Thursday, March 6, 2014
Created By:
Alfat Prastowo
* Para antropologis telah menemukan prasasti dalam bahasa Arab di lembah Mississipi dan Arizona. Dari prasasti itu diperoleh keterangan bahwa imigran itu membawa juga gajah dari Afrika. (Winters, Clyde Ahmad: Islam in Early North and South America, Al-Ittihad, July 1977, p.60)
Menguak Fakta dari Sebuah Artikel
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu
Yang menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah,
Yang mengajar (manusia) dengan
perantaraan kalam.
Dia mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya.
(Al Quran, Surat Al Alaq ayat 1 – 5)
Sepanjang
sejarah, manusia selalu menulis dalam berbagai medium. Manusia prasejarah
mencatat berbagai peristiwa dan pengetahuan alam dalam bentuk simbol di gua-gua,
kayu, batu, hingga kulit binatang. Simbol-simbol itu diwariskan dari generasi
ke generasi. Simbol-simbol itu berproses dan ditafsirkan secara terus-menerus
dalam konteks ruang dan waktu. Memasuki masa sejarah, aksara ditemukan.
Penemuan aksara merupakan revolusi dalam kehidupan manusia. Ingatan yang
tadinya terlepas dari konteks, mulai diabadikan. Ingatan yang lemah dapat
dilestarikan dan dimaknai secara berubah dalam berbagai zaman dan situasi.
Menulis merupakan sebuah kegiatan transformatif. Ia merupakan kegiatan mengubah
pola pikir individu atau masyarakat. Melalui menulis ada pewarisan nilai-nilai
yang berubah melalui perjalanan sejarah. Menulis mengalami evolusi dalam ruang,
waktu, dan medium. Penemuan teknologi intelektual mengubah pola pikir manusia.
Penemuan mesin cetak, mengubah persepsi manusia tentang diri, masyarakat, dan
sejarah. Mengubah cara berkomunikasi manusia. Sistem berpikir manusia pun
berubah. Perubahan dalam sistem berpikir manusia menyebabkan gaya
hidup manusia pun berubah.
Menulis sebagai
kerja budaya mengandung makna, menulis adalah pekerjaaan mengabstraksikan
nilai-nilai budaya dalam masyarakat. Menulis menciptakan, mengintegrasikan,
menafsirkan, memaknai, mewariskan, dan mensosialisasikan tradisi sebuah
kebudayaan dari generasi ke generai. Budaya bukan hanya kesenian. Lebih dari
itu, budaya adalah tata nilai yang terpatri dalam artefak-artefak kebudayaan. Karena
menulis berkaitan dengan gagasan, menulis membentuk atau merekayasa suatu
masyarakat. Menulis dapat mengembangkan bahkan mentransformasi masyarakat
menuju cita-cita ideal yang diharapkan. Bayangkan jika kaum intelektual tidak
menulis, sejarah akan hilang. Kebudayaan tinggal cerita dan tidak akan
berkembang. Menulis identik dengan kegiatan intelektual atau berpikir. Di
dalam menulis, ada pemikiran yang berkembang.
Sebagai contoh
peradaban Islam tidak akan berkembang jika budaya menulis tidak dikembangkan
dalam bentuk buku-buku. Sejarah Islam akan mandek dan tidak akan menemukan
makna. Islam sebagai agama akan mati dan menjadi artefak sejarah. Nyatanya
tidak demikian. Islam menjadi agama dinamis berkat para penulis yang
mengembangkan ilmu pengetahuan dan gagasan yang digali dari doktrin dasar.
Islam menjadi agama terbuka dan kebudayaan Islam terus-menerus mencapai titik final.
Kebudayaan-kebudayaan besar di dunia ini selalu ditandai dengan grand narration
atau cerita-cerita besar. Setiap kebudayaan mempunyai legenda dan mitosnya
sendiri dan setiap kali dituliskan akan menjadi cerita-cerita abadi.
