Saturday, March 15, 2014

PARTIKEL WRITING


PARTIKEL WRITING

Suasana pagi yang masih berkabut dan udara dingin yang menusuk ke dalam tubuh tidak menghalangi kami untuk tetap melangkahkan kaki ke kampus tercinta. Semangat pagi yang masih menggebu mengawali kami di perkuliahan writing 4 tanggal 7 februari 2014 ini. Harap- harap cemas itulah yang kami rasakan ketika memasuki kelas. Berharap critical review  kedua yang telah kami selesaikan hasilnya sesuai dengan harapan, tapi harapan tinggallah harapan ternyata kami membuat kesalahan lagi pada tugas class review kedua ini, sama halnya seperti class review pertama. Kesalahan yang banyak dilakukan pada critical review pertama adalahseperti tidak akrab dengankatakunci yang disebutwacanakelas, menceritakanfakta-faktatentangkonflik agamatanpa menunjukkantitik sudut pandang, strukturgenerik tidakdibangun dengan baik, dan polareferensiyang hilang., tapi kita tak boleh takut seperti yang dikatakan mr. Lala masih ada ruang untuk perbaikan.

Kategori tingkat kesalahan menurut mr. Lala ada empat yaitu Weakness- Mistake- Ignorance- Insane. Kesalahan pada critical pertama yang kami lakukan masih termasuk kedalam kategori weakness, sebagai pemula hal tersebut masih bisa dianggap wajar karena ini pertama kali kami membuat critical review. Lagi dan lagi kami pun membuat kesalahan pada critical review kedua, kesalahan ini sudah termasuk kategori mistake. Mistake disini berarti kami sudah mengetahui generik strukturnya tetapi kami masih belum bisa menerapkan dan membangunnya dengan baik. Kategori kesalahan selanjutnya adalah ignorance, kategori ini sudah cukup parah karena kita tetap melakukan kesalahan yang sama, meskipun sudah diberitahu. Kategori kesalahan yang paling parah adalah insane, insane disini adalah kita melakukan kesalahan secara terus menerus.  Mr. Lala memberi peringatan kepada kami agar jangan sampai kami masuk ke dalam kategori ignorance atau yang lebih parah masuk kategori insane.
Untuk bisa membuat massive job dalam critical review kedua seharusnya kami bisa menghubungkan antara sejarah dan praktek literasi dan juga artefak, kami juga harus detail membaca sejarah Amerika,  kami harus memiliki lebih banyak referensi buku bacaan tentang itu,membiasakan diri untuk mengenal lebih jauh tentang Columbus dan fakta-fakta yang tidak diketahui orang-orang tentang Columbus. Selain itu, kami juga harus mencari informasi tentang Howard Zinn itu siapa dan  memeriksa karya apa saja yang telah di buat oleh Howard Zinn dalam tulisannya. Lalu, perspektif apa yang akanditawarkan dalam tulisan kami, menyangkut tentang politik, antropologi, sosiologi, atau sejarah. Hal tersebut seharusnya kita persiapkan sebelum membuat critical review kedua, sehingga kita tidak akan membuat kesalahan-kesalahan tersebut.
Berikut adalah hasil creative process saya tentang Howard Zinn yang menulis artikel “Speaking Truth to Power with Books”, dalam waktu 30 menit dengan menggunakan English :
“Changed history about Amerika that is Howard ziin do, althought many people didn’t believe him. Howard Zinn is historical man who  brave to tell the other fact about Christopher Columbus. He has created a legendaris book the title is “A people’s History of the United States” as a away to show truth fact. The book published in 1980 and sell four thousand pieces, but now that book sell until two million pieces and produce for fifth time. He explore about dark history about Christopher Columbus. Zinn describe Columbus as modurer, torturer, and munafik person. Zinn give many opposite from the citizen, especially from Amerika citizen. They believe that Columbus is a hero and a person who find Amerika. Althougt many people didn’t believe him, but Zinn still in his argumentative”.
Kemudian mr. Lala juga mengatakan bahwa seorang penulis harus memiliki kuda-kuda yang kuat sebelum menulis, layaknya belajar beladiri karate. Kuda- kuda disini maksudnya adalah dasar yang dimiliki seorang penulis harus sudah kuat dan bagus, jika kuda-kudanya saja tidak kuat dan bagus bagaimana dengan hasil tulisan yang diciptakannya. Maka dari itu kita harus terlebih dahulu mempersiapkannya secara matang.
Maka dari itu, kuda-kuda yang harus kita siapkan yaitu dengan mempelajari lebih dalam tentang Key issues in Writing yang terdapat buku Hyland 2002; 2009 yang berjudul “Teaching and Researching Writing” yang berisi tentang context, literacy, culture, technology, genre, identity.Berikut penjelasannya :

