Monday, March 31, 2014

UNITY IN THE WRITING

class review 7
UNITY IN THE WRITING
(FITRI NURHELAWATI)
Pada pertemuan kali ini rasa tegang sangat terlampau menghampiri. Saya sangat khawatir jika paper saya tidak diterima. Tapi akhirnya rasa takut itupun sirna karena kami hanya mereview saja. Untuk class review kali ini tidak boleh sembarangan, harus di masukan beberapa materi yang diinginkan oleh Mr. Lala, yaitu:

1.      Salah satu tugas “Penulis” adalah untuk mengungkap kemungkinan – kemungkinan baru dari sebuah pemahaman. 
2.      Menjangkau bentuk-bentuk baru dari pemahaman meliputi tiga tahap penting :
3.      Menulis adalah masalah menciptakan “Affordance” dan mengeksplorasi makna.
(Maksudnya menciptakan usaha dan makna yang mungkin tersirat dalam episentrumnya, dengan tujuan untuk menarik minat pembaca)
            Menulis merupakan persoalan tentang menciptakan affordance dan mengeksplorasi kekuatan makna. Dalam beberapa situs dikatakan affordance memiliki arti “An affordance is a property of an object, or environment, wgich allows an individual to perfrom an action.” Dengan demikian dapat dikatakan bahwa menulis termasuk kedalam semogenesis.
4.      Menulis adalah sebuah semogenesis
“Semogenisis” hal yang abstrak, karena berisi pemahaman tentang hal yang bermakna. Semogenesis adalah istilah yang diciptakan Halliday & Matthiessen (1999:17) untuk merujuk pada penciptaan yang berarti atau bermakna.  Mereka menyarankan bahwa setidaknya ada tiga dimensi atau bingkai waktu untuk sebuah “Proses” yakni:
a.     Dimensi filogenetik untuk mencakup evolusi dalam bahasa dan dalam bahasa tertentu;
     b.    Dimensi ontogenetic untuk mencakup perkembangan linguistik dalam individu, yaitu
meningkatkan linguistik individu repertoar atau menyimpan, dan  
c.      Dimensi logogenetic untuk mencakup terungkapnya makna dalam wacana aktual.  
      Makna terus diciptakan, ditransmisikan, diciptakan, diperpanjang dan diubah (1999: 18) oleh proses yang beroperasi di masing-masing dimensi, atau kerangka waktu. 
Halliday & Matthiessen (1999 : 18-22 ) kemudian menggambarkan tiga jenis proses dimana berarti potensi dapat diperluas . A new liguistic sign can be produced: we will call this process “Innovation”, or a linguistic sign can be split for semantic delicacy; we will call this process “Differentation”, and a sign can be “Deconstructed”, that is the meaning and its realization in wording can be detached from each other and re-attached to other wordings as meaning.
Untuk membentuk suatu potensi makna dalam sebuah teks maka harus menambahkan “gravity dan episentrum (pusat)” untuk menarik pembaca.
5.      Thesis statement adalah tahapan yang sangat penting untuk membuat dialog awal dengan yang diharapkan pembaca. (dengan thesis statement ini seorang pembaca akan tahu tentang ideologi/isi pandangan pembaca)
6.      Dalam setiap tulisan kita, kita harus memasukan batu “micle stone (batu loncatan)”. Ini penting agar tulisan kita bervariasi, tidak monoton isi tulisan kita.
7.      Diminggu ini juga harus dimasukan pemahaman tentang:

            Historian = Linguist (akademik) = Poet (sastra)
Tujuan pemahaman diatas berfungsi untuk mengangkat sebuah nilai untuk mengungkap kebenaran yang tersembunyi.  Menemukannya kemudian menciptakan dengan pengetahuan yang baru. 
Menurut Howard Zinn (2005 : 15) “There is no such thing as a whole story; every story is incomplete.”  Bahwa sebenarnya tidak ada sejarah yang diceritakan secara utuh, setiap sejarah pasti tidak lengkap.  Hal ini mengindikasikan bahwa harus melakukan kegiatan (discovering) sisi lain sejarah melalui praktek literasi.
Selain historian, linguist juga akan membantu dalam proses pengungkapan sejarah melalu praktek critical linguistic.  Fowler (1996 : 10)  mengatakan “layaknya historian, critical linguist bertujuan untuk memahami values yang berhubungan dengan sosial, ekonomi, susunan politik, diakronik mengubah nilai-nilai dan susunan.”  Selain itu, ideologi juga turut campur dalam hal ini.  Ideologi merupakan perantara antar instrument dan proses historical.  (Fowler, 1996 :12) mengatakan bahwa ideologi terdapat dimana-mana di setiap teks tunggal (lisan, tulis, audio, visual, atau kombinasi dari semua itu).
Selain historian dan linguist, Milan Kundera mengatakan bahwa “untuk menulis, poet berarti harus menghancurkan dinding dibelakang sesuatu yang “selalu ada” hal tersembunyi {Kundera (in L’Art duroman, 1986)}.  Dalam hal ini berarti tugas “poet” tidak berbeda dari karya sejarah, yang juga menemukan daripada menciptakan.  Sejarah itu seperti penyair, mengungkapkan, dalam situasi yang selalu baru, kemungkinan yang sampai saat sekarang tersembunyi.  Milan Kundera lahir di Borno, Cekoslavia 1 April 1929. Milan kundera hidup di Perancis sejak tahun 1975. Beberapa judul novel karyanya yang terkenal antara lain adalah: The Unbearable Lightness of Being (1984), The Joke (1967), Immortality
            Milan Kundera berkebangsaan Czechnya, almamater belia dari Universitas Charles di Prague dan mengambil jurusan akademi seni pertunjukkan di Prague. Karya-karyanya dipengaruhi oleh Giovanni Boccaccio, Rabelais, Cervantes, Laurance Sterne, Fielding, Denis Diderot, Robert Musil, Witold Gombrowicz, dll.
François Ricard menyarankan bahwa Kundera conceives berkaitan dengan suatu oeuvre keseluruhan, daripada membatasi ide - idenya dengan ruang lingkup hanya satu novel yang pada suatu waktu.  Tema dan meta - tema yang ada di seluruh oeuvre.  Setiap buku baru memanifestasikan tahap terbaru dari filosofi pribadinya.  Beberapa dari meta - tema termasuk pengasingan, identitas, kehidupan di luar perbatasan ( di luar cinta, di luar seni, di luar keseriusan ), sejarah sebagai terus - menerus kembali, dan kesenangan hidup kurang "penting". ( François Ricard, 2003 ).
Banyak karakter Kundera dimaksudkan sebagai eksposisi dari salah satu tema ini dengan mengorbankan kemanusiaan mereka sepenuhnya dikembangkan.  Spesifik dalam kaitannya dengan karakter cenderung agak kabur.  Seringkali, lebih dari satu karakter utama yang digunakan dalam novel, bahkan sampai sepenuhnya menghentikan karakter dan melanjutkan plot dengan karakter baru. Saat ia mengatakan kepada Philip Roth dalam sebuah wawancara di The Village Voice:  "Kehidupan intim [ adalah ] dipahami sebagai rahasia pribadi seseorang, sebagai sesuatu yang berharga, tidak bisa diganggu gugat, dasar orisinalitas seseorang.
Novel awal Kundera menjelajahi aspek tragis dan komik ganda totalitarianisme.  Dia tidak melihat karya – karyanya.  Namun, seperti komentar politik.  "Kecaman totalitarianisme tidak layak sebuah novel, "kata Kundera”.  Menurut novelis Meksiko Carlos Fuentes, apa yang dia menemukan menarik adalah kesamaan antara totalitarianisme dan mimpi purbakala dan menarik dari masyarakat yang harmonis di mana kehidupan pribadi dan bentuk kehidupan masyarakat tapi satu kesatuan dan semua bersatu sekitar satu kehendak dan satu iman.  Dalam menjelajahi humor gelap topik ini, Kundera tampaknya sangat dipengaruhi oleh Franz Kafka.


