Sunday, March 16, 2014

Text dan Context Kembar Siam (Tidak dapat Dipisahkan)


Text dan Context Kembar Siam (Tidak dapat Dipisahkan)
By : Dwi Ayu Asri Bahari
“Bisa menemukan apa yang orang lain tidak dapat temukan yakni ciri reader yang baik”

Mr. Lala memuji kelas bahasa inggris D (PBI_D) lantaran mahasiswa mulai berevolusi dari reader menuju quality reader, pergearakan ini mulai terlihat dikit demi sedikit dan ini sangat mengagumkan. Mr.Lala mulai menyinggung mengenai voice dan Aam Amaliyah menjadi penulis favorit minggu ini. Bagaimana tidak??? Aam telah berhasil menciptakan voice/ciri khas penulis dalam critical review minggu lalu dan mendekatkan diri pada topik besar dengan tepat. Penghuni PBI_D terkagum-kagum karena setidaknya salah satu dari kami telah berhasil memanjakan Mr.Lala melalui karya tulisnya.

Next, Mr.Lala memberi tahu tentang predicate kesalahan penulis. Penulis melakukan kesalahan karena benar-benar tidak tahu disebut weekness. Jika sudah diingatkan masih saja melakukan kesalahan disebut mistake. Ignore ini sebutan untuk yang kesalahannya sudah parah/ini berbahaya dan insane/gila sebutan untuk orang yang hilang kesadaran (terlalu banyak mengulang kesalahan sampai hilang kesadaran).
Mistake yakni salah satu kategori kesalahan yang dilakukan kelas PBI_D, terutama saya. Mengapa??? Karena sebagai individu masih belum sesuai struktur (introduction, summary, main body/critique, conclusion,references) dalam pembuatan critical review text-nya. Sekalipun sudah menggunakan stuktur/the content of a critical review dengan benar, tetap saja cara pembagian statement kurang seimbang. Misal, lebih banyak statement pada introduction dibanding pada main body/critique-nya. Walaupun begitu berulangkali Mr.Lala  memuji cita rasa tulisan bahasa inggris D (PBI_D) mulai ada dan ke-khas-an tulisan masing-masing individu mulai terasa. Meski tiap individu terkesan belum seimbang memadukan stuktur, namun setidaknya kami telah menyajikan tulisan dengan baik dan akan belajar untuk menjadi yang lebih baik lagi.
Semakin banyak membaca saya semakin sadar bahwa saya bodoh. Tantangan yang luar biasa bagi saya sa’at membuat critical review dua, dimana saya harus menganalisis tulisan Howard Zinn dan saya harus banyak membaca sejarah Amerika. Dan saya benar-benar merasa bodoh lantaran saya baru tahu bahwa sebenarnya penemu benua Amerika adalah orang muslim bukan Columbus. Dari beberapa referensi saya membaca sejarah Amerika dan menganalisis serta mengkritik teks yang ditulis Howard Zinn. Howars Zinn yang dengan keberaniannya nekad mengungkap kebenaran dan bukunya yang membongkar kebohongan-kebohongan Columbus (sebagai penemu besar, penemu benua Amerika) justu mengusik kenyamanan rakyat Amerika, karena Howard Zinn dengan berani membantah kebenaran itu.
Dari referensi lain, katanya Columbus sempat terkejut, karena dia menemukan masjid di benua itu. Columbus lahir pada 30 Oktober 1451 dan meninggal 20 Mei 1506 pada usia 54 tahun. Dia seorang penjelajah dan pedagang yang menyeberangi Samudra Atlantik dan sampai ke benua Amerika pada tanggal 12 Oktober 1492 di bawah bendera Castilian Spanyol. Dia percaya bahwa Bumi berbentuk bola kecil, dan beranggap sebuah kapal dapat sampai ke Timur Jauh melalui jalur Barat. Bahkan, jauh sebelumnya diyakini orang-orang Tiongkok dan kaum muslim sudah menginjakan kakinya di benua Amerika.
Howard Zinn pun dalam tulisannya mengungkapkan bahwa Columbus bukanlah seorang hero, melainkan seorang pembunuh, pemerkosa, kejam, multilator, munafik, dll. Dan dalam critical minggu lalu saya menulis/mengkritik kelebihan dan kekurangan Howard Zinn. Kelebihannya yakni berani mengungkap sisi buruk dari Columbus yang melakukan pembantaiaan. Sementara kelemahannya yakni Howard Zinn tidak mengungkap dan menjelaskan tentang penemu benua Amerika. Padahal jauh sebelum Columbus, umat Islam lebih dulu menemukan benua Amerika dan hal ini dapat dibuktikan dengan nama-nama tempat seperti Mecca (mekah), Quba, di benua Amerika. Zinn tidak mengungkap Islam sebagai penemu benua Amerika karena Zinn non-Islam dan Zinn seorang yahudi.
Text dan Kontext
Teks juga merupakan proses, dalam arti merupakan proses pemilihan makna yang terus-menerus, maksudnya ketika kita menerima atau memberi informasi dalam bentuk teks (lisan atau tulis) maka tentunya di dalam otak kita terjadi proses pemahaman (pemilihan makna) terhadap informasi tersebut. Adapun Konteks adalah sesuatu yang menyertai atau yang bersama teks. Tidak ada teks tanpa konteks. Konteks mengacu pada segala sesuatu yang mendampingi teks. Dan tidak ada konteks tanpa pembaca. Berikut adalah yang termasuk dalam konteks:

1.      substansi: materi fisik yang membawa atau menyampaikan teks
2.      musik dan gambar
3.     paralanguage: perilaku yang berarti bahasa yang menyertainya, seperti
kualitas suara, gerak tubuh, ekspresi wajah dan sentuhan (dalam kecepatan), dan pilihan dari jenis huruf dan ukuran huruf (secara tertulis)
4.      Situasi: sifat dan hubungan objek dan orang-orang di sekitarnya teks, seperti yang dirasakan oleh para peserta
5.     co-teks: teks yang mendahului atau mengikuti yang di bawah analisis, dan yang
peserta menilai milik wacana yang sama
6.     intertext: teks yang peserta anggap sebagai milik wacana lain, tapi yang mereka persekutukan dengan teks di bawah pertimbangan, dan yang mempengaruhi interpretasi mereka
7.     peserta: niat dan interpretasi mereka, pengetahuan dan keyakinan, sikap interpersonal, afiliasi dan perasaan
8.     fungsi: apa teks dimaksudkan untuk melakukan oleh pengirim dan addressers, atau
dianggap dilakukan oleh penerima dan addressees.
Text dan context yang ada di dalam discourse, tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Mereka seperti sebuah resep atau perlengkapan perang untuk mencapai meaning (tujuan pembaca dan penulis). Text terbagi dalam dua bentuk, yaitu physical beings (fisik) dan semiotic beings (simbol). Keduanya menjadi satu paket karena text hanya akan menjadi simbol jika dia mempunyai bentuk fisiknya. Dengan kata lain, text juga berfungsi sebagai alat komunikasi atau sesuatu yang diproduksi manusia. Sehingga, text dapat di tulis di berbagai benda, mulai dari kayu, batu, besi, dan lainnya (Lehtonen, 2000:72).
Berdasarkan pengertian text sebagai bentuk fisik dan simbol, dia dapat dijadikan sebgai catatan dan sejarah dari penulis, atau sesuatu yang ingin penulis bagikan. Dalam kasus kontroversial penemu Benua Amerika, salah satu situs di Internet menunjukan bukti berupa artefak (abad ke-7). Artefak tersebut berupa batu yang terukukir aksara Sequoyah yang mirip dengan Bahasa Arab (bertuliskan Muhammad). Hal tersebut memberikan meaning, bahwa sebelum Colombus datang (1492) pemeluk agama Islam sudah lebih dahulu datang kesana(Source: Indocropcircles.wordpress.com). aksara tersebut sebagai bentuk fisik dari teks, dan ia juga menjadi simbol dari bahasa Arab dan salah satu suku di Amerika.
Untuk menjelajahi sejumlah isu kunci yang mendominasi pemahaman saat ini dalam ihwal menulis ( Hyland : 2009 ) mengemukakan isu-isu tersebut sebagai berikut:
1.      Konteks,
cara kita memahami tulisan memiliki perkembangan melalui pemahaman yang semakin canggih dari konteks. Kami menyadari bahwa makna bukanlah sesuatu yang berada di kata-kata yang kita tulis dan kirim ke orang lain, tetapi diciptakan dalam interaksi antara penulis dan pembaca karena mereka memahami kata-kata ini dengan cara yang berbeda, masing-masing berusaha menebak niat yang lain. Sebagai akibatnya, analis dan guru sekarang mencoba untuk memperhitungkan pribadi, faktor-faktor kelembagaan, dan sosial yang mempengaruhi tindakan menulis.
Dimensi Halliday tentang konteks
• Field: Mengacu pada apa yang terjadi, jenis aksi sosial, atau apa yang teks adalah tentang (topik bersama dengan bentuk-bentuk yang diharapkan secara sosial dan pola biasanya digunakan untuk mengekspresikan itu).

