Sunday, April 6, 2014

Identifikasi Teks dalam Sejarah Rich Land


Identifikasi Teks dalam Sejarah Rich Land

Sebuah pengalaman membaca konstan (ekstensif dan intensive).  Ekstensif adalah membaca yang bersifat menjangkau secara luas.  Dengan membaca ekstensif, Anda tidak semata-mata mengetahui isi teks saja, tetapi Anda juga akan menyerap pengetahuan yang lebih umum atau luas.  Demikianlah gambaran umum dari membaca ekstensif.  Melakukan diskusi secara terus menerus dengan mitra terbaik kemudian sebuah pertemuan yang konstan diluar kelas, selain didalam ruangan kita juga harus terus belajar dan berdiskusi di luar ruangan atau kelas.  Fokus, Ketekunan, dan Komitmen adalah sebuah keharusan yang harus kita jalani.  Tidak hanya itu, sebuah TEAMWORK merupakan sebuah keharusan, karena dengan adanya teamwork akan menjadikan mahasiswa memiliki kemampuan yang merata.

Pertemuan ke Sembilan ini kita membahas tentang artikel yang berjudul “Don’t use your data as a pillow”. Judul artikel tersebut beserta isinya kita bahas dalam sebuah kelompok.  Dimulai dari judul kita berdiskusi dengan kelompok masing-masing, setiap pendapat orang itu berbeda-beda. Disini catatan kecil dari hasil diskusi kelompok saya mengenai judul, yang kita bahas adalah maksud dari kata ‘data’ dan ‘pillow’.

1.      Ghoyatul Farikhah : data adalah apa yang kita punya, sedangkan pillow adalah bantal. Bantal dianalogikan sebagai alat untuk kita bermalas-malasan. Maka dari itu, kita jangan bermalas-malasan, tapi harus bisa mengeksplorasi kemampuan kita.
2.      Hilmi Salam : data adalah pengetahuan yang didapat yang didukung dengan fakta-fakta, sedangkan pillow adalah sandaran. Maksudnya adalah data itu hanya dijadikan sebagai sandaran dan untuk menguatkan argumentnya saja, tidak diperdalam secara detail.
3.      Niyati Wulandari : data adalah fakta-fakta atau pengetahuan, sedangkan pillow adalah bantal sebagai sandaran. Maksudnya data itu jangan hanya dipakai kalau kita butuh saja.
4.      Liana Nurbakti : pengetahuan yang kita punya berdasarkan research, sedangkan pillow adalah bantal sebagai sandaran dan pajangan. Maksudnya adalah jangan sampai data yang kita punya hanya dijadikan sebagai pajangan atau sandaran belaka, tapi data itu harus sering kita pakai.
5.      Iis Yulia Riani : data adalah pengetahuan yang berdasarkan fakta dan research sedangkan pillow adalah sandaran. Jadi jangan jadikan data itu sebagai sandaran saja.
Conclusion dari kelima pendapat diatas tentang “Don’t Use Your Data as a Pillow” adalah data adalah pengetahuan yang kita punya yang didukung dengan fakta research dan dapat dipertanggung jawabkan. Data yang kita punya tidak boleh hanya dijadikan sebagai sandaran disaat kita butuh saja, tetapi harus sering dipakai.
Selanjutnya pendapat tentang paragraph 1 kalimat kesatu : A small feast had been prepared for my going away party: salty sago pudding, fish broth, fried papaya leaves, boiled yams and chicken.
1.      Ghoyatul Farikhah : segala sesuatu yang dipersiapkan dalam acara adat.
2.      Hilmi Salam : papua tidak terlepas dari tradisi primitive (masih original culture).
3.      Niyati Wulandari : masih menjunjung tinggi tradisi.
4.      Liana Nurbakti : salah satu acara adat perpisahan di suku papua yang menyediakan makanan khas papua sebagai makanan wajib pada saat upacara adat.
5.      Iis Yulia Riani : salah satu tradisi di papua dengan mengadakan suatu perayaan.

