Thursday, March 6, 2014

Menguak Fakta dari Sebuah Artikel

Menguak Fakta dari Sebuah Artikel

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
(Al Quran, Surat Al Alaq ayat 1 – 5)


Sepanjang sejarah, manusia selalu menulis dalam berbagai medium. Manusia prasejarah mencatat berbagai peristiwa dan pengetahuan alam dalam bentuk simbol di gua-gua, kayu, batu, hingga kulit binatang. Simbol-simbol itu diwariskan dari generasi ke generasi. Simbol-simbol itu berproses dan ditafsirkan secara terus-menerus dalam konteks ruang dan waktu. Memasuki masa sejarah, aksara ditemukan. Penemuan aksara merupakan revolusi dalam kehidupan manusia. Ingatan yang tadinya terlepas dari konteks, mulai diabadikan. Ingatan yang lemah dapat dilestarikan dan dimaknai secara berubah dalam berbagai zaman dan situasi. Menulis merupakan sebuah kegiatan transformatif. Ia merupakan kegiatan mengubah pola pikir individu atau masyarakat. Melalui menulis ada pewarisan nilai-nilai yang berubah melalui perjalanan sejarah. Menulis mengalami evolusi dalam ruang, waktu, dan medium. Penemuan teknologi intelektual mengubah pola pikir manusia. Penemuan mesin cetak, mengubah persepsi manusia tentang diri, masyarakat, dan sejarah. Mengubah cara berkomunikasi manusia. Sistem berpikir manusia pun berubah.  Perubahan dalam sistem berpikir manusia menyebabkan  gaya hidup manusia pun berubah.
Menulis sebagai kerja budaya mengandung makna, menulis adalah pekerjaaan mengabstraksikan nilai-nilai budaya dalam masyarakat. Menulis menciptakan, mengintegrasikan, menafsirkan, memaknai, mewariskan, dan mensosialisasikan tradisi sebuah kebudayaan dari generasi ke generai. Budaya bukan hanya kesenian. Lebih dari itu, budaya adalah tata nilai yang terpatri dalam artefak-artefak kebudayaan. Karena menulis berkaitan dengan gagasan, menulis membentuk atau merekayasa suatu masyarakat. Menulis dapat mengembangkan bahkan mentransformasi masyarakat menuju cita-cita ideal yang diharapkan. Bayangkan jika kaum intelektual tidak menulis, sejarah akan hilang. Kebudayaan tinggal cerita dan tidak akan berkembang. Menulis identik dengan kegiatan intelektual atau berpikir.  Di dalam menulis, ada pemikiran yang berkembang.
Sebagai contoh peradaban Islam tidak akan berkembang jika budaya menulis tidak dikembangkan dalam bentuk buku-buku. Sejarah Islam akan mandek dan tidak akan menemukan makna. Islam sebagai agama akan mati dan menjadi artefak sejarah. Nyatanya tidak demikian. Islam menjadi agama dinamis berkat para penulis yang mengembangkan ilmu pengetahuan dan gagasan yang digali dari doktrin dasar. Islam menjadi agama terbuka dan kebudayaan Islam terus-menerus mencapai titik final. Kebudayaan-kebudayaan besar di dunia ini selalu ditandai dengan grand narration atau cerita-cerita besar. Setiap kebudayaan mempunyai legenda dan mitosnya sendiri dan setiap kali dituliskan akan menjadi cerita-cerita abadi.
