Indonesia sejak
tanggal 17 Agustus 1945.
Di mana pada
masa kolonial Belanda, Papua Barat merupakan bagian dari wilayah Hindia
Belanda di bawah administrasi Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia.
Karena itu sebagaimana pulau-pulau lain di Nusantara, menurut
asaz uti possidetis juris tersebut, seharusnya Papua Barat otomatis
beralih status menjadi bagian wilayah Republik Indonesia sejak saat
Proklamasi 17 Agustus 1945.
Sejarah membuktikan bahwa Papua memang sudah di bawah
NKRI sejak kemerdekaan 17 Agustus maka dengan adanya 1 Mei 1963 merupakan
langkah strategis berdasar Perjanjian New York yang memperkuat kembalinya
Papua ke pangkuan ibu pertiwi. “Hanya orang-orang tertentu saja
yang belum bisa menerima ini semua ini dikarenakan tidak mengetahui
sejarah sesungguhnya dan saran saya bangsa Indonesia harus
banyak memberikan suatu bentuk-bentuk yang bisa diterima semua
warga Papua,” tuturnya.
Untuk itulah, menjelang hari bersejarah
tepatnya, 1 Mei setiap tahun, sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat Papua
dengan munculnya kembali semangat kebangsaan. Sebuah semangat yang
tumbuh dan lama berkembang bahkan sebelum lahirnya Proklamasi 17
Agustus Republik Indonesia.
Ia mengemukakan, terdapat beberapa catatan sebagai
refleksi dinamika yang tumbuh dan berkembang di Tanah Papua, hadirnya para
nasionalis Indonesia di Tanah Papua telah muncul sebelum Proklamasi
seperti contoh, Nikolas Jouwe, Corenus Cray, Silas Papare. Yang masing-masing
telah mendirikan Komisi Indonesia Merdeka (KIM). Sementara Marthen Indey dan
JA Dimara juga tercatat sebagai penggerak perjuangan Indonesia
di Tanah Papua.
Sesungguhnya, perjuangan warga Papua makin bergelora
sejak dikumandangkan Proklamasi 17 Agustus 1945 namun saat itu masih
sangat terbatas karena beberapa tekanan dan larangan yang ketat
dari kolonial Belanda yang masih belum meninggalkan Tanah Papua
sampai pada 1 Mei 1963.
Nilai politik dan nilai sejarah dalam perjalanan 50
tahun kembalinya Papua ke pangkuan Republik Indonesia, memang relatif dinamis
tergantung datri sudut pandang masing-masing. Namun yang tak
terbantahkan adalah memang banyak kemajuan yang dicapai Provinsi
Papua sekarang ini.
Pada bagian pertama sudah diuraikan bahwa salah satu
pemicu munculnya sikap saling curiga antara Papua dan Jakarta yakni adanya
pemahaman yang berbeda tentang SEJARAH INTEGRASI PAPUA ke dalam NKRI. Padahal
sejarah integrasi dimaksud sudah SANGAT JELAS, tertulis, dan terdokumentasikan
secara resmi hingga ke badan dunia (PBB).
Dan bahwa
sikap saling curiga itu memang sengaja diciptakan dan dipelihara oleh
kelompok-kelompok kepentingan tertentu baik dari luar maupun dari dalam negeri
untuk melepaskan Papua dari NKRI.
Pada bagian kedua ini akan diuraikan beberapa prinsip
dasar yang melatari argumen penulis bahwa jauh sebelum Pepera 1969, Papua sudah
menjadi bagian yang sah dari NKRI.
1.
Azas Uti Possedetis Juris
Azas ini diakui dalam hukum internasional dan sudah
dipraktikan secara luas di berbagai negara. Azas ini pada intinya mengatur b PBB yang memasukan West Papua sebagai
‘Non Self-Governing Territories’ atau wilayah tak berpemerintahan sendiri yang
harus dimerdekakan?
Inkonsistensi sikap
Sikap-sikap inkonsisten Belanda inilah yang membuat
Bung Karno geram. Maka tak heran jika Bung Karno kemudian menggalang kekuatan
dari negara-negara Asia-Afrika, dan mengutus Jenderal AH. Nasution ke Moskwa
pada Desember 1960 untuk mengadakan perjanjian jual-beli senjata dengan
pemerintah Uni Soviet senilai 2,5 miliar dollar dengan
persyaratan pembayaran jangka panjang. Setahun kemudian, di alun-alun Utara
Yogyakarta Bung Karno mengumandangkan Operasi Trikora (19 Desember 1961).
Perjuangan Bung Karno ini membuahkan
hasil. 15 Agustus 1962 Indonesia-Belanda menandatangani New York Agreement yang
difasilitasi PBB. Sesuai persetujuan New York itu, Belanda menyerahkan
kekuasaan atas Irian Barat kepada PBB. Untuk maksud itu, dibentuklah Badan
Pemerintahan Sementara PBB (UNTEA).
