Saturday, March 1, 2014
Created By:
Suneti Alawiyah
Name : Suneti Alawiyah
NIM : 14121330390
Class : PBI-D/4th Semester
CLASS REVIEW 3
PANDUAN DASAR DALAM
PENULISAN AKADEMIK
‘Good writing’ is
that discovered combination of words which allows a person the integrity to
dominate his subject with a pattern both fresh and original. ‘Bad writing’ then, is an echo of someone
else’s combination which we have merely taken over for the occasion of our
writing...’good writing’ must be the discovery by a responsible person of his
uniqueness within his subject
(Rohman, 1965: 107-8 yang dikutip oleh Ken Hyland, 2009: 19 dalam buku
‘Teaching and Researching Writing’).
Dalam ranah
penulisan akademik maupun non-akademik, akan ada pola-pola penulisan tertentu
bergantung jenis teks apa yang akan diproduksi.
Dalam academic writing khususnya, ada beberapa ayat-ayat yang
harus kita tinjau lebih dalam, yaitu:
1)
Cohesion (kohesi)
Kohesi
dalam sebuah teks mengacu pada gerakan atau aliran yang halus antara kalimat
dan paragraf. Kohesi bersifat elusive
(sulit ditentukan, akan tetapi ada), kohesi pada sebuah teks adalah tentang
bagaimana ide dituangkan dalam tulisan tersebut secara keseluruhan.
2)
Clarity (kejelasan)
Kejelasan
pesan atau makna yang akan disampaikan penulis untuk berkomunikasi dengan
pembaca secara benar-benar jelas.
3)
Logical
Order (hubungan logis)
Mengacu
pada urutan logis dari informasi yang akan disampaikan. Dalam penulisan akademic (academic writing),
biasanya penulis memulai tulisannya dari umum ke khusus (from general to
specific).
4)
Consistency (konsisten)
Mengenai
kesatuan keseragaman gaya penulisan dalam sebuah tulisan tersebut.
5)
Unity (kesatuan)
Kesatuan
topik yang dibahas, dan mengecualikan informasi yang tidak secara langsung
berhubungan dengan topik yang dibahas dalam sebuah paragraf.
6)
Conciseness
Penggunaan
kata yang efektif untuk menyampaikan pesan atau informasi dan menghilangkan
kata yang tidak perlu agar tidak adanya pengulangan kata yang menyebabkan
pemborosan kata.
7)
Completeness (kelengkapan)
Kelengkapan
dalam penulisan diperlukan agar penulis memberikan informasi penting mengenai
suatu topik tertentu.
8)
Variety (variasi)
Variasi
dalam menulis sangat diperlukan, hal ini dapat dilakukan dengan menambahkan beberapa
bumbu pada teks, agar dapat membantu pembaca lebih memahami maksud atau makna
yang ingin disampaikan oleh penulis.
9)
Formality (formal)
Penulisan
akademik adalah salah satu penulisan yang masuk dalam kategori penulisan formal
(resmi). Ini berarti, dalam penulisannya
harus menggunakan kosa kata formal dan struktur bahasa yang digunakan juga
harus mengikuti pola-pola tertentu.
Selain itu, hindari penggunaan kata ganti ‘saya’ atau ‘penulis’ dalam
penulisan akademik.
Dalam bukunya, ‘Teaching
and Researching Writing,’ Ken Hyland mmberikan panduan dasar
untuk menulis, Hyland menilai kegiatan menulis merupakan sebuah proses-bukan produk jadi.
Di bawah ini ada beberapa ‘mantra’ dari Ken hyland yang akan saya tulis
ulang, yaitu:
a)
Writing is problem-solving
Penulis
menggunakan strategi penemuan dan perencanaan yang luas untuk mencari atau
menemukan solusi dari permasalahan yang ditemukan pada saat proses menulis itu
berlangsung.
b)
Writing is generative
Penulis
mengeksplorasi dan menemukan ide-ide atau gagasan yang mereka tulis untuk
dijadikan topik yang dia bahas.
c)
Writing is recursive
Penulis
terus-menerus meninjau dan memodifikasi teks mereka saat menulis dan sesering
mungkin membuat rancangan dalam draf untuk mencapai tujuan penulisannya.
d)
Writing is collaborative
Penulis
mengambil manfaat dari berbagai sumber data dan tidak terfokus hanya pada data
tertentu saja.
e)
Writing is development
Evaluasi
untuk penulis tidak hanya dilakukan pada hasil akhir penulisannya, akan tetapi
evaluasi dapat juga dilakukan dalam proses pembuatan pengumpulan data tulisan,
hal ini dilakukan agar penulis konsisten terhadap fokus utama yang dia bahas di
dalam tulisannya.
(Ken
Hyland, 2009: 80)
Selain itu,
pembahasan selanjutnya masih mengenai penulisan akademik, yang mana pertanyaan
di bawah ini dapat dijadikan evaluasi diri dalam menulis critical essay-salah satu model academic writing, ialah:
® Kepada siapa penulis menargetkan artikelnya (sasaran
pembaca)?
® Apa klaim utama yang penulis utarakan dalam argumennya?
® Bukti apa yang penulis gunakan untuk menguatkan
opininya?
® Apakah penulis membuat opini tanpa bukti?
® Apakah pembaca berfikir bahwa bukti yang dipaparkan
penulis sudah mencukupi untuk kategori penulisan akademik?
® Apakah penulis menggunakan kata-kata yang emosional?