Menulis adalah pekerjaan para resi. Resi dalam sejarah bukan hanya petapa, melaikan tokoh-tokoh yang bijaksana. Kebijaksanaan terukir dalam buku. Buku adalah lambang kebijaksanaan dan pikiran. Buku tidak melambangkan kebodohan dan kedangkalan berpikir. Buku adalah kata dan makna. Firman-firman Tuhan tertulis dalam buku. Ketika firman menjadi buku maka ia menyebar ke seluruh dunia dengan cahaya. Firman menjadi cahaya. Firman menyinari manusia lewat kata-kata. Dan kata membentuk pola pikir. Pikiran menjadi cahaya baru. Jutaan cahaya berpendar setiap hari di tengah cahaya maha cahaya. Bagaikan laron-laron di tengah sinar rembulan. Manusia akhirnya menjadi cahaya lewat tulisan. Tulisan mengindividualisasikan manusia. Tulisan menjadi budaya.
Dalam sebuah artikelnya yang terkenal berjudul “Speaking Truth to Power with Book” Howard Zinn memaparkan beberapa pengalamanya. Salah satunya pengalaman ketika beliau diundang untuk berbicara di University of Hawai dan setelah itu beliau duduk di cafee The ria. Ada siswa yang duduk di diseberang meja dari saya, dan saya melihat buku yang sedang dibacanya, The Color Purple yang penulisnya adalah Alice Walker. Aku tidak ingin mengatakan, “Ohh, Alice Walker adalah salah satu mahasiswi saya,”. Jadi aku hanya berkata kepadanya, Apa pendapat anda tentang buku itu? Jawabannya, “Buku ini mengubah hidup saya”. Jadi saya pikir buku dapat melakukan itu, dan jika buku mengubah hidup seseorang dengan mengubah kesadarannya, hal itu akan memiliki efek pada dunia dengan cepat atau lambat. Berawal dari peristiwa tersebutlah beliau berpendapat mengenai sejumlah cara dimana buku dapat mengubah kesadaran pembacanya.
Isi dari sebuah buku harus memperkenalkan sebuah ide yang pembaca tidak pernah terfikirkan sebelumya. Menurut Arsewndo Atmowiloto (Mengarang Itu Gampang, Gramedia, 1982), ide bisa diawali dengan ilham. Sementara ilham sama saja dengan inspirasi. Bagi Wendo—sapaannya itu ilham adalah semacam letikan menuju ide. Bagaimana memperoleh ilham dan insiprasi? Itu semua bisa didapat di dalam realitas kehidupan kita. Itu yang dikatakan oleh Arsewndo Atmowiloto.
Bukan itu saja ternyata ide ibarat ikan-ikan beraneka ragam yang bertebaran di lautan maha luas. Ingat, ide atau gagasan itu karunia Tuhan patut untuk kita syukuri jika mendapatkannya. Karena seseorang yang memiliki ide untuk penulisan tentu kiranya memiliki otoritas terhadap idenya atau gagasannya untuk dijadikan tulisan macam apa pun. Satu hal lagi yang patut untuk diketahui lagi untuk para penulis sebenarnya hal yang paling mahal di dunia ini sebenarnya adalah ide atau gagasan! Dikarenakan kekayaan ide atau gagasan hanya bisa terjadi jika kita kaya akan pengalaman, kreatif dan inovatif. Ide atau gagasan membuat apa yang kita tulis tidak sama dengan yang ditulis oleh orang lain meskipun topik dan judulnya sama. Pun sebagai penulis yang punya otoritas terhadap ide atau gagasan harus dapat mengolah menjadi tulisan yang baik dan menarik!
Memang ada beberapa orang yang dilahirkan dengan kemampuan wordsmart (kecerdasan longuistik) diatas rata-rata. Seperti contoh T. S Eliot, seorang satrawan yang pada usia sepuluh tahun sudah dan telah menciptakan majalah dengan nama Fireside serta mampu terbit delapan nomor dalam tiga hari. Sayangnya orang semacam itu khususnya di Indonesia mungkin hanya ada satu diantara seribu yang lahir. Jika demikian adanya orang semacam itu betapa membanggakan dunia tulis-menulis (literasi) ini bila ada semacam orang sekaliber T. S Eliot.