Pengambil-alihan pemerintahan di
Irian barat oleh UNTEA ini tercatat dalam Resolusi Majelis Umum PBB No. 1752
tanggal 21 September 1962. Maka tanggal 1 Oktober 1962 secara resmi berlangsung
penyerahan kekuasaan dari Pemerintahan Belanda kepada UNTEA dibawah pimpinan
Administrator Jose Rolz Bennet yang tidak lama kemudian diganti oleh Dr. Djalal Abdoh. Tanggal 31 Desember 1962 bendera
Belanda diturunkan dari wilayah Papua Barat dan sebagai gantinya dikibarkanlah bendera
Indonesia berdampingan dengan bendera PBB (UNTEA). 31 Desember
1962 bendera Belanda diturunkan, digantikan oleh Bendera Merah Putih
mendampingi bendera PBB (UNTEA).
Februari 1963 Sekretaris Jenderal
PBB ke Jakarta dan Jayapura untuk memperjelas bahwa PBB akan menjamin
kelancaran proses alih kekuasaan dari UNTEA kepada Pemerintah Indonesia. Sekjen PBB
kemudian mengirimkan utusan untuk menerima pemerintahan di Irian Barat. Secara
berangsur-angsur pegawai bangsa Belanda meniggalkan Irian Barat, dimana hingga
Maret 1963 praktis hampir semua jabatan dalam pemerintahan UNTEA telah berada
ditangan bangsa Indonesia, kecuali jabatan-jabatan tertentu dan vital yang
terus dipegang oleh petugas PBB bangsa lain hingga pada akhir masa tugas UNTEA
di Irian Barat, 1 Mei 1963.
Tiga hari kemudian, tepatnya 4 Mei 1963, Bung Karno tiba di Papua. Dan di Kota Baru yang
sebelumnya bernama Hollandia, ibukota Nederland Nieuw Guinea (sekarang
Jayapura) suara Bung Karno membahana ke seluruh Tanah Papua :
“…Dan apa
yang dinamakan tanah air Indonesia? Yang
dinamakna tanah air Indonesia ialah segenap wilayah yang dulu dijajah oleh
pihak Belanda, yang dulu dinamakan Hindia Belanda, yang dulu dinamakan
Nederlands Indië. Itulah wilayah Republik Indonesia. Dengarkan benar
kataku, itulah wilayah Republik Indonesia. Itu berarti bahwa sejak 17 Agustus 1945 Irian Barat telah masuk di dalam
wilayah Republik Indonesia. Apa yang belum terjadi? Karena penjajah
Belanda di Irian Barat sesudah proklamasi itu masih berjalan terus, maka Irian Barat belum kembali termasuk di dalam
wilayah kekuasaan Republik Indonesia. Sehingga kita punya perjuangan
yang lalu ialah Saudara-Saudara perhatikan benar-benar, bukan memasukan Irian Barat ke dalam wilayah kekuasaan Republik
Indonesia. Kesalahan ini masih kadang-kadang dibuat. Orang masih
berkata, berjuang memasukan Irian Barat kembali ke dalam wilayah kekuasaan
Republik Indonesia. Tidak! Irian Barat sejak 17 Agustus 1945 sudah masuk
dalam wilayah Republik Indonesia. Orang kadang-kadang berkata,
memasukan Irian Barat ke dalam wilayah Ibu Pertiwi. Salah! Tidak! Irian Barat
sejak daripada dulu sudah masuk ke dalam wilayah kekuasaan Republik Indonesia…”
2.
Apa itu trikora?
Operasi TRIKORA di cetuskan oleh Ir. Soekarno pada
tanggal 19 Desember 1961 bertempat di alun-alun Utara yogyakarta. Trikora
merupakan sebuah operasi yang bertujuan untuk mengembalikan wilayah Papua
bagian barat ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Trikora muncul karna
adanya kekecewaan dari pihak indonesia yang selalu gagal dalam perundingan
dengan Belanda untuk mengembalikan irian barat yang secara sepihak diklaim
sebagai salah satu provinsi kerajaan Belanda.
Umur sejarah “Bangsa Papua” baru 19 hari setelah di proklamirkan di Manokwari pada tahun
1961, dan di Alun-alun Utara di jogja pada Tanggal 14 Desember 1961 bersamaan dengan ditetapkan suatu komando
tertinggi (KOTI) Pembebasan Irian Jaya barat, president RI (Sukarno) Berpidato,
mengeluarkan Maklumat/Mendeklarasikan Tiga Komando Rakyat (TRIKORA) yang berisi :
·
Gagalkan Negara Boneka buatan
Belanda
·
Bersiaplah untuk Memobilisasi
Umum
·
Kibarkan Bendera Merah Putih di
seluruh pelosok Tanah Papua.
