Thursday, March 6, 2014
Created By:
Fitri Nurhelawati
Dalam catatan hariannya, Columbus mengakui, bahwa saat ia tiba di Hindia (ia saat itu masih percaya telah menemukan India, bukan Amerika), ia menyiksa penduduk pribumi, menggantung, mencambuknya, hanya demi satu informasi penting : “Dimana ada Emas?“
Critical review 2
Kerusakan Literatur dalam
Sejarah yang Salah
(Fitri
Nurhelawati)
Di zaman sekarang,
buku tidak hanya menjadi pegangan saja, tapi juga menjadi kebutuhan pokok bagi
sebagian orang. Buku tidak hanya memberikan informasi untuk pembacanya tapi juga
memberikan motivasi. Buku sesungguhnya menjadi kunci menuju gerbang kehidupan
dunia. Dengan buku kita tidak hanya menjadi seseorang yang literat ataupun
multiliterat namun lebih dari itu, kita akan mampu menorehkan sejarah seperti
yang dilakukan para ilmuwan-ilmuwan besar di dunia. Buku adalah pemicu
kreativitas yang paling bermutu dan menjadi pembentuk kepribadian seseorang.
Saking kreatifnya terkadang orang yang literat menjadi arogan karena merasa
dirinya lebih banyak ilmu dibandingkan orang lain.
Ada sejumlah cara
dimana buku dapat mengubah kesadaran. Pertama , mereka dapat memperkenalkan
sebuah ide yang pembaca tidak pernah terpikirkan sebelumnya ( Howard Zinn ). Ini
menunjukan buku dapat menjadi psikolog otodidak dalam membantu mengubah pribadi
seseorang.
Terkadang karena
buku, sejarah pun dapat di rekayasa. Seperti halnya sejarah yang di ukir oleh
beberapa orang ilmuwan Islam yang telah terlebih dahulu menemukan berbagai ilmu
pengetahuan di bumi ini namun di rekayasa sedemikian rupa oleh orang – orang
yang menggunakan akal literatnya secara arogan.
Pada kenyataannya sejarah ini dirubah oleh orang-orang yahudi yang
terus mengumbar kebohongan dengan mengatakan bahwa penemu ilmu - ilmu itu
adalah orang - orang non muslim. Kita dapat melihat buktinya dengan banyaknya
ilmuwan-ilmuwan yang banyak muncul dalam berbagai cerita sejarah adalah
orang-orang non-muslim. Jika sudah begini siapa yang harus di salahkan?
Entahlah namun yang pasti sebagai manusia yang telah di beri ilmu oleh Allah
kita harus berani mendobrak sejarah - sejarah yang penuh dusta.
Howard Zinn
sebagai seorang penulis buku – buku tentang kebenaran sejarah di Amerika
menentang keras adanya kebohongan sejarah. Dalam bukunya Howard Zinn menguak lebih dalam tentang rekayasa
sejarah yang dilakukan oleh Columbus sang penemu benua Amerika. Ketika
bukunya, Sejarah Rakyat Amerika Serikat
keluar. Dia mulai mendapatkan surat dari seluruh negeri. Dia menemukan bahwa
sebagian besar surat mempermasalahkan bab pertamanya pada buku yang di tulis, yang tentu saja
membuatnya sangat curiga. Zinn menolak
untuk menerima atau percaya bahwa orang hanya membaca bab pertama. Sebaliknya,
dia menyimpulkan bahwa semua surat tentang bab pertama adalah karena isinya
dari bab tersebut membuat ketidak puasan untuk mereka yang dibesarkan di
Amerika Serikat yang telah menganggap bahwa Columbus adalah seorang pahlawan,
Columbus penemu besar, Columbus pembaca Alkitab yang saleh. Untuk mepercaya
bahwa Columbus adalah sebagai pembunuh, penyiksa, penculik, mutilator orang
pribumi, munafik, orang yang tamak mencari emas, bersedia untuk membunuh orang
dan mencincang orang-itu mengejutkan.
Seorang guru di California
menegurnya melalui surat yang dikirimkan kepadanya. Surat tersebut berisi
tentang orang tua siswa yang mengancam melaporkan isi buku tersebut kepada
komite sekolah. Orang tua siswa tersebut hanya mengetahui colombus adalah pahlawan,
seperti yang berkembang di amerika. Hanya untuk mempelajari fakta-fakta tentang
Columbus dapat menyebabkan revolusi dalam pemikiran seseorang. Kebohongan ini
seharusnya tidak perlu terjadi bahkan sampai di bukukan sehingga semua orang
berada di titik kebodohan jika para intelek dahulu tidak membuat sejarah kosong
tentang Colombus.