               Isi dari sebuah buku harus memberikan sebuah fakta-fakta dan data-data yang akurat. Fakta adalah kenyataan yang ada, baik yang material (material thing) maupun tidak material (immaterial thing). Fakta yang material adalah apa saja yang bisa ditangkap oleh lima indra manusia, seperti benda-benda di sekitar kita. Fakta secara istilah merupakan perbandingan dengan data dalam penelitian. Bila data dipahami sebagai teori, maka fakta adalah kenyataan/prakteknya. Dalam penelitian, perbandingan antara data dan fakta ini atau antara teori dan kenyataan/praktek akan melahirkan sebuah masalah.

Fakta merupakan informasi atau data yang ada atau terjadi dalam kehidupan dan dikumpulkan oleh para ahli ilmu sosial yang terjamin kebenarannya. Fakta merujuk pada suasana yang khusus dan keberlakuannya terbatas (kurang berlaku umum). Fakta (bahasa Latin: factus) dalam istilah keilmuan merupakan suatu hasil observasi yang obyektif dan dapat verifikasi. Fakta adalah pengamatan yang telah diverifikasi secara empiris. Fakta dalam prosesnya kadangkala dapat menjadi sebuah ilmu. Fakta adalah informasi atau data yang ada/terjadi dalam kehidupan dan dikumpulkan oleh para ahli ilmu sosial yang terjamin kebenarannya. Akan tetapi fakta ini memiliki kekuatan menjelaskan yang terbatas.
Data adalah fakta berupa angka, karakter, simbol, gambar, tanda-tanda, isyarat, tulisan, suara, bunyi yang merepresentasikan keadaan sebenarnya yang selanjutnya digunakan sebagai masukan suatu Sistem Informasi. Data sebagai deskripsi dari sesuatu dan kejadian yang kita hadapi (data is the description of things and events that we face). Data merupakan kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Data juga bahan yang akan diolah atau diproses berupa angka-angka, huruf-huruf, simbol-simbol, kata-kata yang akan menunjukkan situasi dan lain lain yang berdiri sendiri.
Dalam artikelnya, Howard Zinn menyorot tajam seorang yang dulu sangat dikenal agung atas jasanya menemukan benua Amerika, namun ia berani mengungkap sebuah kejanggalan yang ditutupi sejarah palsu. Ia menjabarkan fakta dan sejarah tentang siapa sebenarnya Sang penemu Benua Amerika. Artikelnya pun mendapat cercaan dari berbagai pihak dan menimbulkan pro dan kontra. Seiring berjalannya waktu akhirnya mereka menerima dan sadar siapa sebenarnya penemu benua Amerika ini. Penemua Benua Amerika inilah yang WAJIB kita kritisi!

