Sunday, April 6, 2014

Appetizer: New Season In Writing Class


#CLASS REVIEW 8
BISMILLAH2_1_
Appetizer: New Season In Writing Class
Perjalanan menapaki kelas Writing belum berakhir.  Jalan datar yang berbatu berganti tanjakan curam yang berliku.  Jika kemarin saya menggunakan tuas gas pada level 1, mungkin saat ini dilakukan manuver yang signifikan pada level yang tertinggi.  Aroma baru pada kelas Writing pada pertemuan kesembilan kali ini, mengisyaratkan mahasiswa bermetamorfosis lebih cepat dalam memahami bumbu-bumbu baru yang tersedia dalam meja dapur masing-masing.  Hasil ujian tengah semester yang lalu, membuat Mr. Lala sangat kecewa, untuk itu beliau mengatakan bahwa tidak akan mentolerir kesalahan-kesalahan kecil yang dibuat oleh mahasiswanya dalam memasuki musim baru dalam kelas Writing ini.  Semua orang mengakui bahwa kegiatan menulis merupakan kegiatan yang menyita banyak waktu dan pikiran, karena kegiatan menulis menuntut kita untuk membaca.  Oleh karenanya, menulis dan membaca merupakan pekerjaaan yang nyata.

            Dalam Class Review kedelapan ini saya akan membahas mengenai beberapa isu penting terkait kegiatan belajar-mengajar di kelas pada tanggal 04 April 2014, diantaranya pertama, mengenai 25 minutes reading time activity.  Kedua, mengenai apa yang saya pelajari dalam kegiatan 25 minutes reading time activity.  Ketiga, mengenai kelemahan dan kelebihan sebagai pembaca.  Keempat, mengenai sejarah singkat tentang Papua Barat menyangkut perbedaan antara Papua dan Irian Jaya.  Kelima, mengenai peran Soekarno, AS-PBB dalam integrasi Papua ke dalam NKRI.  Keenam, mengenai latar belakang terbentuknya OPM (Organisasi Papua Merdeka) dan negara-negara yang diduga mendanai oragnisasi ilegal ini di Papua. Dan, terakhir mengenai keadaan Papua dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Dibawah ini, akan dijabarkan lebih rinci mengenai isu-isu utama yang saya angkat dalam Class Review kedelapan ini, adalah:
Pertama, mengenai 25 menit dalam ‘reading time’
Mr. Lala menginstruksikan adanya kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5 orang.  Alhasil, terbentuklah tujuh kelompok kecil di Kelas PBI-D yang semuanya bertugas dalam memahami teks yang sudah terpilih menjadi bacaan ‘wajib’ pada kelas Writing ini.  Sebelumnya, akan saya perkenalkan anggota kelompok lima yang terlibat dalam ‘proyek’ besar dalam kelas Writing ini.  Mereka mendedikasikan seluruh tenaga dan pikiran untuk ‘menkhodai’ setiap jengkal perjalanan dalam mengarungi samudra Writing ini.  Mereka adalah Aam Amaliah, Eka Ramdhani Niengsih, Latifah Nurhasanah, Nur Komariyah dan Suneti Alawiyah Ramdhan, yang selanjutnya akan dituliskan inisial huruf depannya saja.  Dan, di bawah ini adalah hasil ‘perang’ pendapat dalam ’25 minutes reading time’ untuk membahas teks ‘Don’t Use Your data as a Pillow’ yang ditulis oleh S. Eben Kirksey.  Dalam 25 menit itu, kami telah membahas mengenai judul, kalimat pertama dan kalimat kedua, yang akan ditulis lebih detail seperti di bawah ini:
1.      Title: ‘Don’t Use Your Data as a Pillow’
            Pembahasan:
            A ® jangan gunakan data sebagai pengetahuan saja
            L ® jangan gunakan data hanya sebagai simpanan
            S ® keterhubungan data sebagai sesuatu yang konkrit hanya sebagai sebatas sandaran
            N ® jangan jadikan data hanya sebagai pangkuan
            E ® mendapatkan data harus mencari bukti-bukti penunjang mengenai data tersebut
Kes: data sebagai sesuatu yang konkrit jangan hanya sebagai sebatas sandaran, pajangan ataupun hiasan, akan tetapi cari bukti penunjang mengenai kebenaran data tersebut .
2.      Kalimat pertama: A small feast had been prepared for my going away party: salty sago pudding, fish broth, fried papaya leaves, boiled yams, and chicken.
Pembahasan:
A® sebelum melaksanakan pesta perpisahan, si pemilik pesta itu mempersiapkan makanan-makanan itu
L® pesta perpisahan yang diadakan suku untuk peneliti dan yang berbicara itu penelitinya
S® pesta perpisahan antara penulis dengan suku yang tidak diketahui dengan menyediakan makanan khas dari suku tersebut
N® pesta perpisahan kecil yang disiapkan oleh suku Irian Jaya untuk penulis
E® pesta kecil dengan menghidangkan makanan khas Papua untuk perpisahan dengan penulis.