Rekayasa sejarah
ini seharusnya tidak terjadi jika orang-orang ini dapat menggunakan literasi
membacanya dengan baik. Sejarah sendiri bagaikan sumur emas yang ada didalam bumi.
Jika kita pandai, seharusnya kita akan mendapatkan lebih banyak emas di dasar
bumi, dibandingkan jika kita hanya menggali sampai ditengah-tengah saja. Ketika
kita ingin menguak sejarah, kuak lah sampai ke akar - akarnya agar kebenaran
sejati dapat di temukan karena sesungguhnya sejarah yang sering kita dengar
hanya sebagian cerita yang disampikan dari orang ke orang yang dapat di
rekayasa oleh orang - orang usil. Lebih baik jika kita mencari lebih dalam
tentang sejarah yang ingin kita gali agar mendapatkan lebih banyak informasi
emas yang sebenar - benarnya.
Howard Zinn ( 24 Agustus 1922 - 27 Januari 2010) adalah seorang sejarawan ,
penulis naskah , dan aktivis . Dia menulis Sejarah A Rakyat klasik dari Amerika
Serikat , " sejarah brilian dan bergerak dari rakyat Amerika dari sudut
pandang mereka yang nasib sebagian besar telah dihilangkan dari sebagian besar
sejarah . " Yang menarik dari buku Zinn tentu saja adalah keberaniannya
untuk mengungkap sisi gelap sejarah benua baru dan komitmen pada kaum subaltern
dalam definisi Spivak: mereka yang terpinggirkan dalam politik menarasikan
sejarah. Sasaran tembaknya tak tanggung tanggung: Christoper Colombus dan para
sejarahwan yang menulis versi lugu dari kedatangan para kolonis. Di dalamnya
termasuk sejarahwan Harvard, Samuel Elliot Morison.
1.
Tahukah kamu apa alasan sebenarnya Columbus pergi berlayar?
Columbus
memperkosa putri salah satu bangsawan Spanyol yang masih berusia 13 tahun.
Pengadilan tidak bisa memutuskan ia harus di hukum mati. Terjadi pada tahun
1491 dan seorang Pastor bernama Pastor Perez menengahi atas nama Columbus dan
memohon dengan Ratu Isabella untuk mendanai Columbus yang , jika ia berhasil
akan mampu untuk mengkonversi penduduk asli Kristen, sehingga akhirnya
Ratu Isabella mengirimnya dalam misi mencari benua baru (saat itu tujuan utama
adalah mencari India) dan dengan harapan, Columbus tidak akan bisa pulang
kembali.
2.
Jurnal Columbus
Saat akhirnya Columbus mendarat pertama kali di
Benua Biru Amerika, ia masih mengira inilah tanah India. Saat itu para
penduduk asli menyambut Columbus dengan gembira. Namun, sebaliknya apa yang
ditulis Columbus dalam jurnalnya?
“Mereka
membawakam kami burung beo, bola kapas dan tombak dan banyak hal lainnya
sebagai hadiah. Mereka rela memperdagangkan segala yang mereka miliki …
Mereka tidak memanggul senjata, padahal saya menunjukkan pedang. Mereka tidak
memiliki besi. Tombak mereka terbuat dari tebu … Mereka akan dengan mudah kami
taklukan menjadi budak…. Dengan lima puluh orang saja, kita bisa menundukkan
mereka semua dan membuat mereka melakukan apapun yang kita inginkan.”
Columbus juga menulis, “Saya percaya,
bahwa mereka akan dengan mudah menjadi orang Kristen buatan, karena sepertinya
mereka tidak beragama.”
Dalam catatan hariannya, Columbus mengakui, bahwa saat ia tiba di Hindia (ia saat itu masih percaya telah menemukan India, bukan Amerika), ia menyiksa penduduk pribumi, menggantung, mencambuknya, hanya demi satu informasi penting : “Dimana ada Emas?“
Helen Ellerbe, dalam “The Dark Side
of Christian History” (hal. 86-88), menggambarkan keberingasan
Columbus. Selain menyiksa, ia juga sering memperkosa perempuan-perempuan
pribumi, lalu mencambuk mereka demi kesenangan belaka.
Koloni yang di bawa Columbus pada pelayaran
berikutnya (1496), di klaim bertanggungjawab atas kematian 34 juta penduduk
asli Amerika.
3.
