Saturday, March 15, 2014

“Key Issues in Writing”


5th Class Review
“Key Issues in Writing”
            Pada Class Review ke lima ini Jumat 07 Maret 2014, ruang 45, dan pukul 07.00 WIB. Di Class Review kali ini saya tidak akan memasukkan hal-hal yang tidak penting (Insya Allah). Sekarang adalah pertemuan ke lima, ini berarti pembelajaran Academic Writing sudah mencapai tahap pemanasan yang cukup. Sebuah pergiasan emas ketika dibuat menjadi perhiasan terlebih dahulu ditempa pada suhu yang begitu panas, agar bisa menghasilkan bentuk yang bagus dan berkualitas. Analogi di atas, hendaknya menjadi penyemangat kita agar kita menjadi perhiasan emas yang berharga, karena kita semua adalah calon-calon emas terbaik. Wujudkan semua itu dengan salah satu kewajiban kita di dalam Academic Writing.

Sebelum ke pembahasan yang ada di power point, disini akan dipaparkan kembali mengenai Columbus, pada tanggal 12 Oktober 1492 di bawah bendera Castilian Spanyol Columbus sampai di benua Amerika, dan segera mulai menundukkan dan membunuh penduduk setempat dan menghapus kekayaan besar dari tanah tersebut. Sebuah koloni kecil segera didirikan di Hispaniola yang terdiri dari tiga puluh sembilan krunya, sisanya kembali ke Spanyol dengan Columbus bersama dengan emas, rempah-rempah dan penduduk asli diambil sebagai budak untuk diberikan sebagai hadiah bagi pelanggan kerajaan. Tahun berikutnya, Columbus memimpin ekspedisi kedua terdiri dari tujuh belas kapal besar dan berisi satu setengah ribu pendatang baru, yang tiba di Amerika sebulan kemudian. Pada saat Columbus kembali ke Hispaniola, anak buahnya sudah banyak yang dibunuh oleh penduduk setempat dan koloni kedua kemudian didirikan. Columbus menghukum suku setempat, yang dikenal sebagai Taino, dengan kejam. Columbus memperbudak banyak penduduk lokal dan membantai lebih banyak lagi, menurut Ward Churchill, mantan profesor studi etnis di University of Colorado, sampai tahun 1496, populasi telah berkurang dari sebanyak delapan juta menjadi sekitar tiga juta. Itulah sedikit bukti mengenai Columbus yang belum saya masukkan ke dalam 2nd Critical review saya.
            Di Class Review kali ini, saya akan membahas beberapa hal. Pertama saya akan menyebutkan kembali beberapa point yang ada pada power point Mr. Lala yang berjudul “On Columbus, The 5th Match: Exploring More about Critical Review”. Pada slide ke dua yaitu kesalahan terbesar dalam penulisan atau pembuatan Critical Review yang pertama, point-pointnya yaitu:
  1. Trapped in trivial matters (masih memasukkan hal-hal yang tidak terlalu penting dalam isu besar yang dibahas).
  2. Not familiar with the key word called classroom discourse (tidak tahu atau tidak begitu akrab dengan kata kunci Classroom discourse).
  3. Recounting facts on religious conflicts without showing a firm point of view (tidak menunjukkan keterangan sumber tulisan pada contoh fakta konflik antar agama yang ditampilkan).
  4. The generic structure isn’t well constructed (struktur umum dalam Critical essay tidak dibangun dengan begitu baik).
  5. Reference pattern is missing (referensi yang seharusnya ada di dalam Critical essay tidak dicantumkan).
Memang benar pada penulisan atau pembuatan Critical essay yang pertama masih banyak kesalahan-kesalahan. Akan tetapi masih ada proses perbaikan, jadikanlah pengalaman yang kemarin sebagai guru untuk membimbing kita kearah yang lebih baik lagi. Sebelum masuk pada kata kunci dalam penulisan atau memahami writing, terlebih dahulu saya akan mencantumkan tulisan saya tentang Howard Zinn yang kemarin pada penulisannya diberi waktu 30 menit saya hanya mendapatkan 156 kata yakni:
This is my creative process
“The Man who Jiggle the World”
Howard Zinn is the man who make the world is jiggle. Not only that, he was open world eyes, make all people in the world woke up from their sleep, he slaps repeatedly history, change and make a new history. How come? All of that he did by book. It is the effect of literacy, because of literacy he can do all. It is amazing just from one book he can jiggle the word moreover he was write more than 20 books, possibility he can make a new world.
