Monday, March 17, 2014

The Six Elements to be Good Writer

Class review 5

The Six Elements to be  Good Writer
Pada pertemuan kelima ini seperti biasanya, matakuliah writing  4  masuk pada pukul 7 tepat. Pada kesempatan tersebut masih membahas mengenai tugas critical review. Critikal review tersebut merupakan tugas critical review yang kedua. pada pertemuan tersebut masih banyak kesalahan yang masih dibuat dalam penulisan critical review tersebut. Walupun demikian, ada beberapa siswa yang sudah medapatkan peningkatan dan membuat Mr. Lala bumela tertarik dengan bacaannya. Kesalahan kesalahan yang dibuat dalam critical review pada pertemua yang kelima itu rata-rata masih pada area yang sama seperti kesalahan kesalahan minggu sebelumnya yakni kesalahan dalam topik pembahasan, stuktur, dan referensi. Mr. Lala Bumela selaku dosen masih memaklumi kesalahan-kesalahan tersebut pada pertemuan yang kelima ini karenakan beliau mengetahui bahwa ini masih permulaan. sejalan dengan kejadian tersebut, beliau menggolongkan hal tersebut kedalam 4 golongan yaitu Weakness- Mistake- Ignorance- Insane.

Maksud dari 4 golongan tersebut yaitu sebagai berikut:  
Ø  Weakness yaitu melakukan kesalahan yang tidak  diketahui dikarenakan masih benar benar tidak mengetahui apa yang seharusnya ditulis dalam tugas tersebut. kesalahan tersebut terjadi pada petemuan pertama dan hal tersebut dimaklumi atau masih wajar .
Ø  Mistake yaitu melakukan kesalahan kedua kalinya, yakni sudah mengetahui kesalahan sebelumnya dan sudah ada pemberitahuan mengenai kesalahan tersebut, tetapi blum bisa merubah kesalahan yang dibuat tersebut. Pada katagori mistake ini masih bisa sedikit dimaklumi.
Ø  Ignorance yaitu melakukan kesalahan ketiga kalinya setelah mengaetahui tentang kesalahannya dan telah diberi tahu tentang apa yang seharusnya diperbaiki. Kesalahan pada golongan ignorrance ini sudah tidak bisa dimaklumi karena, setelah mengaetahui dan diberi arahan seharusnya bisa lebih baik dari sebelumnya.
Ø  Insane merupakan tahapan yang paling buruk dan bisa dikatakan crazy syndrom karena melakukan kesalahan terus menerus dan pada kesalahan kesalahan yang sama.

Untuk bisa menjadi seorang penulis yang baik Mr. Lala bumela mengintruksikan untuk mengexplore dan memahami tentang  key issues of writing dalam buku-buku yang telah diajurkan beliau. Dalam buku Ken Hyland dijelaskan bahwa key issues dalam memahami writing terdiri dari enam elemen yaitu Context, Literacy, Culture, Technology, Genre dan Identity

1. Context

            Menurut Ken Hyland (2002:44) context bukan erletak pada kata yang kita tulis dan dikirimkan kepeda orang lain, tetapi context terbentuk melalui interaksi diantara writer dan reader dalam pemaknaan kata dengan jalan yang berbeda satu samalain saling menebak dari intention.  ada dalam teks di bagian dalam interaksi antara penulis dan pembaca untuk membangun perasaan yang berbeda-beda. Faktor kontekstual sangat luas dalam melihat sebagai objektif variabel setatis yang mengepung pengguna bahasa. Sehinga kita harus melihat context tulisan tersebut ditujukan untuk siapa.
Menurut Van Djik ada tiga aspek context, yaitu:
1.      Situasional context : situational context merupakan sesuatu yang diketahui oleh semua orang tentang apa yang mereka lihat di sekelilingnya. Dalam kata lain yaitu dilihat dari situasi apa yang orang lihat tentang situasi di sekitar mereka (Problematik).
2.      The background knowledge context : apa yang orang orang tahu mengenai dunia, apa yang mereka tahu mengenai aspek kehidupan, dan apa yang mereka ketahui satu samalain.
3.      Co-textual context : Apa yang orang orang tahu tentang apa yang sudah mereka katakan.

