Sunday, April 6, 2014

Dengan Sejarah Mendapat Wawasan


Class Review 8

Dengan Sejarah Mendapat Wawasan
 (By: Lili Sulaihah)

Alhamdulillah, pada pertemuan ke sembilan masih bisa mengikuti mata kuliah writing.  Dimana Pada pertemuan ini sampai pertemuan ke depannya akan lebih banyak mendiskusikan artikel yang berjudul “Don’t Use Your Data as a Pillow”. Hari itu membuat group untuk mendiskusikan artikel tersebut dari mulai membahas  judul terlebih dahulu, saya berada di group tiga yang beranggota lima mahasiswa, yaitu Saya, Hilman, Alfat, Nendi, dan Deden.

Inilah hasil diskusi kami tentang artikel yang berjudul “Don’t Use Your Data as a Pillow” hasil diskusi kami ketika di kelas, hanya baru mendiskusikan judul, dan kalimat pertama di paragraf pertama.
v  Tittle: “Don’t Use Your Data as a Pillow”
Hilman :  Data adalah sekumpulan fakta yang tertulis yang nyata, yang kebenarannya bisa di pertanggung jawabkan. Adapun kata “pillow” disini jangan hanya sebagai pengantar tidur saja.
Nendi :  Dari judul “Don’t use Your  Data as a Pillow” merupakan suatu analogi bahwa ketika kita mempunyai banyak data jangan hanya di jadikan sebagai bantal atau data yang terbuang, akan tetapi kita harus membuka, membaca, dan memahami.
Deden : Janganlah memendam atau menyimpan data yang kita miliki, tapi kita harus mengungkap.
Alfat :  Bahwasannya sebuah data harus di tunjukkan, di manfaatkan, dan di buktikan.
Lili :  Harus gunakan semaksimal mungkin sebuah fakta atau fiksi. Sehingga memahami dari data tersebut benar atau tidak.
Kesimpulan :  Kita harus memanfaatkan data semaksimal mungkin, jangan di jadikan sandaran saat kita butuh saja, tapi jadikanlah data sebagai sebuah inspirasi. Sehingga data dan fakta harus menjadi rujukan utama tentang suatu paradigma pada saat ini.
v  Pargraf pertama, Sentence 1
“A small feast had been prepared for my going away party: salty sago pudding, fish broth, fried papaya leaves, boiled yams, and a chicken.”
Deden : Perpisahan seorang peneliti di Papua.
Hilman : Perpisahan seorang peneliti dari luar di sambut baik oleh orang Papua.
Lili : Perpisahan seorang peneliti diberikan berbagai macam hidangan.
Nendi : Si penulis ketika dia meneliti di sana, ketika dia selesai meneliti dia mengadakan sebuah pesta kecil.
Kesimpulan : Ketika seorang peneliti selesai meneliti di papua, dia di sambut baik dengan berbagai hidangan oleh warga Papua.
Dalam artikel yang berjudul “Don’t Use Your Data as a Pillow” menurut pengetahuan saya pada paragraf pertama, seorang penulis ketika telah selesai penelitian di Papua, dan akan meninggalkan kota tersebut, ia di sambut hangat oleh warga papua, yaitu di berikannya berbagai macam hidangan yang sangat mewah. Yang mana pesta tersebut di selenggarakan oleh Denny Yomaki. Acara ini di jadwalkan untuk melangsungkan beberapa hari sebelum Eben kembali ke sekolah pascasarjana untuk mulai menulis.
Kelebihan dalam membaca sebuah sejarah adalah suatu yang sangat berharga bagi saya, karena dengan membaca sebuah sejarah dapat mengetahui hal-hal apa saja yang belum di ketahui, sehingga yang tadinya tidak tahu menjadi tahu. Walaupun sebagai pembaca belum pernah mengalami bahkan tidak tahu seperti apa keadaan di waktu yang lalu, namun saya bias merasakan tentang seperti apakah rasanya di zaman dahulu.
Adapun kekurangan saya sebagai pembaca adalah sangat banyak, seperti halnya banyak kurangnya pengetahuan tentang sejarah yang lebih mendalam, terkadang pula sebagai pembaca seringkali mengalami kurangnya pemahaman pada sebuah teks tersebut ketika membaca. Namun, jadikanlah semuanya sebagai pelajaran.
            Ketika kita menulis, maka harus adanya pergerakan (continnum). Dari pengalaman Anda sebagai guru atau mahasiswa, apa yang Anda pikirkan adalah utama persamaan dan perbedaan antara menulis dalam pertama dan bahasa kedua? Brainstorming ide sebanyak yang Anda bisa. Potensi perbedaan penulis L1 dan L2  Dalam bab terakhir kita melihat bahwa berbagai pengetahuan dan pengalaman diperlukan untuk menulis berhasil dalam bahasa Inggris. Meminjam Canale dan Swain  (1980) kerangka, penulis butuhkan, setidaknya:  kompetensi gramatikal yaitu pengetahuan tentang tata bahasa, kosakata, dan sistem bahasa wacana kompetensi. Pengetahuan genre dan pola retoris yang menciptakan mereka
 kompetensi sosiolinguistik
yaitu kemampuan untuk menggunakan bahasa tepat dalam konteks yang berbeda, pemahaman pembaca dan mengadopsi sesuai sikap kepenulisan. Serta kompetensi strategis yaitu kemampuan untuk menggunakan berbagai komunikatif strategi. (Ken Hyland Second Writing, 2004:32)
Dalam buku Lehtonen Culture of Analysis Text pada halaman 48-56 : Dalam Dunia Visual, dalam dunia gambar, memiliki peran utama dalam akhir budaya modern, karena telah membuat kehidupan kesehariaan dalam bergambar dengan cara yang sangat penting. Kemudian, Istilah teks meliputi semua produk yang membuat pembentukan makna. Namun tidak berarti bahwa pembicara, tertulis, dan visual teks dapat belajar dengan metode yang sama. Dalam pembicara (Speaking) dan bahasa tertulis (writing) hubungan antara ditandai dan menandakan adalah konvensial bahkan bersifat (pemisah). Sebuah gambar dapat menandakan sesuatu pada prinsip dasarnya. Gambar (Visual) berbeda dengan writing dan speaking dalam bahasa signifikasi cara tertentu yaitu :
1.      Gambar dikatakan sebagai indek (petunjuk) indeks yang dimaksudkan adalah sebuah tanda didalam sebuah hubungan yang nyata.
2.      Gambar ini dikatakan menyerupai objek mereka, mereka adalah tanda kesederhanaan seseorang. Fiktif gambar mungkin memiliki hubungan yang nyata untuk objek mereka. Gambar adalahsuatu teks mereka sendiri. Mereka bersandar pada suatu bahasa visual yang memiliki aturan, aturan tersebut mengenai bentuk dan warna.(Lehtonen,2000:56).

