Saturday, March 1, 2014
Created By:
Santiara Afifatun Nisa
Class Review 3
NUANSA
PENA DAN AKSARA
By. Santiara Afifatun Nisa
Terkadang imajinasi hanya dianggap sebagai kabut
hitam yang akan menghilang oleh tiupan
angin semata. Seiring dengan kehidupan yang penuh cahaya nyata , imajinasi itu
menghilang, entah tersapu angin apa, tak pernah lagi menghampiri hiruk pikuk
kehidupan dunia. Ya, memang realita kehidupan tak akan sejalan dengan klise
buram dunia imajinasi. Namun, hembusan angin dari arah yang berlawanan justru
meniupkan anggapan bahwa imajinasilah yang akan menghidupkan semua roh pikiran
seorang penulis dalam menorehkan untaian kata dalam karya brilliant mereka.
Kebanggan tersendiri akan didapat sang
penulis apabila hasil karya mereka yang penuh dengan asupan imajinasi dapat
diterima oleh sorotan mata pembaca. Imajinasi kuat dibutuhkan dalam perjalanan
panjang mereka. Kemahiran bersosialisasi dengan sejumlah kalimat akan menunjang
kualitas karya yang dilahirkan.
Menggapai puncak kualitas tertinggi harus dibarengi dengan kerasnya berlatih,
karena "Tak ada penulis yang terlatih,
yang ada hanyalah penulis yang sering berlatih”.
Jumat, 21 Februari 2014. Harta karun dibalik
mata kuliah writing 4 kami gali kembali pada pertemuan ketiga mata kuliah ini. Masih dalam area literasi. Pertemuan ketiga
ini merupakan kali ketiga para calon generasi penulis melatih jari jemarinya
untuk menciptakan sejarah tulisan berkualitas.
Endurance.
Kata pertama yang dilontarkan
oleh Mr.Lala pada pertemua ketiga ini sebagai kata pemicu agar mahasiswa bisa
lebih chun in (kata favorit mr.Lala) pada materi yang akan disampaikan. Kata
endurance berarti daya tahan/ketahanan, maksudnya bahwa sebagai seorang penulis
diwajibkan mereka untuk sering berlatih memperkaya kalimat dengan kekuatan otot
prima dan technique yang matang, atau boleh dikatakan pemanasan yang sudah cukup.
Selanjutnya mr.Lala mentransfer
pengetahuannya melalui tayangan slides powerpoint olahan ia sendiri. Cakupan
berliterasi kali ini diperluas, karya yang diangkat sebagai tugas pelatihan
mahasiswa adalah memproduksi Academic Writing.
Elemen-elemen
dalam Academic Writing :
1.
Cohesion : pergerakan
alur cerita yang tenang antara kalimat dan paragraph.
- Clarity : maksud yang ingin disampaikan jelas
- LogicalOrder : Penataan informasi yang logis.Biasanya dalam academic writing, penulis cenderung menerapkan tulisan deduktif (Umum-khusus).
- Consistency :gaya penulis konsisten dalam tulisannya.
5.
Unity :
Pengeluaran
informasi secara tidak langsung berhubungan dengan topik yang didiskusikan.
6.
Conciseness
7.
Completeness
8.
Variety
9.
Formality
Akademik writing merupakan pola pikir akademis saeorang penulis. Hal
tersebut merupakan hasil berliterasi.
Adapun bagian-bagian dari literasi, yaitu :
1.
Read for high repetition (pengulangan baca yang hebat)
2.
Wujud dari teks yang direspon : discussion, referencing, and re-write.
3.
Jenis teks : a. Sastra – poem –
pendekatan hesthetic
b. News –
pendekatan efferent
Merekayasa suatu karya hanya diperlukan kecerdasan penciptanya.
Rekayasa memiliki sumber daya kecil namun dapat diperbesar. Seperti yang
terjadi di Belanda, Negara tersebut merupakan Negara yang kaya akan produksi
bunga. Padahal yang kita tahu bahwa tidak ada ladang bunga yang cukup untuk
ditanami ditempat tersebut. Yang mereka lakukan hanya merekayasa gen dari bunga
tersebut sehingga bunga dapat bertambah produksinya. Sama halnya dengan
menulis. Tulisan dapat direkayasa sedemikian rupa, dari berbagai sudut pandang
dan latar belakang hingga mencapai maksud dan daya tarik yang memuaskan
pembacanya. Literasi antara writer dan reader sifatnya harus integrated.
Gambar.
Dimensi Literasi Membaca dan Menulis
1.
Linguitic (text)
Yang mampu merekayasa adalah ilmu dasar yang kuat. Orang yang tidak
memahami linguistic tidak akan bisa survive dalam literasi. Teks yang dimaksud bukan hanya teks
tulisan namun bisa berupa picture, verbal dan visual. Adapula yang menyebutnya
teks fisik dan teks semiotic.
2.
Kognitif (Mind)
Teks apapun yang di produksi, basic utamanya terletak di writer dan
reader.
3.
Perkembangan (Growth)
Bukan fisik ataupun minda yang menjadi focus. Namun aspek ekonomi,sosial,budaya
lah yang berkembang.
4.
Sosiokultural (group)
Aspek ini merupakan efek samping dari ketiganya. Apabila ketiganya
berhasil maka aspek budaya pun akan berhasil pula. Orang yang berliterasi akan memiliki
cita rasa hidup berbudaya.
Kesimpulannya bahwa elemen dan aspek penunjang tulisan berakademik
serta membangun dimensi dapat menggabungkan beberapa sisi kehidupan dalam
proses penciptaan suatu karya. Penggabungan sisi teersebut dapat pula
menciptakan multilingual writer sebagai akibat dari rekayasa literasi. Salah satu kutipan menarik
yaitu “Literacy is something to do” (Ken,Hyland), artinya cara hidup manusia
bergantung pada pengembangan ilmu yang manusia itu sendiri miliki. Dibalik kata
“do” tersirat maksud making choices. Praktek literasi didasarkan pada cara hidup yang aware. Pada akhirnya
karya sastra tersebut dianggap sebagai “wisdom” dan sebagai penopang utama
literasi.


Subscribe to:
Post Comments (Atom)