Menulis adalah
pekerjaan para resi. Resi dalam sejarah bukan hanya petapa, melaikan
tokoh-tokoh yang bijaksana. Kebijaksanaan terukir dalam buku. Buku adalah
lambang kebijaksanaan dan pikiran. Buku tidak melambangkan kebodohan dan
kedangkalan berpikir. Buku adalah kata dan makna. Firman-firman Tuhan tertulis
dalam buku. Ketika firman menjadi buku maka ia menyebar ke seluruh dunia dengan
cahaya. Firman menjadi cahaya. Firman menyinari manusia lewat kata-kata. Dan
kata membentuk pola pikir. Pikiran menjadi cahaya baru. Jutaan cahaya berpendar
setiap hari di tengah cahaya maha cahaya. Bagaikan laron-laron di tengah sinar
rembulan. Manusia akhirnya menjadi cahaya lewat tulisan. Tulisan
mengindividualisasikan manusia. Tulisan menjadi budaya.
Dalam sebuah artikelnya
yang terkenal berjudul “Speaking Truth to Power with Book” Howard Zinn
memaparkan beberapa pengalamanya. Salah satunya pengalaman ketika beliau
diundang untuk berbicara di University of Hawai dan setelah itu beliau duduk di
cafee The ria. Ada siswa yang duduk di diseberang meja dari saya, dan saya
melihat buku yang sedang dibacanya, The Color Purple yang penulisnya adalah
Alice Walker. Aku tidak ingin mengatakan, “Ohh, Alice Walker adalah salah satu
mahasiswi saya,”. Jadi aku hanya berkata kepadanya, Apa pendapat anda tentang buku
itu? Jawabannya, “Buku ini mengubah hidup saya”. Jadi saya pikir buku dapat
melakukan itu, dan jika buku mengubah hidup seseorang dengan mengubah
kesadarannya, hal itu akan memiliki efek pada dunia dengan cepat atau lambat. Berawal
dari peristiwa tersebutlah beliau berpendapat mengenai sejumlah cara dimana
buku dapat mengubah kesadaran pembacanya.
Isi dari sebuah buku harus memperkenalkan sebuah
ide yang pembaca tidak pernah terfikirkan sebelumya. Menurut
Arsewndo Atmowiloto (Mengarang Itu Gampang, Gramedia, 1982), ide bisa
diawali dengan ilham. Sementara ilham sama saja dengan inspirasi. Bagi
Wendo—sapaannya itu ilham adalah semacam letikan menuju ide. Bagaimana
memperoleh ilham dan insiprasi? Itu semua bisa didapat di dalam realitas
kehidupan kita. Itu yang dikatakan oleh Arsewndo Atmowiloto.
Bukan itu saja
ternyata ide ibarat ikan-ikan beraneka ragam yang bertebaran di lautan maha
luas. Ingat, ide atau gagasan itu karunia Tuhan patut untuk kita syukuri jika
mendapatkannya. Karena seseorang yang memiliki ide untuk penulisan tentu
kiranya memiliki otoritas terhadap idenya atau gagasannya untuk dijadikan
tulisan macam apa pun. Satu hal lagi yang patut untuk diketahui lagi untuk para
penulis sebenarnya hal yang paling mahal di dunia ini sebenarnya adalah ide
atau gagasan! Dikarenakan kekayaan ide atau gagasan hanya bisa terjadi jika
kita kaya akan pengalaman, kreatif dan inovatif. Ide atau gagasan membuat apa
yang kita tulis tidak sama dengan yang ditulis oleh orang lain meskipun topik
dan judulnya sama. Pun sebagai penulis yang punya otoritas terhadap ide atau
gagasan harus dapat mengolah menjadi tulisan yang baik dan menarik!
Memang ada
beberapa orang yang dilahirkan dengan kemampuan wordsmart (kecerdasan
longuistik) diatas rata-rata. Seperti contoh T. S Eliot, seorang satrawan
yang pada usia sepuluh tahun sudah dan telah menciptakan majalah dengan nama Fireside
serta mampu terbit delapan nomor dalam tiga hari. Sayangnya orang semacam
itu khususnya di Indonesia mungkin hanya ada satu diantara seribu yang lahir.
Jika demikian adanya orang semacam itu betapa membanggakan dunia tulis-menulis
(literasi) ini bila ada semacam orang sekaliber T. S Eliot.
