Sunday, March 9, 2014
Created By:
Iis Yulia Riani

Teacher Students
Students
Students


Reader Quality
Reader Writer Quality Writer
Class
Review Keempat
“Mengupas
Tuntas Classroom Discourse”
Hari ini adalah pertemuan keempat
mata kuliah writing. Hari ini kita masuk lebih awal, yang tadinya masuk pukul
07.30 menjadi pukul 07.00. Pada saat ditugaskan untuk masuk lebih awal, kami
semua tercengang karena menurut kami jadwal masuk yang ditetapkan itu terlalu
pagi dan tentunya beresiko untuk mahasiswa yang tidak kos atau pp. Peraturan
tersebut akan Mr.Lala terapkan setiap pertemuannya. Mengapa demikian? Karena Mr.Lala ingin mahasiswa di IAIN lebih
meningkatkan lagi tingkat kedisiplinannya. Jika memang hal tersebut sebuah
kegiatan yang baik dan bermanfaat, mengapa tidak?
Pertemuan kali ini Mr.Lala membahas
mengenai “Classroom Discourse” yang ada pada critical review yang telah kami
buat. Disini kita akan mengoreksi beberapa kesalahan yang terdapat pada
critical review tersebut. Beliau memberikan komentar bahwa pembahasan yang kita
buat dalam critical review tersebut terlalu banyak yang bersifat “Religious”
sehingga masalah mengenai Classroom Discourse tersebut tersisihkan. Mr.Lala
menyimpulkan bahwa yang dimaksud Classroom Discourse yaitu :
·
Classroom
Discourse is “sacred site”
Sacred
site disini yaitu artinya suci, suci disini diperjelas dengan adanya ritual.
Dalam hal ini wacana dilakukan harus dengan struktur awal yang baik.
·
Classroom
complicated
Dapat
dicontohkan oleh kita sendiri. Kita yang berada di dalam kelas yang mengikuti
pelajaran tentunya berasal dari latar belakang yang berbeda. Entah itu dari
segi etnis, education, economy dan politik.
·
Meaning-making
practice
Di
dalamnya yaitu Ideogy dan Values. Ideology adalah sets of beliefs, di dalam
kelas bisa terjadi ideological classes.
Ada
beberapa komponen dalam wacana kelas, yaitu :
·
Participant
Partisipasi
disini yaitu orang yang terlibat dalam wacana kelas tersebut. Dapat dijelaskan
juga sebagai hubungan antar guru terhadap murid, maupun hubungan murid ke murid
lainnya.


