Sunday, March 9, 2014
Created By:
Nafila El-Sa'idah
Nama
: Nafila El Sa’idah
kelas : pbi d
Secuil Kesalahan Membangun
Revolusi
Disaksikan sang raja surya maha tinggi, bersinar di pagi hari,
wajahmu berseri seri, berkuasa di sana sini.
Matahari. Matahari ciptaan yang maha di atas maha tinggi, ALLAH SWT. Pencipta yang maha mengetahui bersama
makhluknya (matahari) menyaksikan kami, yang bergegas pergi ke kampus suci,
tempat ilmu duniawi dan ukhrowi. Kokok
ayam jantanpun mengiringi langkah ini.
Saya dan teman-teman bersiap-siap dan berjalan lebih pagi untukmemulai
hari. Juma’at, tanggal 28 februari 2014,
tanggal akhir di bulan kedua dari 12 bulan yang masehi miliki. Kami berevolusi untuk lebih pagi berangkat ke
kampus hijauku karena pembelajaran pagi ini dimulai pukul 07.00.
Berevolusi jam
pelajaran dari 07.30 WIB menjadi 07.00 WIB.
Revolusi ini sebagai experiment baru kampus hijauku, persiapan mutu IAIN
SNJ yang akan menjadi UIN dalam wacananya.
Setelah dipertimbangkan jika pelajaran dimulai dari pukul 07.30 maka
waktu sholat akan tergencat karena terkadang dosen ingin jadwalnya berurutan
dan mengorbankan waktu belajar untuk sholat beberapa menit. Namun, jika mata kuliah dimulai dari pukul
07.00 mahasiswa akan memiliki waktu untuk sholat dan makan dengan tenang. Kemudian, mahasiswa dapat belajar lagi dengan
stamina yang cukup yang telahditambah serta hasil survei mengenai
keterlambatanmahasiswa, mahasiswa lebih sering telat saat memulai pelajaran
pukul 07.30. namun, saat memulai
pelajaran dari pukul 07.00 mahasiswa lebih rajin bergegas dari rumah masing-masing
dengan target belajar pada pukul 07.00 WIB.
Setelah mempersiapkan infokus, materi, dan lain sebagainya. Pukul
07.01 mata kuliah writing and conversation 4 dimulai. Terlebih dahulu Mr Lala Bumela, M.Pd
membicarakan tentang revolusi di atas.
Kemudian, setelah mengabsen kembali ke fokus utama ke medan perang di
mata kuliah ini. Akademik writing.
Banyak orang yang mengatakan technik lebih penting daripada
content. Tetapi, tidak untuk mr lala
Bumela, M.Pd. beliau mengatakan content
lebih penting daripada tehnik karena content adalah tantangan yang harus
tersedia dengan kualitas yang baik.
Target perang kita di minggu ini tentang persiapan “massive endurance”,
posisi perang, persiapan untuk hijrah ke depan.
Hidup dalam sepi, dan evaluation offirst critical review.
Pertama, Massive endurance.
Bukan big lagi yang pantas digunakan tetapi sudah harus massive. Stamina kita harus lebih, lebih besar untuk
kedepannya. Tiga minggu kemarin komandan
melihat luar biasanya stamina yang kita keluarkan untuk critical review pertama
dan itu harus bertahan sampai massive endurance. Massive endurance untuk posisi yang harus
kita tempati.
Kedua, posisi perang kita sangat sulit. Butuh massive endurance, critical
thinking dan segala apapun yang
mendukung kita dalam akademik writing. READER->QUALIFY
READER->WRITER->QUALIFY WRITER.
Seperti itulah posisi yang harus dikejar dan ditempati. Apabila sekarang kita masih ada di posisi reader
suatu saat kita harus hijrah ke posisi selanjutnya yaitu qualify reader, writer
dan qualify writer.
Beberapa persiapan hijrah untuk ke depannya juga perlu kita
persiapkan, berikut ini persiapan perang kita yang harus disiapkan minggu
depan, yaitu:
·
Bawalah
senjata perang berupa laptop ke medan perang
·
Persiapkan
500 kata yang telah rekontruksi ke dalam bahasa inggris dalam 30 menit.
·
Membuat
ringkasan ceritanya.
·
Diidentifikasi
yang mana unity, coherence, dsb
·
Menjadi
“penulis beneran”,menjadi anggota perang beneran. Itu yang komandan inginkan.
·
Diperbolehkan
konsultasi dengan teman ataupun dosen writing 4.
·
Share
to be better is allowed.
Setelah mempublikasikan persiapan perang, komandan memberikan
renungan inspirasi , trik-trik untuk berperang yang pernah disampaikan oleh
sang guru komandan “Budi Darmawan”.
Trik-trik dan renungan 1 slide power point dan berhasil mengambil semua
perhatian tatapan mata hanya menuju pada 1 slide itu. Semua mata terpana menuju 1 slide yang penuh
dengan goresan huruf itu serta 2 orang dari kami membacanya dengan lantang satu
persatu.
Berkariblah dengan sepi, sebab dalam sepi ada [momen] penemuan dari
apa yang dalam riuh gelisah dicari. Dalam sepi ada berhenti dari menerima
ramainya stimulus yang memborbardir indera kita. Stimulus yang harus dipilah
dan dipilih satu satu untuk ditafakuri, lalu dimaknai, dan dijadikan berguna
bagi kita. Bila tidak mereka hanya dengungan yang bising di kepala saja tak
mengendap menjadi sesuatu yang mengizinkan kita memahami dunia di sekitar kita
[sedikit] lebih baik.