Kes: sebuah pesta perpisahan sederhana yang disiapkan oleh orang-orang yang belum diketahui untuk penulis dengan menghidangkan makanan khas dari orang-orang tersebut.
3.      Kalimat kedua: it was a moddest affair, organized by Denny Yomaki, a human rights worker, to mark the end of my fieldwork in May 2003.
Pembahasan:
L® pesta ini diadakan oleh Denny Yomaki seorang aktivis HAM, yang menandai penelitian ini berakhir pada Mei 2003
S® Denny Yomaki mewakili orang-orang yang masih belum diketahui dalam menyiapkan pesta perpisahan untuk menandai berakhirnya penelitian penulis pada Mei 2003.
N® pesta perpisahan sederhana ini diorganisir oleh Denny Yomaki seorang aktivis HAM, untuk menandai berakhirnya penelitian penulis pada Mei 2003
E® seorang aktivis HAM, Denny Yomaki yang merencanakan pesta perpisahan sederhana tersebut, yang menandai berakhirnya penelitian pada Mei 2003

*Keterangan: A (aam), L (latifah), S (suneti), N (nur), dan E (eka)
**Kes (kesimpulan)
Kemudian, perwakilan dari masing-masing kelompok pun menjelaskan apa yang sudah didapatkan pada diskusi kelompok kecil tadi.  Di bawah ini adalah catatan yang dihasilkan melalui proses diskusi masing-masing kelompok:
Selanjutnya, Mr. Lala menjelaskan lebih detail mengenai objek yang sedang kita bahas, yakni keterhubungan antara data dan pillow yang terdapat pada judul artikel teks ‘Don’t Use Your Data as a Pillow,’ bahwa informasi tersebar luas pada setiap jejak kehidupan, dan itu semua bisa disebut dengan data.  Informasi ini tidak hanya dalam bentuk tulisan, akan tetapi juga dalam bentuk ucapan, gambar, dan kombinasi antar ketiganya, yang mana berkaitan dengan bahasa (text) sebagai bentuk semiotik (Lehtonen, 2000:72).  Ia (2000: 48) juga menjelaskan bahwa ‘In practice, language exists as spoken, written, printed, electrical, digital or otherwise produced texts. We never encounter ‘language as such’, but a language that is produced through certain means and that is, in addition to being in certain material forms, moulded by specific sign systems’.  Data ini bersifat abstrak.  Sebuah informasi akan menjadi data yang konkrit ketika dihadapkan kepada penelitian (research), yang memang memiliki tujuan dan kepentingan tertentu.  Sedangkan Pillow diartikan sebagai sandaran.  Don’t Use Your Data as a Pillow mengacu pada jangan jadikan data itu sebagai sandaran atau sebuah ornamen saja.
Kedua, mengenai Apa yang saya pelajari dari ‘25 minutes reading time activity’
Berdasarkan dari kegiatan 25 menit membaca teks yang berjudul ‘Don’t Use Your Data as a Pillow,’ saya memahami bahwa ada dua variabel yang menjadi poin kunci dalam artikel tersebut, yakni ‘data’ dan ‘pillow’.  Data diterjemahkan sebagai unit informasi dan fakta (Oxford Learners Pocket Dictionary, 2008) yang bersifat  abstrak.  Sedangkan Pillow diartikan sebagai sandaran.  Dapat dipahami bahwa ‘Don’t Use Your Data as a Pillow’ berarti data sebagai sesuatu yang abstrak yang mengandung banyak informasi, baik itu dalam bentuk ucapan, tulisan, gambar ataupun kombinasi antar ketiganya, jangan hanya dijadikan sandaran atau ornamen semata.  Sebuah data dapat kita olah menjadi sebuah informasi yang dapat dipertanggung-jawabkan, yakni ketika kita meletakkannya pada area penelitian (research). 
Kemudian, saya menyadari bahwa kegiatan menulis akan sangat bergantung dengan membaca.  Antara menulis dan membaca tidak dapat dipisahkan.  Hal ini, senada dengan Ken Hyland (2002: 229) yang menyebutkan hubungan antara praktik membaca dan menulis sebagai bagian dua mata uang yang saling melengkapi satu sama lain, yakni ‘Finally, I should briefly mention an area of writing which, while more closely associated with reading for most of us, nevertheless appeals to many people from all backgrounds and walks of life: creative writing.’ 
Selain itu, yang saya pelajari dari kegiatan ‘25 menit membaca’ adalah pentingnya kerjasama (teamwork) dalam satu tim dalam membahas isu-isu besar yang diangkat oleh penulis.  Kerjasama ini selain dapat meningkatkan pemahaman mengenai apa yang sedang dibahas di dalam sebuah teks, juga dapat mempererat hubungan persahabatan antara satu dan yang lainnya.  Kemudian, saya juga memahami bahwa pentingnya pengelolaan waktu yang diberikan oleh Mr. Lala yang hanya 25 menit, untuk digunakan seefektif mungkin dalam membahas teks tersebut.  Akan tetapi, sebagai pembaca ada beberapa hal yang menjadi kelebihan dan kelemahan saya dalam memahami teks tersebut.
Ketiga, mengenai Kelemahan dan kelebihan sebagai pembaca
            Kelemahan saya sebagai pembaca dalam memahami teks ‘Don’t Use Your Data as a Pillow,’ yakni dalam menganalisis makna yang terkandung di dalam kalimat tersebut.  Terkadang, makna yang saya tangkap dari teks tersebut, berbeda dengan informasi yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca. Selain itu, penggunaan beberapa kosa kata (vocabulary) yang unfamiliar (tidak umum) yang dipakai penulis dalam mendeskripsikan perasaannya, membuat saya kurang memahami apa yang ia maksudkan. 
            Sedangkan, kekuatan sebagai pembaca adalah tidak pantang menyerah dalam mencari dan menerjemahkan maksud atau makna yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca.  Selain itu, rasa penasaran yang tinggi dalam upaya memecahkan tembok-tembok ketidaktahuan, dan berusaha meneroka ceruk-ceruk baru sebagai batu pijakan melakukan manuver ke dalam level membaca yang lebih tinggi. 
Keempat, mengenai Sejarah singkat tentang Papua menyangkut perbedaan antara Papua dan Irian




            Pulau Papua berada di wilayah paling timur negara Indonesia.  Luasnya diperkirakan  ± 410.660 Km2 atau merupakan ± 21% dari luas wilayah Indonesia. Lebih dari 75% masih tertutup oleh hutan-hutan tropis yang lebat, dengan ± 80% penduduknya masih dalam keadaan semi terisolir di daerah pedalaman (bagian tengah Papua). Jumlah penduduk 2,3 Juta Jiwa dengan kepadatan penduduk 5,13 orang per Km2 .Secara geografis berada diantara garis meridian 0’19’ - 10045 LS dan antara garis bujur 1300 45 - 141048 BT yang membentang dari Barat ke Timur dengan silang 110  atau 1.200 Km.  Dengan demikian daerah Papua berada didaerah yang beriklim tropis dengan cuaca yang panas dan lembab d daerah pantai, serta cuaca dingin dan bersalju pada bagian yang tertinggi di daerah pegunungan Jayawijaya (DPR Papua.blogspot.com, n.d).