Apa yang dilakukan sejarah adalah tujuan untuk poet.  Untuk naik ke misi ini, penyair harus menolak melayani kebenaran yang diketahui sebelumnya. Kebenaran sudah jelas, karena mengambang dipermukaan.  Karena sejarah adalah proses tanpa akhir penciptaan manusia.
Menjadi seorang penulis harus banyak memperhatikan banyak hal, diantaranya:
1.      Untuk naik ke misi ini, sastrawan harus menolak melayani kebenaran yang diketahui sebelumnya, setelah kebenaran yang diketahui sebelumnya, setelah kebenaran yang didapat dari sumberlain dan sudah dianalisis dengan teliti, baru kita dapat memastikan apakah kebenaran itu benar-benar sesuai dengan fakta atau tidak.
2.      Karena sejarah adalah proses akhir penciptaan manusia, maka alasan yang sama dan dengan cara yang sama pula proses tak berujung manusia dalam penemuan diri.
                  Dari banyaknya pemahaman ini akhirnya Mr. Lala menugaskan kami untuk membuat thesis statement dalam critical review yang berisi pendapat-pendapat kita tentang sejarah baru yang di buat oleh Howard Zinn tentang Columbus dan tentang bukunya " Speaking Truth to Power with Books ". Namun dalam penulisannya harus dimasukan beberapa komponen:
a.      Introduction
Harus mengandung thesis statement dan membuat pembaca tertark untuk meneruskan membaca. Contoh :  This paper offers a critical insight/perspective on Howard Zinn’s article entitled “Speaking Truth to Power with Books”.
b.      Summary
Contoh :  There are several basic points that Zinn wrote on Columbus, whom we ridicolusly percieve as the hero/the discoverer of America.  First.....Second....Third.....
c.       Critique
Berisi kritik terhadap apa yang dijadikan objk kritik dalam teks.  Contoh : There are four points that are neglacted in Zinn’s article.  First.... second
d.      Conclusion
Mencakup kesimpulan dari apa yang telah dibahas.  Contoh : There are two basic that can be concluded....
e.       References
Dari mana saja asal data yang tercantum dalam teks.  Dalam peulisannya, harus dicantumkan secara jelas sumbernya, dan penulisan referensinya-pun harus benar, sesuai di APA (American Psichological Association) Style.  Dalam APA Style, kutipan dalam teks ditempatkan dalam kalimat dan paragraf sehingga jelas mana informasi yang dikutip atau diparafrasekan dan untuk meyakinkan pembaca.
Dalam gaya APA, kutipan dalam teks ditempatkan dalam kalimat dan paragraf sehingga jelas informasi apa yang sedang dikutip atau diparafrasekan dan informasi yang sedang dikutip.
                  Komponen ini harus di perhatikan dengan seksama dan diperjelas karena berkenaan langsung dengan pemahaman pembaca.
Jadi kesimpulannya:
Berkaitan dengan hubungan sejarah dengan sastra. Jelas ada hubungannya, menurut  Ismaun (2002:13) menguraikan tiga komponen pengertian atau konsep tentang sejarah yaitu: sejarah sebagai peristiwa, sejarah sebagai kisah dan sejarah sebagai seni.
Menulis merupakan semogenesis, yaitu proses tentang penciptaan makna. Halliday dan Matthienssen membagi tiga dimensi waktu semogenesis, yakni: Phylogenetic, Ontogenetic dan Logogenetic. Disamping itu, mereka juga menggambarkan tiga jenis proses perluasan potensi makna, yakni: Innovation, Differentation dan Deconstruction.
            Sejarah sebagai peristiwa ialah kejadian, kenyataan, aktivitas, yang sebenarnya telah terjadi. Sedangkan sejarah sebagai kisah adalah cerita berupa narasi yang disusun dari memory, kesan, atau tafsiran manusia terhadap kejadian yang terjadi di masa lampau. Jadi menurut saya adalah sejarah berbeda dengan sastra. Menurut (Kuntowijoyo:2001) bahwa sejarah dan sastra berbeda dalam struktur dan substansinya. Sejarah adalah sejarah sebagai ilmu dan sastra adalah sastra sebagai imajinasi.
            Salah satu tugas utama penulis adalah untuk mengungkapkan kemungkinan- kemungkinan pemahaman baru. Menjalankan bentuk- bentuk baru dari pemahama seperti dengan kata meniru kemudian dengan kita meniru kita bisa menemukan lalu dengan menemukan tersebut kita implementasikan dengan menciptakan atau membuat sesuatu yang baru. Menulis adalah masalah menciptakan affordance dan eksplorasi potensi makna. Lalu menulis juga merupakan sebuah semogenitas : memahami, memaknai. 
Jadi banyaknya komponen-komponen yang ada harus dijaga agar tekstur menulis itu sendiri tidak hilang dan tulisan itu dapat dinikmati oleh pembaca dengan cita rasa yang utuh.

                  
Comments
0 Comments

0 Comments:

Post a Comment