Miller ( 1998), misalnya menunjukkan bahwa sementara unsur-unsur visual dalam pers popular berfungsi sebagian besar untuk menarik pembaca untuk artikel dan menjelaskan daripada membuktikan,visual dalam teks-teks akademik terutama argumen , mengikuti konvensi formal diselenggarakan untuk persuasi maksimum dan akses ke para ilmuwan information. Mereka banyak menulis artikel mereka untuk menyoroti visual, dan pembaca ahli sering membaca visual. Pertama, hal ini karena argumen sementara didasarkan pada masuk akal, dan dibangun dengan baik, interpretasi data, mereka akhirnya beristirahat temuan, dan ini sering disajikan dalam bentuk visual. Visual sehingga memperkuat argumen dan sinyal pentingnya dari artikel itu sendiri. (Ken Hyland: English for Academic Purposes, 2006:53)
Di ambil dari Sertifikat Australia di Spoken dan Tertulis Bahasa Inggris ESL kurikulum, dapat membantu kita untuk mengidentifikasi jenis teks yang diperlukan sebagai masukan. Contoh ini text - jenis dapat ditemukan dalam berbagai genre. Manual alat dan dokumen dengan furnitur self-assembly memberikan contoh yang baik instruksi dan prosedur, misalnya, sementara menceritakan dan narasi dapat ditemukan dalam cerita pendek , biografi , koran dan majalah artikel, dan sastra sumber. Bahan Jurnalistik juga merupakan sumber yang baik untuk eksposisi dan teks argument. Dimana kebutuhan menulis siswa terkait dengan genre tertentu yang digunakan dalam konteks target khusus, guru perlu akses ke teks seperti model otentik. (Ken Hyland, 2004:105)
Di sisi lain, kita mungkin memiliki sepotong merangsang yang mungkin lebih cocok untuk membangun schemata konten dan memulai menulis melalui membaca ekstensif dan diskusi kelompok. Di sini guru lebih mungkin untuk nmengembangkan pertanyaan untuk membantu pemahaman dari bagian dan refleksi pada makna pribadi atau profesional kepada siswa. Tujuannya adalah untuk mendorong refleksi dan keterlibatan sehingga siswa dapat melihat teks sebagai relevan dengan kehidupan mereka sendiri dan untuk membuka keinginan untuk mengungkapkan hal ini. Beberapa pertanyaan awal mungkin fokus pada aspek-aspek berikut dari teks :
·         Apa teks tentang ?
·         Siapa yang dapat menulis teks seperti itu? Untuk siapa ?
·         Apa pengetahuan apakah itu menganggap ?
·         Apakah Anda memiliki pengalaman pribadi yang mirip dengan ini?
·         Pernahkah Anda melihat teks seperti ini sebelumnya ? Dimana? Apakah Anda menulis seperti teks ?
·         Apa berbagi pemahaman yang tersirat dalam teks ? (Ken Hyland, 2004:106)