Pulau papua terbentuk dari endapan (sedimentation) benua Australia dan pertemuan/tumbukan (convergent) antara lempeng Asia dengan lempeng Australia serta lempeng Pasifik.  Sehingga, mengangkat endapan tersebut dari dasar laut Pasifik yang paling dalam ke atas permukaan laut menjadi sebuah daratan baru di bagian utara Australia.  Pada mulanya, pulau ini terhubung dengan benua Australia di bagian utara, akan tetapi dikarenakan perubahan suhu bumi yang semakin panas, sehingga mencairnya es di daerah kutub Utara dan Selatan, maka terbentuklah sebuah pulau baru.  Proses geologi ini diperkirakan terjadi pada 60 (enam puluh) juta tahun yang lalu.  Bila dipandang dari segi geologi, maka bangsa Papua adalah termasuk rumpun bangsa Negroid yang berasal dari Afrika (AnneAhira.blogspot.com, n.d).
Setelah Irian Barat bergabung dengan NKRI, Presiden Ir. Soekarno melakukan kunjungan pertama datang ke Irian Barat.  Dari Jakarta beliau singgah mendarat di Serui dengan pesawat Dakota kemudian melanjutkan perjalanan ke Hollandia menggunakan kapal laut yang bernama Dwi Warna.  Setelah itu, dia merubah nama kota Holandia menjadi Soekarnopura, pergolakan politik di Jakarta tahun 1965 memaksa Presiden Soekarno lengser dari jabatannya dan diganti oleh seorang jenderal yang bernama Soeharto yang terkenal setelah operasi Mandala pengembalian Irian Barat masuk ke negara kesatuan republik Indonesia. 
Soeharto mengubah nama kota Soekarnopura menjadi Jayapura dan mengubah nama Irian Barat menjadi provinsi Irian Jaya. Selama pemerintahan Soeharto banyak perkembangan pembangunan di Indonesia maupun di provinsi Irian Jaya, khususnya kota Jayapura.  Namun, krisis perekonomian secara global tahun 1997 dan pergolakan politik Jakarta tahun 1998 membuat Presiden Soeharto harus mundur dari jabatannya dengan cara yang kurang baik.  Kemudian, pada tanggal 26 Desember 2001 (DPR Papua.blogspot.com, n.d), nama provinsi Irian Jaya diubah menjadi Papua kembali, sehubungan diberlakukannya otonomi khusus pada provinsi ini, pada saat Presiden keempat RI, yakni Abdurahman Wahid (GusDur).
Kelima, tentang peran Soekarno, AS-PBB, dan negara-negara tetangga dalam integrasi Papua masuk dalam wilayah NKRI
             Dalam sejarahnya, Ir. Soekarno memiliki andil yang cukup besar dalam upaya integrasi Papua dalam wilayah NKRI.  Pada saat itu, Belanda masih menguasai wilayah Papua yang dulu diberi nama Nedherlands Niuew Guinea (Oktovianus.blogspot.com, 2013).  Demi mendapatkan pulau Papua, Soekarno mengupayakan kemampuannya sebagai Presiden Indonesia dalam menyatukan seluruh wilayah Republik Indonesia.  Hal ini diungkapkan langsung oleh Soekarno dalam pidatonya tatkala ketika berada di Kota Baru pada tanggal 4 Mei 1963 (Richard.blogspot.com, n.d), yang berbunyi ‘Dan apa yang dinamakan tanah air Indonesia? Yang dinamakna tanah air Indonesia ialah segenap wilayah yang dulu dijajah oleh pihak Belanda, yang dulu dinamakan Hindia Belanda, yang dulu dinamakan Nederlands Indië. Itulah wilayah Republik Indonesia. Dengarkan benar kataku, itulah wilayah Republik Indonesia. Itu berarti bahwa sejak 17 Agustus 1945 Irian Barat telah masuk di dalam wilayah Republik Indonesia. Apa yang belum terjadi? Karena penjajah Belanda di Irian Barat sesudah proklamasi itu masih berjalan terus, maka Irian Barat belum kembali termasuk di dalam wilayah kekuasaan Republik Indonesia. Sehingga kita punya perjuangan yang lalu ialah Saudara-Saudara perhatikan benar-benar,bukan memasukan Irian Barat ke dalam wilayah kekuasaan Republik Indonesia.’
            Dari kutipan pidato Ir. Soekarno diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa Indonesia telah memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, itu berarti seluruh wilayah bekas jajahan Belanda secara otomatis menjadi bagian NKRI ini.  Akan tetapi, pada kenyataannya Belanda masih berupaya dalam menjadikan Papua sebagai wilayah yang tergabung dalam serikat Belanda, salah satu tujuannya adalah sebagai untuk menegakkan kembali kekuasaan di Indonesia, menanamkan pengaruhnya, mengawasi Indonesia yang baru saja merdeka dan mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia.  Politik semacam ini dikenal dengan istilah Devide Et Impera.