Isi dari sebuah buku harus memberikan sebuah fakta-fakta dan data-data yang akurat. Fakta adalah kenyataan yang ada, baik yang material (material thing) maupun tidak material (immaterial thing). Fakta yang material adalah apa saja yang bisa ditangkap oleh lima indra manusia, seperti benda-benda di sekitar kita. Fakta secara istilah merupakan perbandingan dengan data dalam penelitian. Bila data dipahami sebagai teori, maka fakta adalah kenyataan/prakteknya. Dalam penelitian, perbandingan antara data dan fakta ini atau antara teori dan kenyataan/praktek akan melahirkan sebuah masalah.
Fakta merupakan informasi atau data yang ada
atau terjadi dalam kehidupan dan dikumpulkan oleh para ahli ilmu sosial yang
terjamin kebenarannya. Fakta merujuk pada suasana yang khusus dan
keberlakuannya terbatas (kurang berlaku umum). Fakta (bahasa Latin: factus) dalam istilah keilmuan merupakan
suatu hasil observasi yang obyektif dan dapat verifikasi. Fakta adalah
pengamatan yang telah diverifikasi secara empiris. Fakta dalam prosesnya
kadangkala dapat menjadi sebuah ilmu. Fakta adalah informasi atau data yang
ada/terjadi dalam kehidupan dan dikumpulkan oleh para ahli ilmu sosial yang
terjamin kebenarannya. Akan tetapi fakta ini memiliki kekuatan menjelaskan yang
terbatas.
Data adalah fakta berupa angka, karakter,
simbol, gambar, tanda-tanda, isyarat, tulisan, suara, bunyi yang
merepresentasikan keadaan sebenarnya yang selanjutnya digunakan sebagai masukan
suatu Sistem Informasi. Data sebagai deskripsi dari sesuatu dan kejadian yang
kita hadapi (data is the description of
things and events that we face). Data merupakan kenyataan yang
menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Data juga bahan yang
akan diolah atau diproses berupa angka-angka, huruf-huruf, simbol-simbol,
kata-kata yang akan menunjukkan situasi dan lain lain yang berdiri sendiri.
Dalam artikelnya, Howard Zinn menyorot tajam seorang yang
dulu sangat dikenal agung atas jasanya menemukan benua Amerika, namun ia berani
mengungkap sebuah kejanggalan
yang ditutupi sejarah palsu. Ia menjabarkan fakta
dan sejarah tentang siapa sebenarnya Sang penemu Benua Amerika. Artikelnya pun mendapat cercaan dari berbagai pihak
dan menimbulkan pro dan kontra.
Seiring
berjalannya waktu akhirnya mereka menerima dan sadar siapa sebenarnya penemu
benua Amerika ini. Penemua Benua Amerika inilah yang WAJIB kita kritisi!
Sejarah resmi
selama ini mengatakan bahwa Christopher Columbus-lah yang menemukan daratan
luas yang kemudian disebut Amerika. Hal ini ternyata tidak benar. Karena 70
tahun sebelum Columbus menjejakkan kaki di amerika, daratan yang disangkanya
India, Laksamana Muslim dari China bernama Ceng Ho (Zheng He) telah mendarat di
Amerika. Bahkan berabad sebelum Ceng Ho, pelaut-pelaut Muslim dari Spanyol dan
Afrika Barat telah membuat kampung-kampung di Amerika dan berasimilasi secara
damai dengan penduduk lokal di sana. Penemu Amerika bukanlah Columbus. Penemu
Amerika adalah Umat Islam. Mereka menikah dengan penduduk lokal, orang-orang
Indian, sehingga menjadi bagian dari local-genius Amerika.
Ada sejumlah
literatur yang berangkat dari fakta-fakta empirik bahwa umat Islam sudah hidup
di Amerika beberapa abad sebelum Colombus datang. Salah satunya yang paling
popular adalah essay Dr. Youssef Mroueh, dari Preparatory Commitee for
International Festivals to celebrate the millennium of the Muslims arrival to
the Americas, tahun 1996, yang berjudul “Precolumbian Muslims in America”.
Dalam essaynya,
Doktor Mroueh menulis, “Sejumlah fakta menunjukkan bahwa Muslimin dari Spanyol
dan Afrika Barat tiba di Amerika sekurang-kurangnya lima abad sebelum Columbus.