Conclusion dari kelima pendapat diatas tentang paragraph 1 sentence ke satu adalah sedang dilaksanakannya pesta perpisahan buat penulis yang masih lekat dengan tradisi primitive di papua, yaitu dengan adanya beberapa makanan khas dari papua itu sendiri seperti salty sago pudding, fish broth, fried papaya leaves, boiled yams and chicken.

            Setelah kita berdiskusi dengan kelompok masing-masing, Mr.Lala meminta satu orang perwakilan dari setiap kelompok untuk menjelaskan tentang apa yang telah didiskusikan dalam kelompoknya.  Ternyata setiap kelompok itu mempunyai pendapat dan pandangan tentang judul dan isi teks tersebut. Sebelum kita memulai diskusi, kita diberi beberapa pertanyaan seputar papua, diantaranya :
1.      Apa itu papua dan dimana letaknya?
Pulau Papua atau Guinea Baru (Bahasa Inggris: New Guinea) atau yang dulu disebut dengan Pulau Irian adalah pulau terbesar kedua (setelah Tanah Hijau) di dunia yang terletak di sebelah utara Australia. Pulau ini dibagi menjadi dua wilayah yang bagian baratnya dikuasai oleh Indonesia dan bagian timurnya merupakan negara Papua Nugini. Di pulau yang bentuknya menyerupai burung rajawali ini terletak gunung tertinggi di Indonesia, yaitu Puncak Jaya (4.884 m).
2.      Perbedaan apa yang dapat kita lihat antara Papua dan Irian Jaya?
IRIAN artinya Ikut Republik Indonesia Anti Netherland”. (Buku PEPERA 1969 terbitan tahun 1972, hal. 107-108). Kenapa anti Netherland karena pada waktu itu Belanda menjajah Indonesia dan menguasai daerah minyak di wilayah Papua yaitu di bagian kepala burung dan menjadikan penduduk asli pribumi sebagai buruh kasar pada perusahaan minyak mereka maka orang Papua anti dengan Nederland.
Dan kata Papua memiliki banyak arti salah satunya dalam Bahasa Tidore. Mengapa demikian karena Papua adalah wilayah kekuasaan Kerajaan Tidore. Kata Papua terdiri dari dua kata yaitu PAPA dan UA. Papa artinya Bapak dan ua artinya tidak, jadi Papua artinya tidak memiliki Bapak, karena ketika itu Sultan Tidore melihat bahwa di tanah Papua ini tidak memiliki pemimpin atau dengan kata lain orang Papua berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah oleh karena itu sultan Tidore memberi nama pulau ini dengan nama Papua dan memberikan mereka seorang pemimpin. Dan menurut tokoh masyarakat kata Papua menurut bahasa Papua sendiri artinya hitam dan keriting itu adalah ciri khas orang Papua.
Kenapa dulunya Irian sekarang menjadi Papua. Nama Irian menjadi Papua yaitu pada era Presiden Gusdur. Dan pada waktu itu Gusdur melakukan perjalanan Dinas ke Papua yaitu di Jayapura dan Orang Papua sendiri yang meminta ke Presiden Gusdur bahwa mereka ingin nama Provinsinya diganti dengan nama Papua karena itu melambangkan Identitas mereka dan sekarang adalah zaman reformasi kita tidak boleh lagi membenci Negara lain, maka Gusdur menyetujui dan menggantikan nama Irian dengan Papua.
 Provinsi Irian Jaya Barat (IJB) telah berubah nama menjadi Provinsi Papua Barat. Perubahan nama tersebut telah dideklarikasikan Ketua DPR Provinsi IJB Jimianus Ijie dan Gubernur IJB Abraham Oktovianus Ataruri di Manokwari, ibu kota Provinsi IJB, Selasa (6/2).

