Saturday, March 15, 2014

Mengarungi Lautan Literacy


Class Review Kelima, on 7th march 2014
“Mengarungi Lautan Literacy”
(Author: Mega Widiastuti)
Selamat datang pada class review yang kelima J, pada kesempatan ini banyak sekali materi yang akan saya persembahkan kepada pembaca.  Khusunya mengenai materi yang telah dibahas pada hari jum’at 7 maret 2014.
            Pada hari itu kami memulai pembelajaran pada pukul 07.03WIB, awal pembelajaran Mr.Lala menjelaskan tentang the biggest weakness of our first critical review.  Pertama Mr.Lala menjelaskan tentang structure dari critical review yang meliputi: Introduction, summary, critic, and consclusion.   Melihat dari class review yang telah kami buat, banyak sekali kejadian bahwa mahasiswa yang menulis critical review tidak memperhatikan structure atau urutan yang seharusnya diperhatikan dalam membuat critical review.   Hal ini bertujuan agar pembaca mudah untuk mengetahui point mana yang menjadi claim penulis.  Dan juga Mr. Lala pernah mengatakan bahwa kami sebagai penulis harus bisa menjadi sebuah guide untuk para pembaca, dengan carac memberikan rambu-rambu untuk pindah ke point selanjutnya.  Misal, dari bagian introduction ke bagian summary, dan seterusnya.   Dengan kita memberikan arahan atau rambu-rambu kepada pembaca pertiap bagian, hal itu merupakan salah satu cara bahwa penulis memanjakan pembacanya.

Kemudian kesalahan kedua yang ada pada critical review kami yaitu tidak peka dalam mengambil key word untuk bahan kritikan yang ada pada teks yang kami baca.  Karena sesungguhnya reader yang baik adalah reader yang bisa memunculkan sesuatu yang tidak terpikirkan oleh orang lain. Dan kesalahan selanjutnya yang ada dalam critical review kami adalah mengenai referensi, dan trivial matters.  Trivial matters yaitu data-data yang tidak penting.  Lalu untuk mengukur tingkat kesalahan kami Mr. Lala menggambarkannya ke dalam skema di bawah ini: 
 
*      Weakness yaitu, kami melakukan kesalahan yang tidak kami ketahui.  Contohnya pada critical review pertama kami tidak memperhatikan tentang structure dari critical review itu sendiri.
*      Mistake yaitu, kami sudah mengetahui kesalahan sebelumnya, tetapi tetap saja tidak mencoba untuk lebih baik.  Contohnya pada critical review kedua kami sudah di beri tahu untuk memperhatikan generic structurenya, namun tetap saja kami tidak menerapkannya.  Hal ini sudah termasuk kedalam kategori mistake.
*      Ignorance yaitu melakukan kesalahan terus menerus sehingga menjadi suatu kebiasaan(budaya), untuk tidak melakukan sesuatu sesuai dengan ruller yang ditentukan.
*      Insane, merupakan tahapan yang paling buruk diantara kategori diatas, karena sudah mengetahui kesalahan-kesalahan sebelumnya namun tetap saja melakukan yang sama.
Kemudian setelah Mr.Lala menjelaskan tentang the weakness of our critical review, kegiatan selanjutnya Mr.Lala berkeliling memeriksa class review kami masing-masing.  Dan selama kegiatan tersebut, saya dan teman-teman di beri waktu 30 menit untuk mengetik critical review tentang Howard Zinn menggunakan Bahasa Inggris.  Selama 30 menit saya hanya mampu menulis 162 kata, dan beikut ini adalah hasil ketikan saya:
Howard Zinn able to explain about the facts of Colombus, that Colombus is genosida, killer, and he lie about discovery Benua Amerika. In the one hand, Howard Zinn no perfection in write  the book, he not explain actually  who is that found Benua Amerika. I think Howard Zinn just able to critic, but he not gave statement to be better.  Howard Zinn come from Yahudi, he dislike anything about Amerika so that he search about history, government of Amerika, and try to found the mistake of Amerika.  Whereas formely he ever be a bomber when world battle II, but now he became criticus that always judgement about situation and condition of Amerika. By the Book A people’s History of  the United State he has wrote, he be famous writer, but he also got some critical from any people who have read the articel.  Some people said that, the statement’s Howard Zinn is wrong and infuential to ideology reader.  Howard Zinn was born on...
            Setelah melihat kerja keras kami selama 30 menit, Mr.Lala kembali menjelaskan materi, yaitu mengenai key issues in writing.  Pada buku Ken Hyland yang berjudul Teaching and Researching Writing(2002;2009) terdapat enam key issues  in writing yaitu:
 
