Saturday, March 1, 2014
Created By:
Eka Berniati
Class Review III
21 Februari 2014
Mari Berinteraksi
By
Eka Berniati
Hari ini saya tidak bisa mengikuti
kelas Mr.Lala dikarenakan sakit, tetapi walaupun tidak mengikuti pelajaran
seperti biasanya, saya harus tetap mengerjakan tugas atau class review, Sabtu,
22 Februari saya baru masuk kuliah lagi dan bertanya kepada fitri, lili dan
zulfa tentang pertemuan dikelas Mr.Lala. Dikarenakan saya tidak berangkat jadi
tidak tahu apa-apa aktifitas di mata kuliah writing 4 ini, tetapi saya terus
bertanya mengenai hal tersebut, ternyata seperti biasa ada penyampaian materi,
sesi tanya-jawab tentang literasi dan yang paling membuat saya kepo yaitu tugas
critical essay, mahasiswa harus mengerjakan critical essay minimal 2500 kata
dan diberi waktu sekitar seminggu yang harus sudah diposting pada hari kamis
pukul 12.00 siang, saya mencari topik untuk menanggapi artikel ‘Classroom
discourse to foster religious harmony’ yang ditulis (A. Chaedar Alwasilah) yang
didalamnya terdapat beberapa key point sebagai berikut:
·
Sistem pendidikan untuk
tolak ukur kualitas bangsa
·
Masalah yang sering
berulang-ulang terjadi adalah kecekcokan siswa, tentang heterogenitas. Ini
membuktikan penyakit sosial dimana sensitivitas dan rasa hormat yang kurang
terhadap strata sosial budaya yang berebeda
·
Pendidik harus
melakukan yang terbaik untuk ketidakharmonisan ini, bertanggung jawab dalam
membentuk generasi baru sebagai warga yang demokratis dengan karakter baik
sebagaimana ditetapkan dalam hukum pendidikan nasional yaitu mencerdaskan
bangsa
·
Kerukunan beragama
harus dimulai dari sekolah sedini mungkin
·
Theory Rubin: 2009
Interaksi secara berkelompok harus
ditetapkan disekolah. Hal ini dimaksudkan untuk membangun rasa hormat, saling
tolong menolong, berbagi dan secara umum lebih bersikap sopan terhadap yang
lainnya
·
Siswa berasal dari
etnis, agama dan latar belakang yang berbeda, dan paradigma mereka dibentuk
oleh latar belakang tersebut, dan program sekolah harus memfasilitasi interaksi
berkelompok yang bertujuan untuk mengembangkan warga negara yang pofitif
(anak-anak tidak mungkin paham apa itu perbedaan, yang mereka tahu hanya
bermain riang, peran keluarga, lingkungan yang mengajarkan mereka)
·
Indikasi classroom
discourse mencakup”
a. Menyimak
b. Berpendapat
c. Bertanya
d. Menyatakan
setuju atau tidak setuju
e. Mencapai
mufakat dengan penuh rasa hormat
Praktik ini akan
diaplikasikan pada beberapa mata pelajaran.
Ketika di SMP, guru
berfungsi untuk meyakinkan bahwa kegiatan “peer interactions” berjalan dengan
benar, mereka bisa mengembangkan diskusi pendidikan positif seperti yang
diajarkan dalam mata pelajaran PKN, untuk satu guru SMP memfasilitasi siswa
berinteraksi dengan siswa dari agama, etnis dan sosial yang berbeda.
·
Hubungan yang baik
sangat penting untuk kesuksesan individu, sebaliknya hubungan yang buruk akan
merusak kepribadian dan memunculkan konflik sosial
·
Peer interactions dalam
mata pelajaran sosial, bahasa Indonesia dan pancasila bukan penghancur
kepribadian jika guru bisa memanagenya dengan efektif
·
Untuk itu, peer
interactions harus diimplementasikan sebagai kegiatan kelas rutin, siswa harus
diberikan peluang untuk berinteraksi dengan grup lain untuk mempraktekkan,
menyimak, berpendapat dengan penuh rasa hormat. Ini dimaksudkan untuk
mempersiapkan anak bangsa yang harmonis sebagai bagian dari negara yang
demokratis.
Setiap
mahasiswa harus bisa menanggapi artikel tersebut.
Seperti biasa ada penjelasan dari
Mr.Lala untuk menambah wawasan kita, seperti kata berikut “jangan lihat gedung
yang berlumpur tetapi lihatlah kualitas dosennya” jadi bisa dievaluasikan bahwa
pendidiklah yang berperan penting untuk mencerdaskan anak-anak bangsa seperti
yang ada di India, para dosen menugaskan mahasiswanya untuk menulis
berlember-lembar pada kertas folio yang akan menciptakan pendapat-pendapat yang
kritis, seperti sekarang juga saya ditekankan untuk menulis oleh Mr.Lala,
setiap pertemuan mahasiswa harus menulis minimal 10 halaman, yang menurut saya
sangat bagus sekali untuk kedepannya, harusnya ditekankan sedini mungkin
belajar menulis dan membaca, agar anak bangsa menjadi penerus bangsa yang lebih
berpendidikan bisa setara dengan negara maju.
Ada
juga negara yang tidak mempunyai lahan tetapi menjadi produsen sayuran terbesar
di dunia selain itu menjadi produsen bunga terbesar di dunia juga yaitu
Belanda. Mengapa demikian? karena negara ini para penduduknya memiliki literasi
yang tinggi sehingga dapat menjunjung negaranya maju. Berbanding terbalik
dengan Indonesia, kekayaan alam melimpah tetapi tidak bisa mengelolanya yang
mengakibatkan banyak lahan Indonesia yang dikuasai negara asing, ini
dikarenakan bobroknya literasi bangsa ini, sudah salah kaprah dari dulunya juga
dan sebagai penerus bangsa yang baik, selalu berusaha untuk menjadi yang
terbaik untuk kemajuan negara ini yaitu dengan menanamkan literasi sedini
mungkin.
Untuk
mencapai tujuan bangsa maju, menurut Mahbubani, dalam bukunya, Can Asian Think
?, bangsa Asia harus memiliki tiga perangkat lunak kejayaan atau software of
success, yaitu : meritokrasi, kedamaian, dan kejujuran (Mahbubani, 2004:
41-42).
Kesimpulan,
sebagai bagian dari Indonesia, semua provinsi harus menerapkan pendidikan
nasional karena hanya dengan pendidikan yang berkualitas baik, kita akan mampu
menghilangkan 8 sikap (negative) dan menanamkan 3 sikap (positive).


Subscribe to:
Post Comments (Atom)