           "Perubahan nama IJB menjadi Papua Barat itu bertepatan dengan peringatan realisasi pemekaran Provinsi IJB pada 6 Februari 2005. Pemakaian nama Provinsi Papua Barat secara resmi digunakan pada Rabu, 7 Februari 2007," kata Ketua DPR Provinsi IJB Jimianus Ijie kepada Antara di Jayapura, Selasa (6/2). Menurut dia, penggunaan nama Provinsi Papua Barat itu merupakan keinginan masyarakat di Papua.

Bila  dicermati, konsekuensi  logis dari azas uti possidetis (batas wilayah negara bekas  jajahan  yang kemudian merdeka, mengikuti  batas wilayah   sebelum negara tersebut merdeka) dalam  hukum  internasional, jelas Yoku, yang telah diakui  dan dipraktekkan oleh berbagai negara, maka Papua merupakan bagian  integral  dari wilayah kedaulatan Republik Indonesia  sejak  tanggal 17 Agustus 1945.
Di mana  pada masa kolonial Belanda, Papua Barat merupakan  bagian dari wilayah Hindia Belanda di bawah administrasi Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia.  Karena itu sebagaimana pulau-pulau  lain di  Nusantara, menurut  asaz uti possidetis juris  tersebut, seharusnya Papua Barat otomatis beralih status menjadi  bagian wilayah Republik Indonesia sejak saat Proklamasi 17 Agustus 1945.
Sejarah membuktikan bahwa Papua memang sudah di bawah NKRI sejak kemerdekaan 17 Agustus maka dengan adanya 1 Mei 1963 merupakan langkah strategis berdasar  Perjanjian New York yang memperkuat kembalinya Papua ke pangkuan ibu pertiwi. “Hanya  orang-orang tertentu  saja yang belum  bisa menerima ini semua ini dikarenakan  tidak mengetahui sejarah  sesungguhnya dan saran saya  bangsa Indonesia  harus banyak memberikan suatu  bentuk-bentuk  yang bisa diterima semua  warga Papua,” tuturnya.
Untuk itulah, menjelang hari  bersejarah tepatnya, 1 Mei setiap tahun, sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat Papua dengan munculnya kembali semangat kebangsaan. Sebuah semangat   yang  tumbuh dan lama berkembang bahkan sebelum lahirnya  Proklamasi 17 Agustus Republik Indonesia.
Ia mengemukakan, terdapat beberapa catatan sebagai refleksi dinamika yang tumbuh dan berkembang di Tanah Papua, hadirnya para  nasionalis Indonesia di  Tanah Papua telah muncul sebelum Proklamasi seperti contoh, Nikolas Jouwe, Corenus Cray, Silas Papare. Yang masing-masing telah mendirikan Komisi Indonesia Merdeka  (KIM). Sementara Marthen Indey  dan JA Dimara juga  tercatat  sebagai penggerak perjuangan Indonesia  di Tanah Papua.
Sesungguhnya, perjuangan warga Papua makin bergelora sejak dikumandangkan Proklamasi 17 Agustus 1945 namun saat  itu masih sangat terbatas karena beberapa  tekanan dan larangan yang  ketat  dari kolonial Belanda  yang masih belum meninggalkan Tanah Papua sampai pada 1 Mei 1963.
Nilai politik dan nilai sejarah dalam perjalanan 50 tahun kembalinya Papua ke pangkuan Republik Indonesia, memang relatif dinamis tergantung datri sudut  pandang masing-masing. Namun  yang tak  terbantahkan adalah memang banyak kemajuan  yang dicapai Provinsi Papua sekarang ini.
Pada bagian pertama sudah diuraikan bahwa salah satu pemicu munculnya sikap saling curiga antara Papua dan Jakarta yakni adanya pemahaman yang berbeda tentang SEJARAH INTEGRASI PAPUA ke dalam NKRI. Padahal sejarah integrasi dimaksud sudah SANGAT JELAS, tertulis, dan terdokumentasikan secara resmi hingga ke badan dunia (PBB).
Dan bahwa sikap saling curiga itu memang sengaja diciptakan dan dipelihara oleh kelompok-kelompok kepentingan tertentu baik dari luar maupun dari dalam negeri untuk melepaskan Papua dari NKRI.
Pada bagian kedua ini akan diuraikan beberapa prinsip dasar yang melatari argumen penulis bahwa jauh sebelum Pepera 1969, Papua sudah menjadi bagian yang sah dari NKRI.
1.      Azas Uti Possedetis Juris
Azas ini diakui dalam hukum internasional dan sudah dipraktikan secara luas di berbagai negara. Azas ini pada intinya mengatur b PBB yang memasukan West Papua sebagai ‘Non Self-Governing Territories’ atau wilayah tak berpemerintahan sendiri yang harus dimerdekakan?
Inkonsistensi sikap
Sikap-sikap inkonsisten Belanda inilah yang membuat Bung Karno geram. Maka tak heran jika Bung Karno kemudian menggalang kekuatan dari negara-negara Asia-Afrika, dan mengutus Jenderal AH. Nasution ke Moskwa pada Desember 1960 untuk mengadakan perjanjian jual-beli senjata dengan pemerintah Uni Soviet senilai 2,5 miliar dollar dengan persyaratan pembayaran jangka panjang. Setahun kemudian, di alun-alun Utara Yogyakarta Bung Karno mengumandangkan Operasi Trikora (19 Desember 1961).
Perjuangan Bung Karno ini membuahkan hasil. 15 Agustus 1962 Indonesia-Belanda menandatangani New York Agreement yang difasilitasi PBB. Sesuai persetujuan New York itu, Belanda menyerahkan kekuasaan atas Irian Barat kepada PBB. Untuk maksud itu, dibentuklah Badan Pemerintahan Sementara PBB (UNTEA).
Pengambil-alihan pemerintahan di Irian barat oleh UNTEA ini tercatat dalam Resolusi Majelis Umum PBB No. 1752 tanggal 21 September 1962. Maka tanggal 1 Oktober 1962 secara resmi berlangsung penyerahan kekuasaan dari Pemerintahan Belanda kepada UNTEA dibawah pimpinan Administrator Jose Rolz Bennet yang tidak lama kemudian diganti oleh Dr. Djalal Abdoh. Tanggal 31 Desember 1962 bendera Belanda diturunkan dari wilayah Papua Barat dan sebagai gantinya dikibarkanlah bendera Indonesia berdampingan dengan bendera PBB (UNTEA). 31 Desember 1962 bendera Belanda diturunkan, digantikan oleh Bendera Merah Putih mendampingi bendera PBB (UNTEA).