Berkariblah dengan sepi, sejak dalam sepi kita menemukan diri yang luput dari penglihatan dan kesadaran ketika beredar dalam ramai; dalam sepi kita dapat melihat pendaran diri yang diserakkan gaduh, mendekat, lalu merapat, membentuk bayang jelas untuk dilihat tanpa harus memuaskan keinginan yang lain.
Berkariblah dengan sepi karena dalam sepi berlalu lalang inspirasi yang tak kita mengerti, atau tak dapat kita tangkapi ketika kita sibuk berjalan dalam hingar yang pekak.
Berkariblah dalam sepi sebab dalam sepi suara hati lebih nyaring terdengar jernih. (Budi Hermawan)
Berkariblah dengan sepi, sejak dalam sepi kita menemukan diri yang luput dari penglihatan dan kesadaran ketika beredar dalam ramai; dalam sepi kita dapat melihat pendaran diri yang diserakkan gaduh, mendekat, lalu merapat, membentuk bayang jelas untuk dilihat tanpa harus memuaskan keinginan yang lain.
Berkariblah dengan sepi karena dalam sepi berlalu lalang inspirasi yang tak kita mengerti, atau tak dapat kita tangkapi ketika kita sibuk berjalan dalam hingar yang pekak.
Berkariblah dalam sepi sebab dalam sepi suara hati lebih nyaring terdengar jernih. (Budi Hermawan)
Renungan itu memang sangat benar.
Terkadang kita bisa hidup ketika kita berada dalam kesepian saat hidup
dalam sepi suara hati akan sangat terdengar jenih.
Move to evaluation of first critical review. Untuk membuat critical review, check terlebih
dahulu tentang “definisi classroom”.
Terlebih dahulu pengertian classroom.
Definisi classroom
1.
Classroom
is sacred site
Apakah orang yang menjual es di luar kampus IAIN bisa masuk dan
belajar di kelas? Apakah di kelas tempat orang yang berjualan? sangat tidak
mungkin. Classroom adalah tempat yang
sakral, tempat suci yang tidak bisa dimasuki oleh sembarangan manusia. Hanya orang orang tertentu yang bisa masuk
kelas. Murid dan gurunya dan ritual yang
dilakukannya adalah “proses belajar mengajar”.
Kelas bisa dikatakan tempat sakral karena tidak oleh semua umat
(kalangan) yang dapat memasukinya.
Ritual yang dilakukan juga khusus untuk umatnya yaitu pelajar.
2.
Classroom
is complicated
Di dalam kelas terdapat banyak perbedaan background, ethnic,
education, economi, politik, dsb. Perbedaan-perbedaan itu disatukan di dalam
kelas, sungguh sangat complicated bukan? Kelas merupakan seebuah ruang yang
dapat menyatukan perbedaan dan pembentukan tingkah laku yang baik. Pembentukan karakter kepada siswa bukan dari
banyaknya teori tetapi dengan mencontohkannya.
Disiplin misalnya, untuk menerapkan disiplin tidak hanya teorinya
saja. Tetapi lebih mudah dicontohkan
dalam perilaku sehari-hari.
3.
Meaning
making practice
Di
dalam classroom terukur ideologi yang berbeda dari setiap orangnya. Ideologi is sets of beliefs. Ide-ide, pemikiran, segala sesuatu dalam
kelas berbeda. Juga “values” nilai
budipekerti yang berbeda pula.
Setelah mengetahui definsi classroom
kemudian definisi dari discourse.
Discourse
1.
Text
2.
Context,
yaitu talking differences religion harmony
Pendefinisian classroom discourse harus dimengerti jika ingin
mengkritik sebuah artikel karena artikel yang dikritik pada minggu kemarin
tentang “classroom discourse to force religion harmony” maka mendefinisikan
juga classroom discourse.
Setelah definisi,
yang seharusnya dikritk pada artikel itu adalah masa setelah reformasi “POST
REFORM”. The biggest missing link ada
pada bagian ini. Pembahasan dalam
artikel tentang religion harmony, jadi sangat berkaitan pada masa setelah
reformasi.
Yang harusnya
dikritisi lebih ke bagian interaksi, kenapa prof Chaedar Al wasilah tidak
menjelaskan cara interaksi, as participant then talk! Karena dalam kelas
keikutsertaan hanya ada student-teacher, student-student. Kemudian, mereka dapat saling berinteraksi
untuk mengeluarkan pendapat dan saling bertukar pikiran. Akan ada “trust”, tolerance, discourse. Semuanya itu tercakup dalam sastra. Perbedaan-perbedaan dibahas dalam kelas untuk
bangsa, evolusi menjadi revolusi.
Jadi kesimpulan
pada hari jum’at ini kami memulai kelas pukul 07.00 dan akan berlanjut sampai
pertemuan seterusnya karena IAIN SNJ Cirebon akan berevolusi. Kita harus punya massive endurance dan siap
untuk maju ke posisi selanjutnya dari reader ke qualify reader ke writer sampai
qualify writer dengan mempersiapkan senjata perang di medan perang, serta
berdoa berkarib dalam sepi.
Evaluasi dari
critical review yang pertama, pertama kita harus mendefinisikan judul artikel
dengan baik. Post reformasi waktu yang
semestinya ditilik dan jika berlanjut maka ujung tombak harmony religion adalah
“kemenag”.
Kemenag yang akan
mengatur hubungan antar umat beragama.
Seharusnya di setiap lembaga mempunyai mata kuliah agama lain agar
mengetahui perbandingan agamanya. Saat
kita masih berjalan dalam evolusi, lambat laun akan berevolusi. Nantikan!.


Subscribe to:
Post Comments (Atom)