Saturday, March 1, 2014

Merubah Pola Pikir Literasi pada diri Sendiri


Merubah Pola Pikir Literasi pada diri Sendiri 

Pada hari jum’at Pukul 07.30 kami sudah siap untuk belajar Mata kuliah ini. Minggu ketiga dalam mata kuliah Writing and Conversation 4, sungguh sangat menebarkan sekali. Karena saya teringat tentang ucapan Mr. Lala bahwasanya kita barulah Pemanasan belaka. Yaa itulah ucapan yang keluar dari dosen mata kuliah pagi ini. Akan tetapi saya sadar bahwa untuk menuju jenjang yang lebih atas, sangatlah banyak sekali tantangan bahkan cobaan yang harus kita lalui. Didalam Hati ini, saya berkata “ Semoga Saya bisa menjaga kesahatan pada diri saya, contohnya menjaga kesehatan Rohaniah dan Batiniah”.

Diwriting 4 ini, memang banyak sekali membutuhkan Energi bahkan Pemikiran yang lebih dari segalanya. Contohnya seperti minggu lalu, saya harus membuat Chapter Review sebanyak 10 halaman (minimal) yang harus ditulis tangan. Saya harus membaca dan memahami betul tentang apa yang ada didalam penjelasan bapak Prof. A. Chaedar Alwasilah MA. Ph.D. yang berjudul Pokoknya Rekayasa Literasi pada halaman 157 sampai 185. sungguh tak pernah saya bayangkan sama sekali.
Selanjutnya kembali lagi kepada Power Point Mr. Lala yang bertemakan Exploring “Nothing But Literacy Engineering”. Kemudian Mr. Lala mencantumkan kata mutiara yang bertuliskan "Education is not the filling of a pail, but the lighting of a fire."dari William Butler Yeats yang artinya "Pendidikan bukan mengisi ember, tapi pencahayaan dari api”. Sungguh kata mutiara itu yang membuat saya bangkit seperti halnya ada kejadian Kebakaran, kemudian mereka semua berbondong-bondong untuk pergi keluar dan menyelamatkan dirinya masing-masing.
Setelah itu, akhirnya saya mengetahui bahwa Literasi bukan hanya Membaca dan Menulis saja. Akan tetapi Literasi sangatlah Luas dan beraneka ragam. Oleh sebab itu, kenapa bapak Chaedar menuliskan judulnya seperti itu, karena bapak Chaedar memberikan kita solusi untuk lebih memahami Literasi tersebut. Jadi yang harus direkayasa adalah kegiatan kita untuk membaca dan menulis. Kegiatan tersebut direkayasa dengan berbagai macam tekni-teknik yang dijelaskan kepada beliau didalam wacana tersebut. Saya tahu kenapa Mr. Lala menyuruh kita untuk menulis kemudian membaca ulang dan memasukannya kedalam Blog. Semua itu bertujuan untuk membentuk kita kedalam sebuah Rekayasa Literasi. Saya teringat ketika Mr. Lala baru mengajar kami disemester dua lalu, dengan mata kuliah Writing 2. Kemudian berlanjut disemester 3 yaitu pada mata kuliah Phonology dan sekarang dimata kuliah Writing 4 ini.
Sebuah Santapan pertama untuk Menulis Akademik :
Ø  Kohesi : gerakan halus atau " aliran " antara kalimat dan paragraf,
Ø  Kejelasan : makna dari apa yang anda niati untuk berkomunikasi harus sangat jelas (cara kita berbicara),
Ø  Urutan logis : mengacu pada urutan logis dari informasi. Dalam penulisan akademik, penulis cenderung bergerak dari umum ke khusus,
Ø  Konsistensi : Konsistensi mengacu pada keseragaman gaya penulisan.
Ø  Unity : Pada dasarnya sederhana, kesatuan mengacu pada pengecualian informasi yang tidak secara langsung berhubungan dengan topik yang dibahas didalam paragraf tertentu.
Ø  Keringkasan : keringkasan adalah meringkas dalam penggunaan kata-kata. Tulisan yang bagus dengan cepat sampai ke titik, menghilangkan kata yang tidak perlu dan tidak perlu kata pengulangan. terkecuali dari informasi yang tidak perlu mempromosikan persatuan dan kesatuan.