            Dalam upayanya mengambil hak kepemilikan tanah Papua dalam wilayah NKRI, Presiden Soekarno melakukan beberapa strategi, yakni:
1.      Jalur Diplomasi
®perundingan bilateral antara Indonesia dan Belanda pada tahun 1952-1954
®melalui forum PBB pada tahun 1954
®dukungan negara-negara Asia-Afrika yang dihadiri oleh 29 negara pada tahun 1955
Nampaknya, upaya ini tidak membuahkan hasil.  Belanda tetap tidak mau menyerahkan wilayah Papua kepada kedaulatan Republik Indonesia, kemudian Ir. Soekarno melanjutkan upaya kedua dengan jalur Konfrontasi.
2.      Jalur Konfrontasi
®dalam bidang politik dan ekonomi (pembatalan uni Indonesia Belanda pada tahun 1956)
®pembentukan pemerintahan sementara propinsi Irian Barat di Soasiuw di Maluku utara
®pemogokan total guru Indonesia pada tahun 1957
®nasionalisasi perusahaan milik Belanda pada tahun 1957
®pemutusan hubungan diplomatik pada tahun 60 bertepatan perayaan Indonesia yg ke 15
Jalur konfrontasi juga nampaknya tidak menggetarkan Belanda untuk mengembalikan
wilayah Papua kepada NKRI.  Akhirnya, pada tahun 19 Desember 1961, Presiden
Soekarno mencanangkan TRIKORA (Tri Komando Rakyat).
3.      Trikora (Tri Komando Rakyat)
Operasi Trikora adalah konflik dua (2) tahun yang dilancarkan Indonesia untuk menggabungkan wilayah Papua bagian barat.  Soekarno mengumumkan pelaksanaan Trikora di Alun-alun Utara Yogyakarta.  Soekarno juga membentuk Komando Mandala, dan Mayor Jendral (Mayjen) Soeharto diangkat sebagai panglima.  Tugas komando ini adalah merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan wilayah Papua bagian barat. Isi dari Trikora itu sendiri adalah: Gagalkan pembentukan ‘Negara Papua’ bikinan Belanda Kolonial, Kibarkan sang Marah Putih di Irian Barat tanah air Indonesia, dan bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa (pitapusi.blogspot.com, 2011).  Kemudian, langkah selanjutnya dikenal dengan perjanjian New York.
4.      New York Agreement (perjanjian New York)
Perjanjian New York dilatarbelakangi oleh usaha Indonesia untuk merebut daerahPapua bagian barat dari tangan Belanda. Pada Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag saat pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda disebutkan bahwa masalah Papua bagian barat akan diselesaikan dalam tempo satu tahun sejak KMB. Namun sampai tahun 1961, tak terselesaikan. Amerika Serikat yang takut bila Uni Soviet makin kuat campur tangan dalam soal Papua bagian barat, mendesak Belanda untuk mengadakan perundingan dengan Indonesia. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Adam Malik dan Belanda oleh Dr. van Roijen, sedangkan E. Bunker dari Amerika Serikat menjadi perantarany Pada Tanggal 15 Agustus 1962 diperoleh Perjanjian New York yang berisi penyerahan Papua bagian barat dari Belanda melalui United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA).  Lalu, pada tanggal 1 Mei 1963 Papua bagian Barat kembali ke Indonesia.  Kedudukan Papua barat menjadi lebih pasti setelah diadakan Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) tahun 1969, rakyat Papua barat memilih tetap bergabung dalam wilayah Republik Indonesia (Wikipedia.org,n.d).
5.      Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA)
Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) adalah referendum yang diadakan pada tahun 1969 di Papua Barat yang untuk menentukan status daerah bagian barat Pulau Papua, antara milik Belanda atauIndonesia. Pemilihan suara ini menanyakan apakah sisa populasi mau bergabung dengan Republik Indonesia atau merdeka. Para wakil yang dipilih dari populasi dengan suara bulat memilih persatuan dengan Indonesia dan hasilnya diterima oleh PBB.  Dengan hal ini, Papua Barat resmi bergabung dalam wilayah Kedaulatan Republik Indonesia.
Keenam, mengenai latar belakang terbentuknya Organisasi Papua Merdeka (OPM) dan negara-negara yang terlibat dalam mendanai organisasi ilegal ini