One of his books that make this world jerkiness is “A People’s History of The United States”. He showed who found American continent is not Christopher Columbus. It is against with a history, as we know who found American continent is Christopher Columbus, but him brave to oppose it. At the beginning all people oppose him.
Kata kunci dalam penulisan atau memahami writing yaitu context, literacy, culture, technology, genre, dan identity (Hyland: 2002: 2009) ini terletak pada slide ke tiga yang akan dijelaskan terlebih dahulu tentang Key issues in writing, yaitu:
Context
Konteks adalah background dari sebuah teks, konteks ini berfungsi sebagai penambah informasi atau membantu menambah informasi untuk mencapai sebuah meaning. Konteks ini tidak bisa dipisahkan dengan teks, karena merupakan satu kesatuan. Mengapa demikian? Karena konteks berada di sekitar atau di sekeliling sebuah teks.
Dimensi Halliday mengenai konteks (Hyland, 2009: 46) yakni:
-          Field: Mengacu pada apa yang terjadi, jenis dari aksi social, atau sesuatu yang berkenaan dengan teks (topic bersamaan dengan bentuk-bentuk secara social dan pola, biasanya digunakan untuk mengekspresikan apa yang terjadi).
-          Tenor: Mengacu pada siapa yang ambil bagian (terlibat), peran dan hubungan participant (status mereka dan kekuasaan, sebagai contoh pengaruh keterlibatan, formalitas dan kesopanan).
-          Mode: Mengacu pada bagian bahasa yang dipakai, apa yang peserta harapkan dari yang dilakukan untuk mereka (apakah lisan atau tulisan, bagaimana informasi itu terstruktur, dan lain-lain).
Dari ketiga dimensi mengenai konteks, dapat disimpulkan di dalam teks selalu terdapat konteks, yang terletak pada pembuatan teks, seseorang penulis pastilah menyisipkan konteks di dalamnya, apalagi ketika pembaca membaca teks tersebut. Maka writer dan reader terdapat suatu koneksi informasi yang menentukan sebuah meaning.
Lehtonen, 2000: 114 menjelaskan poin-poin yang termasuk ke dalam konteks, yaitu:
  1. Substansi: Materi fisik yang membawa atau menyampaikan teks.
  2. Music dan gambar-gambar.
  3. Paralague: Perilakau bahasa yang menyertainya, seperti kualitas suara, gerak tubuh, ekspresi wajah dan sentuhan (dalam kecepatan) dan pilihan jenis huruf dan ukuran huruf (dalam tulisan).
  4. Situasi: Sifat dan hubungan objek dan orang-orang di sekitar teks, seperti yang dirasakan oleh participant.
  5. Co-teks: Teks yang mendahului atau mengikuti yang ada di dalam analisis, dan participant menilai wacana yang sama.
  6. Interteks: Teks yang participant anggap sebagai wacana lain atau berbeda, tetapi mereka menyamakannya dengan sedikit pertimbangan, dan mempengaruhi interpretasi mereka.
  7. Participant: Niat dan interpretasi, pengetahuan dan keyakinan, sikap interpersonal, hubungan dan perasaan.
  8. Fungsi: Fungsi dari teks adalah untuk mengajak atau mempengaruhi pembaca untuk melakukan sesuatu, dan semua itu dilakukan oleh penulis.
Literacy
            Definisi (lama) literasi adalah kemampuan membaca dan menulis (7th Edition Oxford Advanced Learner’s Dictionary, 2005: 898) yang dikutip oleh A. Chaedar Alwasilah, 2012: 159. Berarti literasi adalah kegiatan menulis bersama dengan membaca atau sebaliknya. Tulisan bisa disebut dengan praktik social, karena tidak memisahkan antara tempat dan orang-orang (Literacy as social practice) dengan demikian literasi sangat berperan penting, karena dengan literasi kita bisa meneliti sejarah dengan menggunakan teks-teks kuno.
            Lierasi (Hyland, 2009: 48) menulis, bersama membaca adalah tindakan keaksaraan: bagaimana kita benar-benar menggunakan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Konsepsi keaksaraan mendorong kita untuk melihat tulisan sebagai praktik social, bukan sebagai keterampilan abstrak yang dipisahkan dari orang-orang dan tempat-tempat dimanakan mereka menggunakan teks.
            Sedangkan literasi menurut pandangan social (Hyland, 2009: 49) yakni:
  1. Literasi adalah kegiatan social dan jauh lebih baik dijelaskan dalam praktik keaksaraan.
  2. Orang-orang memiliki kemahiran yang berbeda-beda yang berhubungan dengan berbagai domain kehidupan.
  3. Praktik literasi masyarakat terletak dalam hubungan social yang lebih luas, sehingga perlu untuk menggambarkan pengetahuan peristiwa literasi.
