Saturday, March 1, 2014
Created By:
Iis Yulia Riani
Kohesi, gerakan halus
atau “aliran” antara kalimat dan paragraf.
Kejelasan, makna dari
apa yang anda inginkan untuk berkomunikasi yang sangat jelas.
Urutan logis, mengacu
pada urutan logis dari informasi. Dalam penulisan akademik, penulis cenderung
bergerak dari umum ke khusus,
Konsistensi,
konsistensi mengacu pada keragaman gaya penulisan.
Unity, secara
sederhana, unity mengacu pada pengecualian informasi yang tidak secara langsung
berhubungan dengan topik yang dibahas dalam paragraf tertentu.
Keringkasan,
keringkasan adalah ekonomi dalam penggunaan kata-kata. Tulisan yang bagus
dengan cepat sampai ke titik dan menghilangkan kata yang tidak perlu dan tidak
perlu pengulangan (redundancy atau “kayu mati”). Pengecualian dari informasi
yang tidak perlu mempromosikan persatuan dan kesatuan.
Kelengkapan, sementara
informasi yang berulang-ulang atau tidak perlu harus dihilangkan, penulis
berhak untuk memberikan informasi penting mengenai topik tertentu. Misalnya,
dalam definisi cacar air, pembaca akan mengharapkan untuk mengetahui bahwa itu
adalah penyakit anak-anak yang ditandai dengan ruam.
Ragam, variety membantu
pembaca dengan menambahkan beberapa “bumbu” untuk teks.
Formulitas, menulis
akademik bersifat formal. Ini berarti bahwa kosakata canggih dan struktur tata
bahasa yang digunakan. Selain itu, penggunaan kata ganti “I” dan kontraksi
dihindari.
“Melek Aksara”
Hari
ini adalah pertemuan ketiga mata kuliah writing di semester empat ini, tepatnya
pada tanggal 21 Februari 2014. Pagi ini tidak seperti biasanya karena pagi ini
cuacanya sangat tidak bersahabat, pagi-pagi sekali sudah turun hujan yang
sangat lebat. Namun walaupun begitu tidak menghambat semangat kami untuk pergi
dan tentunya untuk mengikuti mata kuliah writing. Saya tiba di kampus 15 menit
sebelum pelajaran dimulai, tapi ternyata di kelas masih sepi dan hanya beberapa
anak saja yang sudah di tempat duduk. Mungkin karena pada saat itu turun hujan
maka banyak anak yang terlambat masuk ke kelas.
Beberapa
menit kemudian tepat pada pukul 07:30 pelajaran dimulai. Seperti biasa diawal
pelajaran Mr.Lala menanyakan class review yang telah kami buat, khususnya
mengenai referensi buku yang telah di tugaskan untuk di pahami yaitu buku
karangan Ken Hyland dan Lehtonen. Pada saat itu saya merasa cemas karena saya
tidak mencantumkan materi mengenai kedua buku tersebut karena saya belum
memahaminya sama sekali. Setelah itu Mr.Lala langsung membagikami menjadi dua
kelompok kanan dan kiri, kemudian kami diberi pertanyaan satu persatu mengenai
kedua buku tersebut.
Beberapa
teman saya berhasil menjawab pertanyaan beliau. Ketika beliau memberikan pertanyaan
kepada saya, saya sangat menyesal karena saya tidak bisa menjawabnya dengan
maksimal karena Mr.Lala memberikan pertanyaan seputar buku Ken Hyland dan
Lehtonen, sedangkan di class review saya tidak ada pembahasan mengenai kedua
buku tersebut. Setelah Mr.Lala memeriksa class review kami dan memberikan
pertanyaan satu persatu kepada kami, beliau memberikan beberapa materi yang
beliau sampaikan di slidenya dan ada juga yang di sampaikan langsug di papan
tulis. Materi yang di sampaikannya yaitu masih mengenai “ Rekayasa Literasi “.