Sejarah Papua
Pulau Papua atau Guinea Baru (Bahasa InggrisNew Guinea) atau yang dulu disebut dengan Pulau Irian adalah pulau terbesar kedua (setelah Tanah Hijau) di dunia yang terletak di sebelah utara Australia. Pulau ini dibagi menjadi dua wilayah yang bagian baratnya dikuasai oleh Indonesia dan bagian timurnya merupakan negara Papua Nugini. Di pulau yang bentuknya menyerupai burung rajawali ini terletak gunung tertinggi di Indonesia, yaitu Puncak Jaya (4.884 m).
Istilah "Papua" digunakan untuk merujuk kepada pulau ini secara keseluruhan. Nugini berasal dari kata New Guinea, nama yang diberikan oleh orang Barat, yang di-Indonesiakan. Mereka dahulu berpendapat bahwa tanah Papua mirip Guinea, sebuah wilayah di Afrika dan akhirnya pulau ini sebut Guinea baru.
            Irian Barat merupakan sebuah propinsi terluas di Indonesia yang terletak ditepi bagian barat pulau Irian.  Nama Irian dikenal juga dengan sebutan West New Guenea. Nama propinsi ini di ganti menjadi Papua sesuai UU No. 21 Tahun 2001 tentang otonomi khusus Papua. Pada 2003, disertai oleh berbagai protes (penggabungan antara Papua Tengah dengan Papua Timur), Papua dibagi menjadi dua provinsi oleh pemerintah Indonesia; bagian timur tetap memakai nama Papua sedangkan bagian baratnya menjadi provivnsi Irian Jaya Barat (setahun kemudian menjadi Papua Barat). Bagian Timur inilah yang menjadi wilayah Provinsi Papua pada saat ini.
Wilayah provinsi ini mencakup kawasan kepala burung pulau Papua dan kepulauan-kepulauan di sekelilingnya.  Di sebelah utara, provinsi ini dibatasi oleh Samudra Pasifik, bagian barat berbatasan dengan provinsi Maluku Utara dan provinsi Maluku, bagian timur dibatasi oleh Teluk Cenderawasih, selatan dengan Laut Seram dan tenggara berbatasan dengan provinsi Papua.  Batas Papua Barat hampir sama dengan batas Afdeling ("bagian") West Nieuw-Guinea ("Guinea Baru Barat") di masa Hindia Belanda.
Provinsi Papua Barat ini meski telah dijadikan provinsi tersendiri, namun tetap mendapat perlakuan khusus sebagaimana provinsi induknya. Provinsi ini juga telah mempunyai KPUD sendiri dan menyelenggarakan pemilu untuk pertama kalinya pada tanggal 5 April 2004.
            Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar UU Nomor 45 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi Irian Jaya Barat, Provinsi Irian Jaya Tengah, Kabupaten Mimika, Kabupaten Paniai, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong. Serta mendapat dukungan dari SK DPRD Provinsi Irian Jaya Nomor 10 Tahun 1999 tentang pemekaran Provinsi Irian Jaya menjadi tiga provinsi. Setelah dipromulgasikan pada tanggal 1 Oktober 1999 oleh Presiden B.J. Habibie, rencana pemekaran provinsi menjadi tiga ditolak warga papua di Jayapura dengan demonstrasi akbar pada tanggal 14 Oktober 1999.  Sejak saat itu pemekaran provinsi ditangguhkan, sementara pemekaran kabupaten tetap dilaksanakan sesuai UU Nomor 45 Tahun 1999.