Pada pertengahan abad ke-10, pada waktu pemerintahan Khalifah Umayyah, yaitu
Abdurrahman III (929 – 961M), kaum Muslimin yang berasal dari Afrika berlayar
ke Barat dari pelabuhan Delbra (Palos) di Spanyol, menembus “samudra yang gelap
dan berkabut”. Setelah menghilang beberapa lama, mereka kembali dengan sejumlah
harta dari negeri yang “tak dikenal dan aneh”. Ada kaum Muslimin yang tinggal
bermukim di negeri baru itu, dan mereka inilah kaum imigram Muslimin gelombang
pertama di Amerika.”
Granada,
benteng pertahanan terakhir ummat Islam di Eropa jatuh pada tahun 1492. Pada
pertengahan abad ke-16 terjadilah pemaksaan besar-besaran secara kejam terhadap
orang-orang Yahudi dan Muslimin untuk menganut agama Katholik, yang terkenal
dalam sejarah sebagai Spanish Inquisition. Pada masa itu keadaan orang-orang
Yahudi dan orang-orang Islam sangat menyedihkan, karena penganiayaan dari pihak
Gereja Katolik Roma yang dilaksanakan oleh inkuisisi tersebut. Ada tiga macam
sikap orang-orang Yahudi dan orang-orang Islam dalam menghadapi inkusisi itu:
* Pertama, yang tidak mau
beralih agama. Akibatnya mereka disiksa kemudian dieksekusi dengan dibakar atau
dipancangkan di kayu salib.
* Kedua, beralih agama menjadi
Katholik Roma. Mereka itu diawasi pula apakah memang berganti agama secara
serius atau tidak. Kelompok orang Islam yang beralih agama itu disebut kelompok
Morisko, sedangkan yang dari agama Yahudi disebut kelompok Marrano.
* Ketiga, melarikan diri atau
hijrah menyeberang Laut Atlantik yang dahulunya dinamakan Samudra yang gelap
dan berkabut. Inilah kelompok imigran gelombang kedua di negeri baru itu.
Penganiayaan
itu mencapai puncaknya semasa Paus Sixtus V (1585-1590). Sekurang-kurangnya ada
dua dokumen yang menyangkut inkusisi ini. Yang pertama, Raja Spanyol Carlos V
mengeluarkan dekrit pada tahun 1539 melarang penduduk bermigrasi ke Amerika
Latin bagi keturunan Muslimin yang dihukum bakar dan dieksekusi di kayu sula
itu. Yang kedua dekrit itu diratifikasi pada 1543, dan disertai perintah
pengusiran Muslimin keluar dari jajahan Spanyol di seberang laut Atlantik. Ini
adalah bukti historis adanya imigran Muslimin gelombang kedua sebelum tahun
1543 (dekrit kedua). Ada banyak literatur yang membuktikan adanya kehadiran
Muslimin gelombang pertama ke Amerika jauh sebelum zaman Columbus. Bukti-bukti
itu antara lain:
* Abul-Hassan Ali Ibnu
Al-Hussain Al-Masudi merupakan seorang pakar sejarah dan geografi yang hidup
dari tahun 871-957 M. Dalam karyanya yang berjudul “Muruj adh-dhahab wa maad
aljawhar” (Hamparan Emas dan Tambang Permata), Abu Hassan menulis bahwa pada
waktu pemerintahan Khalifah Abdullah Ibn Muhammad (888-912), penjelajah Muslim
Khasykhasy Ibn Sa’ied Ibn Aswad dari Cordova-Spanyol, telah berlayar dari Delba
(Palos) pada 889, menyeberang Samudra yang gelap dan berkabut dan mencapai sebuah
negeri yang asing (al-ardh majhul) dan kembali dengan harta yang mentakjubkan.
Pada peta Al-Masudi terbentang luas negeri yang disebutnya dengan al-ardh
majhul. [Al-Masudi: Muruj Adh-Dhahab, Vol. 1, P. 1385]
* Loe Weiner, pakar sejarah dari
Harvard University, dalam bukunya “Africa and the Discovery of America” (1920)
menulis bahwa Columbus telah mengetahui kehadiran orang-orang Islam yang
tersebar seluas Karibia, Amerika Tengah dan Utara, termasuk Canada. Mereka
berdagang dan telah melakukan asimilasi perkawinan dengan orang-orang Indian
dari suku Iroquois dan Algonquin.
