Thursday, March 6, 2014
Created By:
Latifah Nurhasanah
Critical Review 2
Critical Review 2
PRAKTEK LITERASI MELALUI SEJARAH
“Teman duduk yang paling baik disepanjang masa adalah buku.”
(mahfudzot, kata mutiara islam)
Buku adalah mercusuar yang berdiri di tepi samudra waktu yang luas.
(Edwin P. Whipple)
Buku laksana sebuah tiang yang berdiri di tengah lautan luas. Mengapa seperti itu? Karena kita dapat mengetahui seribu bahkan
seberapa banyakpun informasi yang kita inginkan mengenai dunia, hanya melalui
sebuah buku. Buku memiliki banyak ilmu
pengetahuan dan kaya akan informasi-informasi penting dari berbagai macam
kalangan dan zaman. Keanekaragaman jenis
buku membuat bertambahnya nilai plus bagi buku itu sendiri, seperti novel,
majalah, kamus, teks, ensiklopedia, bahkan kitab suci. Melalui sebuah buku pula
kita mampu mengubah pemikiran, cara pandang dan sebagainya.
Praktek literasi dapat dimulai dari banyaknya membaca buku-buku
teks, seperti halnya mengenai sejarah-sejarah masalalu yang jika kita lihat
secara mendalam kaya akan pengetahuan, dan buku atau teks-teks sejarah tersebut
yang merupakan salah satu bentuk bukti nyata adanya sebuah sejarah, seperti
yang dikatakan Lehtonen bahwa sebuah teks merupakan suatu situs yang suci. Maksudnya adalah situs atau bukti nyata
pengabadian sejarah yang sampai kapanpun tidak akan pernah hilang, karena sifat
dari teks itu sendiri adalah dimanis, pasti akan mengalami revolusi dan
perkembangan disetiap zamannya. Buku
sejarah inilah yang cocok dijadikan salah satu acuan untuk meningkatkan literasi
seseorang, contoh: jika seseorang
membaca realita cerita dari sebuah buku, maka dia tidak akan secara
mentah-mentah untuk mengkonsumsinya, sehingga nantinya dia akan mencari
referensi lain untuk menggali informasi mengenai kebenaran dari buku tersebut. Hal inilah yang menjadi awalnya seseorang
menjadi literate, karena akan muncul pertanyaan-pertanyaan dan tanggapan
mengenai buku tersebut yang bisa menjadikan orang tersebut kritis.
Seperti fakta sejarah Amerika yang diungkapkan oleh Howard Zinn,
seorang sejarawan, penulis, serta aktifis sosial asal Amerika yang mampu mengubah fokus karya
sejarah, yang tadinya bahkan sudah diabaikan.
Dalam bukunya berjudul A People's History of the United States
yang ditulis dalam artikelnya Speaking Truth to Power with Books, uku
yang mengagetkan seluruh warga dunia tentang bias sejarah yang terjadi dalam
sejarah benua Amerika. Keberanian Zinn mengungkap sisi gelap benua Amerika,
yang tak sedikit menuai protes tidak hanya dari rakyat Amerika namun seluruh
dunia. Tak tanggung-tanggung yang menjadi sasaran tembaknya adalah Christoper
Columbus. Ia mematahkan segala pemikiran orang-orang yang beranggapan bahwa
Christoper Columbus adalah seorang discover, bahkan seorang hero.
Menurutnya, buku Dickens yang dihadiahkan oleh orang tuanya
memiliki efek yang kuat pada pemikirannya hingga saat ini. Itu artinya, buku mampu mempengaruhi kita,
mengubah cara pandang kita dalam memaknai segala sesuatunya. Pengalamannya
sering mengatakan bahwa “Buku ini merubah hidup saya”. Jadi, dia berfikir bahwa buku dapat melakukan
hal itu. Dan jika buku mengubah hidup
seseorang dengan mengubah kesadarannya, hal itu akan memiliki efek pada dunia,
dalam satu atau cara lain, cepat atau lambat, dengan cara yang mungkin tidak
bisa kita tebak.
Kemudian ia membicarakan tentang Christoper Columbus pada bukunya A
People’s History of the United States yang menghidupkan kontra masyarakat
padanya. Mengapa? Mereka menganggap
bahwa ia adalah seorang komunis yang mempunyai pandangan sadis dan berlainan arah
tentang Colombus itu sendiri. Pada bab
pertama yang berjudul “Columbus, The Indians, and Human Progress” dalam buku
tersebut, ia menceritakan kembali pertemuan pertama masyarakat tradisional di
Karibia dengan ekspedisi Christoper Columbus.