Februari 1963 Sekretaris Jenderal PBB  ke Jakarta dan Jayapura untuk memperjelas bahwa PBB akan menjamin kelancaran proses alih kekuasaan dari UNTEA kepada Pemerintah Indonesia. Sekjen PBB kemudian mengirimkan utusan untuk menerima pemerintahan di Irian Barat. Secara berangsur-angsur pegawai bangsa Belanda meniggalkan Irian Barat, dimana hingga Maret 1963 praktis hampir semua jabatan dalam pemerintahan UNTEA telah berada ditangan bangsa Indonesia, kecuali jabatan-jabatan tertentu dan vital yang terus dipegang oleh petugas PBB bangsa lain hingga pada akhir masa tugas UNTEA di Irian Barat, 1 Mei 1963.
Tiga hari kemudian, tepatnya 4 Mei 1963, Bung Karno tiba di Papua. Dan di Kota Baru yang sebelumnya bernama Hollandia, ibukota Nederland Nieuw Guinea (sekarang Jayapura) suara Bung Karno membahana ke seluruh Tanah Papua :
“…Dan apa yang dinamakan tanah air Indonesia? Yang dinamakna tanah air Indonesia ialah segenap wilayah yang dulu dijajah oleh pihak Belanda, yang dulu dinamakan Hindia Belanda, yang dulu dinamakan Nederlands Indië. Itulah wilayah Republik Indonesia. Dengarkan benar kataku, itulah wilayah Republik Indonesia. Itu berarti bahwa sejak 17 Agustus 1945 Irian Barat telah masuk di dalam wilayah Republik Indonesia. Apa yang belum terjadi? Karena penjajah Belanda di Irian Barat sesudah proklamasi itu masih berjalan terus, maka Irian Barat belum kembali termasuk di dalam wilayah kekuasaan Republik Indonesia. Sehingga kita punya perjuangan yang lalu ialah Saudara-Saudara perhatikan benar-benar, bukan memasukan Irian Barat ke dalam wilayah kekuasaan Republik Indonesia. Kesalahan ini masih kadang-kadang dibuat. Orang masih berkata, berjuang memasukan Irian Barat kembali ke dalam wilayah kekuasaan Republik Indonesia. Tidak! Irian Barat sejak 17 Agustus 1945 sudah masuk dalam wilayah Republik Indonesia. Orang kadang-kadang berkata, memasukan Irian Barat ke dalam wilayah Ibu Pertiwi. Salah! Tidak! Irian Barat sejak daripada dulu sudah masuk ke dalam wilayah kekuasaan Republik Indonesia…”
2.      Apa itu trikora?
Operasi TRIKORA di cetuskan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 19 Desember 1961 bertempat di alun-alun Utara yogyakarta. Trikora merupakan sebuah operasi yang bertujuan untuk mengembalikan wilayah Papua bagian barat ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Trikora muncul karna adanya kekecewaan dari pihak indonesia yang selalu gagal dalam perundingan dengan Belanda untuk mengembalikan irian barat yang secara sepihak diklaim sebagai salah satu provinsi kerajaan Belanda.
Umur sejarah “Bangsa Papua” baru 19 hari setelah di proklamirkan di Manokwari pada tahun 1961, dan di Alun-alun Utara di jogja pada Tanggal 14 Desember 1961 bersamaan dengan ditetapkan suatu komando tertinggi (KOTI) Pembebasan Irian Jaya barat, president RI (Sukarno) Berpidato, mengeluarkan Maklumat/Mendeklarasikan  Tiga Komando Rakyat (TRIKORA) yang berisi :
·         Gagalkan Negara Boneka buatan Belanda
·         Bersiaplah untuk Memobilisasi Umum
·         Kibarkan Bendera Merah Putih di seluruh pelosok Tanah Papua.