Colombus Penyebar Sifilis di Europa
Pandemi sifilis melanda Eropa tak lama setelah
Columbus ‘kembali, dan itu mengubah jalannya sejarah. Awalnya sangat mematikan,
penyakit yang menyeramkan dan banyak kematian pada saat itu. (Baca : Christopher Columbus’ Real Discovery: Syphilis)
Nah,
kini apakah masih pantas jika si Columbus ini disebut-sebut sebagai tokoh besar
penemu Amerika? Dan diperingati pula seluas dunia dengan “Columbus Day”?
Setelah mengetahui fakta kebohongan yang sangat mencengangkan atas kekejaman
luar biasa yang telah dirinya lakukan. Dia adalah seorang pembunuh ,
pemerkosa , dan seseorang yang secara aktif berpartisipasi dalam genosida yang
akhirnya menyebabkan kematian dari 20 juta masyarakat adat di Indian di
Haiti. (Baca : Columbus Day – A Celebration of Genocide).
Pendapat ini dibantah oleh Howard Zinn dan banyak
sumber-sumber literatur lain. Sebuah sumber lain menyebutkan bahwa Columbus
bukanlah orang pertama yang menemukan benua Amerika, melainkan Jhon Cabot asal
Italia. Ternyata terdapat pula sumber lain yang menjelaskan bahwa jauh sebelum
Columbus mengklaim menemukan benua Amerika, umat Islam sudah terlebih dahulu
menemukannya.
Apa yang sebenanya yang terjadi
dengan sejarah tentang Christoper Colombus. Selama ribuan tahun, selalu
dipersepsikan bahwa penemu Benua Amerika adalah Christopher Colombus pada 12
Oktober 1492. Menurut versi tersebut, ketika pertama kali menginjakkkan kakinya
di daratan, dia menyangka mendarat di semenanjung Hindia, sehingga penduduk
aslinya disebut ”Indian”.Tapi menurut versi lain, penelitian ulang yang
dilakukan oleh beberapa peneliti Barat, atau penelitian dari sumber-sumber
tertulis dari kalangan Muslim, ilmuan Muslim, ditemukan data-data baru bahwa
Benua Amerika telah ditemukan oleh penjelajah Muslim 603 tahun sebelum Colombus
menginjakkan kakinya di benua Amerika.
Banyak fakta yang tak
terbantahkan lagi jika umat Islam sudah terlebih dahulu berada di daratan luas
Amerika. Fakta yang paling mudah untuk dikenali yakni terdapat nama- nama
daerah di Amerika yang sama dengan kota suci di daratan Arab. Misalnya Mecca di
Indiana, Medina di Idaho, Medina di New York, Medina dan Hazen di North Dakota,
Medina di Ohio, Medina di Tennessee, Medina di Texas (dengan penduduk 26.000
orang), Medina di Ontario Canada, kota Mahomet di Illinois, Mona di Utah, Arva
di Ontario Canada, dan beberapa nama seperti California (Caliph Haronia),
Alabama (Alah Bumnya), Arkansas (Arkan-sah), Tennessee (Tanasuh), T Allah
Hassee (Tallahassee), Alhambra, Islamorada, dan sekitar 500 nama daerah lain
yang berasal dari bahasa Arab. Beberapa nama-nama suku Indian dan kepala
sukunya juga berasal dari akar kata bahasa Arab, seperti: Anasazi, Apache,
Arawak, Cherokee (Shar-kee), Arikana, Chavin Cree, Makkah, Hohokam, Hupa, Hopi,
Mahigan, Mohawk, Nazca, Zulu, dan Zuni. Kepala suku Indian Cherokee yang
terkenal, Sequoyah yang nama aslinya Sikwoya, merupakan ketua suku yang sangat
terkenal karena beliau menciptakan sillabel huruf-huruf (Cherokee Syllabary)
bagi orang Indian pada tahun 1821. Namanya diabadikan sebagai nama pohon
Redwood yang tertinggi di California, sekarang dapat disaksikan di taman hutan
lindung di utara San Francisco. Terdapat pula jejak-jejak peninggalan muslim
Amerika yang menjelaskan bahwa di sekujur benua Amerika, kita akan bisa
mendapatkan jejak-jejak umat Islam gelombang pertama dan kedua, jauh sebelum
kedatangan Columbus.
Literatur yang menerangkan bahwa penjelajah Muslim
sudah datang ke Amerika sebelum Colombus, antara lain pakar sejarah dan
geografer Abul Hassan Ali Ibnu al-Hussain al-Masudi (871-957M). Dalam bukunya
Muruj Adh-Dhahabwa Maad al-Jawhar (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels /
Hamparan Emas dan tambang Permata), al-Masudi telah menuliskan bahwa Khaskhas
Ibnu Sa’ied Ibn Aswad, seorang penjelajah Muslim dari Cordova, Spanyol,
berhasil mencapai benua Amerika pada 889M.