* Geografer dan pembuat peta
bernama Al-Syarif Al-Idrisi (1099- 1166) menulis dalam bukunya yang terkenal
Nuzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaaq (Ekskursi dari yang Rindu Mengarungi
Ufuq) bahwa sekelompok pelaut dari Afrika Utara berlayar mengarungi Samudra
yang gelap dan berkabut dari Lisbon (Portugal) dengan maksud mendapatkan apa
yang ada di balik samudra itu, betapa luasnya dan di mana batasnya. Mereka
menemukan pulau yang penghuninya bercocok tanam dan telah mempergunakan bahasa
Arab.
* Columbus dan para penjelajah
Spanyol serta Portugis mampu melayari menyeberang Samudra Atlantik dalam jarak
sekitar 2400 km, adalah karena bantuan informasi geografis dan navigasi dari
peta yang dibuat oleh pedagang-pedagang Muslimin, termasuk informasi dari buku
tulisan Abul Hassan Al-Masudi yang berjudul Akhbar az-Zaman. Tidak banyak
diketahui orang, bahwa Columbus dibantu oleh dua orang nakhoda Muslim pada
waktu ekspedisi pertamanya menyeberang transatlantik. Kedua kapten Muslim itu
adalah dua bersaudara Martin Alonso Pinzon yang menakodai kapal Pinta, dan
Vicente Yanez Pinzon yang menakodai kapal Nina. Keduanya adalah hartawan yang
mahir dalam seluk-beluk perkapalan, membantu Columbus dalam organisasi
ekspedisi itu, dan mempersiapkan perlengkapan kapal bendera Santa Maria.
Bersaudara Pinzon ini masih memiliki ikatan kekeluargaan dengan Abuzayan
Muhammad III (1362-66), Sultan Maroko dari dinasti Marinid (1196-1465).
(Thacher, John Boyd: Christopher Columbus, New York 1950).
* Para antropologis telah menemukan prasasti dalam bahasa Arab di lembah Mississipi dan Arizona. Dari prasasti itu diperoleh keterangan bahwa imigran itu membawa juga gajah dari Afrika. (Winters, Clyde Ahmad: Islam in Early North and South America, Al-Ittihad, July 1977, p.60)
* Columbus menulis bahwa pada
hari Senin, 21 Oktober 1492, sementara ia berlayar dekat Gibara pada bagian tenggara pantai
Cuba, Columbus menyaksikan masjid di atas puncak bukit yang indah. Reruntuhan
beberapa masjid dan menaranya serta tulisan ayat Al Quran telah didapatkan di
berbagai tempat seperti Cuba, Mexico, Texas, dan Nevada. (Thacher, John Boyd:
Christopher Columbus, New York 1950)
* Dr. Barry Fell dari Harvard
University menulis bahwa fakta-fakta ilmiah telah menunjukkan bahwa
berabad-abad sebelum Columbus, telah bermukim kaum Muslimin di Benua Baru dari
Afrika Utara dan Barat. Dr. Fell mendapatkan adanya sekolah-sekolah Islam di
Valley of Fire, Allan Springs, Logomarsino, Keyhole, Canyon, Washoe, dan
Hickison Summit Pass (Nevada), Mesa Verde (Colorado), Mimbres Valley (New
Mexico) dan Tipper Canoe (Indiana) dalam tahun-tahun 700-800. (FellL, Barry:
Saga America, New York, 1980] dan GYR,DONALD: Exploring Rock Art, Santa
Barbara, 1989).
Jejak Peninggalan Muslim
Amerika
Di sekujur
benua Amerika kita akan bisa mendapatkan jejak-jejak umat Islam gelombang
pertama dan kedua, jauh sebelum kedatangan Columbus. Lihat peta Amerika hari
ini buatan Rand McNally dan cermati nama-nama tempat yang ada di Amerika. Di
tengah kota Los Angeles terdapat nama kawasan Alhambra, juga nama-nama teluk El
Morro dan Alamitos, serta nama-nama tempat seperti Andalusia, Attilla, Alla,
Aladdin, Albany, Alcazar, Alameda, Alomar, Almansor, Almar, Alva, Amber, Azure,
dan La Habra.