Sebelum di cetuskanya TRIKORA presiden Soekarno pada tahun 1960 memerintahkan jend. A.H. Nasution untuk mencari peralatan militer ke luar negeri, negara yang pertama dikunjungi adalah Amerika, namun menolaknya, lalu A.H. Nasution meminta bantuan pada uni sovyet dan berhasil mengadakan perjanjian jual beli senjata dan peralatan tempur.
Setelah dicetuskanya operasi TRIKORA, Ir.sukarno membentuk komando MANDALA yang dikomandani oleh Mayjen. Suharto. Tugas dari komando MANDALA adalah : merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan Papua bagian barat dengan Indonesia. Untuk melakukan tugas tsb mayjen. Suharto menerapkan strategi Infiltrasi (penyusupan), Eksploitasi, dan Konsolidasi.
Gelar operasi infiltrasi dilakukan secara bertahap melalui jalur udara dengan menggunakan pesawat-pesawat angkut berat AURI (TNI AU), sedangkan melalui jalur laut, ALRI (TNI AL) mengerahkan 3 kapal perang serta 2 Kapal selam. Pada tgl 15 januari 1962 terjadi insiden pertempuran dimana 3 kapal perang ALRI kepergok oleh kapal fregat belanda mengakibatkan tenggelamnya KRI Macan Tutul serta menewaskan Komodor Yos Sudarso, peristiwa ini dikenal dengan Pertempuran Laut Aru.
Setelah menggelar tahap Infiltrasi yang berlangsung hingga thn 1962, ALRI kemudian mempersiapkan Operasi Jayawijaya yang merupakan operasi amfibi terbesar dalam sejarah operasi militer Indonesia. Lebih dari 100 kapal perang dan 16.000 prajurit disiapkan dalam operasi pendaratan tersebut. Operasi ini sebagai pendukung dalam tahap Eksploitasi yang bertujuan untuk menyerang kekuatan belanda secara terbuka, dalam tahap ini ALRI juga mengerahkan 12 kapal selam serta kapal penjelajah KRI IRIAN, sedangkan AURI menerbangkan pesawat pembom TU-16 dilengkapi rudal AS 1-kennel yang siap menenggelamkan kapal induk Hr. Ms. Karel Doorman milik belanda.
Melihat kekuatan militer indonesia yang sudah pada posisi mengepung pulau papua, Amerika selaku sekutu belanda mengusulkan untuk diadakanya perundingan dan mendesak belanda untuk segera menyerahkan papua barat pada indonesia, pada tgl 15 agustus 1962 diadakan perundingan di markas PBB di New York dan dikenal dengan PERJANJIAN NEW YORK yang isi pokoknya adalah "Penyerahan wilayah Papua Barat pada PBB (UNTEA) untuk selanjutnya diserahkan kepada pemerintah Indonesia yang sebelumnya harus diadakan proses Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) yang diselenggarakan sebelum thn 1969". Untuk menghormati isi Perjanjian tersebut Presiden Soekarno pada tanggal 18 agustus 1962 memerintahkan untuk menarik mundur semua pasukan dari papua.
PEPERA diselenggarakan thn 1969, isi PEPERA berupa 2 pilihan yaitu :
  • Tetap bergabung dengan Indonesia
  • Memisahkan diri dari Indonesia
Dan hasilnya adalah Papua Barat tetap bergabung dengan Indonesia. Dengan demikian Papua Barat menjadi Provinsi ke-26 RI dan berganti nama menjadi IRIAN JAYA.