Participant

·
Aktivitas
Interaksi
Aktivitas interaksi yaitu hubungan komunikasi
terhadap seorang guru dengan muridnya. Interaksi tersebut harus adanya timbal
balik, agar komunikasi tersebut berjalan dengan baik.
·
Fokus
Pembelajaran
Fokus pembelajaran disini adalah
materi apa yang akan diberikan oleh seorang guru dan bagaimana proses
pembelajarannya.
Berikut
ini recomended book “Classroom Discourse Analysis: A tool for critical reflection”
By Betsy Rymes (2008).
1. Introduction
to critical clasroom discourse analysis
a.
What is
(critical) classroom discourse?
Discourse:
Language in use
Discourse
Analysis: study how language in use is affected by the context of its use
Discourse
didefinisikan secara luas yaitu “Language in use.” Sedangkan discourse analysis
adalah studi mengenai bagaimana language in use dipengaruhi oleh konteks penggunaannya.
Di dalam kelas, konteks dapat berkisar dari pembicaraan dalam pelajaran, untuk
sepanjang hidup siswa bersosialisasi, untuk sejarah dari lembaga pendidikan.
Jadi, bahasa
adalah cara yang digunakan untuk berkomunikasi yang dilakukan oleh speaker
kepada listener. Kemudian pesan yang disampaikan melalui komunikasi itu
dilakukan dengan cara discourse analysis (kontekstualisasi). Dengan demikian,
bahasa digunakan untuk menangkap isi pesan yang telah diaktualisasikan oleh
seorang speaker melalui discourse analysis.
b. Context (The classroom and beyond)
Bagaimana suatu kata yang digunakan
tergantung pada konteks. Sebelum menuju pada pengertian konteks di dalam
discourse analysis sebaiknya kita memahami terlebih dahulu apa itu arti
konteks. Konteks adalah situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian. Di
dalam buku ini, yang paling jelas, “The classroom discourse” adalah konteks
utama dan paling jelas untuk discourse yang akan sedang memeriksa. Namun,
“Konteks” untuk discourse classroom analysis juga meluas ke luar kelas, dan
dalam komponen yang berbeda dari bicara le;as. Untuk memasukkan konteks dapat
dibatasi oleh batas-batas fisik bahasa yang sesuai di rumah mungkin akan
berbeda dengan bahasa yng sesuai di sekolah, tetapi konteks juga dibatasi tidak
oleh batas-batas fisik saja, melainkan oleh batas-batas discourse bahasa yang
sesuai dalam pelajaran mungkin akan berneda dengan bahasa yang sesuai setelah
pelajaran berakhir. Jadi pada intinya bahasa yang digunakan menyesuaikan
situasi dimana seorang speaker sedang berbicara.
c. Analysis
Analisis wacana kemudian menyelidiki
bagaimana discourse (language in use) dan konteks mempengaruhi satu sama lain.
Contex
>< discourse analysis (language in use). Mereka saling mempengaruhi satu
sama lain.
Untuk dapat
memahami mengapa seseorang mengatakan sesuai dengan cara tertentu, melibatkan
melihat konteks sebelumnya digunakan “Previous context.” Dapat berkisar dari
pertanyaan yang datang sebelum ucapan itu, dan pertanyaan dari percakapan juga
melibatkan “forward context.” Dalam konteks ini, siswa membawa cara-cara baru
berbicara dengan konteks kelas dan mengubah bagaimana discourse kelas terjadi
disana.namun, berbagai perubahan konteks yang terjadi pada siswa ini tak
masalah, karena:
Health, 1983
“perubahan
dalam konteks kelas akan merubah pengalaman siswa di sekolah, dan juga
meningkatkan kemampuan mereka dan mendorong keberhasilan mereka.
d. Clasroom discourse analysis from
critical prespective
Menempatkan bagian classroom
discours analysis dan critical prescpective secara bersama-sama, maka classroom
discourse bisa menjadi diparafrasekan “looking at language in use in a
classroom context.” Dengan pemahaman bahwa konteks dipengaruhi pula oleh
beberapa konteks sosial di luar dan di bagian kelas. Untuk dapat memahami
bagaimana konteks dan berbicara adalah sedang mempengaruhi satu sama lain.
Untuk tujuan meningkatkan interaksi kelas masa depan dan positif mempengaruhi
hasil sosial dalam konteks di luar kelas. Selain itu, komponen penting untuk
classroom dicourse analysis hadir setelah kita lebih menyadari bagaimana
konteks mempengaruhi discourse. Kita bisa bekerja untuk mengubah fitur-fitur
dan pembicaraan bahwa mungkin dapat menghambat partisipasi penuh bagi semua
siswa.
2.
What is
classroom discourse
Classroom discourse merujuk pada
bahasa yang digunakan oleh guru dan siswa saat mereka berkomunikasi satu sama
lain di dalam kelas. Talking and conversation adalah media dimana
sebagian besar pengajaran terjadi di dalamnya. Sehingga classroom discourse
adalah studi tentang proses pengajaran di kelas yang tatp muka (the study of
process of face to face classrrom teaching). Komponen yang berada di
dalam claaroom discourse adalah text dan context, kemudian
tercipta sacred sites, lalu menciptakan masalah (complicated).
Masalah itu dipicu karena berbagai alasan berikut, yakni background (education,
economic, politic, so on), communication strategies, meaning-practices.
Selanjutnya setelah proses-proses itu dilakukan akan tercipta interaction
yang menghasilkan talking. Pada intinya hasil dari classroom discourse akan
mengahasil kan talking di dalam kelas.
Kesimpulan :
Jika
dilihat dari perjalanan yang sudah ditempuh, maka kita masih berada dalam tahap
Read menuju Quality Read :



Untuk menjadi pembaca yang sukses,
seseorang harus tahu dan memilih bahan-bahan yang akan dibacanya dan dia harus
sanggup memahami apa yang sedang dibaca. Hampir semua orang ingin supaya
menjadi seorang pembaca yang baik dan sukses. Yaitu dengan menggunakan waktu
seminimal mungkin agar dapat memperoleh hasil yang maksimal.


Subscribe to:
Post Comments (Atom)