Sunday, March 23, 2014
Created By:
Jefi Fauzan A.
Class Review 6
The Power Of The First
Paragraph
Jum’at
14 Maret 2014. Pada pertemuan kali ini
menjadi begitu spesial dan tak akan pernah terlupakan. Hai ini kelas dimulai pukul 06.00, sungguh
semangat yang luar biasa untuk meraih
ilmu. Bagi saya hal ini merupakan
pengalaman yang baru. Mr. Lala sebagai
dosen yang profesional menunjukan dedikasinya yang tinggi terhadap kegiatan
perkuliahan. Meskipun banyak
kepentingan, baginya perkuliahan harus tetap berjalan. Oleh karena itu pukul 06.00 adalah waktu yang
paling memungkinkan untuk melakukan perkuliahan.
Hal
ini sempat menjadi perbincangan dikalangan dosen dan mahasiswa. Banyak pertanyaan yang muncul dari kelas
lain. “kenapa si ko mau kuliah pagi
sekali jam 06.00?” Saya hanya tersenyum
mendengar hal tersebut, bagi saya ini adalah urusan internal kelas dan kami
telah menyepakatinya bersama, selama kami masih bisa menepatinya, itu tidak
akan menjadi masalah bagi kami.
Saat
perkuliahan dimulai, terasa suasana yang berbeda yang saya rasakan. Ternyata kuliah lebih awal itu rasanya sangat berbeda. Mr. Lala mengawali perkuliahan hari ini dengan suatu narasi
mengenai literasi. Salah seorang
mahasiswa membaca narasi tersebut. Ikhtisar
yang dapat diambil dari narasi tersebut adalah betapa
pentingnya literasi. Orang-orang yang
berliterat adalah mereka yang tercerahkan.
Berlitersi artinya mencintai pengetahuan dan
menyebarkan pengetahan tersebut. Kaum literat
mempunyai tugas to emulate, to discover and to create. Kemudian mereka berada pada fase awal sebagai
peniru. Meniru adalah bagian penting
dari menemukan lalu menciptakan. Affordance
artinya sanggup mengubah dan mencerahkan, sedangkan meaning potential adalah
apa yang dikatakan to emulate, to discover and to create.
Diachronic, jika diibaratkan seperti fotografer yang
mengambil dan mengumpulkan gambar tersebut selama bertahun-tahun kemudian
ditarik kesimpulan dari hasi kumpulan gambar tersebut. Yang bisa menuliskan sejarah adalah mereka
yang bisa membaca dan menulis.
Seperti para ahli sejarah, kritikal linguis bertujuan
untuk memahami nilai yang menyokong sosial, ekonomi, politik, merubah nilai dan
merubah formasi. Ideology tentu saja
keduanya medium dan instrument dari proses sejarah. (Fowler, 1996)
Ideology bersifat omnipresent, ada diman-mana, dalam
teks yang bersifat spoken, written, audio, visual, atau kombinasi dari
semuanya. Prof. Dr. Chaedar Alwasilah
mengatakan tidak ada literasi yang netral begitu juga menurut Fairclough, tidak
ada teks yang netral.
Dikutip dari “Analisi Wacana” halaman 348. Van Leeuwen memandang teks sebagai wujud dari
ideology. Berbeda dengan model yang
dipakai oleh Fowler, Van Leeuwen meletakan analisisnya bukan pada kosa kata,
sintaksis atau tata bahasa yang dipakai dalam teks. Van Leeuwen lebih luas melihat teks sebagai
suatu strategi wacana, bagaimana penafsiran atas realitas, penggambaran
seseorang dalam masyarakat itu bukan hanya terjadi pada pemakaian kosa kata
atau kalimat tetapi juga pada elemen wacana lain.
Thesis Statement
Dalam thesis statement kita harus berupaya meyakinkan
pembaca terhadap pandangan kita, ini adalah bentuk ajakan, sering disebut
sebagai argumen akademik mengikuti prediktable pola dalam menulis. Setelah introduction topik, kita membangun
pandangan daari topic secara langsung dan sering didalam satu kalimat. Kalimat ini disebut thesis statement dan
kalimat ini disajikan sebagai rangkuman dari argumen yang akan disampaikan
dalam teks.
Dikutip dari Brookly Collage Learning Center,
2006. Thesis statement dapat menjadi
kekuatan yang sangat besar untuk mempersatukan didalam essay. Thesis statement dalam satu atau dua kalimat
yang terletak di akhir introduction dan akan bertindak sebagi peta dari essay
tersebut, thesis memberitahukan kepada pembaca kemana arah tujuan menulis kita
dan kenapa kita akan menuju kesana.
Thesis statement mempunyai dua fungsi,
1.
Penulis membuat
thesis untuk subjek fokus
2.
Kehadiran thesis
sentence yang baik akan menambah pemahaman sang pembaca
Thesis statement adalah:
1.
Berusaha memberitahu
pembaca bahwa kita akan menginterpretasikan signifikan persoalan dalam diskusi
2.
Road map of the
paper
3.
Secara langsung
menjawab pertanyaan yang kita ajukan
4.
Membuat klaim
5.
Biasanya kalimat
tunggal yang terletak pada paragraph pertama untuk menunjukan argumen kita
kepada pembaca.
Untuk melatih pemahaman kita terhadap thesis
statement, Mr. Lala menyuruh kami untuk menilai free writing yang telah kami
buat sebelumnya. Disini Mr. lala hanya
menekankan pada tiga unsur yang diwakili oleh tiga pertanyaan
1.
Does my thesis
pass the “so what?” test?
2.
Does my essay
support my thesis specifically and without wandering
3.
Does my thesis
pass “how and why” test?
Hari ini kita belajar tentang theis statement. Bagi saya
hal ini sangat penting, karena dalam setiap teks, paragraph pertama akan sangat
menentukan ketertarikan pembaca kepada teks yang kita buat. Saya selalu kesulitan dalam mengawali sebuah
teks. Paragraph pertama bagi saya
menjadi hal yang sangat sakral, karena sangat menentukan dalam teks kita.
Hari ini saya hanya mengikuti setengah perkuliahan
karena ada perlombaan yang harus saya ikuti.
Demikan juga Mr. Lala yang menjadi juri dalam perlombaan yang saya
ikuti. Alhamdulillah perlombaan tersebut
berjalan dengan lancar. Banyak pelajaran
dan pengalaman yang didapat dari perlombaan tersebut. Saya merasa sangat beruntung dapat mengikuti
perlombaan tersebut.
Terlepas dari semua itu, jadi pelajaran yang kita
dapat hari ini adalah semua yang berkaitan dengana thesis statement. Thesis statement inilah yang menjadi peta
dari apa yang akan kita bahas dalam teks kita dan membangun identitas kita sebagai penulis.


Subscribe to:
Post Comments (Atom)