  4. Praktik literasi berpola oleh lembaga-lembaga social dan kekuasaan hubungan dan beberapa kemahiran yang lebih domina, terlihat dan berpengaruh daripada yang lain.
  5. Literasi diasarkan pada system symbol sebagai cara untuk mewakili dunia kepada orang lain dan diri kita sendiri.
  6. Sikap dan nilai-nilai yang berkaitan dengan panduan literasi, tindakan kita untuk berkomunikasi.
  7. Sejarah kehidupan kita mengandung banyak peristiwa literasi darimana kita belajar dan memberikan konstribusi hingga saat ini.
  8. Sebuah peristiwa literasi juga memiliki sejarah social yang membantu menciptakan arus.
Culture
            Gagasan adalah pengalaman penulis dan praktik literasi masyarakat berbeda-beda dan akan mempengaruhi pilihan linguistic mereka ini menunjukkan bahwa guru harus mempertimbangkan bagian yang dimainkan budaya dalam menulis bagi siswa. Menurut Lantolf:1999 yang dikutip oleh Hyland, 2009: 54, budaya secara umum dipahami sebagai historis ditransmisikan dan jaringan sistematis makna yang memungkinkan kita untuk memahami, mengembangkan, dan mengkomunikasikan penegtahuan dan keyakinan kita tentang dunia. Akibantnya, bahasa dan pembelajaran itu dikepung oleh budaya (Kramsch, 1993). Hal ini sebagian karena nilai-nilai budaya kita tercermin dan dilakukan melalui bahasa, tetapi juga karena budaya membuat kita mengambil cara tertentu untuk mengorganisir persepsi dan harapan, termasuk yang kita gunakan untuk belajar dan berkomunikasi secara tertulis.
Technology
            Untuk menjadi orang yang melek, hari ini kita harus memiliki control atas berbagai media cetak dan media elektronik. Teknologi berdampak besar pada cara kita menulis, genre yang kita buat, identitas pengarang yang kita asumsikan, bentuk produk akhir, dan cara kita berkomunikasi dengan pembaca.
            Berikut adalah pengaruh teknologi elektronik pada penulisan (Hyland, 2009: 58) yakni:
  1. Merubah kreasi, mengedit, proofreading, dan proses pemformatan.
  2. Mengkombinasikan teks tertulis dengan media visual dan audio lebih mudah.
  3. Mendorong menulis non-linear dan proses membaca melalui link hyper-teks.
  4. Tantangan pemikiran tradisional tentang kepenulisan, wewenang dan intelektual.
  5. Mengizinkan penulis mengakses informasi lebih lanjut dan menghubungkan informasi dengan cara-cara baru.
  6. Mengubah hubungan antara penulis dan pembaca, agar pembaca bisa menulis apa yang telah dibacanya.
  7. Memperluas berbagai genre dan peluang untuk mencapai sesuatu yang lebih luas.
  8. Blur tradisioanal lisan dan tertulis perbedaan perspektif.
  9. Memperkenalkan kemungkinan untuk membangun dan memproyeksikan identitas social yang baru.
  10. Memfasilitasi masuk ke komunitas wacana baru online.
  11. Meningkatkan marginisasi penulis yang terisolasi dari teknologi baru.
  12. Penawaran tantangan menulis bagi guru dan peluang untuk praktik di kelas baru.
Jadi teknologi dalam proses penulisan itu sangat membantu atau bermanfaat bagi penulis atau pembaca, teknologi disini memfasilitasi semua yang dibutuhkan oleh penulis dan pembaca, tapi bagi penulis atau pembaca yang gagap akan teknologi akan kesulitan dalam memanfaatkan teknologi yang ada.
Genre
            Genre adalah anggota proses social yang menjadi penyebab interaksi budaya untuk mencapai tujuan, orientasi tujuan telah berevolusi untuk mencapai hal-hal. Dapat dipublikasikan makna yang dibuat dengan langkah-langkah yang biasanya membutuhkan penulis yang mempunyai lebih dari satu langkah untuk mencapai tujuan tersebut (Hyland, 2009:63).