Pandangan Zinn tentang pertemuan pertama sangat berbeda dari tokoh
sejarah yang populer, di mana Columbus digambarkan sebagai penjelajah damai,
penemu besar, berteman dengan orang-orang pribumi. Hal ini tergambar dari jurnal-jurnal Columbus
sendiri serta tulisan-tulisan lain pada saat itu.
Namun, Zinn menghadapkan Columbus sebagai agen penaklukan yang
munafik dan tamak untuk mencari emas dan sumber daya lainnya yang juga memiliki
keinginan untuk menyiksa, menculik, membunuh, dan mutilator orang pribumi untuk
mencapai tujuannya tersebut. Hal ini
adalah titik utama bahwa narasinya menyimpang dari kebanyakan narasi terdahulu.
Namun, buku ini menjadi best seller yang menginspirasi generasi sekolah tinggi
dan mahasiswa untuk memikirkan kembali sejarah Amerika.
Hal ini diakui oleh seorang aktifis dan dosen di MIT, yakni: "Tulisan-tulisannya telah merubah
kesadaran satu generasi, dan membantu membuka jalan baru dalam memahami serta
memberikan makna yang penting bagi hidup kita." Selain itu dalam teksnya yang
berjudul “Speaking Truth to Power with Books”, Howard Zinn mengungkapkan
bahwasannya sebuah buku adalah pembuka perspektif seseorang, bahwa sebuah buku
merupakan pembuka kesadaran seorang pembaca mengenai kebenaran-kebenaran yang
ada, dan salah satunya adalah seorang Howard Zinn menancapkan anak panah
tajam pembahasannya kepada seseorang
yang dari semenjak dulu sangat dikenal atas jasanya menemukan sebuah benua,
yaitu benua Amerika yang bernama Christhoper Columbus. Namun bukan anak panah apresiasi yang Zinn
tancapkan melainkan kritikan dan ungkapan dari sebuah kejanggalan yang ia
rasakan pada sebuah sejarah penemuan tersebut.
Howard Zinn menjelaskan mengenai Christopher Columbus diawal
peradaban Amerika, salah satunya di Genosida yang mungkin menjadi kasus
terburuk Genosida yang dilakukan oleh suatu bangsa kepada bangsa lain dan
perbudakan serta penjajahan dengan kekerasan. Contoh fakta kekejaman columbus
diantaranya: Columbus dan anak buahnya
juga menggunakan Taino sebagai budak seks: adalah hal yang biasa bagi Columbus
menghadiahi anak buahnya dengan wanita lokal untuk diperkosa. Saat ia mulai
mengekspor Taino sebagai budak ke berbagai belahan dunia, perdagangan
seks-budak menjadi bagian penting dari bisnis, seperti Columbus menulis kepada
seorang teman pada tahun 1500: "Dengan seratus castellanoes (koin Spanyol)
sangat mudah memperoleh wanita seperti halnya untuk pertanian, dan sangat umum
dan ada banyak dealer yang bersedia mencari anak perempuan;. mereka 9-10
(tahun) sekarang sedang diminati ".
Diketahui bahwa alalasan seorang Christhoper Columbus pergi melakukan
pelayaran adalah untuk mencari India, dan ketika itu Columbus memperkosa
seorang putri bangsawan spanyol yang sekitar umur 13 tahun. Pengadilanpun tidak
bisa begitu saja memutuskan hukuman mati padanya, sehingga seorang ratu bernama
Ratu Isabella mengirim Columbus untuk mencari sebuah benua yang bernama India,
dengan tujuan agar Columbus tidak akan pernah kembali ke tempat tersebut. Ketika akhirnya Christoper Columbus mendarat
disebuah benua yang ia kira benua India, padahal ia telah berpijak di benua
Amerika. Pada saat itu para penduduk
asli menyambutnya dengan gembira, namun seorang Christhoper Columbus menuliskan
hal yang bertolak belakang dengan sambutan iitu dalam buku hariannya, yakni:
"Mereka
membawakan kita beo dan bola kapas dan tombak dan banyak hal lainnya, yang
mereka ingin pertukarkan dengan manik-manik kaca dan lonceng elang. Mereka rela
menyerahkan segala yang mereka miliki. Mereka tegap, dengan tubuh yang baik dan
wajah tampan. Mereka tidak memanggul
senjata, padahal saya menunjukkan kepada mereka pedang, mereka memegang bagian
yg tajam dan melukai tangan mereka sendiri akibat ketidaktahuannya itu. Mereka
tidak mengenal besi/iron. Tombak mereka dibuat dari tebu. Mereka akan mudah
ditaklukan menjadi budak yang baik. Dengan hanya lima puluh orang, kita bisa
menundukkan mereka semua dan membuat mereka melakukan apapun yang kita
inginkan, Saya percaya bahwa mereka akan dengan mudah menjadi orang Kristen
buatan, karena sepertinya mereka tidak beragama”.