(jika ada, tandai apapun yang diidentifikasi oleh pembaca)
Pertanyaan evaluasi
ini dapat membantu penulis dalam ranah penulisan akademik agar tidak
memunculkan subyektivitas dalam meneliti permasalahan yang sedang dibahas. Selain itu, evaluasi juga tidak dilakukan
pada hasil akhir penulisan. Akan tetapi,
ketika proses penyusunan artikel itu terjadi.
Evaluasi juga merupakan cara antisipasi agar penulis fokus terhadap
objek kajian yang diteliti, demi mengembangkan potensi atau gagasan penulis
dalam menyampaikan argumennya. Kemudian,
evaluasi juga dapat membentengi penulis dalam menuliskan hal-hal yang dianggap
tidak perlu, dan memilah-milah mengenai fakta-fakta yang benar-benar dapat
dijadikan pendukung argumen penulis.
Selaras dengan hal tersebut, evaluasi teks juga dikonsepkan oleh penulis
Stephen Bailey dalam bukunya ‘Academic Writing, A handbook for
International Student-second edition,’ dapat digambarkan pada tabel di
bawah ini:
Start Here
(Stephen Bailey, 2006: 13)
Menulis akademik,
bukan hanya berdasarkan pada fakta-fakta yang berkaitan dengan topik yang
dibahas, akan tetapi juga menyangkut opini atau argumen dari penulis. Penggabungan antar keduanya, akan membentuk
hubungan yang akan menjadi hasil dari proses pengamatan, analisa, penilaian
dari data maupun informasi yang kita kaji.
Penulisan akademik tidak lepas dari wacana ‘literasi’ yang melibatkan
pembaca, penulis dan teks yang diproduksi. Hubungan antar ketiganya dapat kita
sebut dengan schemata, yakni:
Poin atau faktor
penting dalam dimensi segitiga schemata ini terletak pada pembaca (reader),
dimana membaca merupakan proses mencari makna (pemaknaan), yang mana adanya
interaksi yang dinamis antara:
1)
Pembaca
yang berpengetahuan
2)
Informasi
yang disarankan oleh teks yang sedang dibaca
3)
Konteks
situasi pembaca
4)
Tipe
dari teks tersebut
5)
Perasaan
pembaca
6)
Waktu
dan kondisi
Menurut Prof. A.
Chaedar Alwasilah, adanya rekayasa literasi untuk meningkatkan sumber daya
manusia. Rekayasa literasi dapat dimulai
dengan membaca-menulis dulu, dan orang yang merekayasa adalah mereka yang ahli
dalam bidang disiplin ilmu linguistik, yang memiliki pemahaman bahasa-ahli dibidangnya, karena bahasa adalah pintu masuk utama
dalam pengajaran literasi. Rekayasa
literasi (lagi) menyangkut empat dimensi yang direkayasa, yaitu:
a)
Linguistik
(fokus pada teks)
Sebuah
teks harus dibaca untuk menambah pengalaman dan informasi-bahkan, jika perlu diulang-ulang (repetition). Kemudian setelah proses membaca, sebuah teks
harus direspon melalui diskusi, menuliskan kembali (re-writing) apa yang
terjadi di dalam teks tersebut, kemudian bandingkan dengan teks lain yang
sejenis.
b)
Kognitif
(fokus pada mind/pikiran)
Karena
sebuah teks dapat mempengaruhi pikiran orang yang membacanya.
c)
Perkembangan
d)
Sosiokultural
Menurut Ken Hyland, ‘literacy is something we do,’ hal ini
berkaitan dengan making choice (menentukan pilihan), yang artinya
literasi adalah apa yang kita lakukan.
Contohnya, ketika kita akan pergi ke kampus mengenakan baju berwarna
merah-maka hal tersebut
dinamakan literasi. Lalu apa kaitan
literasi dengan dengan kepenulisan akademik? Yaitu ‘academic succes means
representing yourself in a way valued by your discipline, adopting the values, beliefs
and identities which academic discourse embody.’ Academic writing adalah salah satu cara dalam
peningkatan wacana ihwal literasi.
Melalui academic writing, kita juga belajar bagaimana membuat argumen
yang dipadukan oleh fakta-fakta yang ada, dan membuat keduanya saling berkaitan
(logis). Dari pembahasan sebelumnya,
dapat disimpulkan bahwa sebelum kita membuat penulisan akademik, yang terfokus
pada argumentatif essay dan critical essay, alangkah lebih baiknya kita
mengetahui beberapa panduan dasar dalam membuat tulisan tersebut, agar
terhindar dari subjektivitas penulis.
Selain itu, untuk menghasilkan tulisan yang baik, maka sangat perlu
dalam menambah referensi atau sumber-sumber rujukan atau informasi yang dapat
dijadikan perbandingan untuk mencari kebenaran dari permasalahan yang kita
bahas dan analisis. Dalam penulisan
akademik, kita harus bisa menggabungkan antara fakta dan argumen, karena keduanya
merupakan komponen atau isi dari penulisan akademik. Kemudian, perlunya memperhatikan pemilihan
kata (diksi) dalam tulisan kita, karena penulisan akademik merupakan penulisan
yang menggunakan bahasa yang formal atau resmi dalam penulisannya. Hal ini menunjukkan penulisan akademik tidak
sembarang orang yang membuat, karena dibutuhkan analisis dan pengamatan
terhadap fokus objek yang sedang dikaji.


Subscribe to:
Post Comments (Atom)