            Pada tahun 2002, atas permintaan masyarakat Irian Jaya Barat yang diwakili Tim 315. Pemekaran Irian Jaya Barat kembali diaktifkan berdasarkan Inpres Nomor I Tahun 2003 yang dikeluarkan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada tanggal 27 Januari 2003.  Sejak saat itu, Provinsi Irian Jaya Barat perlahan membentuk dirinya menjadi provinsi definitif. Dalam perjalanannya, Provinsi Irian Jaya Barat mendapat tekanan keras dari induknya Provinsi Papua, hingga ke Mahkamah Konstitusi melalui uji materiil. Mahkamah Konstitusi akhirnya membatalkan UU Nomor 45 Tahun 1999 yang menjadi payung hukum Provinsi Irian Jaya Barat. Namun Provinsi Irian Jaya Barat tetap diakui keberadaannya.

             Setelah itu, Provinsi Irian Jaya terus diperlengkapi sistem pemerintahannya, walaupun di sisi lain payung hukumnya telah dibatalkan. Setelah memiliki wilayah yang jelas, penduduk, aparatur pemerintahan, anggaran, anggota DPRD, akhirnya Provinsi Irian Jaya Barat menjadi penuh ketika memiliki gurbernur dan wakil gurbernur definitif Abraham O. Atururi dan Drs. Rahimin Katjong, M.Ed yang dilantik pada tanggal 24 Juli 2006. Sejak saat itu, pertentangan selama lebih dari 6 tahun sejak UU Nomor 45 Tahun 1999 dikumandangkan, dan pertentangan sengit selama 3 tahun sejak Inpres Nomor 1 Tahun 2003 dikeluarkan berakhir dan Provinsi Irian Jaya Barat mulai membangun dirinya secara sah. Dan sejak tanggal 18 April 2007 berubah nama menjadi Provinsi Papua Barat, berdasarkan PP Nomor 24 Tahun 2007.
Adapun Organisasi Papua Merdeka (disingkat OPM) adalah sebuah organisasi yang didirikan tahun 1965 dengan tujuan membantu dan melaksanakan penggulingan pemerintahan yang saat ini berdiri di provinsi Papua dan Papua Barat di Indonesia, sebelumnya bernama Irian Jaya, memisahkan diri dari Indonesia, dan menolak pembangunan ekonomi dan modernitas. Organisasi ini mendapatkan dana dari pemerintah Libya pimpinan Muammar Gaddafi dan pelatihan dari grup gerilya New People's Army beraliran Maois yang ditetapkan sebagai organisasi teroris asing oleh Departemen Keamanan Nasional Amerika Serikat.
Organisasi ini dianggap tidak sah di Indonesia. Perjuangan meraih kemerdekaan di tingkat provinsi dapat dituduh sebagai tindakan pengkhianatan terhadap negara. Sejak berdiri, OPM berusaha mengadakan dialog diplomatik, mengibarkan bendera Bintang Kejora, dan melancarkan aksi militan sebagai bagian dari konflik Papua. Para pendukungnya sering membawa-bawa bendera Bintang Kejora dan simbol persatuan Papua lainnya, seperti lagu kebangsaan "Hai Tanahku Papua" dan lambang nasional. Lambang nasional tersebut diadopsi sejak tahun 1961 sampai pemerintahan Indonesia diaktifkan bulan Mei 1963 sesuai Perjanjian New York.
Selama Perang Dunia IIHindia Belanda (kelak menjadi Indonesia) dipandu oleh Soekarno untuk menyuplai minyak demiupaya perang Jepang dan langsung menyatakan merdeka dengan nama Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. Nugini Belanda (Nugini Barat) dan Australia yang menjalankan pemerintahan di teritori Papua dan Nugini Britania menolak penjajahan Jepang dan menjadi sekutu pasukan Amerika Serikat dan Australia sepanjang Perang Pasifik.
Hubungan Belanda dan Nugini Belanda sebelum perang berakhir dengan diangkatnya warga sipil Papua ke pemerintahan  sampai pemerintahan Indonesia diaktifkan tahun 1963. Meski sudah ada perjanjian antara Australia danBelanda tahun 1957 bahwa teritori milik mereka lebih baik bersatu dan merdeka, ketiadaan pembangunan di teritori Australia dan kepentingan Amerika Serikat membuat dua wilayah ini berpisah. OPM didirikan bulan Desember 1963 dengan pengumuman, "Kami tidak mau kehidupan modern! Kami menolak pembangunan apapun: rombongan pemuka agama, lembaga kemanusiaan, dan organisasi pemerintahan. Tinggalkan kami sendiri!".

