Saturday, March 1, 2014

Menyelami Lebih Dalam Dimensi Melek Aksara

Class review
Menyelami Lebih Dalam Dimensi Melek Aksara
            Rekayasa literasi adalah merubah sumber daya kecil menjadi besar, dengan adanya pengaplikasian rekayasa literasi dalam dimensi yang telah saya gambarkan sebelumnya, kita dapat merubah sumber daya kecil menjadi besar, terutama sumber daya manusia (SDM), dan pasti apabila sumber daya manusianya tinggi, kita dapat mengelola sumber daya alam dengan baik.

Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam persaingan global, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global yang selama ini kita abaikan. Globalisasi yang sudah pasti dihadapi oleh bangsa Indonesia menuntut adanya efisiensi dan daya saing dalam dunia usaha. Dalam globalisasi yang menyangkut hubungan intraregional dan internasional akan terjadi persaingan antar negara. Indonesia dalam kancah persaingan global menurut World Competitiveness Report menempati urutan ke-45 atau terendah dari seluruh negara yang diteliti, di bawah Singapura (8), Malaysia (34), Cina (35), Filipina (38), dan Thailand (40).
Dengan adanya rekayasa literasi seperti yang di katakan Mr. Lala Bumela kita bisa menaklukan dunia, literasi adalah misi ampuh dalam menaklukan dunia, dengan adanya literasi kita akan membangun imtaq dan iptek  yang tinggi, bukan hanya pandai dalam berliterasi, namun juga memiliki etika dan moral yang akan terbangun sendirinya, karena orang yang berliterasi tinggi akan gampang menyerap informasi, dan memilah mana yang bekualitas mana yang tidak, biasanya orang yang berliterasi tinggi mempunyai pemikiran yang cerdas dan tidak mudah dijatuhkan, bayangkan jika semua masyarakat Indonesia berjiwa literasi tinggi pasti kita akan mampu bersaing dengan negara-negara hebat di dunia. Kita tidak akan dibodohi lagi mengingat banyak budaya dan sumber daya alam (SDA) Indonesia yang sudah dan akan di rebut oleh negara lain.

            Reading dan writing sifatnya harus integrated, Menurut Hoey (2001), penulis dan pembaca itu bagaikan tarian. Mengapa? Karena keduanya ini tidak bisa terpisahkan, seperti dansa yang dilakukan oleh dua orang. Pembaca dan penulis itu menari dan mengikuti berbagai cara yang lain, oleh karena itu hubungan dari keduanya mempunyai istilah yang disebut dengan art.
Jika kita medapatkan sebuah teks maka yang pertama kita lakukan adalah membacanya dengan repetition yang tinggi, ini di karenakan kita harus memahami apa isi dari teks tersebut, ketika kita sudah memahami isi dari teks tersebut lalu kita respon dituangkan kedalam sebuah tulisan, seperti yang telah kita lakukan selama ini menulis opinion essay, critical review, kita tulis dalam passport kita dan juga kita posting di blogg itu merupakan integrated of reading and writing.
Sedikit pengulasan lagi mengenai dimensi reading dan writing yaitu mengenai dimensi Linguistik (teks), dalam rekayasa literasi orang yang tidak memahami linguistik maka tidak akan bisa merekayasa literasi dilain kata yaitu pemahaman bahasanya harus jago, karena orang yang bisa merekayasa literasi basic ilmunya sudah kuat. Mengapa harus teks? Karena harus berpengalaman dan banyak berinteraksi dengan teks, kita harus faham bentuk teks dan harus mengenalinya sejak dini.
Teks sifatnya ideologis merupakan definisi semiotik Yaitu ilmu tentang tanda-tanda dan kode, tanda-tanda yang digunakan untuk memproduksi, menyampaikan adapun kode berfungsi untuk mengatur penggunaannya. Semiotika dan semiologi dua pendekatan yang berbeda tetapi terkait dengan teori-signifikasi bagaimana sistem tanda dan kode tersebut bekerja, definisi dari beberapa ahli mengenai semiotik dan semiologi yaitu:
Ø  Semiotika, yang biasanya didefinisikan sebagai pengkajian tanda-tanda (the study of signs), pada dasarnya merupakan sebuah studi atas kode-kode, yaitu sistem apapun yang memungkinkan kita memandang entitas-entitas tertentu sebagai tanda-tanda atau sebagai sesuatu yang bermakna ( Scholes, 1982: ix dalam Kris Budiman, 2011: 3)
Ø  (Kris Budiman, 2011: 3) menuturkan bahwa semiologi adalah sebuah ilmu umum tentang tanda, “suatu ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di dalam masyarakat”. Tanda-tanda dalam masyarakat yang telah disepakati sebenarnya hasil dari pemikiran Logika seperti yang di ungkapkan oleh Charles S. Pierce (Kris Budiman 2011: 3) bahwa semiotika tidak lain daripada sebuah nama lain bagi logika, yakni “doktrin formal tentang tanda-tanda”.
Suatu gambar atau tanda harus diketahui ideologisnya, seperti yang dicontohkan Mr Lala yaitu mata satu, literasi bukan hanya bahasa namun juga dapat visual, pertumbuhan (growth) juga bukan hanya minda, tapi budaya ekonomi, politik dan sebagainya. Sedangkan budaya adalah efek dari ketiganya.
            Literacy is something we do (Ken Hyland (2006)), ya apa yang kita lakukan sebagian besar adalah berliterasi, karena literasi bukan hanya baca-tulis, namun ada literasi ekonomi, politik, budaya dan sebagainya, itulah dikatakan bahwa literasi adalah sesuatu yang kita lakukan, dari apa yang kita lakukan juga harus kita pilih-pilih (making chooice) dalam praktek literasi tersebut.

Comments
0 Comments

0 Comments:

Post a Comment