Al-masudi menjelaskan, semasa pemerintahan Khalifah
Abdullah Ibn Muhammad (888-912M) di Andalusia, Khaskhas berlayar dari Pelabuhan
Delbra (Palos) pada 889, menyeberangi lautan Atlantik hingga mencapai sebuah
negeri yang asing (al-ardh majhul). Sekembalinya dari benua asing tersebut, dia
membawa pulang barang-barang yang menakjubkan, yang diduga berasal dari benua
baru yang kemudian berama Amerika.
Sejak itulah, pelayaran menembus Samudera Atlantik
yang saat itu dikenal sebagai ”lautan yang gelap dan berkabut”, semakin sering
dilakukan oleh pedagang dan penjelajah Muslim. Literatur yang paling populer
adalah essay Dr. Yossef Mroueh dalam Prepatory Committe for International
Festivals to Celebrate the Millenium of the Muslims Arrival to the America
tahun 1996. Dalam essay berjudul Precolumbian Muslims in America (Muslim di
Amerika Pra Colombus), Dr. Mroueh menunjukkan sejumlah fakta bahwa Muslimin
dari Anadalusia dan Afrika Barat tiba di Amerika sekurang-kurangnya lima abad
sebelum Colombus. Dan masih banyak lagi.
Mengambil dari berbagai
sumber, baik dari periode dulu dan modern, Zinn memperkirakan bahwa 3 juta
orang tewas di Karibia sendiri dari serangan, kerja paksa dan penyakit. Banyaknya
literatur tentang sejarah-sejarah penemuan benua Amerika oleh Columbus harusnya
menjadi bukti bahwa sejarah itu tidak harus terlalu dipercayai, tetapi harus di
kritisi dan di telusuri lebih mendalam agar informasi emas dapat di temukan.
Banyaknya kebohongan yang di lakukan oleh columbus
mungkin masih banyak lagi, ini membuktikan bahwa perkembangan intelektual
seseorang dapat menjadi bom molotov yang tidak hanya menghancurkan sejarah
tetapi juga menghancurkan kepribadian seseorang. Seperti yang dikatakan oleh
beberapa orang dalam tulisan Howard Zinn bahwa kekuatan buku mengubah/ mempengaruhi
kesadaran seseorang maka dari itu kita harus membuka diri dengan buku - buku
lain dan jangan hanya terpaku pada satu buku saja.
Paradigma literatur memang mampu merubah segalanya.
Membuat sebuah pandangan yang dapat mempengaruhi paradigma orang yang
membacanya. Saya sendiri salut dengan Howard Zinn yang berani untuk membongkar
rahasia yang sudah lama membodohi masyarakat. Di Indonesia sendiri sejarah ini
sudah terkenal dengan sejuta pujian terhadap columbus.
Jika saya lihat dalam karya Howard yang berjudul
“Speaking Truth to Power with Book1” terdapat sebuah kemampuan untuk mengukur
diri agar lebih kritis dan tidak menutup diri dalam membicarakan suatu kebenaran.
Mengukur kemampuan ini dapat dilihat dari aksen bicara seseorang. Sebuah
penemuan hakikatnya adalah suatu pemikiran yang sehat dan penelitian yang
akurat. Dari buku Howard Zinn ini apakah kekuatan sebenarnya hanya didalam buku?
Selain dari buku sebenarnya apa yang membuat orang – orang mengingat tulisan
yang dia buat lalu dipahami? Alasan pertama menurut Howard: one reason is that
it is very rare to find a direct line between the writing of a book and the
changing of a policy. (bahwa hal ini salah satu alasannya adalah jarang untuk
menemukan langsung garis antara penulissan buku dan perubahan kebijakan. Dalam
setiap buku yang di keluarkan oleh Howard Zinn, kekuatan speaking Howard
terletak pada keberaniannya mengungkapkan kebenaran. Jika dibanding kan dengan
penulis – penulis lain tentang sejarah khususnya Amerika, Howard lebih kritis
dan mengungkapkan kebenaran - kebenaran dari fakta yang ada.
Contohnya jika dibandingkan dengan sejarahwan Elliot
Morison yang menciptakan buku tentang Christoper Columbus. Marison banyak
berbohong tentang kekejaman Columbus. Banyak fakta fakta yang di tutup – tutupi
oleh Marrison, dia begitu memuji – muji Columbus.