Sejarah masuknya Irian Barat (Papua) ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

Hal tersebut diungkapkan Tokoh Pejuang Papua, Ramses Ohee di Jayapura, Kamis menanggapi sejumlah kalangan yang masih mempersoalkan sejarah masuknya Papua ke dalam wilayah Indonesia yang telah ditetapkan melalui Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) pada 1969 silam. Ramses menegaskan, ada pihak-pihak yang sengaja membelokkan sejarah Papua untuk memelihara konflik di Tanah Papua. “Sejarah masuknya Papua ke dalam NKRI sudah benar, hanya saja dibelokkan sejumlah warga tertentu yang kebanyakan generasi muda,” ujarnya.
Lebih lanjut dijelaskannya, fakta sejarah menunjukkan keinginan rakyat Papua bergabung dengan Indonesia sudah muncul sejak pelaksanaan Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. “Sayangnya, masih ada yang beranggapan bahwa Sumpah Pemuda tidak dihadiri pemuda Papua. Ini keliru, karena justru sebaliknya, para pemuda Papua hadir dan berikrar bersama pemuda dari daerah lainnya.  Ayah saya, Poreu Ohee adalah salah satu pemuda Papua yang hadir pada saat itu,” ujar Ramses.
Adapun mengenai pihak-pihak yang memutarbalikkan sejarah dan masih menyangkal kenyataan integrasi Papua ke dalam NKRI, Ramses tidak menyalahkan mereka karena minimnya pemahaman atas hal tersebut. Menurutnya, hal yang perlu disadari adalah bahwa keberadaan negara merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga seharusnya disyukuri dengan memberikan kontribusi positif bagi pembangunan di Papua.
Berdasarkan catatan sejarah, pada 1 Oktober 1962 pemerintah Belanda di Irian Barat menyerahkan wilayah ini kepada Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) melalui United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA) hingga 1 Mei 1963.  Setelah tanggal tersebut, bendera Belanda diturunkan dan diganti bendera Merah Putih dan bendera PBB.
Selanjutnya, PBB merancang suatu kesepakatan yang dikenal dengan “New York Agreement” untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat Irian Barat melakukan jajak pendapat melalui Pepera pada 1969 yang diwakili 175 orang sebagai utusan dari delapan kabupaten pada masa itu. Hasil Pepera menunjukkan rakyat Irian Barat setuju untuk bersatu dengan pemerintah Indonesia.
TRIKORA  (Tri Komando Rakyat ): Operasi Pembebasan Irian Barat
Operasi TRIKORA di cetuskan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 19 Desember 1961 bertempat di alun-alun Utara yogyakarta. Trikora merupakan sebuah operasi yang bertujuan untuk mengembalikan wilayah Papua bagian barat ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Trikora muncul karna adanya kekecewaan dari pihak indonesia yang selalu gagal dalam perundingan dengan Belanda untuk mengembalikan irian barat yang secara sepihak diklaim sebagai salah satu pr Dalam pidatonya ”Membangun Dunia Kembali” di forum PBB tanggal 30 September 1960, Presiden Soekarno berujar, ”......Kami telah mengadakan perundingan-perundingan bilateral......harapan lenyap, kesadaran hilang, bahkan toleransi pu n mencapai batasnya. Semuanya itu telah habis dan Belanda tidak memberikan alternatif lainnya, kecuali memperkeras sikap kami.”
Tindakan konfrontasi politik dan ekonomi yang dilancarkan Indonesia ternyata belum mampu memaksa Belanda untuk menyerahkan Irian Barat. Pada bulan April 1961 Belanda membentuk Dewan Papua, bahkan dalam Sidang umum PBB September 1961, Belanda mengumumkan berdirinya Negara Papua. Untuk mempertegas keberadaan Negara Papua, Belanda mendatangkan kapal induk ”Karel Doorman” ke Irian Barat.