Pada catatan hariannya tersebut, Columbus juga mengakui bahwasannya
saat dia tiba di dataran Hindia, ia menyiksa penduduk-penduduk pribumi dengan
mencambuknya, menggantungnya dan penyiksaan yang lainnya, hanya untuk sebuah
informasi penting mengenai emas dan demi kesenangan belaka.
Oleh karena itu buku ini sempat mendapat banyak protes dan cercaan
dari banyak pihak, yang memang mereka telah dibodohi secara tidak langsung,
selama bertahun-tahun lamanya oleh Columbus. Namun mengikuti perkembangan
zaman, mereka akan tersadar dari tidurnya akan keganjalan yang terjadi pada
sejarah ini.
Pertanyaan yang harusnya memang dilontarkan mengenai hal ini
yaitu: Apakah memang benar bahwa penemu
benua Amerika pertama kali adalah Christhoper Columbus? Jawaban dari pertanyaan inilah yang dilupakan
dan hilang dari teks Howard Zinn “Speaking Truth to Power with Books”, yang
harus kita kritisi yaitu penemu Amerika yang sebenarnya. Padahal jika dikaji lebih dalam, fakta ini
merupakan point terkuat yang bisa dijadikan penguat utama tulisan Zinn
tersebut. Tapi entah mengapa dalam teks
ini Howard Zinn tidak mengungkapnya. Padahal sudah jelas menurut sumber-sumber
yang ada, bahwasannya orang yang pertama kali menginjakan kaki di dataran
Amerika bukanlah Christhoper Columbus dan golongnnya, melainkan orang-orang muslim.
Bukan hanya Howard Zinn yang mengungkap pernyataan ini, melainkan Morisson
juga. Berikut kritik pedas Zinn pada Samuel Elliot Morrison sang sejarahwan
Harvard yang menulis buku seminal Christoper Columbus, Mariner. Benar, Morison
tak sedikitpun berbohong soal kekejaman Columbus. Ia bahkan menyebut sang
pelaut telah melakukan genosida pada Indian Arawaks. Namun, tulis Zinn, fakta
yang tertera di satu halaman ini kemudian ia kubur dalam ratusan halaman lain
yang mengagungkan kebesaran sang pelaut. Keputusan untuk lebih menceritakan
sebuah heroisme dan abai pada penekanan fakta pembantaian masal yang terjadi
pada suku Indian Arawaks bukanlah sebuah
kebutuhan teknis ala pembuat peta, namun murni pilihan ideologis. Sebuah
pilihan ideologis untuk menjustifikasi apa yang telah terjadi, pungkas Zinn. Perbedaanya adalah jika Howard Zinn hanya memandang
dari sisi buruk seorang Christhoper Columbus saja, sedangkan Morisson tidak
hanya memandang dari sisi buruk seorang Columbus saja, melainkan dari sisi
baiknya juga. Namun Morisson juga mengakui kekejaman-kekejaman Christhoper
Columbus yang dilakukannya pada penduduk di daratan benua Amerika.
Meskipun banyak didalam buku-buku sejarah yang masih beranggapan
dan mengatakan bahwa Columbuslah sang penemu pertama daratan benua Amerika,
tetapi terdapat banyak fakta-fakta lain yang bersembunyi dibalik sejarah
tersebut. Didalam beberapa sumber
catatan, ada fakta yang ditulis pada salah satu sumber yang menunjukan bahwa penemu
pertama benua Amerika adalah John Cabot yang berasal dari Italia, John berlayar
ke Amerika pada tahun 1497, sedangkan diketahui bahwa pada tahun tersebut
Columbus baru mendarat di sekitar kepulauan Karibia dan baru pada sekitar tahun
1498 Columbus diketahui mendarat di daratan utama Amerika, nama Jhon Cabot
diperkuat sebagai penemu pertama oleh sebuah dokumen paten kerajaan dari masanya
Henry VII yang mengatakan bahwa pedagang asal Italia, John Cabot adalah orang
yang pertama kali menemukan Amerika. Menurut Discovery News, dokumen tersebut
menjelaskan bahwa John Cabot melakukan tiga perjalanan yaitu antara 1496 sampai
1498, yakni dalam periode tersebut, pada tahun 1497, diketahui bahwa Cabot
mendarat di Newfoundland.