Sejarah resmi selama ini mengatakan bahwa Christopher Columbus-lah yang menemukan daratan luas yang kemudian disebut Amerika. Hal ini ternyata tidak benar. Karena 70 tahun sebelum Columbus menjejakkan kaki di amerika, daratan yang disangkanya India, Laksamana Muslim dari China bernama Ceng Ho (Zheng He) telah mendarat di Amerika. Bahkan berabad sebelum Ceng Ho, pelaut-pelaut Muslim dari Spanyol dan Afrika Barat telah membuat kampung-kampung di Amerika dan berasimilasi secara damai dengan penduduk lokal di sana. Penemu Amerika bukanlah Columbus. Penemu Amerika adalah Umat Islam. Mereka menikah dengan penduduk lokal, orang-orang Indian, sehingga menjadi bagian dari local-genius Amerika.
Ada sejumlah literatur yang berangkat dari fakta-fakta empirik bahwa umat Islam sudah hidup di Amerika beberapa abad sebelum Colombus datang. Salah satunya yang paling popular adalah essay Dr. Youssef Mroueh, dari Preparatory Commitee for International Festivals to celebrate the millennium of the Muslims arrival to the Americas, tahun 1996, yang berjudul “Precolumbian Muslims in America”.
Dalam essaynya, Doktor Mroueh menulis, “Sejumlah fakta menunjukkan bahwa Muslimin dari Spanyol dan Afrika Barat tiba di Amerika sekurang-kurangnya lima abad sebelum Columbus. Pada pertengahan abad ke-10, pada waktu pemerintahan Khalifah Umayyah, yaitu Abdurrahman III (929 – 961M), kaum Muslimin yang berasal dari Afrika berlayar ke Barat dari pelabuhan Delbra (Palos) di Spanyol, menembus “samudra yang gelap dan berkabut”. Setelah menghilang beberapa lama, mereka kembali dengan sejumlah harta dari negeri yang “tak dikenal dan aneh”. Ada kaum Muslimin yang tinggal bermukim di negeri baru itu, dan mereka inilah kaum imigram Muslimin gelombang pertama di Amerika.”
Granada, benteng pertahanan terakhir ummat Islam di Eropa jatuh pada tahun 1492. Pada pertengahan abad ke-16 terjadilah pemaksaan besar-besaran secara kejam terhadap orang-orang Yahudi dan Muslimin untuk menganut agama Katholik, yang terkenal dalam sejarah sebagai Spanish Inquisition. Pada masa itu keadaan orang-orang Yahudi dan orang-orang Islam sangat menyedihkan, karena penganiayaan dari pihak Gereja Katolik Roma yang dilaksanakan oleh inkuisisi tersebut. Ada tiga macam sikap orang-orang Yahudi dan orang-orang Islam dalam menghadapi inkusisi itu:
* Pertama, yang tidak mau beralih agama. Akibatnya mereka disiksa kemudian dieksekusi dengan dibakar atau dipancangkan di kayu salib.
* Kedua, beralih agama menjadi Katholik Roma. Mereka itu diawasi pula apakah memang berganti agama secara serius atau tidak. Kelompok orang Islam yang beralih agama itu disebut kelompok Morisko, sedangkan yang dari agama Yahudi disebut kelompok Marrano.
* Ketiga, melarikan diri atau hijrah menyeberang Laut Atlantik yang dahulunya dinamakan Samudra yang gelap dan berkabut. Inilah kelompok imigran gelombang kedua di negeri baru itu.