Ø  Kelengkapan : Sementara informasi berulang-ulang atau tidak perlu harus dihilangkan, penulis hanya memiliki atau memberikan informasi penting mengenai suatu topik yang tertentu. Misalnya, dalam definisi cacar air, pembaca akan mengharapkan untuk lebih mengetahui bahwa itu adalah penyakit utama yang diderita pada anak-anak yang ditandai dengan adanya ruam.
Ø  Ragam : Variasi membantu pembaca dengan menambahkan beberapa "bumbu" kedalam teks tersebut.
Ø  Formalitas : Akademik menulis adalah formal dalam nada. Ini berarti bahwa kosakata canggih dan struktur tata bahasa yang digunakannya haruslah lebih baik lagi. Selain itu, penggunaan kata ganti seperti " I " (saya) dan kontraksi harus lebih dihindari. Satu pembuka lebih yaitu Evaluasi Kritis hal ini sangatlah penting.
Ken Hyland (2006) didalam Literasi adalah sesuatu yang kita lakukan. Hamilton (1998), seperti dikutip dalam Hyland (2006: 21), melihat keaksaraan sebagai kegiatan yang terletak didalam interaksi antara sesama manusia. Hyland furhter berpendapat bahwa : "akademik Literasi menekankan cara bagaimana kita menggunakan bahasa itu sendiri. Disebut sebagai praktik keaksaraan, kemudian berpola oleh lembaga sosial dan hubungan kekuasaan. Keberhasilan akademis berarti repersenting diri Anda dengan cara menghargai disiplin, mengadopsi nilai-nilai, keyakinan dan identitas dissourse akademiknya bisa terwujud. Poin penting dalam " Rekayasa literasi " adalah praktik kultural yang berkaitan dengan Artikel Baru persoalan sosial Politik. Jelasnya yaitu bahwa Negara literasi Terus menjamur Sesuai Artikel Baru Tuntutan " Zaman edan " sehingga Tuntutan mengenai perubahan pengajaran pun regular tidak Bisa dihindari.
Model literasi ala Freebody dan Lukas (2003) : memecahkan kode teks, berpartisipasi dalam makna teks tersebut, menggunakan teks fungsional, kritis menganalisis dan mengubah teks itu menjadi lebih baik lagi. Bapak Prof. A. Chaedar Alwasilah  meringkas lima ayat di atas menjadi : memahami, melibati, menggunakan, menganalisis, mentransformasi. Rujukan literasi ini terus berevolusi, sedangkan rujukan Linguistik putar relatif Konstan. Studi literasi tumpang tindih (overlapping) Artikel Baru objek studi menjabarkan Budaya (cultural studies) Artikel Baru yang dimensinya sangat mengagumkan. Barisan aritmetik Pendidikan yang Berkualitas Tinggi PASTI menghasilkan literasi yang Berkualitas Tinggi pula dan juga sebaliknya.
  Membaca, menulis, berhitung dan penalaran sama dengan modal Hidup Orang multiliterat yang Mampu berinteraksi secara dalam. Berbagai situasi Masyarakat Yang regular tidak literat regularnya, atau tidak Mampu memahami bagaimana hegemoni itu diwacanakan lewat Media Masa. Pengajaran bahasa harus mengajarkan keterampilan berpikir Kritis juga. Ujung tombak Pendidikan literasi adalah GURU dengan fitur anatara lain : komitmen profesional, komitmen etis, strategi analitis dan reflektif, efikasi diri, pengetahuan bidang studi, dan keterampilan literasi dan numerasi (Cole dan Chan 1994 dikutip dari Alwasilah 2012)
  Rekayasa literasi adalah upaya yang disengaja dan sistematis untuk menjadikan manusia terdidik dan berbudaya lewat penguasaan bahasa secara optimal.  Penguasaan bahasa adalah pintu masuk menuju ke pendidikan dan pembudayaan.
  Empat dimensi rekayasa literasi: linguistik, kognitif, sosiokultural, dan perkembangan
  Rekayasa literasi = merekayasa pengajaran membaca dan menulis dalam empat dimensi tersebut.
  Orang literat tidak sekedar berbaca-tulis tetapi juga harus lebih terdidik MENGENAL SASTRA yang lebih dalam lagi. Sehingga kita bisa menyimbangi baca-tulis pada diri kita.
Comments
0 Comments

0 Comments:

Post a Comment