A.    Context
Menurut Hyland, context adalah situs untuk hubungan interaksi dan aturan-aturan yang memesannya, keduanya dapat memfasilitasi dan membatasi penyusunan (Hyland:2009). Cara kita memahami tulisan dikembangkan oleh konteks pemahaman yang canggih. Makna bukanlah sesuatu yang terletak pada kata-kata yang kita tulis kemudian dapat dikirim ke orang lain, melainkan diciptakan dalam interaksi antara pembaca dan penulis. Karena antara pembaca dan penulis, cara memahami sebuah tulisan berbeda-beda. Masing-masing berusaha menebak apa yang ditulis oleh penulis. Mereka akan memahami tulisan dalam berbagai perspektif (Hyland, 2009:44).
Context menurut Van Dijk (2008: viii)bahwa bukan situasi sosial yang mempengaruhi (atau dipengaruhi oleh) discourse, melainkan cara peserta mendefinisikan situasi seperti itu. Konteks demikian bukan semacam kondisi 'obyektif' atau penyebab langsung, melainkan (antar) konstruksi subjektif yang dirancang dan terus menerus diperbarui dalam interaksi dengan peserta sebagai anggota kelompok dan masyarakat. Jika mereka dalam situasi sosial yang sama, maka mereka akan berbicara dengan cara yang sama. Konteks adalah membentuk peserta.
Kemudian Cutting (2003 : 3) menyatakan bahwa ada tiga aspek utama context, yaitu :
v  The situational context : apa yang masyarakat tahu tentang sesuatu yang mereka lihat di sekitar.
v  The background knowledge context : apa yang masyarakat tahu tentang dunia, tentang aspek kehidupan dan aspek yang lainnya.
v  The co-textual context  : apa yang masyarakat tahu tentang apa yang telah dikatakan.

Sementara itu dimensi tentang Context menurut Halliday antara lain :
v  Fieldmengacu pada apa yang terjadi, jenis aksi sosial atau apa yang ada dalam teks (Topik bersama dengan bentuk-bentuk yang diharapkan secara sosial dan pola yang biasanya digunakan untuk mengekspresikannya)
v  Tenor mengacu pada siapa yang mengambil bagian, atau peran hubungan (status dan kekuasaan, misalnya pengaruh keterlibatan, formalitas, dan kesopanan).
v  Modemengacu pada bahasa yang digunakan (apakah lisan atau tertulis, bagaimana strukturnya, dan sebagainya).

