Sunday, March 9, 2014

Terisolasi Bukan Halangan Untuk Jadi Pemenng !!!


Terisolasi Bukan Halangan Untuk Jadi Pemenng !!!
(By : Dwi Ayu Asri Bahari)
“Berkariblah dalam sepi sebab dalam sepi suara hati lebih nyaring terdengar jernih.”
(Budi Hermaan)
Inpirasi akan muncul sa’at kita sendiri, berkawan sunyi dan suasana sepi. Ini adalah sa’at yang tepat untuk menulis, karena pada dasarnya menulis termasuk bagian meditasi agar kita mengenali diri sendiri. Namun, dalam mata kuliah writing untuk menjadi penuli sejati bukan hanya berkawan dengan sepi saja melainkan wawasan dan pengetahuan yang luas serta briliant. Adapun tahapan revolusi sebelum kita menjadi writer yakni Reader-Quality Reader-Writer-Quality Writer.

Omong-omong tentang tugas critival review yang menyinggung bagian “Classroom Discourse”, agak rumit. Beruntung Mr. Lala menjelaskan tentang hal tersebut, setidaknya saya paham walau tidak begitu. Paling tidak saya berhasil mencatat tiga poin penting tentang definisi Classroom Discourse. Definisi pertama bahwa Classroom Discourse is a Sacred Site artinya suci, sacral/ritual. Misalnya, sebelum berada dibangku perkuliahan tentunya banyak tantangan yang harus kita lewati seperti ujian nasional (UN), lulus SMA, tets wawancara di perguruan tinggi, ospek dan sebagainya. Definisi kedua yakni Classroom Discourse is a Complicated. Jelas didalam kelas meliputi backround yang berbeda-beda, ada yang etnicnya dari sunda, jawa atau daerah lainnya. Dalam kelas perkuliahanpun backround pendidikanya berbeda, ada yang dari SMA, SMK, pesantren, dll. Selain itu ada perbedaan politik dan level ekonominya juga, inilah yang disebut kompleks.
Menurut bapak Chaedar, Classroom Discourse is a interaction. Dalam interaksi mencangkup participant dan talk, namun bapak Chaedar tidak menulisnya. Harusnya pada tugas critical review kemarin mahasiswa mengkritik hal tersebut “talk” dan ini termasuk kesalahan saya karena saya tidak berfikir kearah situ dan tidak sanggup mengkritik. Seperti yang kita ketahui bahwa bapak Chaedar merupakan penulis yang hebat dan luar biasa (kritis), jadi saya pikir tidak ada yang perlu saya kritik dari artikel beliau. Kalaupun ingin mengkritik, kita harus memiliki argument dan referensi yang kuat untuk mendukung argument/kritik kita.
Definisi ketiga, Classroom Discourse is meaning making practice. Set of beliefs, yang disebut belief contohnya yakni mata kuliah writing yang diampu oleh Mr. Lala cara pengajarannya berbeda dengan universitas lain. Mata kuliah writing yang diampu oleh Mr. Lala lebih menomorsatukan kedisiplinan dan ada tugas wajib setiap pertemuan yakni menulis class review dalam buku yang disebut password/buku wajib, syarat untuk mengikuti pelajaran writing. Disiplinnya karena setiap mahasiswa-mahasiswi yang tidak membawa password, maka haram baginya ikut mata kuliah writing, Mr. Lala tegas dan semangat. Lain halnya dengan pengajaran di universitas lain, khususnya untuk matakuliah bahassa inggris. Saya pernah berdialog dengan kakak tingkat fakultas bahasa inggris dari perguruan tinggi tetangga. Saya yang sa’at itu mengikuti bimbel bahasa inggris, penasaran bertanya padanya mengapa masih ikut bimbel padahal sudah semester empat? Katanya karena di kampusnya kurang mendapat pengajaran. Dosennya yang jarang masuk membuat mahasiswa-mahasiswi menganggur dan berhamburan. Bebas tugas membuat mereka semakin erat berkawan dengan kemalasan, bahkan sekalinya masuk dosen akan menggabung keempat kelas sekaligus, hanya member tugas dan membiarkan mahasiswa bergelut dalam pengangguran. Hal tersebut yang akhirnya menjadi pertimbangan bagi saya bahwa saya akan memilih Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon sebagai tempat pelabuhan menuntut ilmu bagi masa depan karena saya tidak ingin rugi dan hanya kuliah nganggur tanpa tugas. Haarus saya akui bahwa kampus saya luar biasa, karena kampus saya selalu banyak tugas dan sedikit libur. Kata Mr. Lala tujuannya agar kita tidak nganggur karena kebanyakan mahasiswa menganggur pasti nongkrong di mall, shopping atau main yang tidak karuan. Dan yang membuat saya semangat belajar karena Mr. Lala selalu bangga pada mahasiswa dan percaya nantinya lulusan I.A.I.N akan mampu bersaing bahkan unggul, tidak seperti dosen-dosen lain yang malah merendahkan kampus dan kualitas mahasiswanya.
Setelah membahas tentang Classroom Discourse, akhirnya Mr. Lala membahas tentang paper unity and coherence in the composition. Ada empat pertannyaan yang harus kita jawab, untuk pertanyaan pertama mengacu pada main idea, dan ini kesalahan terbesar bagi karya tulis saya karena saya memilih pendidikan untuk main ideanya, harusnya seimbang dengan Classroom Discourse. Pertannyaan keduapun masih salah karena critical teks saya tidak seimbang terlalu banyak konflik. Yang ketiga tentang penandaan teks yang perlu dipertahankan, critical saya masih banyak restate atau teks yang tidak penting. Dan yang terakhir yakni, apakah yang kita tulis sudah jelas atau belum? Teks milik saya masih sangat berantakan (belum ada coherence).
“Tidak ada yang tidak mungkin, jika kita yakin.”
Ini berbanding terbalik dengan hasil kerja saya sewaktu semester dua, Ketika Mr. Lala menugaskan seluruh mahasiswa PBI-D membuat narrative texs. Ini fakta dan saya kecewa karena hanya nilai 68 saja yang mampu say peroleh. Namun kali ini dalam tugas critical review dimata kuliah writing for academic semester empat, Mr. Lala bermurah hati dan member saya dengan nilai 86 luar biasa, Allhamduliilah. Terimakasih karena Mr. Lala telah memberikan kepercayaan dan motivasi pada saya.
Saya fikir kerja keras saya hanya cukup sampai disini, namun saya salah besar dan hari ini bahkan hari selanjutnya saya harus dua kali bekerja keras untuk menghadapi tantangan hidup. Saya yakin pasti bisa.
Sekarang saya terisolasi (tidak dapat santai/bermain) awalnya ini seperti bencana, namun Mr. Lala secara tidak langsung menyadarkan saya bahwa tiap waktu yang kita jalani sangat berarti, bahkan tiap detik hembusan nafas sangat-sangat berharga. “Musuh besar kita adalah waktu luang yang kosong!!! Jika kita ingin menjadi pemenang, kuncinya adalah mempersibuk diri.” Terisolasi (terperangkap dalam tugas) kini bukan bencana lagi melainkan kunci calon pemenang.
Comments
0 Comments

0 Comments:

Post a Comment