Terdesak oleh persiapan perang Indonesia itu, Belanda dalam sidang Majelis Umum PBB XVI tahun 1961 mengajukan usulan dekolonisasi di Irian Barat, yang dikenal dengan ”Rencana Luns”.  Menanggapi rencana licik Belanda tersebut, pada tanggal 19 Desember 1961 bertempat di Yogyakarta, Presiden Soekarno mengumumkan TRIKORA dalam rapat raksasa di alun-alun utara Yogyakarta, yang isinya :
1. Gagalkan berdirinya negara Boneka Papua bentukan Belanda
2. Kibarkan sang Merah Putih di irtian Jaya tanah air Indonesia
3. Bersiap melaksanakan mobilisasi umum.
Tindakan konfrontasi politik dan ekonomi yang dilancarkan Indonesia ternyata belum mampu memaksa Belanda untuk menyerahkan Irian Barat. Bahkan dalam Sidang umum PBB September 1961, Belanda mengumumkan berdirinya Negara Papua. Untuk mempertegas keberadaan Negara Papua, Belanda mendatangkan kapal induk “Karel Doorman” ke Irian Barat.
            Tindakan Belanda dengan mendirikan negara “Boneka” Papua itu merupakan sikap yang menantang kepada bangsa Indonesia untuk bertindak cepat. Oleh karena itu pemerintah segera mengambil tindakan guna membebaskan Irian Barat. Pada tanggal 19 Desember 1961, Presiden Soekarno dalam suatu rapat raksasa di Yogyakarta mengeluarkan komando yang terkenal sebagai Tri Komando Rakyat (Trikora) yang isinya sebagai berikut :
·         Gagalkan berdirinya negara Boneka Papua bentukan Belanda
·         Kibarkan sang Merah Putih di Irian Jaya tanah air Indonesia
·         Bersiap melaksanakan mobilisasi umum
·         Pembentukan Komando Mandala Pembebasan Irian Barat
Sebagai langkah pertama pelaksanaan Trikora adalah pembentukan suatu komando operasi, yang diberi nama “Komando Mandala Pembebasan Irian Barat”. Sebagai panglima komando adalah Brigjend. Soeharto yang kemudian pangkatnya dinaikkan menjadi Mayor Jenderal.
Setelah dicetuskanya operasi TRIKORA, Ir.sukarno membentuk komando MANDALA yang dikomandani oleh Mayjen. Suharto. Sebagai langkah pertama pelaksanaan Trikora adalah pembentukan suatu komando operasi, yang diberi nama ”Komando Mandala Pembebasan Irian Barat”. Sebagai panglima komando adalah Brigjend. Soeharto yang kermudian pangkatnya dinaikkan menjadi Mayor Jenderal.
Panglima Komando : Mayjend. Soeharto
Wakil Panglima I : Kolonel Laut Subono
Wakil Panglima II : Kolonel Udara Leo Wattimena
Kepala Staf Gabungan : Kolonel Ahmad Tahir
Komando Mandala yang bermarkas di Makasar ini mempunyai dua tujuan :
Ø  Merencanakan, menyiapkan dan melaksanakan operasi militer untuk mengembalikan Irian barat ke dalam kekuasaan Republik Indonesia.
Ø  Mengembangkan situasi militer di wilayah Irian barat sesuai dengan perkembangan perjuangan di bidang diplomasi supaya dalam waktu singkat diciptakan daerah daerah bebas de facto atau unsur pemerintah RI di wilayah Irian Barat.
Dalam upaya melaksanakan tujuan tersebut, Komando Mandala membuat strategi dengan membagi operasi pembebasan Irian Barat menjadi tiga fase, yaitu :
  1. Fase infiltrasi : Dimulai pada awal Januari tahun 1962 sampai dengan akhir tahun 1962, dengan memasukkan 10 kompi ke sekitar sasaaran tertentu untuk menciptakan daerah bebas de facto.
  2. Fase Eksploitasi : Dimulai pada awal Januari 1964 sampai dengan akhir tahun 1963, dengan mengadakan serangan terbuka terhadap induk militer lawan, menduduki semua pos pertahanan musuh yang penting.
  3. Fase Konsolidasi : Dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 1964, dengan menegakkan kekuasaan RI secara mutlak di seluruh Irian Barat.