B.      Literasi
Menurut Hyland, literasi berbentuk menulis dan membaca. Kemudian Scribner and Cole (1981: 236)menyatakan bahwa : “literasi tidak hanya mengetahui cara membaca dan menulis naskah tertentu, tetapi menerapkan pengetahuan membaca dan menulis untuk penggunaan tujuan tertentu dalam konteks tertentu. Ini mempertimbangkan peran literasi yang dapat membantu kita untuk memahami bagaimana orang-orang memahami hidup mereka melalui praktik rutin menulis dan membaca
Beberapa pandangan sosial mengenai literasi menurut Barton (2007: 34 -5), yaitu :
1)   Literasi menurut Barton sebagai kegiatan sosial dan jauh lebih baik dijelaskan kepada masyarakat dalam hal praktik keaksaraan atau literasi.
2)   Orang-orang memiliki kemahiran berbeda yang berhubungan dengan domain yang berbeda dari kehidupan, yang artinya setiap individu antara satu sama lain memiliki kemampuan masing- masing yang diakibatkan dari latar belakang setiap individu.
3)   Praktik literasi masyarakat terletak dalam hubungan sosial yang lebih luas, sehingga perlu untuk menggambarkan pengaturan peristiwa keaksaraan. 
4)   Praktik literasi memiliki pola dengan lembaga-lembaga sosial, yang  berhubungan dengan kekuasaan, beberapa keahlian yang lebih dominan, terlihat dan berpengaruh dari pada yang lain.
5)   Literasi didasarkan pada sistem simbol sebagai cara untuk mewakili dunia untuk orang lain dan diri kita sendiri. Simbol disini bisa berbentuk buku dan buku memiliki manfaat untuk kita sendiri atau orang lain yang dapat digunakan kapanpun kita membutuhkannya.
6)  Sikap dan nilai-nilai yang berkaitan dengan keaksaraan memandu tindakan kita untuk komunikasi. Ini berarti literasi dapat berguna untuk membentuk sikap dan nilai keaksaraan yang bisa berguna dalam komunikasi dengan orang lain.
7)  Sejarah kehidupan kita mengandung banyak peristiwa literasi dari mana kita belajar dan yang memberikan kontribusi hingga saat ini, yang berarti literasi mencakup tentang ilmu pengetahuan yang kita dapatkan, mulai dari saat kita mencarinya hingga mendapatkan hasil dari ilmu yang kita dapatkan.
8)   Sebuah peristiwa literasi juga memiliki sejarah sosial yang membantu menciptakan praktek saat ini.
Barton and Hamilton (1998: 6) mendefinisikan praktik keaksaraan sebagai “cara budaya umum menggunakan bahasa tertulis yang menarik orang dalam hidup mereka dan menunjukkan bagaimana kegiatan membaca dan menulis yang terkait dengan struktur sosial di mana mereka menanam dan membentuk. Tetapi ( Street, 1995 : 2 ) mengemukakan bahwa praktek ini adalah “apa yang dilakukan orang dengan literasi”, praktik literasi berbentuk abstrak karena mereka tidak hanya membaca dan menulis, tetapi juga menilai, merasakan dan mengkonsepsi budaya yang memberi makna pada penggunaan praktik literasi ini. Peristiwa Literacy adalah bagian mengamati di mana literasi memiliki peran. Biasanya ada teks tertulis, pusat aktivitas dan mungkin ada pembicaraan sekitar teks. Peristiwa merupakan mengamati bagian yang timbul dari praktek atau yang dibentuk oleh mereka. Gagasan peristiwa menekankan pada letak sifat literasi, bahwa ia selalu ada dalam konteks sosial.

C.    Culture
Ide pengalaman penulis 'dari praktik literasi masyarakat yang berbeda akan mempengaruhi pilihan linguistik mereka, ini menunjukkan bahwa guru harus mempertimbangkan bagian budaya yang dimainkan siswa dalam menulis(Hylland, 2009 :54). Sedangkan menurut (Lantolf, 1999), budaya secara umum dipahami sebagai jaringan historis ditransmisikan dan sistemik makna yang memungkinkan kita untuk memahami, mengembangkan mengkomunikasikan pengetahuan dan keyakinan tentang dunia kita. Akibatnya, bahasa danpembelajaranterikatdenganbudaya. (Kramsch, 1993).
Menurut Connor (1996 : 5 ), “Retorika kontrastif adalah area penelitian dalam akuisisi bahasa kedua yang mengidentifikasi masalah dalam komposisi yang dihadapi oleh penulis bahasa kedua dan, dengan mengacu pada strategi retoris dari bahasa pertama, mencoba untuk menjelaskannya. Retorika kontrastif menyatakan bahwa bahasa dan menulis adalah fenomena budaya. Sebagai konsekuensi langsung, setiap bahasa memiliki konvensi retorika unik untuk itu.”
Adapun hasil penelitian mengenai L1 vs L2 student’s writing, yaitu :
Ø  Preferensi organisasi yang berbeda dan pendekatan untuk argument structuring
Ø  Pendekatan yang berbeda untuk menggabungkan bahan ke dalam tulisan mereka (parafrase, dll)
Ø  Perspektif yang berbeda pada reader-orientation, menarik perhatian dan estimasi pengetahuan pembaca
Ø  Perbedaan penggunaan cohesion markers, penanda tertentu yang membuat lemah hubungan leksikal
Ø  Perbedaan dalam penggunaan fitur linguistik terbuka (seperti kurang subordinasi, banyak conjunction, kurang passivisation, fewer free modifiers, kurang noun-modification, kata-kata yang kurang spesifik, kurang lexical variety, prediksi variasi dan gaya sederhana ).

D.    Technology
Untuk menjadi orang yang berliterasi saat ini berarti harus memiliki kontrol atas berbagai media cetak dan elektronik. Banyak yang terakhir memiliki dampak besar pada cara kita menulis, genre kita menciptakan, identitas pengarang kita asumsikan. Bentuk produk dan cara kita berinteraksi dengan pembaca.

