Sunday, March 9, 2014
Created By:
Nur Auliya Rahmawati
Class Review 4
Semangat yang tak Kenal Letih
( By. Nur Auliya Rahmawati )
Pada pertemuan keempat ini, mata kuliah Writing and Conversation 4.
Terdapat sesuatu yang berbeda. Dipertemuan ini, Mr. Lala menetapkan kelas
paginya dimulai Pukul 07.00. Sungguh saya baru merasakan Kuliah pada jam
tersebut. Karena, yang saya tahu bahwa jam 07.00 adalah jadwal anak-anak yang
bersekolah (SD, SMP dan SMA). Akan tetapi menurut saya, saya merasa kasihan
terhadap teman-teman saya yang rumahnya jauh dari kampus (yang bukan ngekos).
Mereka pasti harus bisa memenage waktu dengan sebaik mungkin. Kenapa Mr. Lala
menetapkan jadwal sepagi itu? Karena Mr. sedang membuat penelitian yang
berjudul bisakah Mahasiswi/a berngkat sepagi itu. Alhamdulilah nyatanya dari
semangat dan kegigihan kita untuk menuntut ilmu, kita bisa On time. ^_^
Selanjutnya hal yang baru saya rasakan pada saat itu adalah ketika
Mr. membukakan Power pointnya dan menampilkan Puisi dari Budi Hermawan (dosen
beliau ketika Mr. Lala kuliah). Mr. menyuruh dua orang dari kami untuk
membcakan Puisi tersebut. Ketika ada seorang yang memulai untuk membacakan
puisi tersebut, ketika itu semua menjadi hening dan sepi. Sebut saja Iis Pj
(petanggung jawab) mata kuliah ini. Iis membacakan puisi ini dengan lantang dan
tegas, sehingga kami menjadi terpesona dengan cara dia membacakan puisi itu.
Isi puisi bapak Budi Hernawan sebagai berikut :
Berkariblah dengan sepi, sebab dalam sepi ada
[momen] penemuan dari apa yang dalam riuh gelisah dicari. Dalam sepi ada berhenti dari menerima ramainya stimulus yang memborbardir
indera kita. Stimulus yang harus dipilah dan dipilih satu satu untuk
ditafakuri, lalu dimaknai, dan dijadikan berguna bagi kita. Bila tidak mereka
hanya dengungan yang bising di kepala saja tak mengendap menjadi sesuatu yang
mengizinkan kita memahami dunia di sekitar kita [sedikit] lebih baik. Berkariblah dengan sepi, sejak dalam sepi kita menemukan diri yang luput
dari penglihatan dan kesadaran ketika beredar dalam ramai; dalam sepi kita
dapat melihat pendaran diri yang diserakkan gaduh, mendekat, lalu merapat,
membentuk bayang jelas untuk dilihat tanpa harus memuaskan keinginan yang lain. Berkariblah dengan sepi karena dalam sepi berlalu lalang inspirasi yang tak
kita mengerti, atau tak dapat kita tangkapi ketika kita sibuk berjalan dalam
hingar yang pekak. Berkariblah dalam sepi sebab dalam sepi suara
hati lebih nyaring terdengar jernih. (Budi Hermawan)
Sungguh bait-bait Puisi yang benar-benar menyentuh perasaan saya,
apalagi saya merasakannya pada saat ini. Saya membutuhkan ketenangan yang sunyi
dan sepi. Saya membutuhkan tempat, dimana saya ingin mencurahkan semuanya dalam
sepi. Berkariblah
dengan sepi karena dalam sepi berlalu lalang inspirasi yang tak kita mengerti,
atau tak dapat kita tangkapi ketika kita sibuk berjalan dalam hingar yang
pekak. Berkariblah dalam sepi sebab dalam sepi suara
hati lebih nyaring terdengar jernih.
Saya sebagai pembaca menafsirkan bahwa saya memang merasakan itu semua. Saya
butuh kesendirian, untuk menuangkan ide-ide yang keluar dari benak ini. Karena
ide-ide yang keluar dari fikiran ini, harus cepat-cepat dituliskan. Agar tidak
mudah hilang begitu saja. Sungguh sepi membuat saya bangkit untuk menuju masa
depan. Semoga apa yang saya lakukan itu bisa bermanfaat untuk hari esok yang akan
datang.
Pada hari Jum’at, 29 februari 2014. Selanjutnya Mr. menjelaskan
tentang materi pembahasan Critical Review. Critical Review ini masuk kedalam
jenis-jenis Critical Writing dan yang terpenting dari itu semua adalah “
Content Quality “. Perlu diingat bahwa penulisan Critical Review ini harus
memakai bahasa yang Formal. Tidak boleh memakai bahasa yang tidak dipahami oleh
para pembacanya nantinya. Kemudian Mr. bercerita kepada kami, bahwa kualitas
tulisan yang kami buat adalah jauh lebih baik dari kakak senior kita yang lebih
diatas (kakak semester). Kenpa kami hebat? Karena kami sudah dilatih dari sejak
dini ( semester 2) sampai semester 4 ini, dengan berbagai tulisan-tulisan yang
memukau Dunia. Contohnya seperti pada minggu lalu, kami harus membuat Critical
Review sebanyak 2500 kata dengan wacana yang berjudul “ Classroom Discourse to Foster
Religious Harmony “, yang ditulis oleh Profesor Chaedar Alwasilah.
