Saturday, March 1, 2014
Created By:
Niyati Wulandari
3rd Class
Review
“Bergelut
Dengan Academic Writing”
Jumat 21
Februari 2014, ruang 46, pukul 07.30 WIB. Pada hari itu cuaca mendung dan
hujan, membuat suasana menjadi ngantuk dan malas. Tapi apa daya saya harus
memenuhi kewajiban saya sebagai mahasiswa, yaitu belajar. Karena hujan, saya
kira Mr. Lala tidak masuk atau paling tidak kesiangan. Tapi setelah saya sampai
di kampus, motor Mr. Lala sudah ada di parkiran di depan gedung PBI. Saya masih
ingat pada hari itu saya memakai baju warna hijau, duduk seperti biasa yaitu di
barisan paling depan. Di sebelah kanan saya ada Nani Fitriani, sebelah kiri
saya ada Mega Widiastuti dan di belakang saya ada Maria Ulfa. Berbeda itu yang
saya rasakan, karena hari itu saya duduk tidak tepat di depan meja dosen.
Tak lama kemudian Mr. Lala masuk dan mulai menjelaskan
power point yang bejudul 3rd Match:
Exploring “Nothing But Literacy Engineering” sebelum membahas tentang power
point alangkah lebih baiknya kita mengulang tentang Rekayasa Literasi, seperti yang telah kita ketahui literasi adalah
budaya membaca – menulis. Rekayasa Literasi adalah cara pengajaran membaca
- menulis, merekayasa upaya pengajaran
secara sadar untuk menjadi good writer dan good reader. Dengan merekayasa
literasi, maka akan tercipta sifat integrated (mempersatukan) anatara penulis
dan pembaca.
Kembali ke power point, yaitu pada slide ke tiga “An
Appetizer on Academic Writing Elements”, elemen-elemenya yaitu:
1.
Cohesion adalah
keterkaitan antara kalimat dengan paragraf, sifatnya seperti ilusi.
2.
Clarity adalah
kejelasan dengan apa yang dimaksud oleh penulis.
3.
Logical Order adalah
kalimat dan kata-katanya masuk akal atau tidak, tapi dalam academic writing
kalimat dan kata-katanya harus bersifat masuk akal.
4.
Unity adalah
pemebahasan dari teks tersebut yaitu antara paragraf satu dengan paragraf
lainnya saling tekait apa tidak.
5.
Concistency adalah
pembahasan dari teks tersebut konsisten apa tidak terhadap topik yang dipilih.
6.
Formality adalah
teks tersebut bersifat formal apa tidak, tapi dalam academic writing teks yang
digunakan harus teks formal.
7.
Variety adalah
teks tersebut bervariasi apa tidak, dan variasi tersebut harus bisa membantu
pembaca menambahkan “bumbu” untuk tulisannya.
8.
Compeleteness adalah
teks tersebut harus memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pembaca dan itu
adalah tugas dari seorang penulis.
9.
Conciseness adalah
teks tersebut harus ringkas, padat dan jelas. Sehingga menjadi kelebihan yang
dimiliki teks tersebut.
Ke sembilan elemen tersebut harus ada di dalam Academic
Writing. Karena ke sembilan elemen tersebut merupakan ukuran sebuah tulisan,
apakah tulisan tersebut sudah sesuai dengan harapan yang telah ditentukan, atau
belum dan bahka tidak sesuai dengan harapan yang telah ditentukan. Sebagai
penulis diharuskan bisa menjadi pembaca, agar tulisan yang dihasilkan tepat
sasaran.
Academic Writing erupakan bentuk literasi, khususnya
literasi formal. Maka bahasa yang digunakan juga bahasa formal dan seolah kaku.
Rekayasa literasi adalah merekayasa cara pengajaran membaca dan menulis.
Rekayasa membaca adalah cara yang ditempuh oleh pembaca untuk mencapai rasa
kenyamanan dalam hal membaca. Contohnya, membaca di tempat yang sepi agar
konsentrasi tetap terjaga, ada juga yang membaca sambil mendengarkan musik.
Cara tersebut merupaka upaya yang banyak dilakukan oleh pembaca. Dan rekayasa
menulis adalah cara yang ditempuh untuk menghasilkan tulisan, tapi dengan
diimbangi dengan membaca, karena dengan membaca penulis mempunyai bahan-bahan
yang akan ia tuliskan nanti. Menulis disini bukan hanya menulis akademik tetapi
juga menulis hal-hal yang kita sukai seperti puisi, cerpen, jurnal harian dll.
Baru disadari bahwa metode yang digunakan oleh Mr. Lala
adalah hasil dari rekayasa litersi, hasilnya yaitu:
1.
Read / high repetition
Membaca banyak bacaan yang bermutu merupakan “gizi” untuk
menambah wawasan kita.
2.
Respon
Setelah membaca pastilah kita akan merespon bacaan
tersebut. Apakah bacaan tersebut bermutu atau tidak, sesuai atau tidak dengan
perspektif kita. Dalam merespon kita berdiskusi antara kita dan tulisan yang
kita baca, bahkan antara kita dengan pembaca lainnya, setelah merespon kita
rewrite (menulis ulang) apa yang sudah kita baca dan apa yang kita respon.
3.
Teks
Teks disini dihasilkan setelah kita membaca, merespon,
dan rewrite (menulis ulang). Teks tersebut bisa berupa poem dan news.
Kemudian dalam kata “Do” itu tersirat sebuah makna yaitu
“Do” dalam mempraktikan literasi. Karena orang yang literate (ahli membaca dan
menulis) pasti mampu berinteraksi dalam berbagai keadaan atau kondisi, dan bisa
menentukan pilahan (making choice), ini bisa disebut dengan orang yang
multilaterate (bisa menempatkan diri dalam berbagai keadaan).
Jadi kesimpulan pada class review yang berjudul “Bergelut
Dengan Academic Writing” adalah rekayasa literasi adalah merekayasa cara
pengajaran membaca dan menulis. Elemen-elemen yang ada pada academic writing
ada sembilan yaitu:
1.
Cohesion
2.
Clarity
3.
Logical
4.
Unity
5.
Concistency
6.
Formality
7.
Variety
8.
Conciseness
9.
Completeness
Hasil dari rekayasa literasi yaitu:
1.
Read/high repetition
2.
Respon (discussion, respon, re-write)
3.
Text (poem, news)
Makna kata “Do” adalah “Do” – Making Choice – Praktik
literasi
Semoga
class review ketiga ini saya bisa menjadi penulis (writer) di dalam academic
writing dengan tidak lupa memperhatikan elemen-elemen yang ada, di samping itu
semoga saya bisa menjadi good reader dengan sering membaca agar tulisan saya
mendapatkan bumbu-bumbu yang baru, dan semoga pada suatu hari nanti saya bisa
menjadi orang yang literate. (Amin).


Subscribe to:
Post Comments (Atom)