Sunday, March 9, 2014
Created By:
Nita Agustina Maulidya
Name
: Nita Agustina Maulidya
Class
: Pbi-D / 4
Nim
: 14121320251
Writing
and Conversation 4
Class
Review 4
Critical Review di Senja Pagi
Sang menyambut kita dengan
menghangatkan dunia. Pagi ini mentari
yang indah, karena sangat terlihat jelas dan bulatan matahari itu snagat indah,
namun cahaya itu kemerahan membuat aku merasa senja itu begitu indah. Pertama kali nya kita semua berangkat 06.30
bagaikan anak sekolah, masih dengan hari yang sama tepatnya hari Jumat, namun
pada tanggal yang berbeda. Pertemuan
kali ini tepatnya pada tanggal 28 februari 2014 dengan mata kuliah writing and
conversation 4.
Hari ini adalah class review ke -4,
hari demi hari kulalui di kontrakanku dengan teman-teman ku untuk mengerjakan
writing bersama. Baru pertama aku harus
mengetik dengan 2500 kata, rasanya aku harus berfikir keras bagaimana aku harus
mendapatkan 2500 kata tersebut dengan waktu ya menurut aku tidak panjang,
karena aku harus membaca buku terlebih dahulu, walaupun text yang aku baca itu
terkadang tidak sepenuh nya mengerti.
Seiring dengan berjalannya waktu aku terus mengerjakan tugaas yang
membuat aku bingung dan membuat aku
takut, hingga akhirnya tugas itu terselesaikan.
Pertemuan
kali ini tepatnya pada tanggal 28 februari 2014 dengan mata kuliah writing and
conversation 4 dan class review ke-4, dengan sangat pagi-pagi sekali
perkuliahan sudah dimulai tepatnya pada tangga 07.01. Namun didalam kelas sekitar setengah
mahasiswa/i yang baru dateng, selebihnya ada yang terlambat ada pula yang tidak
mengikuti mata kuliah writing and conversation 4.
Tidak
jauh dari yang namanya menulis , seperti yang kita bahas pada class review
kemaren bahwa endurance menjadi dasar yang penting dalam menulis. Endurance dan content menjadi daya tarik
tersendiri dalam sebuah tulisan, seorang penulis meletakan apa yang menjadi
daya tarik pada tulisan mereka. Dengan
adanya endurance yang kuat dan content yang menarik. Bukan hanya dalam class review, kita
mendapatkan tugas untuk embuat critical review.
Seorang penulis harus mempunya ide-ide yang menarik, sehingga itu pun
menarik untuk dibaca.
Menulis
critical review itu menurut saya sangat sulit, tulisan itu atau text itu sulit untuk aku pahami, critical
review itu membuat aku menyerah mengikuti mata kuliah writing, namun aku selalu
memberi suggestion dalam fikiranku, kalo aku mampu menyelesaikan tugas critical
review ini. Aku harus membuat 2500 kata
bahkan lebih dari 2500 kata itu, pekerjaan itu merupakan pekerjaan yang sangat
messive(very messive). Critical teks
yaitu critical review dibangun melalui Reader-Quality
Reader-Writer-Quality Writer.
Sebelum membahas tentang critical review. Mr.Lala Bumela membahas tentang Revolution, naah... revolution itu
berada dalam jam perkuliahan kita.
Karena apa kita membahas tentang revolution? Karena jam perkuliahan kita
yang awalnya 07.30 sekarang menjadi pukul 07.00.
Kembali
pada pembahasan critical review yang sangat messive, messive itu sendiri adalah
stamina , kalian harus mempunyai stamina yang sangat luar biasa, jadi jika kita
ingin menulis critical review kita harus mempersiapkan stamina yang sangat luar
biasa. Jika kita sudah membangun R=QR-W-QW, disitulahy kita harus mulai
berlatih menulis, sehingga tulisan kita akan menjadi lebih baik, jika kita
terus berlatih dan mengasuh kemampuan kita.
Critical review sudah dimulai dari minggu ini, tetapi mulai minggu depan
Mr.Lala Bumela menyampaikan sesuatu, bahwasannya minggu depan harus membawa
laptop, karena ingin melatih kita agar kita bisa menulis dan terus mengasah
kemampuan kita dalam menulis dan berfikir.
Kita akan dilatih menulis sebanyak 500 kata dalam waktu 30 menit dan
menggunakan bahsa inggris. Kita
diajarkan layaknya penulis sungguhan, penulis yang profesional tercermin dalam
sesuatu yang menarik dalam tulisan nya dan memenuhi daya tarik yang bagus untuk
sang pembaca.