Dampak technology dalam menulis (Hyland:2009:58), diantaranya:
ü  Merubah menciptakan, mengedit, proofreading dan proses pormating.
ü  Menggabungkan teks tertulis dengan media visual-audio yang lebih mudah.
ü  Mendorong penulisan non-linear dan proses membaca melalui link hypertext.
ü  Menantang gagasan tradisional kepenulisan, wewenang dan kekayaan intelektual.
ü  Memungkinkan penulis mengakses untuk informasi lebih lanjut dan untuk menghubungkan informasi itu dalam cara-cara baru.
Mungkin yang paling jelas, dan sekarangsangat akrab, fitur penulisanberbasis komputeradalah media elektronik yangmemfasilitasimenulis, dramatisnyamengubahkebiasaan menuliskita. fiturpengolah kata yang biasa kita gunakanadalahuntuk memotong dan menyisipkan, menghapusdan copy, memeriksa ejaandan tata bahasa, menyisipkan gambar danmengubah,fiturformat yang tersediadapat membuatteks-tekskitasekarang, lebih panjang, lebih bagus danlebih beratdirevisi.

E.      Genre
Genre adalah jenis tindakan komunikatif, yang berarti bahwa untuk berpartisipasi dalam acara sosial, individu harus terbiasa dengan genre yang mereka hadapi di sana. Karena itu, genre sekarang menjadi salah satu konsep yang paling penting dalam pendidikan bahasa saat ini. Ini adalah adat, namun kita dapat mengidentifikasi tiga pendekatan genre ( Hyon , 1996; Johns , 2002) :(a) the Australian work in the tradition of Systemic Functional Linguistics. (b) the teaching of English for Specific Purposes.(c) the New Rhetoric studies developed in North American composition contexts.

F.      Identity
Penelitian terbaru telah menekankan hubungan dekat antara menulis dan identitas seorang penulis. Dalam arti luas, identitas mengacu pada cara-cara orang menampilkan siapa mereka satu sama lain ( Benwell dan Stokoe , 2006 : 6 ) : kinerja sosial dicapai dengan menggambar pada sumber daya linguistik yang tepat. Oleh karena itu  identitas dipandang sebagai bangunan oleh teks yang kita libatkan dengan pilihan bahasa yang kita buat, sehingga identitas bergerak dari pribadi ke ranah publik, dan dari proses kognisi tersembunyi ke konstruksi sosial dan dinamis dalam discourse.
Pengertiansaatiniidentitasmelihatnyasebagaikonsep plural, yang didefinisikansecarasosialdandinegosiasikanmelaluipilihanpenulisbuatdalamdiscourse mereka.Pilihaninisebagiandibatasiolehideologidominankemahiranistimewa di masyarakattertentu, dansebagianterbukauntukinterpretasipenulis 'sebagaihasildaripengalamanpribadidansosialbudayamereka.  Demikian identitas mengacu berbagai macam 'diri' penulis mempekerjakan dalam konteks yang berbeda, proses hubungan mereka dengan masyarakat tertentu, dan tanggapan mereka terhadap hubungan kekuasaan institusional tertulis di dalamnya.
Menurut Ivanic , 1998; Ivanic dan Weldon , 1999. Membahas identitas sebagai berikut :
1.      The autobiographical self yakni penulismembawaketindakanmenulis, dibatasisecarasosialdandibangunoleh life-history penulis. Initermasuk ide-ide mereka, pendapat, keyakinandankomitmensikapmereka.  
2.      The discoursal self yakni penulis terkesan sadar atau tidak sadar menyampaikan dalam sebuah teks dari diri mereka sendiri. Ini menyangkut suara penulis dalam arti bagaimana mereka menggambarkan diri mereka. Sebuah contoh adalah sejauh mana penulis mengambil praktek-praktek masyarakat yang atau untuk dia menulis, mengadopsi konvensi dan untuk mengklaim keanggotaan.
3.      The authorial self yakni penulis menunjukkan dirinya dalam tingkat authoritativeness dengan tulisannya. Ini adalah sejauh mana seorang penulis ikut campur ke dalam teks dan mengklaim dirinya sebagai sumber isinya. Hal ini termasuk penggunaan kata ganti pribadi dan kesediaan untuk mendapatkan secara pribadi di belakang argumen dan klaim.





Comments
0 Comments

0 Comments:

Post a Comment