Penganiayaan itu mencapai puncaknya semasa Paus Sixtus V (1585-1590). Sekurang-kurangnya ada dua dokumen yang menyangkut inkusisi ini. Yang pertama, Raja Spanyol Carlos V mengeluarkan dekrit pada tahun 1539 melarang penduduk bermigrasi ke Amerika Latin bagi keturunan Muslimin yang dihukum bakar dan dieksekusi di kayu sula itu. Yang kedua dekrit itu diratifikasi pada 1543, dan disertai perintah pengusiran Muslimin keluar dari jajahan Spanyol di seberang laut Atlantik. Ini adalah bukti historis adanya imigran Muslimin gelombang kedua sebelum tahun 1543 (dekrit kedua). Ada banyak literatur yang membuktikan adanya kehadiran Muslimin gelombang pertama ke Amerika jauh sebelum zaman Columbus. Bukti-bukti itu antara lain:
* Abul-Hassan Ali Ibnu Al-Hussain Al-Masudi merupakan seorang pakar sejarah dan geografi yang hidup dari tahun 871-957 M. Dalam karyanya yang berjudul “Muruj adh-dhahab wa maad aljawhar” (Hamparan Emas dan Tambang Permata), Abu Hassan menulis bahwa pada waktu pemerintahan Khalifah Abdullah Ibn Muhammad (888-912), penjelajah Muslim Khasykhasy Ibn Sa’ied Ibn Aswad dari Cordova-Spanyol, telah berlayar dari Delba (Palos) pada 889, menyeberang Samudra yang gelap dan berkabut dan mencapai sebuah negeri yang asing (al-ardh majhul) dan kembali dengan harta yang mentakjubkan. Pada peta Al-Masudi terbentang luas negeri yang disebutnya dengan al-ardh majhul. [Al-Masudi: Muruj Adh-Dhahab, Vol. 1, P. 1385]
* Loe Weiner, pakar sejarah dari Harvard University, dalam bukunya “Africa and the Discovery of America” (1920) menulis bahwa Columbus telah mengetahui kehadiran orang-orang Islam yang tersebar seluas Karibia, Amerika Tengah dan Utara, termasuk Canada. Mereka berdagang dan telah melakukan asimilasi perkawinan dengan orang-orang Indian dari suku Iroquois dan Algonquin.
* Geografer dan pembuat peta bernama Al-Syarif Al-Idrisi (1099- 1166) menulis dalam bukunya yang terkenal Nuzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaaq (Ekskursi dari yang Rindu Mengarungi Ufuq) bahwa sekelompok pelaut dari Afrika Utara berlayar mengarungi Samudra yang gelap dan berkabut dari Lisbon (Portugal) dengan maksud mendapatkan apa yang ada di balik samudra itu, betapa luasnya dan di mana batasnya. Mereka menemukan pulau yang penghuninya bercocok tanam dan telah mempergunakan bahasa Arab.
* Columbus dan para penjelajah Spanyol serta Portugis mampu melayari menyeberang Samudra Atlantik dalam jarak sekitar 2400 km, adalah karena bantuan informasi geografis dan navigasi dari peta yang dibuat oleh pedagang-pedagang Muslimin, termasuk informasi dari buku tulisan Abul Hassan Al-Masudi yang berjudul Akhbar az-Zaman. Tidak banyak diketahui orang, bahwa Columbus dibantu oleh dua orang nakhoda Muslim pada waktu ekspedisi pertamanya menyeberang transatlantik. Kedua kapten Muslim itu adalah dua bersaudara Martin Alonso Pinzon yang menakodai kapal Pinta, dan Vicente Yanez Pinzon yang menakodai kapal Nina. Keduanya adalah hartawan yang mahir dalam seluk-beluk perkapalan, membantu Columbus dalam organisasi ekspedisi itu, dan mempersiapkan perlengkapan kapal bendera Santa Maria. Bersaudara Pinzon ini masih memiliki ikatan kekeluargaan dengan Abuzayan Muhammad III (1362-66), Sultan Maroko dari dinasti Marinid (1196-1465). (Thacher, John Boyd: Christopher Columbus, New York 1950).