1.    Context
Dalam menulis context dilihat sebagai latar belakang yang terpisah teks, yang dalam peran jenis tertentu merupakan informasi tambahan yang bisa jadi bantuan dalam memahami teks tersebut. (Lehtonen : 2000).  Sedangkan menurut Hyland context adalah hubungan interaksi dan aturan-aturan yang memesannya, keduanya saling memfasilitasi dan membatasi penyusunan.  Makna dari teks tidak terletak di dalam kata yang dituliskan oleh penulis dan dikirimkan kepada pembaca. Akan tetapi makna akan tercipta antara penulis dan pembaca selama mereka merasakan  teks dalam cara-cara yang berbeda, masing-masing menduga maksud/tujuan dari yang lain (Hyland : 2009). Well, saatnya kembali kepada buku Ken Hyland (2009:45)  menurut  Van Dijk (2008 : viii).  Konteks adalah sekelompok variable statis yang mengelilingi penggunaan bahasa.  Dan menurut Cutting (2002 : 3) menyatakan bahwa dalam konteks terdapat tiga aspek utama yaitu:
oKonteks situasional : apa yang diketahui masyarakt tentang apa yang dapat mereka lihat disekitar mereka.
o  Latar belakang konteks pengetahuan : apa yang diketahui masyarakat tentang dunia, aspek kehidupan, dan satu sama lain.
o  Co-textual konteks : apa yang masyarakat ketahui tentang apa yang mereka telah ucapkan.
Sedangkan pandangan tentang context menurut Halliday(1985) adalah sebagai berikut:
*      Field: Mengacu pada apa yang terjadi, jenis aksi sosial, atau apa yang teks adalah tentang (topik bersama dengan bentuk-bentuk yang diharapkan secara sosial dan pola biasanya digunakan untuk mengekspresikan itu).
*      Tenor: Mengacu pada siapa yang mengambil bagian, peran dan hubungan peserta (status dan kekuasaan mereka, misalnya, yang pengaruh keterlibatan, formalitas dan kesopanan).
*      Mode: Mengacu pada apa bagian bahasa diputar, apa yang peserta mengharapkan untuk lakukan untuk mereka (apakah lisan atau tertulis, bagaimana informasi terstruktur, dan sebagainya). Halliday (1985).
2.      Literacy
Apabila mendengar kata literacy erat kaitannya dengan menulis dan membaca, bahkan ada yang menyebutkan bahwa menulis dan membaca adalah action dari literasi. Bagaimana kita menggunakan sebuah bahasa dalam kehidupan kita.  Konsep modern literasi melihat menulis sebagai practice of literasi bukan sebagai skill abstrak dimana seseorang menggunakan sebuah teks. (Hyland 2009:48).  Selanjutnya menurut Scribner dan Cole (1981 : 236) mengatakan bahwa melek tidak hanya mengetahui cara membaca dan menulis naskah tertentu, tetapi menerapkan pengetahuan ini untuk tujuan tertentu dalam konteks tertentu yang digunakan. Dan ini pun layak dipertimbangkan.  Peran keaksaraan membantu kita untuk memahami bagaimana orang hidup yang masuk akal melalui praktik rutin menulis dan membaca.  Menurut Barton (2007:34-35) terdapat beberapa konsep pandangan tindakan sosial, yaitu:
1)      Literasi adalah kegiatan sosial dan jauh lebih baik dijelaskan dalam hal orang
praktik keaksaraan.
2)      Orang-orang memiliki kemahiran yang berbeda yang berhubungan dengan berbagai domain kehidupan.
3)      Praktik keaksaraan masyarakat terletak dalam hubungan sosial yang lebih luas, sehingga perlu untuk menggambarkan pengaturan peristiwa keaksaraan.
4)      Praktik keaksaraan berpola oleh lembaga-lembaga sosial dan kekuasaan hubungan, dan beberapa kemahiran yang lebih dominan, terlihat dan berpengaruh daripada yang lain.
5)      Literasi didasarkan pada sistem simbol sebagai cara untuk mewakili dunia kepada orang lain dan diri kita sendiri.
6)      Sikap dan nilai-nilai yang berkaitan dengan panduan keaksaraan tindakan kita untuk komunikasi.
7)      Sejarah kehidupan kita mengandung banyak peristiwa keaksaraan dari mana kita belajar  dan yang memberikan kontribusi hingga saat ini.
8)      Sebuah peristiwa keaksaraan juga memiliki sejarah sosial yang membantu menciptakan arus praktek.
3.      Culture
Budaya merupakan efek samping dari literasi, dan budaya memiliki peran penting dalam perkembangan literacy.  Menurut (Lantolf : 1999) budaya secara umum dipahami sebagai historis ditransmisikan dan jaringan sistematis makna yang memungkinkan kita untuk memahami, mengembangkan dan mengkomunikasikan pengetahuan dan keyakinan kita tentang dunia. Akibatnya, bahasa dan pembelajaran dikepung oleh budaya. 
Selain itu budaya memiliki keterkaitan dengan menulis karena nilai-nilai budaya kita dilakukan melalui bahasa, tetapi karena budaya juga membuat kita tersedia untuk pasti menggunakan cara  mengorganisir persepsi dan harapan kami, termasuk yang kita gunakan untuk belajar dan berkomunikasi secara tertulis (Hyland : 2009).
Menurut Hyland (2009:56) “Culture is Fluid” artinya budaya adalah cairan. Budaya memiliki keragaman serta orang-orang yang mungkin menolak atau mengabaikan pola budaya. Tapi dengan kata lain, pengalaman sebelumnya membantu pengetahuan skema bentuk dan akan berdamfak kepada bagaiman siswa menulis dan tanggapan mereka terhadap konteks kelas.
4.      Technology
Pada zaman sekarang untuk menjadi  orang yang literat harus mampu menguasai technology, karena orang yang literat bukan hanya di lihat dari kemampuan membaca dan menulisnya saja.  Adapun efek technology menurut  (Hyland:2009:58) yaitu:
§                 Merubah menciptakan, mengedit, proofreading dan proses pormating.
§                 Menggabungkan teks tertulis dengan media visual-audio yang lebih mudah.
§                 Mendorong penulisan non-linear dan proses membaca melalui link hypertext.
§                 Menantang gagasan tradisional kepenulisan, wewenang dan kekayaan intelektual.
§  Memungkinkan penulis mengakses untuk informasi lebih lanjut dan untuk menghubungkan informasi itu dalam cara-cara baru.