Organisasi Papua Merdeka (disingkat OPM) adalah sebuah organisasi yang didirikan tahun 1965 dengan tujuan membantu dan melaksanakan penggulingan[1] pemerintahan yang saat ini berdiri di provinsi Papua dan Papua Barat di Indonesia, sebelumnya bernama Irian Jaya, memisahkan diri dari Indonesia, dan menolak pembangunan ekonomi dan modernitas. Organisasi ini mendapatkan dana dari pemerintah Libya pimpinan Muammar Gaddafi dan pelatihan dari grup gerilya New People's Army beraliran Maois yang ditetapkan sebagai organisasi teroris asing oleh Departemen Keamanan Nasional Amerika Serikat. Organisasi ini dianggap tidak sah di Indonesia. Perjuangan meraih kemerdekaan di tingkat provinsi dapat dituduh sebagai tindakan pengkhianatan terhadap negara. Sejak berdiri, OPM berusaha mengadakan dialog diplomatik, mengibarkan bendera Bintang Kejora, dan melancarkan aksi militan sebagai bagian dari konflik Papua. Para pendukungnya sering membawa-bawa bendera Bintang Kejora dan simbol persatuan Papua lainnya, seperti lagu kebangsaan "Hai Tanahku Papua" dan lambang nasional. Lambang nasional tersebut diadopsi sejak tahun 1961 sampai pemerintahan Indonesia diaktifkan bulan Mei 1963 sesuai Perjanjian New York.
Itulah uraian atau penjelasan tentang sejarah papua barat.  Kembali kepada judul teks yaitu “ Don’t use your data as a pillow”.  Yang dimaksud dengan data adalah Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan masih memerlukan adanya suatu pengolahan. gunakan sebagai bahan untuk melihat lingkungan, obyek, kejadian ataupun suatu konsep.  Sedangkan informasi adalah Informasi Data bisa berujuk suatu keadaan, gambar, suara, huruf, angka, matematika, bahasa ataupun simbol-simbol lainnya yang bisa kita merupakan hasil pengolahan dari sebuah model, formasi, organisasi, ataupun suatu perubahan bentuk dari data yang memiliki nilai tertentu, dan bisa digunakan untuk menambah pengetahuan bagi yang menerimanya. Dalam hal ini, data bisa dianggap sebagai obyek dan informasi adalah suatu subyek yang bermanfaat bagi penerimanya. Informasi juga bisa disebut sebagai hasil pengolahan ataupun pemrosesan data.
Speech, writing, facial expressions, body language and ways to dress can all, in a broad sense, be considered ‘a medium’ of communication. Today’s established media are television, movies, videos, radio, recordings, magazines, books, telephones, telefaxes, the internet, e-mail, billboards and hoardings (Lehtonen, 2000: 49). Menurut Lehtonen, media untuk berkomunikasi atau untuk mendapatkan informasi itu banyak sekali, diantaranya pembicaraan, tulisan, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan cara berpakaian. Apalagi zaman sekarang banyak media seperti televise, film, video, radio, rekaman, majalah, buku, telephone, fax, internet, email dan lain sebagainya. Dari semua media tersebut, dengan mudah kita bisa mendapatkan informasi atau data yang kita inginkan. Data atau informasi yang kita dapat itu digunakan ketika kita sedang melakukan research.
Menurut Ken Hyland (2006: 78), to collect data on these various needs the teacher is likely to draw on a range of different sources and methods. Jordan (1997), for instance, lists fourteen different procedures for collecting needs data, including student self-assessment, class progress tests and previous research, while Brown (1995) lists twenty-four, grouping them into six main categories: existing information, tests, observations, interviews, meetings and questionnaires. Oddly, neither mentions collecting and analyzing authentic texts, now regarded as a key source of information about target situations. Perhaps the most widely used approaches are:
■ Questionnaires.
■ Analyses of authentic spoken and written texts.
■ Structured interviews.
■ Observations.
■ Informal consultations with faculty, learners, other EAP teachers, etc.
■ Assessment results. 