* Para antropologis telah menemukan prasasti dalam bahasa Arab di lembah Mississipi dan Arizona. Dari prasasti itu diperoleh keterangan bahwa imigran itu membawa juga gajah dari Afrika. (Winters, Clyde Ahmad: Islam in Early North and South America, Al-Ittihad, July 1977, p.60)


* Columbus menulis bahwa pada hari Senin, 21 Oktober 1492, sementara ia berlayar   dekat Gibara pada bagian tenggara pantai Cuba, Columbus menyaksikan masjid di atas puncak bukit yang indah. Reruntuhan beberapa masjid dan menaranya serta tulisan ayat Al Quran telah didapatkan di berbagai tempat seperti Cuba, Mexico, Texas, dan Nevada. (Thacher, John Boyd: Christopher Columbus, New York 1950)
* Dr. Barry Fell dari Harvard University menulis bahwa fakta-fakta ilmiah telah menunjukkan bahwa berabad-abad sebelum Columbus, telah bermukim kaum Muslimin di Benua Baru dari Afrika Utara dan Barat. Dr. Fell mendapatkan adanya sekolah-sekolah Islam di Valley of Fire, Allan Springs, Logomarsino, Keyhole, Canyon, Washoe, dan Hickison Summit Pass (Nevada), Mesa Verde (Colorado), Mimbres Valley (New Mexico) dan Tipper Canoe (Indiana) dalam tahun-tahun 700-800. (FellL, Barry: Saga America, New York, 1980] dan GYR,DONALD: Exploring Rock Art, Santa Barbara, 1989).
Jejak Peninggalan Muslim Amerika
Di sekujur benua Amerika kita akan bisa mendapatkan jejak-jejak umat Islam gelombang pertama dan kedua, jauh sebelum kedatangan Columbus. Lihat peta Amerika hari ini buatan Rand McNally dan cermati nama-nama tempat yang ada di Amerika. Di tengah kota Los Angeles terdapat nama kawasan Alhambra, juga nama-nama teluk El Morro dan Alamitos, serta nama-nama tempat seperti Andalusia, Attilla, Alla, Aladdin, Albany, Alcazar, Alameda, Alomar, Almansor, Almar, Alva, Amber, Azure, dan La Habra.
Di bagian tengah Amerika, dari selatan hingga Illinois terdapat nama-nama kota Albany, Andalusia, Attalla, Lebanon, dan Tullahoma. Di negara bagian Washington misalnya, terdapat kota Salem. Lalu di Karibia (ini jelas kata Arab) dan Amerika Tengah misalnya ada nama Jamaika, Pulau Cuba (berasal dari kata Quba?) dengan ibukotanya La Habana (Havana), serta pulau-pulau Grenada, Barbados, Bahama, dan Nassau.
Di Amerika Selatan terdapat nama kota-kota Cordoba (di Argentina), Alcantara (di Brazil), Bahia (di Brazil dan Argentina). Nama-nama pegunungan Appalachian (Apala-che) di pantai timur dan pegunungan Absarooka di pantai barat. Kota besar di Ohio pada muara sungai Wabash yang panjang dan meliuk-liuk bernama Toledo, satu nama universitas Islam ketika Islam masih berjaya di Andalusia, Spanyol.
Menurut Dr. Youssef Mroueh, sekarang saja terdapat tidak kurang dari 565 nama tempat di Amerika Utara, baik di negara bagian, kota, sungai, gunung, danau, dan desa yang diambil dari nama Islam ataupun nama dengan akar kata bahasa Arab. Sebanyak 484 di Amerika Serikat dan 81 di Canada. Ini merupakan bukti yang tak terbantahkan bahwa Islam telah ada di sana sebelum Columbus mendarat. Dr. A. Zahoor bahkan menegaskan bahwa nama negara bagian seperti Alabama, sebenarnya berasal dari kata Allah-bamya, dan juga nama negara Arkansas berasal dari kata Arkan-Sah, serta Tennesse dari kata Tanasuh.
Dr. Mroueh juga menuliskan beberapa nama yang dicatatnya malah merupakan nama kota suci kita seperti Mecca di Indiana, Medina di Idaho, Medina di New York, Medina dan Hazen di North Dakota, Medina di Ohio, Medina di Tennessee, Medina di Texas yang paling besar dengan penduduk 26,000, Medina di Ontario Canada, kota Mahomet di Illinois, Mona di Utah, dan Arva di Ontario Canada.
Ketika Columbus mendarat di kepulauan Bahama pada 12 Oktober 1492, pulau itu sudah dinamai Guanahani oleh penduduknya. Kata ini berasal dari bahasa Mandika yang merupakan turunan dari bahasa Arab. Dilaporkan oleh Columbus bahwa penduduk asli di sini bersahabat dan suka menolong. Guana, yang hingga hari ini masih banyak dipakai sebagai nama di kawasan Amerika Tengah, Selatan dan Utara, berasal dari kata Ikhwana yang berarti ’saudara’ dalam bahasa Arab.
Guanahani berarti tempat keluarga Hani bersaudara. Namun Columbus dengan seenaknya menamakan tempat ini sebagai San Salvador dan merampas kepemilikan pulau itu atas nama kerajaan Spanyol. Columbus dalam catatannya menuliskan bahwa pada 21 Oktober 1492 dia melihat rerunruthan masjid dan menaranya lengkap dengan tulisan ayat-ayat Al Qur’an telah ditemukan selain di Cuba, juga di Mexico, Texas, dan Nevada.