• Tenor: Mengacu pada siapa yang mengambil bagian, peran dan hubungan peserta (status dan kekuasaan mereka, misalnya, yang pengaruh keterlibatan, formalitas dan kesopanan).
 • Mode: Mengacu pada apa bagian bahasa diputar, apa yang peserta mengharapkan untuk lakukan untuk mereka (apakah lisan atau tertulis,bagaimana informasi terstruktur, dan sebagainya).

2.       Literasi
Menulis, bersama dengan membaca, adalah tindakan Literasi: bagaimana kita benar-benar
menggunakan bahasa dalam kehidupan kita sehari-hari. Konsepsi modern keaksaraan
mendorong kita untuk melihat tulisan sebagai praktik sosial, bukan sebagai
keterampilan abstrak dipisahkan dari orang-orang dan tempat-tempat di mana mereka menggunakan teks.
3.      Budaya
Budaya secara umum dipahami sebagai historis ditransmisikan dan
jaringan sistematis makna yang memungkinkan kita untuk memahami, mengembangkan
dan mengkomunikasikan pengetahuan dan keyakinan kita tentang dunia (Lantolf,
1999). Akibatnya, bahasa dan pembelajaran adalah dikepung
dengan budaya (Kramsch, 1993).
4.      Tekhnologi
Untuk menjadi orang yang melek hari ini berarti memiliki kontrol atas berbagai cetak dan media elektronik. Banyak yang terakhir memiliki dampak yang besar pada cara kita menulis, genre kita buat, identitas pengarang kita asumsikan, bentuk produk jadi kami, dan cara kita terlibat dengan pembaca.
5.      Genre
Genre adalah istilah untuk mengelompokkan teks bersama-sama, mewakili bagaimana penulis biasanya menggunakan bahasa untuk menanggapi situasi berulang. setiap genre
memiliki sejumlah fitur yang membuatnya berbeda dengan genre lain: masing-masing memiliki tujuan tertentu, struktur keseluruhan, fitur linguistik tertentu, dan bersama oleh anggota budaya. Bagi banyak orang itu adalah intuitif Konsep menarik yang membantu untuk mengatur label akal sehat kita gunakan untuk mengkategorikan teks dan situasi di mana mereka terjadi.

6.      Identity
Pengertian saat ini identitas melihatnya sebagai konsep plural, yang didefinisikan secara sosial dan dinegosiasikan melalui pilihan penulis buat dalam wacana mereka. Pilihan ini sebagian dibatasi oleh ideologi dominan kemahiran istimewa di masyarakat tertentu, dan sebagian terbuka untuk interpretasi penulis 'sebagai akibat dari pribadi dan sosial budaya
pengalaman. Identitas demikian mengacu penulis berbagai 'diri' mempekerjakan dalam konteks yang berbeda, proses hubungan mereka dengan khusus masyarakat, dan tanggapan mereka terhadap hubungan kekuasaan institusional tertulis di dalamnya.     
Kesimpulannya, bahwa teks dan konteks yang ada didalam disourse tidak dapat dipisahkan satu sama lain seperti kata Lehtonen (2000:72). Tidak ada teks tanpa konteks, karena konteks merupakan sesuatu yang menyertai/yang bersama teks. Konteks mengacu pada segala sesuatu yang mendampingi teks dan tidak ada konteks tanpa pembaca. Sementara teks merupakan proses pemilihan makna yang terus menerus, artinya ketika kita menerima informasi dalam bentuk teks (tulisan atau lisan ) tentu didalam otak terjadi proses pemahaman/pemilihan makna terhadap informasi tersebut.


Comments
0 Comments

0 Comments:

Post a Comment