Penawaran prinsip sebagai salah satu jalan untuk memahami bagaimana arti itu diproduksi dalam sebuah interaksi. Hal ini bisa dilihat dari waktu dan tempat yang umum seperti konteksnya di rumah, sekolah, tempat kerja, ataupun universitas. Secara linguistkik orientasi dari konteks ini berbeda dan memulainya dengan texts, dan gambaran umum dari systematic discourse.
Semantara itu Haliday (1985)  mengungkapakan bahwa context terdiri dari tiga dimensi. Yaitu:
1.      Field : Membahas mengenai apa yang terjadi (Inteaksi sosial)
2.      Tenor : siapa yang berpartisipasi, peran dan hubungan dengan partisipan ( Kembali kepada siapa yang terlibat dalam text tersebut)
3.      Mode : peranan dari bahasa, apa yang partisipan harapkan, context dalam bahasa ( mengatur penggunaan bahasa dalam menulis text)
Selain itu Haliday mengungkapakan context dari sistuasi ada dalam sebuah wider dan konteks yang lebih abstrak. Haliday menyebutnya sebagai context of culture.

2. Literacy
            Literasi sebagai mana sering dibahas sebelumnya merupakan kegiatan melek huruf, dimana literasi mencakup kemempuan membaca dan menulis. Menurut Scribner dan Cole (1981: 236) literasi tidak hanya membaca dan menulis naskah  tertentu,tetepi literasi merupakan kegiatan yang menerapkan bacaan dan tulisan itu untuk tujuan tertentu dalam konteks trtentu. Sehingga tulisan itu bukan hanya sebagai keterampilan abstrak saja melainkan tulisan adalah sebagai praktek sosial.
            Dalam konteks traditional school literasi dinilai sebagai pisikologi dan intelektual yaitu merupakan sesuatu yang dapat diukur dan dinilai. Selain itu literasi dapat diartikan sebagai keterampilan yang bebes nilai yang memenipulasi alat tulis dan pipelejari melalui pendidikan formal.

3. Culture
            Culture atau budaya memiliki peranan yang penting dalam perkembangan literasi seperti yang dikemukakan oleh Latof bahwa, budaya secara umum difahami sebagai sebuah sejarah yang ditrasmisikan dalam jaringan sistematik meaning yang mengizinkan kita untuk memehami, mengembangkan, dan mengkomunikasikan pengetauan dan keyakinan kita tentang dunia Lantof (1999). Sehingga, belajar dan bahasa itu berhubungan dengan budaya yang dibawa oleh individu, karena suatu budaya bisa direpresentasikan dengan bahasa.
            Menurut Hyland  Budaya memiliki keterikatan dalam menulis karea nilai-nilai budaya  tercermin dan dilakukan melalui bahasa, karena budaya juga membuat kita tersedia untuk pasti menggunakan cara mengorganisir persepsi dan harapan kami, termasuk yang kita gunakan untuk belajar dan berkomunikasi secara tertulis Hyland ( 2009). 
4. Technology
Teknologi sangat dibutuhkan untuk menjadi orang yang berliterasi, karena dengan teknologi kita bisa mengembangkan kemampuan kita. Salah satu contoh dengan adanya teknologi intrnet kita bisa mendapatkan bahan bacaan yang bisa membatu kita dalam menggali pengetahuan sehingga kita bisa mengembangkannya lebih baik lagi. Selain itu teknologi bisa mempengaruhi dalam sebuah tulisan
  Pengaruh teknologi elektronik pada penulisan menurut (Hyland, 2009: 58) sebagai berikut:

Ø  Merubah kreasi, mengedit, proofreading, dan proses pemformatan.
Ø  Mengkombinasikan teks tertulis dengan media visual dan audio lebih mudah.
Ø  Mendorong menulis non-linear dan proses membaca melalui link hyper-teks.
Ø  Tantangan pemikiran tradisional tentang kepenulisan, wewenang dan intelektual.
Ø  Mengizinkan penulis mengakses informasi lebih lanjut dan menghubungkan informasi dengan cara-cara baru.
Ø  Mengubah hubungan antara penulis dan pembaca, agar pembaca bisa menulis apa yang telah dibacanya.
Ø  Memperluas berbagai genre dan peluang untuk mencapai sesuatu yang lebih luas.
Ø  Blur tradisioanal lisan dan tertulis perbedaan perspektif.
Ø  Memperkenalkan kemungkinan untuk membangun dan memproyeksikan identitas social yang baru.
Ø  Memfasilitasi masuk ke komunitas wacana baru online.
Ø  Meningkatkan marginisasi penulis yang terisolasi dari teknologi baru.
Ø  Penawaran tantangan menulis bagi guru dan peluang untuk praktik di kelas baru.

5. Genre
Genre merupakan salah hal yang bisa dikatakan sangat penting dalam hal bersosialisasi dengan orang lain. Hal tersebut bisa dikatakan penting karena  Genre adalah anggota proses social yang menjadi penyebab interaksi budaya untuk mencapai tujuan, orientasi tujuan telah berevolusi untuk mencapai hal-hal. Dapat dipublikasikan makna yang dibuat dengan langkah-langkah yang biasanya membutuhkan penulis yang mempunyai lebih dari satu langkah untuk mencapai tujuan tersebut (Hyland, 2009:63).
 Genre merupakan suatu istilah untuk mengelompokkan teks bersama-sama, mewakili bagaimana penulis biasanya menggunakan bahasa untuk menghadapi situasi yang berulang-ulang. Genre memiliki fitur yang berbeda dengan genre yang lainnya, yaitu:
1.      Memiliki tujuan tertentu.
2.      Struktur.
3.      Fitur linguistic.
4.      Anggota budaya.
Sehinga genre adalah jenis-jenis teks. Menurut Hyland, 2003: 18 Genre adalah sesuatu yang diakui secara social dari penggunaan bahasa merupakan bagian dari tujuan. Di dalam kelas, guru terfokus pada genre sebuah teks, tapi tidak hanya sebatas pembunuhan grammar. Malahan pola dari linguistic melihat seperti menunjuk bahwa genre melebihi context, termasuk jarak dari perbedaan social dan aneka pilihan yang menjalankan pada penulis di dalam sebuah context. Hyland, 2003: 27 genre knowledge: dari tujuan komunikatif suatu genre dan nilai di dalam konteks.
6. Identity
  Identity merupakan hubungan dekat antara menulis dan identitas seorang penulis. Dalam arti, identitas menunjuk pada cara yang seluas-luasnya kepada orang-orang untuk menunjukkan siapa mereka (Hyland, 2009: 69). Oleh karena itu identitas melibatkan interaksi antara prakte-praktek konvensional seperti melek huruf, dan nilai-nilai kepercayaan dan budaya sebelum pengalaman participant.
Penekanan yang dekat dengan sebuah penulisan terletak pada hubungan antara writing dengan identitas pengarang. Identitas kembali lagi ke jalan yang ditunjukkan oleh banyak orang pada hal yang lainnya. Kita menampilkan identitas (identity work) lewat pembangunan diri kita sebagai anggota yang credible pada kelompok social. Jadi, identitas itu  sesuatu yang kita lakukan, bukan sesuatu yang kita miliki. Dalam hal tersebut Ivanic memandang identitas itu ada tiga sudut pandang, pertama ialah the ao\utobiographycal self, the discourse self, dan authorial self.
Dari semua penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa teks tidak bisa terlepas dari keempat key issue tersebut, karena teks merupakan semiotic yang tidak pernah ada tanpa pembaca interetexts, situasi, dan fungsi. 



Comments
0 Comments

0 Comments:

Post a Comment