Saturday, March 1, 2014

Praktek Literasi dalam Kehidupan


Nama : Dwi Ayu Asri Bahari / 14121320235
Kelas : PBI_D semester 4
Class Review
Praktek Literasi dalam Kehidupan
“Belajarlah untuk bekerja lebih sedikit, tetapi memberikan hasil yang lebih banyak.” (Dr. Robert Anthony)
prolog tersebut adalah gambaran bagi orang-orang yangberambisis tinggi dalam berliterasi. Membuang-buang waktu untuk pekerjaan yang merugikan tidak ada dalam jiwa-jiwa ambisius. Hanya berkobar dalam hatinya untuk meningkatkan literasi dan kualitas diri. Merekalah (para ambisius) yang akan mengejar ketertinggalan bangsa.

Literasi bukan sekedar kemampuan membaca dan menulis saja, melainkan berwawasan luas serta mampu bertekhnologi. Hal ini tersebut sesuai dengan pembahasan “Rekayasa Literasi” karya bapak Chaedar Alwasilah bahwa rekayasa literasi berarti merekayasa pengajaran membaca dan menulis dalam empat dimensi {Linguistik (teks), Kognitif (mind), perkembangan (growth) dan sosiokultural (group)}.
Selain itu rekyasa literasipun meliputi ekonomi, sosial, politik, budaya, dan pendidikan. Rekayasa berarti merekayasa atu menciptakan hal yang besar meski faktanya kecil. Contohnya, Negara Belanda yang memiliki lahan kecil namun mereka merekayasa tempat untuk melakukan bercocok tanam. Harusnnya Indonesia bisa menerapkan site mini “merekayasa” lembaga-lembaga sekolah untuk menciptakan solusi bagi peningkatan pendidikan dan kualitas lembaga tersebut.
Saya rasa tidak adil jika penghuni-penghuni bangsa, salah satunya saya hanya terus-menerus menyalahkan Indonesia. Karena pada dasarnya bukan bangsa Indonesia yang salah namun para penghuni yang tidak mau berusaha dan berkembanglah yang harus menyadari. Mewujudkan sesuatu yang besar memang sulit karenanya kita merintis dari hal yang kecil bahkan sepele. Untuk perubahan bangsa mulailah dari individu masing-masing, praktek literasi dalam kehidupan sehari-hari serta perbaharui informasi agar tidak tertinggal.
Salah satu praktek literasi yang akan saya jabarkan yakni pengalam Mr. Lala dosen mata kuliah writing for academic. Sedikit point yang saya rangkum dan dapat kita jadikan pelajaran bersama. Praktek literasi ala Mr. Lala yakni, mengumpulkan slip kwitansi selama kuliah. Dapat kita praktekan sebagai mahasiswa untuk kesadaran diri. Dari sekarang atau awal masuk perkuliahan coba catat dan kumpulkan kwitansi pembayaran-pembayaran perkuliahan seperti bayar praktek, spp semesteran, biaya awal masuk kuliah, pembayaran uang kos bagi orang yang ngekos, biaya makan, minum, beli perlengkapan sehari-hari, beli bensin, bahkan pengeluaran sepelepun harus kita catat untuk nmengetahui jumlah uang yang orang kita keluarkan untuk membiayai perkuliahan kita. Perkuliahan kita, hingga setelah kita lulus dan berhasil menyandang gelar sarjana kita mengetahui jumlah tersebut. missal, tulislah kurang lebih 90 juta pengeluaran kita, bisa kita bayangkan buakan, betapa tingginya nilai angka tersebut. perlu kita sadari bahwa pendidikan itu mahal sekalikan.?
Jika sudah menyadari hal tersebut, tekadkan dalam hati dengan lantang “jangan jadi orang sembarangan!!!” harus mengingat pengorbanan orang tua dan susah payah menyandang gelar sarjana bahkan master dan doctor, kenapa kita sia-siakan.? Maka dari itu Jadilah orang yang berkuliatas dan bermanfaat karenanya seimbang dengan perjuangan kita.
Praktek literasi dalam kehidupan juga dimulai dengan hal-hal yang ringan seperti penulis ulang pelajaran. Memang terdengar konyol, karena awalnya sayapun berfikir “menulis ulang pelajaran, saya rasa merepotkan mengapa harus dua kali kerjaan” tapi menurut Mr. Lala Bumela hal ini membuktikan bahwa seseorang memilki literasi yang tinggi. Bahasa bekenya yakni orang yang berliterat. Berlatih menulis harus di imbangi dengan ketertarikan membaca sebab seseorang tidak akan menjadi penulis kalau tidak  suka membaca.
“Orang literat tidak hanya membaca dan menulis tapi juga terdidik dan mengenal sastra.”
Dalam rekayasa literasi terdapat empat dimensi. Dimensi pengetahuan kebahasaan (focus pada teks), membaca dan menulis memerlukan pengetahuan yang mencakup : sisitem bahasa untuk membangun makna seperti jenis dan struktur  teks, morfoligi, sintaksis, dan lain-lain. Persamaan dan perbedaan baca dan tulis. Dimensi pengetahuan kognitif(kemampuan otak) memerlukan pengetahuan ketrampilan: aktif, selektif, dan konstruktif saat membaca dan menulis. Memnfaatkan pengetahuan yang ada untuk mebangun makna. Pengetahuan perkembangan fakus pada pertumbuhan. Menjadi literat itu adalah proses menjadi atau secara berangsur menguasai sejumlah pengathuan tentang pembelajaran yang aktif dan konstruktif dalam perkembangan literat. Pengatahuan sosiokultural fakus pada kelompok membaca dan menulis memerllukan pengetahuan tentang tujuan dan pola literasi yang beragam sesuai dengan kelompok, daerah, lembaga dan lain-lain.
Kegiatan literasi selalu serempak melibatkan empat dimensi tersebut. litearsi bukan sekedar mengetahui alphabet atau mengerti hubungan antar bunyi dengan symbol tulisannya, tetapi symbol itu difungsikan secara bernalar dalam konteks sosial dan kualitas literasi berkembang. 
Comments
0 Comments

0 Comments:

Post a Comment