5.      Genre
Genre adalah istilah untuk mengelompokkan teks bersama-sama, mewakili bagaimana penulis biasanya menggunakan bahasa untuk menanggapi situasi berulang.  Selain itu genre diakui juga sebagai jenis tindakan yang komunikatif, yang berarti bahwa untuk berpartisipasi dalam acara sosial, individu harus terbiasa dengan genre yang mereka hadapi disana.   Oleh karena itu, genre sekarang menjadi salah satu konsep yang paling penting dalam bahasa pendidikan saat ini.  Ini adalah adat, dan untuk mengidentifikasinya terdapat tiga pendekatan genre  ( Hyon , 1996; Johns , 2002) :
·        Pekerjaan Australia dalam tradisi Sistemik Fungsional ilmu bahasa
·        Pengajaran bahasa Inggris untuk Keperluan Khusus
·       Konteks studi retorika baru dikembangkan dalam komposisi Amerika Utara.

6.Identity
            Identitas adalah cara seseorang untuk menampilkan siapa mereka kepada orang lain(Benwell dan Stokoe, 2006:6).  Identitas dipandang sebagai diskontruksi antara penulis dan teks yang ditulisnya.  Dari hubungan itulah terjadi perkembangan dari yang tadinya identitas pribadi bergerak menjadi ke ranah publik.  Kemudian pengertian identitas itu sendiri di dalam writing adalah, bukan sesuatu yang kita miliki tetapi identitas itu adalah sesuatu yang kita lakukan.  “Identity is something we do; not something we have” (Hyland 2009:70).
            Apabila ditelaah lebih jauh identity itu hampir sama dengan voice, yang dapat bisa muncul dari diri kita sendiri.  Dengan cara-cara penulis dalam menampilkan dan menemukan diri mereka diposisikan dalam membangun identitas discoursal secara ekstensif akan dibahas oleh Ivanic (Ivanic, 1998; Ivanic dan Weldon, 1999).
1.      The autobiografi self adalah diri yang penulis membawa ke tindakan menulis, dibatasi secara sosial dan dibangun oleh lifehistory penulis. Ini termasuk ide-ide mereka, pendapat, keyakinan dan komitmen: sikap mereka. Sebuah contoh mungkin bagaimana penulis mengevaluasi tanda kutip ia membawa ke dalam teks, atau topik ia memilih untuk mengatasi.
2.       The discoursal self adalah penulis kesan sadar atau tidak sadarmenyampaikan dari diri mereka sendiri dalam sebuah teks . Ini menyangkut penulis suara dalam arti bagaimana mereka menggambarkan diri mereka . Sebuah contoh adalah sejauh mana penulis mengambil praktek-praktek masyarakat yang atau dia menulis untuk, mengadopsi konvensi untuk mengklaim keanggotaan.
3.      The authorial self menunjukkan dirinya dalam tingkat authoritativeness
dengan yang penulis menulis. Ini adalah sejauh mana seorang penulis
mencampuri ke dalam teks dan mengklaim dirinya sebagai sumber isinya .
Next, kita akan membahas mengenai “The Issues of Intertextuality”. Intertekstualitas merupakan salah satu teori yang digunakan oleh pembaca untuk memperoleh makna dalam proses menbaca suatu karya sastra.  Teori intertekstualitas pada awalnya diperkenalkan oleh Julia Kristeva seorang peneliti dari Prancis mengungkapkan dalam (Culler, 1981: 104) bahwa jumlah pengetahuan yang dapat membuat suatu teks sehingga memiliki arti, atau intertekstualitas merupakan hal yang tak bisa dihindari, sebab setiap teks bergantung, menyerap, atau merubah rupa dari teks sebelumnya.   Bakhtin (1986), as cited in Hyland (2002): language is dialogic: a conversation between writer and reader in an on going activity.  Statement diatas menunjukan bahwa wacana selalu terkait dengan wacana lain.
Fairclough (1992:117) membedakan dua jenis intrtekstual, diantaranya:
·        Intertekstualitas Manifest mengacu pada berbagai cara untuk menggabungkan atau menanggapi teks-teks lain melalui kutipan, parafrase, ironi, dan sebagainya.
·        Interdiscursivity concerns digunakan penulis set konvensi ditarik
dari jenis teks dikenali atau genre. Teks di sini kemudian berhubungan
dengan beberapa makna kelembagaan dan sosial.
 