Sultan-sultan dari kerajaan Mali di Afrika barat yang beribukota di Timbuktu, ternyata juga melakukan perjalanan sendiri hingga ke benua Amerika. Sejarawan Chihab Addin Abul-Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300 – 1384) mencatat berbagai ekpedisi ini dengan cermat. Timbuktu yang kini dilupakan orang, dahulunya merupakan pusat peradaban, perpustakaan dan keilmuan yang maju di Afrika. Ekpedisi perjalanan darat dan laut banyak dilakukan orang menuju Timbuktu atau berawal dari Timbuktu. Sultan yang tercatat melanglang buana hingga ke benua baru saat itu adalah Sultan Abu Bakari I (1285 – 1312), saudara dari Sultan Mansa Kankan Musa (1312 – 1337), yang telah melakukan dua kali ekspedisi melintas Lautan Atlantik hingga ke Amerika dan bahkan menyusuri sungai Mississippi.
Sultan Abu Bakari I melakukan eksplorasi di Amerika tengah dan utara dengan menyusuri sungai Mississippi antara tahun 1309-1312. Para eksplorer ini berbahasa Arab. Dua abad kemudian, penemuan benua Amerika diabadikan dalam peta berwarna Piri Re’isi yang dibuat tahun 1513, dan dipersembahkan kepada raja Ottoman Sultan Selim I (1517). Peta ini menunjukkan belahan bumi bagian barat, Amerika selatan dan bahkan benua Antartika, dengan penggambaran pesisiran Brasil secara akurat.
Beberapa nama-nama suku Indian dan kepala sukunya juga berasal dari akar kata bahasa Arab, seperti: Anasazi, Apache, Arawak, Cherokee (Shar-kee), Arikana, Chavin Cree, Makkah, Hohokam, Hupa, Hopi, Mahigan, Mohawk, Nazca, Zulu, dan Zuni. Kepala suku Indian Cherokee yang terkenal, Sequoyah yang nama aslinya Sikwoya, merupakan ketua suku yang sangat terkenal karena beliau menciptakan sillabel huruf-huruf (Cherokee Syllabary) bagi orang Indian pada tahun 1821. Namanya diabadikan sebagai nama pohon Redwood yang tertinggi di California, sekarang dapat disaksikan di taman hutan lindung di utara San Francisco.
Orang-orang Indian Amerika juga memegang nilai ketuhanan dengan mempercayai adanya Tuhan yang menguasai seluruh alam semesta ini, dan Tuhan tersebut tidak teraba oleh panca indera. Mereka juga meyakini bahwa tugas utama manusia diciptakan oleh Tuhan adalah untuk memuja dan menyembahnya. Seperti penuturan seorang kepala suku Ohiyesa: ”In the life of the Indian, there was only inevitable duty -the duty of prayer- the daily recognition of the Unseen and the Eternal”. Di dalam Al Qur’an, kita diberitahukan bahwa tujuan penciptaan manusia dan jin adalah semata-mata demi untuk beribadah kepada Allah SWT.
Salah satu buku yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia karya Gavin Menzies, seorang bekas pelaut yang menerbitkan hasil penelusurannya, menemukan adanya peta empat buah pulau di Karibia yang dibuat pada tahun 1424 dan ditandatangani oleh Zuane Pissigano, kartografer dari Venesia. Peta ini berarti dibuat 68 tahun sebelum Columbus mendarat di Amerika. Dua pulau pada peta ini kemudian diidentifikasi sebagai Puerto Rico dan Guadalupe. Menzies juga mengemukakan bahwa Laksamana Zheng He (Ceng Ho), seorang Lkasamana Cina Muslim, telah mendarat di Amerika pada tahun 1421, 71 tahun lebih awal ketimbang Columbus. Lima abad sebelumnya, Khaskhas Ibn Saeed Ibn Aswad pun telah menjejakkan kaki di Amerika. Jelas, penemu Amerika sama sekali bukan Colombus, tetapi para pionir pelayaran dunia, yakni pelaut-pelaut Islam yang ulung.
Dari beberapa fakta di atas, dapat disimpulkan bahwa buku memiliki kekuatan superrior untuk mempengaruhi pola pikir seseorang, juga dapat mengubah dunia.  Fakta yang terdapat dalam buku yang dituliskan oleh Howard Zinn mengenai benar-tidaknya tentang Columbus dalam menemukan Amerika yang menuai pro dan kontar dari berbagai masyarakat dunia, terutama masyarakat Amerika sendiri.  Untuk itu,  perlu adanya pengkajian tentang fakta-fakta sejarah, dan janganlah menjadi pembaca yang hanya bisa menerima apa yang dituliskan oleh penulis, akan tetapi jadilah pembaca yang kritis.  Oleh karena itu, budayakanlah membaca, agar ketika kita berbicara sesuatu tau dasar dan sumbernya.




REFERENSI

Al Quran, Surat Al Alaq ayat 1 – 5



Comments
0 Comments

0 Comments:

Post a Comment