Pada sumber lain menyebutkan bahwa kaum Musliminlah yang menemukan
Amerika pertama kali, jauh sebelum Columbus.
Seperti yang dituturkan oleh Fareed H.Numan dalam American Muslim
History A Chronological Observation bahwa “''Tak perlu diragukan lagi,
secara historis kaum Muslimin telah memberi pengaruh dalam evolusi masyarakat
Amerika beberapa abad sebelum Christopher Columbus menemukannya,” selain itu
sejarah mencatat muslim dari Afrika telah menjalin hubungan baik dengan
penduduk asli benua Amerika, jauh sebelum Columbus tiba di daratan
tersebut. Di Washington DC. Ada sebuah
perpustakaan kongres yang didalamnya terdapat sebuah arsip perjanjian
pemerintah Amerika Serikat dengan suku Cherokee, yang merupakan salah satu suku
Indian, pada tahun 1787 dan dalam perjanjian tersebut ditemukan tanda tangan
kepala suku yang bernama Abdekhak dan Muhammad Ibnu Abdullah, serta isi dari
perjanjian tersebut antara lain hak suku Cherokee untuk melangsungkan
keberadaannya dalam hal perdagangan, perkapalan dan bentuk kepemerintahannya
yang saat itu menggunakan hukum Islam.
Bukan hanya itu, dari perihal berpakaian, aksara tulisan, nama-nama suku
Indian itu sendiri berdasarkan Islam.
Selain itu pula pada tahun 1178 M: Sebuah dokumen Cina yang bernama
Dokumen Sung mencatat perjalanan pelaut Muslim ke sebuah wilayah bernama
Mu-Lan-Pi (Amerika). Tahun 1310 M: Abu Bakari seorang raja Muslim dari Kerajaan
Mali melakukan serangkaian perjalanan ke negara baru. Tahun 1312 M: Seorang
Muslim dari Afrika (Mandiga) tiba di Teluk Meksiko untuk mengeksplorasi Amerika
menggunakan Sungai Mississipi sebagai jalur utama perjalanannya.
Sejarawan Ivan Van Sertima dalam karyanya “They Came Before
Columbus” membuktikan adanya kontak antara Muslim Afrika dengan orang
Amerika asli. Dalam karyanya yang lain, African Presence in Early America, Van
Sertima, menemukan fakta bahwa para pedagang Muslim dari Arab juga sangat aktif
berniaga dengan masyarakat yang tinggal di Amerika. Van Sertima juga menuturkan, saat menginjakkan
kaki di benua Amerika, Columbus pun mengungkapkan kekagumannya kepada orang
Karibian yang sudah beragama Islam. "Columbus juga tahun bahwa Muslim dari
pantai Barat Afrika telah tinggal lebih dulu di Karibia, Amerika Tengah,
Selatan, dan Utara," papar Van Sertima. Umat Islam yang awalnya berdagang
telah membangun komunitas di wilayah itu dengan menikahi penduduk asli. Menurut Van Sertima, Columbus pun mengaku
melihat sebuah masjid saat berlayar melalui Gibara di Pantai Kuba. Selain itu,
penjelajah berkebangsaan Spanyol itu juga telah menyaksikan bangunan masjid
berdiri megah di Kuba, Meksiko, Texas, serta Nevada. Itulah bukti nyata bahwa
Islam telah menyemai peradabannya di benua Amerika jauh sebelum Columbus tiba.
Lebih lanjut lagi seorang Columbus mengakui pada 21 Oktober 1492
dalam pelayarannya antara Gibara dan Pantai Kuba melihat sebuah masjid (berdiri
di atas bukit dengan indahnya menurut sumber tulisan lain). Sampai saat ini
sisa-sisa reruntuhan masjid telah ditemukan di Kuba, Mexico, Texas dan Nevada,
dan yang lebih mencengangkan sekali bahwa 2 orang nahkoda kapal yang dipimpin
oleh Columbus kapten kapal Pinta dan Nina adalah orang-orang muslim yaitu dua
bersaudara Martin Alonso Pinzon dan Vicente Yanex Pinzon yang masih keluarga
dari Sultan Maroko Abuzayan Muhammad III (1362).
Kemudian banyak bukti fisik seperti prasasti yang membuktikan bahwa
jauh sebelum Colombus tiba di Benua Amerika, telah ada seorang tokoh laksamana
muslim asal China yang bernama Cheng Ho atau Zheng He yang tiba 70 tahun
sebelum Colombus. Bahkan beberapa sejarawan juga berargumen bahwa berabad-abad
sebelum Cheng Ho, para saudagar sekaligus pelaut-pelaut muslim sudah menginjakan
kaki di Benua Amerika dan membuat perkampungan di sana.