Kenapa Mr. Lala memberikan tugas yang sangat banyak kepada kami?
Jawabannya yaitu: untuk menjadikan kami Seorang Quality Reader dan
Quality Writer. Karena kami harus memulainya dengan cara membaca terlebih
dahulu dan kemudian menjadi seorang penulis yang hebat. Yaa itulah impian
semua orang didunia ini. Akan tetapi kami semua masih dalam tingkatan
Reader saja. Mengapa begitu? Karena kami belum bisa mengkritik secara pedas
dengan menuangkan sumber-sumber atau ide pokok yang ada didalam wacana
tersebut. Kami juga masih banyak menuliskan “ Statement” yang hampir
sama dengan teks tersebut.
Mr. Lala memberikan saran kepada kami, agar kami bisa mencari
Kelemahan sang Penulis tersebut dan mencari celah dalam bacaanya itu. Perlu
kita pahami bahwa kita harus beranjak dari posisi tengah antara Classroom
Discourse dengan Religious Harmony dan kita harus bisa menggabungkannya.
Didalam Classroom Discourse, kita harus lebih membahas tentang interaksi
antara murid dan gurunya itu, ataupun sebaliknya. Diwacana tersebut sangat
jelas bahwa adanya kesalahan yang terberat yaitu The Missing Link about TALK.
Setelah itu, harus adanya Post Reform ( tidak boleh mengulang Kritikan
tersebut). Maksudnya kita harus mencari-cari dan mengkritik apa yang belum ada
didalam wacana tersebut dan juga argument kita harus content (kokoh).
Selanjutnya yaitu mengapa Mr. Chaedar menuliskan tujuan utamanya
adalah to Foster religious Harmony? Karena semua itu sangat komplit
(berkesinambungan). Maksud komplit disini yaitu dengan adanya segala perbedaan
didalam kelas tersebut. Kemudian cara yang dilakukan dalam Classroom Discourse
ini haruslah Focus terhadap “Meaning making Practice”. Jika ingin
menghasilakan atau mencapai Keharmonisan sesama agama, maka harus adanya TOLERASI
dari kedua belah pihak tersebut.
Saya menambahkan dari Rymes, B (2008) yang
berjudul yaitu Classroom
Discourse Analysis : A Tool for Critical Reflection. Chapter 1 : Introduction to Critical Classroom Discourse Analysis. Poin pertama yaitu Why do Classroom Discourse Analysis? Saya akan berfikir dahulu siapakah saya nanti. Apakah
seorang guru? Yang dapat memperoleh dan memeriksa ulang, contohnya dari
pembicaraan didalam kelas (Classroom Talk). Pikirkan kembali Interaksi didalam
kelas anda sendiri (baik sebagai guru ataupun sebagai murid). Dan perlu diingat
bahwa saat itu yang membuat anda tidak merasa nyaman atau menunjukkan beberapa
ketegangan yang mendasari anda untuk memulainya. Bagaimana menurut anda, semua
itu disebabkan bahwa ketidak nyamanan dan ketegangan? Semua jawaban itu ada
didalam diri anda sendiri. Tujuan dari buku ini adalah untuk menyediakan alat
yang dipakai oleh guru untuk menganalisis pembicaraan didalam kelas tersebut.
Mengapa kita hanya melihat dari gaji yang sedikit, waktu yang akan dibebani
kita dan bahkan semua itu akan menjadi Kronis. Semua itu bisa kita lihat dari
empat alasan yaitu sebagai berikut :
1. Wawasan yang diperoleh dari analisis wacana
kelas (Classroom Discourse) telah meningkatkan saling memahami antara guru dan
muridnya,
2. Dengan menganalisis Classroom Discourse, guru
telah mampu
memahami perbedaan lokal yang ada didalam kelas, berbicara akan melampaui generalisasi budaya lainnya,
memahami perbedaan lokal yang ada didalam kelas, berbicara akan melampaui generalisasi budaya lainnya,
3. Ketika para guru menganalisis Classroom
Discourse sendiri, akademik
prestasinya akan meningkat,
prestasinya akan meningkat,
4. Proses melakukan analisis wacana kelas dapat menumbuhkan
intrinsik
dan cintanya seumur hidup untuk mengajarkan hal yang lainnya, sehingga hidupnya menjadi berpotensial.
dan cintanya seumur hidup untuk mengajarkan hal yang lainnya, sehingga hidupnya menjadi berpotensial.
Kesimpulan yang saya tangkap bahwasanya
didalam kelas, kita hrus bisa memanage itu semua
dengan cara adil dan tidak membeda-bedakan satu sama lainnya. Apalagi kita akan
menjadi calon Guru lulusan Universitas Negri Islam
“ IAIN Syekh Nurjati Cirebon”. Kita harus memberikan contoh yang baik,
khususnya perilaku pada anak didik
kita nanti. Sehingga kita bisa menghasilkan penerus yang berkualitas dan
berkompetensi tinggi. ^_^


Subscribe to:
Post Comments (Atom)