Melihat kekuatan militer indonesia yang sudah pada posisi mengepung pulau papua, Amerika selaku sekutu belanda mengusulkan untuk diadakanya perundingan dan mendesak belanda untuk segera menyerahkan papua barat pada indonesia, pada tgl 15 agustus 1962 diadakan perundingan di markas PBB di New York dan dikenal dengan PERJANJIAN NEW YORK yang isi pokoknya adalah "Penyerahan wilayah Papua Barat pada PBB (UNTEA) untuk selanjutnya diserahkan kepada pemerintah Indonesia yang sebelumnya harus diadakan proses Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) yang diselenggarakan sebelum thn 1969". Untuk menghormati isi Perjanjian tersebut Presiden Sukarno pada tanggal 18 agustus 1962 memerintahkan untuk menarik mundur semua pasukan dari papua.
PEPERA diselenggarakan tahun 1969, isi PEPERA berupa 2 pilihan yaitu :
  • Tetap bergabung dengan Indonesia
  • Memisahkan diri dari Indonesia
Dan hasilnya adalah Papua Barat tetap bergabung dengan Indonesia. Dengan demikian Papua Barat menjadi Provinsi ke-26 RI dan berganti nama menjadi IRIAN JAYA.

Arti penting Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera)
Sebagai salah satu kewajiban pemerintah Republik Indonesia menurut persetujuan New York, adalah pemerintah RI harus mengadakan penentuan pendapat rakyat di Irian Barat paling lambat akhir tahun 1969. pepera ini untuk menentukan apakah rakyat Irian Barat memilih, ikut RI atau merdeka sendiri. Penentuan pendapat Rakyat akhirnya dilaksanakan pada tanggal 24 Maret sampai dengan 4 Agustus 1969.Mereka diberi dua opsi, yaitu : bergabung dengan RI atau merdeka sendiri.
Setelah Pepera dilaksanakan, Dewan Musyawarah Pepera mengumumkan bahwa rakyat Irian dengan suara bulat memutuskan Irian Jaya tetap merupakan bagian dari Republik Indoenesia. Hasil ini dibawa Duta Besar Ortiz Sanz untuk dilaporkan dalam sidang umum PBB ke 24 bulan Nopember 1969.  Sejak saat itu secara de yure Irian Jaya sah menjadi milik RI.
Dengan menganalisa fakta-fakta pembebasan Irian Barat sampai kemudian dilaksanakan Pepera, dapat diambil kesimpulan bahwa Pepera mempunyai arti yang sangat penting bagi pemerintah Indonesia, yaitu :
1.  bukti bahwa pemerintah Indonesia dengan merebut Irian Barat melalui konfrontasi bukan merupakan sebuah tindakan aneksasi / penjajahan kepada bangsa lain, karena secara sah dipandang dari segi de facto dan de jure Irian Barat merupakan bagian dari wilayah RI.
2.  upaya keras pemerintah RI merebut kembali Irian Barat bukan merupakan tindakan sepihak, tetapi juga mendapat dukungan dari masyarakat Irian Barat. Terbukti hasil Pepera menyatakan rakyat Irian ingin bergabung dengan Republik Indonesia.

Kesimpulan:
 Jadi, pada pertemuan ke Sembilan ini banyak sekali membahas tentang sejarah papua barat. Dimana yang telah kita ketahui bahwasannya, Papua Barat sebelumnya bernama Irian Jaya Barat (Irjabar) merupakan sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian barat Pulau Papua.  Nama provinsi ini sebelumnya adalah Irian Jaya Barat yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999.  Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 24 Tahun 2007 tanggal 18 April 2007, nama provinsi ini diubah menjadi Papua Barat.  Provinsi ini merupakan provinsi yang memperoleh status otonomi khusus.



Referensi :
Lehtonen, Miko. 2000. The Cultural Analysis of Text. London: Sage Publications
Hyland, Ken. 2006. English for Academic Purposes. London: Routledge




Comments
0 Comments

0 Comments:

Post a Comment