Selanjutnya saya akan membahas mengenai sejarah dan literasi sebagai sosial practice.  Karena Mr.Lala pernah mengatakan bahwa writer itu harus bisa mengaitkan antara masa lalu dan masa sekarang, jangan sampai kami menulis teks seperti tukang jahit. Artinya kami akan menulis dan kami akan membaca hanya ketika ada project misalnya waktu ketika diberikan tugas oleh Mr.Lala saja . Harusnya kami harus mampu seperti tukang cukur yang melihat dan mencari tahu model rambut seperti apa yang sekarang sedang tren di industri pasar.   Karena dengan membaca dan menulis akan meningkatkan tingkat literacy seseorang, selain itu peran perpustakaan pun sangat penting.  Surga itu seperti perpustakaan, kalimat bijak inilah yang paling pantas untuk menggambarkan tentang buku sebagai jendela ilmu pengetahuan. Dari buku kita mampu meyelam keribuan kilometer kedalaman laut. Mengarungi tujuh samudera dunia. Mengangkasa di semesta yang tak pernah terjangkau oleh nalar. Buku-buku layaknya sebuah surga yang menghadirkan begitu banyak celah-celah dunia yang bisa kita intip. Buku adalah sebuah jalan keabadian. Buku mengekalkan penulis hingga beribu tahun. Pada bukulah kita mampu melihat masa lalu. Melihat sejarah peradaban dan menjadi lebih bijak di masa depan.  Budaya literasi menjadi satu-satunya jalan untuk mampu menjelajahi ruang dan waktu semesta. Satu-satunya jalan untuk bisa melihat sejarah masa lalu. (Di kutip dari http://alfismamda.blogspot.com/2013/07/budaya-literasi.html)
            Selain kata-kata diatas, saya juga akan menuliskan sebuah quotes yang berhubungan dengan sejarah dan literacy. Orang-orang yang menulis sejarah adalah orang-orang yang berliterat (bisa baca-tulis). "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” - Pramoedya Ananta Toer- (Di kutip dari Laras blog , yang berjudul “Mengukir Sejarah Dengan Menulis).
So, apa hubungannya antara sejarah dan literacy?
Literasi adalah keberaksaraan, yaitu kemampuan membaca dan menulis, budaya literasi dimaksudkan untuk melakukan kebiasaan berfikir yang diikuti oleh sebuah proses membaca, menulis yang pada akhirnya apa yang dilakukan dalam sebuah proses kegiatan tersebut akan menciptakan karya.
Sedangkan sejarah adalah rangkaian peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa silam dan membentuk suatu sejarah itu sendiri, yakni penulisan kembali peristiwa-peristiwa masa silam agar dapat dikaji oleh orang-orang yang hidup di masa kini.
Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa keduanya saling berkaitan karena satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan.  Karena sejarah itu dapat terkuak melalui literacy khususnya oral dan lisan.
History and literacy as a social practice
Dengan adanya peristiwa-peristiwa atau peradaban manusia di masa lampau, seperti di dokumentasikan melalui proses prasasti-prasasti yang telah terjadi, hal itu merupakan praktek sosial yang dapat di jadikan pelajaran yang berharga.  Dan juga dapat menjadi objek kajian untuk generasi yang akan datang.
Literasi adalah kegiatan sosial dengan karakter.  Hal ini dapat digambarkan sebagai praktik dimana orang menarik situasi dalam membaca yang berbeda .  orang-orang memiliki berbagai jenis keterampilan, mereka memanfaatkannya dengan cara yang berbeda dalam berbagai bidang kehidupan.  Namun, segala bentuk keaksaraan mencakup kemampuan untuk mengontrol sistem yang berbeda dari simbol-simbol dimana realitas diwakili untyuk pembaca.  (Mikko Lehtonen, 2000:53)
        Dalam buku Lehtonen juga dijelaskan bahwa teks itu terdapat dua versi, yaitu teks sebagai makhlik fisik dan teks sebagai makhluk semiotik(Lehtonen, 2000:72).  Jadi, meskipun pada jaman sejarah tidak ada kertas untuk menuliskan sebuah kejadian, bisa saja menuliskannya pada media lain seperti batu, dan contoh rillnya adalah prasasti ciaruteun.
            Kini tibalah saatnya saya untuk menuliskan kesimpulan tentang semua yang telah saya paparkan diatas.  Pada critical review pertama yang telah kami tulisn masih terdapatr beberapa kelemahan diantaranya mengenai structure, trivial matters, dan referensi.  Kemudian di dalam menulis itu terdapat key issues yang terdiri dari enam point: Context, literacy, culture, technology, genre, dan identity.  Kemudian dengan berliterasi kita mampu meyelam keribuan kilometer kedalaman laut. Mengarungi tujuh samudera dunia, dan dapat menjelajahi ruang dan waktu semesta.  Karena melalui literacy adalah satu-satunya jalan untuk bisa melihat sejarah masa lalu.
Comments
0 Comments

0 Comments:

Post a Comment