Istimewanya, mereka menikahi
para penduduk lokal dan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari suku asli di
Benua Amerika. Terdapat sejumlah literatur yang berasal dari fakta-fakta
empiris bahwa umat islam sudah hidup di daratan Amerika beberapa abad sebelum
Christhoper Columbus tiba. Seperti pada
essay yang paling populer yang dituliskan secara terang-terangan oleh seorang
peneliti bernama Dr. Yousseef Mroueh dari Preparatory Commitee for
International Festivals to Celebrate the millennium of the Muslims arrival to
the Americas, pada tahun 1996, yang berjudul "Precolumbian Muslims in
America". Dalam tulisan ini banyak
menyajikan fakta fisik bahwa Muslim dari Spanyol dan Afrika Barat datang ke
Amerika kurang lebih lima abad sebelum masanya Columbus. Pada pertengahan abad ke sepuluh, pada saat
kepemerintahan Khalifah Umayyah, yaitu Abdurrahman III (929-961M), muslim asal
Afrika berlayar ke barat dari pelabuhan di Spanyol, kemudian menembus samudra
yang gelap dan berkabut, dan setelah hilang beberapa lama, mereka kembali
dengan sejumlah harta temuan dari negeri yang tidak dikenal, dan ditemukan kaum
muslimin yang bermukim disana, mereka inilah yang merupakan kaum imigran
muslimin gelombang pertama di daratan Amerika.
Jadi, dari semua pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan
bahwa seorang Cristhoper Columbus bukanlah penemu Amerika yang pertama kali,
tetapi kaum Musliminlah yang berperan penting dan utama dalam penemuan daratan
Amerika yang dibuktikan dari berbagaimacam sudut pandang. Sedangkan artikel Howard Zinn ini hanya
dijadikan sebuah pembuka, perubah dan memperbaiki perspektif dan keyakinan
orang-orang barat yang pada saat itu masih tertutup. Inilah mungkin tujuan utama Zinn yaitu
menyadarkan orang-orang mengenai kebenaran atas dibodohinya pemikiran seseorang
oleh Columbus, yang mengatakan bahwa dirinyalah penemu pertama benua tersebut.
Ternyata dari sini kita dapat melihat bahwa sungguh sangat luar
biasa sekali kekuatan dari sebuah literasi yang ditanamkan oleh seorang
Christhoper Columbus yang mampu menyulap dan menghipnotis sejarah dunia dengan
semua kebohongan-kebohongannya tersebut.
Sedangkan dengan keliterasian seorang Howard Zinn sendiri juga bisa
membuka mata semua orang dengan mengungkap fakta-fakta bahwa columbus memang
seorang pembohong besar. Meskipun Howard Zinn belum menegaskan dan menerangkan
secara gamblang bahwa Islamlah yang telah ada jauh sebelum Columbus datang
dengan sejuta kejahatannya.
Mengungkapkan masa lampau yang berdasarkan pada naskah (atau bahkan
tradisi, termasuk mitologi) itu ternyata memberikan peluang kepada kita untuk
mencoba merenungkan apa sih yang sebenarnya tersembunyi di balik semua kisah
yang dibawa dan dikandungnya itu. Apalagi
Indonesia berdiri dengan sejarah yang panjang dan juga beragam. Seharusnya itu
dapat membuat kita lebih terpacu lagi dalam melakukan Speaking Truth to Power
with Book. Mulai dari hal terkecil seperti senang membaca, dan akan lebih baik
lagi jika mampu sampai ketahap analisis dan menkritisi. Berkat sebuah literasi pulalah sebuah fakta
kebohongan sejarah bisa terungkap, yaitu dengan mencari dari berbagaimacam
sumber yang relevan untuk mengungkap suatu realita yang ada. Sehingga tak akan ada lagi kebohongan-kebohongan
berikutnya, yang dapat melemahkan perspektif seseorang. Karena mereka memiliki bekal literasi dari
banyak membaca dan mengabadikannya dalam sebuah tulisan. Serta kita sudah tidak asing lagi dengan
kalimat “Orang yang mampu menulis adalah orang yang mampu mengukir sejarah”
Referensi:
Howard,
Zinn. (1980). A People’s History of The United States. United States:
Harper & Row; HarperCollins


Subscribe to:
Post Comments (Atom)