            Organisasi Papua Merdeka (OPM) adalah sebuah gerakan separatis yang didirikan tahun 1965 yang bertujuan untuk mewujudkan kemerdekaan Papua bagian barat dari pemerintahan Indonesia. Sebelum era reformasi, provinsi yang sekarang terdiri atas Papua dan Papua Barat ini dipanggil dengan nama Irian Jaya.  OPM merasa bahwa mereka tidak memiliki hubungan sejarah dengan bagian Indonesia yang lain maupun negara-negara Asia lainnya. Penyatuan wilayah ini ke dalam NKRI sejak tahun 1969 merupakan buah perjanjian antara Belanda dengan Indonesia dimana pihak Belanda menyerahkan wilayah tersebut yang selama ini dikuasainya kepada bekas jajahannya yang merdeka, Indonesia. Perjanjian tersebut dianggap sebagai penyerahan dari tangan satu penjajah kepada yang lain.
            Pada tanggal 1 Juli 1971, Nicolaas Jouwe dan dua komandan OPM yang lain, Seth Jafeth Raemkorem dan Jacob Hendrik Prai menaikkan bendera Bintang Fajar dan memproklamasikan berdirinya Republik Papua Barat. Namun republik ini berumur pendek karena segera ditumpas oleh militer Indonesia dibawah perintah Presiden Soeharto.(orde baru). Tahun 1982 Dewan Revolusioner OPM didirikan dimana tujuan dewan tersebut adalah untuk menggalang dukungan masyarakat internasional untuk mendukung kemerdekaan wilayah tersebut. Mereka mencari dukungan antara lain melalui PBB, GNB, Forum Pasifik Selatan, dan ASEAN.
            Akan tetapi, menurut Noam chomsky, dalam sebuah video yang diunggah ke Youtube menyebutkan bahwa Amerika Serikat dan Australia sebagai aktor utama dibalik skandal Papua Barat karena kepentingan atas sumberdaya alam di Papua Barat. Indonesia, hanyalah sebuah negara yang disupport oleh Amerika Serikat untuk menjalankan skandal tersebut. Hal yang sama juga terjadi pada kasus Timor Leste yang “dimainkan” oleh Australia (Youtube.com, n.d). 
Ketujuh, mengenai keadaan Papua Barat dalam kurun waktu setahun terakhir
            Konflik bersenjata di wilayah Papua kembali terjadi di awal tahun 2014.  Pada Kamis petang (9/1/2014) telah terjadi baku tembak antara aparat TNI dengan gerilyawan Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM).Seperti dilaporkan Anatara News, baku tembak antara TNI dan OPM terjadi di daerah Timika.  Lokasi tembak menembak berada dikawasan Tanggul Timur Timika.  Seorang anggota OPM dilaporkan tewas dalam baku tembak tersebut.  Selain itu, TNI menyita sepucuk senjata M16 yang diduga dimiliki oleh anggota tentara OPM.  Timika merupakan kota tambang, dimana PT Freeport Indonesia beroperasi.  Timika menjadi salh satu daerah konflik di wilayah Papaua (kabar24.com, 2014).
            Kemudian, pada tanggal 5 April 2014 terjadi baku tembak antara aparat kepolisian dengan kelompok bersenjata OPM dikawasan pintu perbatasan Indonesia-Papua Nugini di distrik Muara Tami, Jayapuram Papua, penyerangan dilakukan saat aparat sedang membuka blokade jalan.  Pada saat itu TNI mencoba menurunkan bendera Bintang Kejora yang dibentangkan di tengah ruas jalan.  Kelompok bersenjata juga membakar sejumlah fasilitas umum, seperti pagar pembatas jalan (tvone news online, 2014). 