Mr.Lala
menyebutkan bahwa penulis itu membutuhkan “ endurance” atau daya tahan. Ketika
kita akan menulis maka teknik penulisan yang kita gunakan membutuhkan daya
tahan agar tulisan yang kita produksi hasilnya maksimal dan menarik untuk di
baca. Selain itu Mr. Lala menjelaskan (re)-quoted from alwasilah (2012) yaitu “pada
abad ke – 21, standar kelas dunia akan menuntut bahwa setiap orang sangat melek
huruf, banyak berhitung, baik informasi, mampu belajar terus-menerus, dan
percaya diri dan mampu memainkan peran mereka sebagai warga masyarakat yang
demokratis “.
Mr.Lala
masih membahas mengenai hubungan antara writer teks dan reader yang dapat di
gambarkan dengan segitia sebagai berikut
Teks
Writer Reader
Dari bentuk segitiga tersebut dapat disimpulkan bahwa
seorang penulis memproduksi tulisannya dengan berbagai modifikasi agar
tulisannya dapat diterima dengan baik oleh reader. Orang yang tidak memahami
linguistik tidak mungkin dapat merekayasa teks. Teks yang sudah kita buat harus
1. Read
of high repetition
disussion
2. Respond
representing
3. Read
Re-Write
Beberapa poin penting yang di
sampaikan oleh Mr. Lala yaitu : Dalam tema papernya, Mr. Lala mengunakan
kata-kata yang diambil dari “William butler yearts”.
-Education is not thefilling of a
pail, but the lighthing of a fire-
Mr. Lala juga menampilkan sebuah
slide yang berisi kata-kata yang di kutip dari Danica Hubbard.
“Sharing
teks dengan satu sama lain setiap hari membuka pintu menuju sukses. Menjelajahi
tantangan dalam kelas tradisional dan pengaturan online yang menarik.
Menjelajahi cara yang berbeda untuk bertukar informasi, mempertahankan
pengetahuan dan menganalisis ide-ide dalam beberapa genre memunculkan inovasi
dan kreativitas dalam mengajar “.
-
Michael Barber -
An Appetizer on
Academic Writing Elements









One More Appetizer :
Critical Evaluation
·
Apa jenis pembaca yang
penulis targetkan pada artikelnya?
·
Apa klaim sentral pada
argumennya?
·
Bukti apa yang dia
gunakan untuk membuat poin cadangan yang dia buat?
·
Apakah penulis membuat
klaim yang tidak didukung oleh bukti-bukti?
·
Apakah anda berpikir
bahwa buku-buku yang cukup, untuk sebuah artikel dalam sebuah buku teks
akademik?
·
Apakah penulis
menggunakan kata-kata emotif atau pernyataan? (Jika demikian, sorot apapun yang
akan diidentifikasi)
Ken Hyland on Literacy
(2006). Menyatakan bahwa Literasi adalah
sesuatu yang kita lakukan. Hamiltan
(1998) seperti dikutip dalam Hyland
(2006:21), melihat keaksaraan sebagai kegiatan yang terletak di interaksi
antara manusia. Hyland Further berpendapat “melek akademik menekankan bahwa
cara kita meggunakan bahasa, disebut sebagai praktik keaksaraan, berpola oleh
lembaga sosial dan hubungan kekuasaan. Keberhasilan akademis berarti
representing diri anda dengan cara disiplin, menghadapi nilai-nilai, keyakinan,
dan identitas yang dissourse akademik wujudkan.
Kesimpulan
:
Berdasarkan materi yang telah
dipaparkan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa literasi dapat diartikan sebuah
kemampuan membaca dan menulis. Kita mengenalnya dengan melek aksara atau
keaksaraan. Namun sekarang ini literasi memiliki arti luas sehingga
keberaksaraan bukan lagi bermakna tunggal, melainkan mengandung beragam arti.
Seorang akan dikatakan literasi jika ia sudah bisa memahami sesuatu karena
membaca informasi yang tepat dan melakukan sesuatu berdasarkan pemahamnnya
terhadap isi bacaannya tersebut.


Subscribe to:
Post Comments (Atom)