Di bagian
tengah Amerika, dari selatan hingga Illinois terdapat nama-nama kota Albany,
Andalusia, Attalla, Lebanon, dan Tullahoma. Di negara bagian Washington
misalnya, terdapat kota Salem. Lalu di Karibia (ini jelas kata Arab) dan
Amerika Tengah misalnya ada nama Jamaika, Pulau Cuba (berasal dari kata Quba?)
dengan ibukotanya La Habana (Havana), serta pulau-pulau Grenada, Barbados,
Bahama, dan Nassau.
Di Amerika
Selatan terdapat nama kota-kota Cordoba (di Argentina), Alcantara (di Brazil),
Bahia (di Brazil dan Argentina). Nama-nama pegunungan Appalachian (Apala-che)
di pantai timur dan pegunungan Absarooka di pantai barat. Kota besar di Ohio
pada muara sungai Wabash yang panjang dan meliuk-liuk bernama Toledo, satu nama
universitas Islam ketika Islam masih berjaya di Andalusia, Spanyol.
Menurut Dr.
Youssef Mroueh, sekarang saja terdapat tidak kurang dari 565 nama tempat di
Amerika Utara, baik di negara bagian, kota, sungai, gunung, danau, dan desa
yang diambil dari nama Islam ataupun nama dengan akar kata bahasa Arab.
Sebanyak 484 di Amerika Serikat dan 81 di Canada. Ini merupakan bukti yang tak
terbantahkan bahwa Islam telah ada di sana sebelum Columbus mendarat. Dr. A.
Zahoor bahkan menegaskan bahwa nama negara bagian seperti Alabama, sebenarnya
berasal dari kata Allah-bamya, dan juga nama negara Arkansas berasal dari kata
Arkan-Sah, serta Tennesse dari kata Tanasuh.
Dr. Mroueh juga
menuliskan beberapa nama yang dicatatnya malah merupakan nama kota suci kita
seperti Mecca di Indiana, Medina di Idaho, Medina di New York, Medina dan Hazen
di North Dakota, Medina di Ohio, Medina di Tennessee, Medina di Texas yang
paling besar dengan penduduk 26,000, Medina di Ontario Canada, kota Mahomet di
Illinois, Mona di Utah, dan Arva di Ontario Canada.
Ketika Columbus
mendarat di kepulauan Bahama pada 12 Oktober 1492, pulau itu sudah dinamai
Guanahani oleh penduduknya. Kata ini berasal dari bahasa Mandika yang merupakan
turunan dari bahasa Arab. Dilaporkan oleh Columbus bahwa penduduk asli di sini
bersahabat dan suka menolong. Guana, yang hingga hari ini masih banyak dipakai
sebagai nama di kawasan Amerika Tengah, Selatan dan Utara, berasal dari kata
Ikhwana yang berarti ’saudara’ dalam bahasa Arab.
Guanahani
berarti tempat keluarga Hani bersaudara. Namun Columbus dengan seenaknya
menamakan tempat ini sebagai San Salvador dan merampas kepemilikan pulau itu
atas nama kerajaan Spanyol. Columbus dalam catatannya menuliskan bahwa pada 21
Oktober 1492 dia melihat rerunruthan masjid dan menaranya lengkap dengan
tulisan ayat-ayat Al Qur’an telah ditemukan selain di Cuba, juga di Mexico,
Texas, dan Nevada.
Sultan-sultan
dari kerajaan Mali di Afrika barat yang beribukota di Timbuktu, ternyata juga
melakukan perjalanan sendiri hingga ke benua Amerika. Sejarawan Chihab Addin
Abul-Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300 – 1384) mencatat berbagai ekpedisi
ini dengan cermat. Timbuktu yang kini dilupakan orang, dahulunya merupakan
pusat peradaban, perpustakaan dan keilmuan yang maju di Afrika. Ekpedisi
perjalanan darat dan laut banyak dilakukan orang menuju Timbuktu atau berawal
dari Timbuktu. Sultan yang tercatat melanglang buana hingga ke benua baru saat
itu adalah Sultan Abu Bakari I (1285 – 1312), saudara dari Sultan Mansa Kankan
Musa (1312 – 1337), yang telah melakukan dua kali ekspedisi melintas Lautan
Atlantik hingga ke Amerika dan bahkan menyusuri sungai Mississippi.