Kesimpulan
            Dari beberapa penjelasan di atas, mengenai ‘Don’t Use Your Data as a Pillow’ yang ditulis oleh S. Eben Kirksey dalam analisis kritisnya mengenai Papua yaitu data sebagai informasi yang abstrak dan konkrit yang berupa ucapan, tulisan maupun simbol-simbol, jangan hanya dijadikan sandaran atau ornamen saja.  Data juga dapat diartikan sebagai kumpulan fakta yang diangkat dalam penelitian (research).  Dalam studinya mengenai permasalahan di Papua dapat kita simpulkan bahwa Papua Barat adalah pulau yang banyak diperebutkan oleh negara-negara asing, yang mengandung kekayaan alam yang berlimpah ruah.  Adanya intervensi dari pihak-pihak asing yang mendalangi konflik di Papua dengan TNI merupakan salah satu upaya dalam pelepasan wilayah yang merdeka. 
            Nyatanya, Organisasi Papua Merdeka (OPM) didanai oleh negara-negara asing yang memiliki kepentingan dan tujuan khusus terhadap Papua.  Mereka menyuplai senjata dan makanan kepada OPM untuk mengadakan teror dan konflik terhadap keamanan Indonesia.  Hal ini, senada dengan Chomsky yang menyebutkan keterlibatan Amerika Serikat dan Australia dalam konflik di tanah cendrawasih itu.