            Genre adalah istilah untuk mengelompokkan teks bersama-sama, mewakili bagaimana penulis biasanya menggunakan bahasa untuk menghadapi situasi yang berulang-ulang. Genre memiliki fitur yang berbeda dengan genre yang lainnya, yaitu:
  1. Memiliki tujuan tertentu.
  2. Struktur.
  3. Fitur linguistic.
  4. Anggota budaya.
Jadi genre adalah jenis-jenis teks. Menurut Hyland, 2003: 18 Genre adalah sesuatu yang diakui secara social dari penggunaan bahasa merupakan bagian dari tujuan. Di dalam kelas, guru terfokus pada genre sebuah teks, tapi tidak hanya sebatas pembunuhan grammar. Malahan pola dari linguistic melihat seperti menunjuk bahwa genre melebihi context, termasuk jarak dari perbedaan social dan aneka pilihan yang menjalankan pada penulis di dalam sebuah context. Hyland, 2003: 27 genre knowledge: dari tujuan komunikatif suatu genre dan nilai di dalam konteks.
Hyland, 2003: 24 Genre di dalam menulis dan pengajaran menulis:
Genre
Ide pokok
Focus pengajaran
Manfaat
Kerugian
Menulis adalah aktivitas social dan terkait dengan hasil / karya akhir.
Perhatiannya kepada harapan pembaca dan hasil / karya.
Untuk menjelaskan tujuan social yang efektif.
Membuat kaidah teks jelas atau nyata.
Contextual menulis antara pembaca dan hasil / karya.
Tidak membutuhkan pemahaman dari teks.
Bisa berakibat sebuah pandangan mengenai pengajaran menulis.
Bisa membuat perhatian lebih terhadap pembuatan tulisan.
Sedikit menghargai kemampuan yang dibutuhkan untuk membuat teks.

Identity
            Penelitian terbaru telah menekankan hubungan dekat antara menulis dan identitas seorang penulis. Dalam arti, identitas menunjuk pada cara yang seluas-luasnya kepada orang-orang untuk menunjukkan siapa mereka (Hyland, 2009: 69). Oleh karena itu identitas melibatkan interaksi antara prakte-praktek konvensional seperti melek huruf, dan nilai-nilai kepercayaan dan budaya sebelum pengalaman participant.
            Hyland, 2009: 70 pengertian identitas saat ini identitas melihatnya sebagai konsep plural, yang didefinisikan secara social dan dinegosiasikan melalui pilihan penulis di dalam membuat wacana. Sedangkan menurut pandangan social melihat identitas sebagai retorika jejak keanggotan, komitmen untuk cara-cara tertentu melihat dunia dan mewakili kepada orang lain sebagai orang dalam.
            Ivanic: 1998 yang dkutip oleh Hyland, 2009: 73 identitas penulis itu ada tiga, yaitu:
  1. The autobiographical self: Penulis membuat tindakan dengan menulis, dibatasi secara social dan dibangun oleh sejarah hidup penulis itu sendiri.
  2. The discoursal self: Penulis menyampaikan diri mereka sendiri dalam sebuah teks.
  3. The authorial self: Penulis menunjukkan dirinya, dengan cara sejauh mana penulis masuk kedalam teks dan mengklaim dirinya sebagai isi.
Dari pembahasan yang sudah dipaparkan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa antara context, literacy, culture, technology, genre, dan identity itu saling berkesinambungan, sebgai penulis kita harus tahu apa yang kita tulis, bagaimana kita menulis, contoh-contoh apa saja yang kita masukkan ke dalam tulisan kita, pendapat atau argument apa yang mempengaruhi penulis, seperti pengalaman atau unsur budaya. Antara penulis dan pembaca mempunyai keterkaitan satu sama lainnya, sama halnya teks dengan konteks yang tidak dapat dipisahkan, itu semua merupakan pengaruh dari literasi, menulis juga tidak lepas dari unsur budaya dan unsur sejarah. Gabungan teks dan konteks atau reader dan writer merupakan satu kesatuan yang tidak dapat diisahkan karena teks dan konteks atau reader dan writer sama-sama menuju ke meaning melalui proses pertukaran informasi yang dimiliki masing-masing. Dengan adanya keaslahan pada pada penulisan critical review yang pertama, maka pada pembuatan critical review yang selanjutnya semoga dapat diperbaiki atau meminimalisir kesalahan yang pernah dilakukan. Seperti yang telah dipaparkan pada awal penulisan kita adalah emas yang berharga, karena pada saat ini kita sedang dicetak menjadi emas dalam academic writing.
References
Alwasilah, A. Chaedar. 2012. Pokoknya Rekayasa Literasi. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.
Hyland, Ken. 2009. Teaching and Researching Writing second Edition .United Kingdom: Pearson Education Limited.
Hyland, Ken. 2003. Second Language Writing. New York: Cambridge University Press.
Lehtonen, Mikko. 2000. Cultural Analysis of Texts. London: SAGE Publications.
Comments
0 Comments

0 Comments:

Post a Comment