Sultan Abu
Bakari I melakukan eksplorasi di Amerika tengah dan utara dengan menyusuri
sungai Mississippi antara tahun 1309-1312. Para eksplorer ini berbahasa Arab.
Dua abad kemudian, penemuan benua Amerika diabadikan dalam peta berwarna Piri
Re’isi yang dibuat tahun 1513, dan dipersembahkan kepada raja Ottoman Sultan
Selim I (1517). Peta ini menunjukkan belahan bumi bagian barat, Amerika selatan
dan bahkan benua Antartika, dengan penggambaran pesisiran Brasil secara akurat.
Beberapa nama-nama suku Indian dan kepala sukunya
juga berasal dari akar kata bahasa Arab, seperti: Anasazi, Apache, Arawak,
Cherokee (Shar-kee), Arikana, Chavin Cree, Makkah, Hohokam, Hupa, Hopi, Mahigan,
Mohawk, Nazca, Zulu, dan Zuni. Kepala suku Indian Cherokee yang
terkenal, Sequoyah yang nama aslinya Sikwoya, merupakan ketua suku yang sangat
terkenal karena beliau menciptakan sillabel huruf-huruf (Cherokee Syllabary)
bagi orang Indian pada tahun 1821. Namanya diabadikan sebagai nama pohon
Redwood yang tertinggi di California, sekarang dapat disaksikan di taman hutan
lindung di utara San Francisco.
Orang-orang
Indian Amerika juga memegang nilai ketuhanan dengan mempercayai adanya Tuhan
yang menguasai seluruh alam semesta ini, dan Tuhan tersebut tidak teraba oleh
panca indera. Mereka juga meyakini bahwa tugas utama manusia diciptakan oleh
Tuhan adalah untuk memuja dan menyembahnya. Seperti penuturan seorang kepala
suku Ohiyesa: ”In the life of the Indian, there was only inevitable duty -the
duty of prayer- the daily recognition of the Unseen and the Eternal”. Di dalam
Al Qur’an, kita diberitahukan bahwa tujuan penciptaan manusia dan jin adalah
semata-mata demi untuk beribadah kepada Allah SWT.
Salah satu buku
yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia karya Gavin Menzies, seorang
bekas pelaut yang menerbitkan hasil penelusurannya, menemukan adanya peta empat
buah pulau di Karibia yang dibuat pada tahun 1424 dan ditandatangani oleh Zuane
Pissigano, kartografer dari Venesia. Peta ini berarti dibuat 68 tahun sebelum
Columbus mendarat di Amerika. Dua pulau pada peta ini kemudian diidentifikasi
sebagai Puerto Rico dan Guadalupe. Menzies juga mengemukakan bahwa Laksamana
Zheng He (Ceng Ho), seorang Lkasamana Cina Muslim, telah mendarat di Amerika
pada tahun 1421, 71 tahun lebih awal ketimbang Columbus. Lima abad sebelumnya,
Khaskhas Ibn Saeed Ibn Aswad pun telah menjejakkan kaki di Amerika. Jelas,
penemu Amerika sama sekali bukan Colombus, tetapi para pionir pelayaran dunia,
yakni pelaut-pelaut Islam yang ulung.
Dari
beberapa fakta di atas, dapat disimpulkan bahwa buku memiliki kekuatan
superrior untuk mempengaruhi pola pikir seseorang, juga dapat mengubah
dunia. Fakta yang terdapat dalam buku
yang dituliskan oleh Howard Zinn mengenai benar-tidaknya tentang Columbus dalam
menemukan Amerika yang menuai pro dan kontar dari berbagai masyarakat dunia,
terutama masyarakat Amerika sendiri.
Untuk itu, perlu adanya
pengkajian tentang fakta-fakta sejarah, dan janganlah menjadi pembaca yang
hanya bisa menerima apa yang dituliskan oleh penulis, akan tetapi jadilah
pembaca yang kritis. Oleh karena itu,
budayakanlah membaca, agar ketika kita berbicara sesuatu tau dasar dan sumbernya.
REFERENSI
Al Quran, Surat Al Alaq ayat 1 – 5


Subscribe to:
Post Comments (Atom)