            Tragedi kemanusiaan yang terjadi di Papua pada intinya bersumber dari satu hal, ketidakpuasaan rakyat papua terhadap pemerintah pusat. Mereka menuntut haknya untuk kembali menjadi negara mandiri yang merdeka seperti apa yang mereka perjuangkan pada Belanda sebelum wilayahnya menjadi bagian dari NKRI saat ini. Gerakan sparatis pun akhirnya mereka gunakan sebagai langkah awal agar tercapainya tujuan mereka. Dan apa yang dikatakan sebagai pelanggaran HAM juga adalah salah satu cara pemerintah pusat untuk menggagalkan aksi sparatis demi kelangsungan NKRI sendiri. Pemerintah pusat sebenarnya telah memberikan otonomi khusus untuk Papua, namun sayangnya bagi mereka otonomi itu tak berpengaruh apa-apa. Sehingga satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan melakukan perundingan antar kedua belah pihak secara sistematis dan berkelanjutan berdasarkan data-data yang dimiliki karena bila tidak isu ini bisa bertambah besar dan lagi-lagi bisa menggerus kesatuan NKRI.
References
Lehtonen, Mikko. 2000. The Cultural Analysis of Texts. London: SAGE Publications
Hyland, Ken. 2006. English for Academic Purpose. London: Routledge
Tentang Papua Barat, diakses pada tanggal 5 April 2014, diunduh dari:
Sejarah masuknya Irian Barat (Papua) ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), diakses pada tanggal 5 April 2014, diunduh dari :
Operasi Trikora, diakses pada tanggal 5 April 2014, diunduh dari:

Comments
0 Comments

0 Comments:

Post a Comment