Referensi
Hyland, Ken. 2002. Teaching and Researching Writing. Great Britain: Pearson Education Limited.
Lehtonen, Miko. 2000. The Cultural Analysis of Text. London: SAGE Publication.
Oxford University. 2009. 4th Edition Oxford Advanced Learner’s Dictionary. New York: Oxford University Press.
DPR Papua. n.d. Sejarah Papua. Diunduh pada tanggal 6 April 2014 pukul 14.05 dari
AnneAhira. n.d. Asal-usul Papua. Diunduh pada tanggal 6 April 2014 pukul 13.00 dari http://www.anneahira.com/sejarah-papua
Richard. n.d. Pidato Bung Karno. Diunduh pada tanggal 6 April 2014 pukul 14.15 dari
http://politik.kompasiana.com/2011/05/01/inilah-pidato-bung-karno-setelah-belanda-hengkang-dari-papua-359501.html

Pitapusi. 2011. Sejarah Isi Trikora. Diunduh pada tanggal 6 April 2014 pukul 19.41 dari
wikipedia. n.d. Perjanjian New York. Diunduh pada tanggal 6 April 2014 pukul 19.55 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Perjanjian_New_York
Kabar24.com.2014. konflik senjata TNI dengan OPM. Diunduh pada tanggal 6 April 2014 pukul 21.05 dari
Tvone online.2014. Opm serang anggota TNI-Polri di perbatasan.  Diunduh pada tanggal 6 April 2014 pukul 19.58 dari

Comments
0 Comments

0 Comments:

Post a Comment