Sebelum di cetuskanya TRIKORA presiden Soekarno pada tahun
1960 memerintahkan jend. A.H. Nasution untuk mencari peralatan militer ke luar
negeri, negara yang pertama dikunjungi adalah Amerika, namun menolaknya, lalu
A.H. Nasution meminta bantuan pada uni sovyet dan berhasil mengadakan
perjanjian jual beli senjata dan peralatan tempur.
Setelah dicetuskanya operasi TRIKORA, Ir.sukarno
membentuk komando MANDALA yang dikomandani oleh Mayjen. Suharto. Tugas dari
komando MANDALA adalah : merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan
operasi militer untuk menggabungkan Papua bagian barat dengan Indonesia. Untuk
melakukan tugas tsb mayjen. Suharto menerapkan strategi Infiltrasi
(penyusupan), Eksploitasi, dan Konsolidasi.
Gelar operasi infiltrasi dilakukan secara bertahap
melalui jalur udara dengan menggunakan pesawat-pesawat angkut berat AURI (TNI
AU), sedangkan melalui jalur laut, ALRI (TNI AL) mengerahkan 3 kapal perang
serta 2 Kapal selam. Pada tgl 15 januari 1962 terjadi insiden pertempuran
dimana 3 kapal perang ALRI kepergok oleh kapal fregat belanda mengakibatkan
tenggelamnya KRI Macan Tutul serta menewaskan Komodor Yos Sudarso, peristiwa
ini dikenal dengan Pertempuran Laut Aru.
Setelah menggelar tahap Infiltrasi yang berlangsung
hingga thn 1962, ALRI kemudian mempersiapkan Operasi Jayawijaya yang merupakan
operasi amfibi terbesar dalam sejarah operasi militer Indonesia. Lebih dari 100
kapal perang dan 16.000 prajurit disiapkan dalam operasi pendaratan tersebut.
Operasi ini sebagai pendukung dalam tahap Eksploitasi yang bertujuan untuk
menyerang kekuatan belanda secara terbuka, dalam tahap ini ALRI juga
mengerahkan 12 kapal selam serta kapal penjelajah KRI IRIAN, sedangkan
AURI menerbangkan pesawat pembom TU-16 dilengkapi rudal AS 1-kennel yang siap
menenggelamkan kapal induk Hr. Ms. Karel Doorman milik belanda.
Melihat kekuatan militer indonesia yang sudah pada
posisi mengepung pulau papua, Amerika selaku sekutu belanda mengusulkan untuk
diadakanya perundingan dan mendesak belanda untuk segera menyerahkan papua
barat pada indonesia, pada tgl 15 agustus 1962 diadakan perundingan di markas
PBB di New York dan dikenal dengan PERJANJIAN
NEW YORK yang isi pokoknya adalah "Penyerahan wilayah Papua Barat
pada PBB (UNTEA) untuk selanjutnya diserahkan kepada pemerintah Indonesia yang
sebelumnya harus diadakan proses Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) yang
diselenggarakan sebelum thn 1969". Untuk menghormati isi Perjanjian
tersebut Presiden Soekarno pada tanggal 18 agustus 1962 memerintahkan untuk
menarik mundur semua pasukan dari papua.
PEPERA
diselenggarakan thn 1969, isi PEPERA berupa 2 pilihan yaitu :
- Tetap bergabung dengan Indonesia
- Memisahkan diri dari Indonesia
Dan hasilnya
adalah Papua Barat tetap bergabung dengan Indonesia. Dengan demikian Papua
Barat menjadi Provinsi ke-26 RI dan berganti nama menjadi IRIAN JAYA.
Organisasi Papua Merdeka (disingkat OPM) adalah sebuah organisasi yang
didirikan tahun 1965 dengan tujuan membantu dan melaksanakan penggulingan[1]
pemerintahan yang saat ini berdiri di provinsi Papua dan Papua Barat di Indonesia, sebelumnya
bernama Irian Jaya, memisahkan diri dari
Indonesia, dan menolak pembangunan ekonomi dan modernitas. Organisasi ini
mendapatkan dana dari pemerintah Libya pimpinan Muammar Gaddafi dan
pelatihan dari grup gerilya New People's Army beraliran Maois yang
ditetapkan sebagai organisasi teroris asing oleh Departemen Keamanan Nasional
Amerika Serikat. Organisasi ini dianggap tidak sah di Indonesia. Perjuangan
meraih kemerdekaan di tingkat provinsi dapat dituduh sebagai tindakan
pengkhianatan terhadap negara. Sejak berdiri, OPM berusaha mengadakan dialog
diplomatik, mengibarkan bendera Bintang Kejora, dan melancarkan aksi militan
sebagai bagian dari konflik Papua. Para
pendukungnya sering membawa-bawa bendera Bintang Kejora dan simbol persatuan Papua lainnya,
seperti lagu kebangsaan "Hai Tanahku Papua" dan lambang nasional.