Para sejarahwan memang dapat diumpakan sebagai
koreografer yang dengan sesuka hatinya dapat mendesain sejarah – sejarah yang
ada. Namun sejati nya mereka harus mendesain sesuai dengan gambar atau fakta
aslinya. Ketika distorsi atau bias para kartografer bersifat teknis, maka para
sejarahwan biasnya tiada lain adalah bias ideologis. Dalam kata-kata Zinn,
setiap penekanan tertentu dalam penulisan sejarah akan mendukung sebuah
kepentingan. Bisa kepentingan politik, ekonomi, rasial ataupun nasional. Namun
sayangnya dalam penuturan historis, bias ini tidak seterang sebagaimana dalam penulisan
peta. Sejarahwan menulis seakan setiap pembaca punya sebuah kepentingan bersama
yang tunggal. Para penulis tertentu seakan lupa bahwa produksi pengetahuan
adalah alat tempur dalam antagonisme antar kelas sosial, ras, ataupun bangsa
bangsa.
Inilah
kritik pedas Zinn pada Samuel Elliot Morrison sang sejarahwan Harvard yang
menulis buku seminal Christoper Columbus, Mariner. Benar, Morison tak
sedikitpun berbohong soal kekejaman Columbus. Ia bahkan menyebut sang pelaut
telah melakukan genosida pada Indian Arawaks. Namun tulis Zinn, fakta yang
tertera di satu halaman ini kemudian ia kubur dalam ratusan halaman lain yang
mengagungkan kebesaran sang pelaut. Keputusan untuk lebih menceritakan sebuah
heroisme dan abai pada penekanan fakta pembantaian masal yang terjadi pada suku
Indian Arawaks bukanlah sebuah kebutuhan teknis ala pembuat peta, namun murni
pilihan ideologis. Sebuah pilihan ideologis untuk menjustifikasi apa yang telah
terjadi, pungkas Zinn. Yah inilah hebat nya ilmu literat.
Seandainya
Morison adalah seorang politisi dan bukan sarjana, pilihan ideologis ini tak
akan jadi begitu serius. Namun justru karena fakta ini diceritakan oleh seorang
intelektual, maka implikasinya jadi begitu mematikan. Kita seakan diajarkan
sebuah imperatif moral bahwa pengorbanan, meski begitu tak manusiawi, itu perlu
untuk sebuah kemajuan. Morison seakan mengatakan dengan kalem bahwa benar telah
terjadi pembantaian pada suku Arawaks, namun fakta kecil itu tak sebanding
dengan jasa dan kepahlawanan Columbus bagi kita. Sense inilah yang
kemudian direproduksi di kelas pengajaran sejarah, dan buku pegangan para
siswa. Howard Zinn sendiri bukannya tanpa kekurangan. Dari
beberapa artikel yang saya baca, satu hal yang kurang di sukai dari gaya
menulis Zinn yaitu absennya beberapa referensi dan catatan kaki. Ada sekian
fakta keras yang seharusnya ia beri catatan darimana ia mendapatkannya, namun
info tersebut absen. Zinn cuma mengatakan di bagian akhir bukunya bahwa
semua yang ia ceritakan berdasar atas pengalaman mengajar dan dari buku-buku
yang kemudian ia daftar di halaman akhir. Mungkin ini yang membuat ia pernah
tidak dianggap serius di kalangan akademisi. Dalam penulisan buku – bukunya, Howard Zinn sebaiknya lebih memperhatikan
interaksinya sebagai penulis dengan pembaca dengan bahasa –bahasa yang lebih
interaktif agar tidak ada perspektif yang salah paham dengannya. Dalam
penggunaan bahasanya juga sebaiknya tidak terlalu keras karena buku itu dapat
di baca oleh semua kalangan, baik anak – anak maupun orang dewasa, dan sejarah
itu bersifat ortodoks dan dapat mempengaruhi pikiran pembacanya.
Pada dasarnya sejarah ya tetap sejarah, sebagai generasi
penikmat sejarah alangkah lebih bijaknya jika kita menjaga literatur kita dalam
menyikapi berbagai macam permasalahan dalam sejarah. Karena buku dapat mengubah
pola pikir kita, maka sebaiknya kita harus kritis dalam membaca. Kita tidak
boleh terpaku pada satu sumber karena tidak semua sumber benar. Sejarah memang
hal yang sulit untuk di ubah jika sudah melekat, namun menjadi makruh hukumnya
jika kita tidak mencari kebenaran sejarah itu sendiri. Kita tidak boleh
membiarkan peran literatur dalam kehidupan menjadi bobrok karena digunakan pada
hal yang tak semestinya.
Referensi


Subscribe to:
Post Comments (Atom)