Setelah
Mr.Lala Bumela menampilkan slide dalam bentuk power point yang berjudul THE 4TH
MATCH : THE FIRST CRITICAL REVIEW EVALUATED.
Didalam slide ada sebuah penggalan-penggalan kalimat yang puitis
menggambarkan sedikit tentang kehidupan seorang penulis dari Budi Hermawan.
“Berkariblah
dengan sepi, sebab dalam sepi ada {momen} penemuan dari apa yang dalam riuh
gelissah dicari. Dalam sepi ada berhenti
dari menerima ramainya stimulus yang memborbardir indera kita. Stimulus yang harus dipilah dan dipilih satu
satu untuk ditafakuri, lalu dimanai, dan dijadikan berguna bagi kita. Bila tidak ada mereka hanya dengungan yang
bising di kepala saja tak mengendap menjadi sesuatu yang mengizinkan kita
memahami dunia disekitar kita{sedikit} lebih baik.
Berkariblah
dengan sepi, sejak dalam sepi kita menemukan diri yang luput dari penglihatandan
kesadaran ketika beredar dalam ramai; dalam sepi kita dapet melihat pendaran
diri yang diserakkan gaduh, mkendekat, lalu merapat, membentuk bayang jelas
untuk dilihat tanpa harus memuaskan keinginan yang lain.
Berkariblah
dengan sepi karena dalam sepi berlalu lalang inspirasi yang tak kita mengerti,
atau tak dapat kita tangkapi ketika kita sibuk berjalan dalam hingar yang
pekak.
Berkariblah
dengan sepi dalam sepi suara hati lebih nyaring terdengar jernih (Budi
Hermawan).
Sehingga aku dapat menyimpulkan
bahwa seorang penulis butuh tempat yang sangat tenang dan sepi, saat itulah
seorang penulis inspirasinya dan menuangkan kedalam kertas putih.
Memang benar ketika kita menulis
kita harus konsentrasi, jika kita tidak konsentrasi tulisan kita tidak akan
sesuai harapan. Karena kesalahan itu
terjadi dalam diri kita, ketika kita mengerjakan critival review, dimana
hasilnya kurang sesuai dengan yang diharapkan. Critical review untuk “Classroom
Discourse to Foster Relegious Harmony” seharusnya lebih banyak tentang
Post-reformasi, karena yang dimaksud dengan content yaitu post-reformasi dan
content tersebut bersifat ajeg.
Setujuhkah anda jika classroom
discourse dapat dikatakan sebagai :
1. Classroom
is a “Sacred Sire” artinya classroom merupakan sesuatu yang sakral. Tidak
sembarang orang dapat melakukan classroom jika mereka tidak mempunyai
kriteria – kriteria tertentu.
2. Classroom
is a “Complicated”
Classroom merupakan esuatu yang rumit (Complicated)
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
a. Background
Salah
satu faktor penyebab sulitnya membangun Classroom Discourse yaitu dikarenakan
baik siswa maupun guru memiliki latar belakang atau background yang berbeda-beda, seperti perbedaan
yaitu :
ü Etnik
ü Education
ü Ekonomi
ü Politik,dll
b. Interaction
Main
point atau inti utama pada classroom discourse yaitu interaksi, interaksi yang
terjadi harus melibatkan participant karena tidak akan terjadi adanya interaksi
tanpa participants. Dalam interaksi
tanpa participants, juga harus ada talk.
Talk inilah inti yang dibahas oleh pak Chaedar pada artikel “Classroom
Discourse to Faster Religion Harmony”.
Clasroom discourse merupakan situs
suci yang berisi text dan context.
Text
Discourse
Context
berperilaku tidak seperti text.
3. Meaning
Making Practice
Classroom discourse
dapat dikatakan sebagai making practice yang dapat terjadi karena :
a. Ideology
clases : merupakan sets of believe kita.
b. Values : merupakan nilai tinggi rendahnya minat kita
untuk belajar. Semakin kita belajar maka akan semakin bagus values
yang kita bangun.
Jadi kesimpulan diatas
dapat disimpulkan bahwa jika kita akan menulis sebuah karya tulis atau lebih
critical review yang harus ada dan dibangun serta diperkuat pertama kali yaitu
endurance (daya tahan) dan content.
Content memberikan daya tarik untuk tulisan yang kita buat. Setelah membangun endurance dan content, kita
juga harus mempunyai kejelasan dan ketepatan dalam mengkritis sebuah teks.


Subscribe to:
Post Comments (Atom)