Lambang nasional tersebut diadopsi sejak tahun 1961 sampai pemerintahan
Indonesia diaktifkan bulan Mei 1963 sesuai Perjanjian New York.
Itulah
uraian atau penjelasan tentang sejarah papua barat. Kembali kepada judul teks yaitu “ Don’t use
your data as a pillow”. Yang dimaksud
dengan data adalah Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi
penerimanya dan masih memerlukan adanya suatu pengolahan. gunakan sebagai bahan
untuk melihat lingkungan, obyek, kejadian ataupun suatu konsep. Sedangkan informasi adalah Informasi Data
bisa berujuk suatu keadaan, gambar, suara, huruf, angka, matematika, bahasa
ataupun simbol-simbol lainnya yang bisa kita merupakan hasil pengolahan dari
sebuah model, formasi, organisasi, ataupun suatu perubahan bentuk dari data
yang memiliki nilai tertentu, dan bisa digunakan untuk menambah pengetahuan
bagi yang menerimanya. Dalam hal ini, data bisa dianggap sebagai obyek dan
informasi adalah suatu subyek yang bermanfaat bagi penerimanya. Informasi juga
bisa disebut sebagai hasil pengolahan ataupun pemrosesan data.
Speech, writing, facial expressions,
body language and ways to dress can all, in a broad sense, be considered ‘a
medium’ of communication. Today’s established media are television, movies,
videos, radio, recordings, magazines, books, telephones, telefaxes, the
internet, e-mail, billboards and hoardings (Lehtonen, 2000: 49). Menurut
Lehtonen, media untuk berkomunikasi atau untuk mendapatkan informasi itu banyak
sekali, diantaranya pembicaraan, tulisan, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan cara
berpakaian. Apalagi zaman sekarang banyak media seperti televise, film, video,
radio, rekaman, majalah, buku, telephone, fax, internet, email dan lain
sebagainya. Dari semua media tersebut, dengan mudah kita bisa mendapatkan
informasi atau data yang kita inginkan. Data atau informasi yang kita dapat itu
digunakan ketika kita sedang melakukan research.
Menurut Ken Hyland (2006: 78), to
collect data on these various needs the teacher is likely to draw on a range of
different sources and methods. Jordan (1997), for instance, lists fourteen
different procedures for collecting needs data, including student
self-assessment, class progress tests and previous research, while Brown (1995)
lists twenty-four, grouping them into six main categories: existing
information, tests, observations, interviews, meetings and questionnaires.
Oddly, neither mentions collecting and analyzing authentic texts, now regarded
as a key source of information about target situations. Perhaps the most widely
used approaches are:
■ Questionnaires.
■ Analyses of authentic spoken and
written texts.
■ Structured interviews.
■ Observations.
■ Informal consultations with
faculty, learners, other EAP teachers, etc.
■ Assessment results.
Tragedi
kemanusiaan yang terjadi di Papua pada intinya bersumber dari satu hal,
ketidakpuasaan rakyat papua terhadap pemerintah pusat. Mereka menuntut haknya
untuk kembali menjadi negara mandiri yang merdeka seperti apa yang mereka
perjuangkan pada Belanda sebelum wilayahnya menjadi bagian dari NKRI saat ini.
Gerakan sparatis pun akhirnya mereka gunakan sebagai langkah awal agar
tercapainya tujuan mereka. Dan apa yang dikatakan sebagai pelanggaran HAM juga
adalah salah satu cara pemerintah pusat untuk menggagalkan aksi sparatis demi
kelangsungan NKRI sendiri. Pemerintah pusat sebenarnya telah memberikan otonomi
khusus untuk Papua, namun sayangnya bagi mereka otonomi itu tak berpengaruh
apa-apa. Sehingga satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah ini adalah
dengan melakukan perundingan antar kedua belah pihak secara sistematis dan
berkelanjutan berdasarkan data-data yang dimiliki karena bila tidak isu ini
bisa bertambah besar dan lagi-lagi bisa menggerus kesatuan NKRI.
References
Lehtonen, Mikko.
2000. The Cultural Analysis of Texts.
London: SAGE Publications
Hyland, Ken.
2006. English for Academic Purpose.
London: Routledge
Tentang Papua
Barat, diakses pada tanggal 5 April 2014, diunduh dari:
Sejarah masuknya Irian Barat (Papua) ke dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), diakses pada tanggal 5 April 2014, diunduh dari :
Operasi Trikora,
diakses pada tanggal 5 April 2014, diunduh dari:


Subscribe to:
Post Comments (Atom)