Sunday, March 16, 2014

Interaction Contex


“ Interaction Context “
Hari ini kita menginjak ke pertemuan kelima, tepatnya pada tanggal 7 maret 2014. Seperti minggu kemarin, kita masuk lebih awal yaitu pukul 07:00. Pertemuan kali ini lebih baik dari pertemuan minggu kemarin karena pada pertemuan sekarang kita semua masuk tepat waktu. Progress tersebut membuat Mr. Lala menjadi semangat untuk masuk lebih pagi lagi.

Pertmuan kali ini kita membahas mengenai critical review yang kedua yaitu mengenai buku karya “ Howard Zinn” yang berjudul “Speaking Truth to the Power With Books”. Setelah Mr. Lala membaca semua critical review yang telah kami posting ke class blog, ternyata Mr. Lala menyukai salah satu critical review tersebut yaitu critical review yang di buat oleh Aam Amalia. Mengapa beliau memilih critical review yang dibuat oleh Aam? Alasannya yaitu karena susunan critical review tersebut sudah bagus, isinya sesuai dengan apa yang Mr. Lala harapkan, dan juga referensi yang disajikan sudah cukup jelas. Walaupun dalam segi judul memang biasa saja, namun kekurangan tersebut dapat ditutupi oleh isi dari teks tersebut. Selain itu, Mr. Lala berkomentar mengenai generic structure, beliau memberikan komentar bahwa generic structure dalam teks tersebut masih belum rapi. Maka dari itu kita semua harus lebih teliti lagi dan memberikannya sehingga critical review yang kita buat menjadi lebih baik.
Beralih ke materi yang Mr. Lala sampaikan di kelas, yaitu beliau menyatakan bahwa kita sudah mulai mengalami “ EVOLUTION “, dimana perkembangan kita sebagai Reader menuju Quality Reader memang sudah terlihat. Semua itu Mr. Lala lihat dari critical review yang telah kami buat. Pada critical review kedua ini kami mengalami perubahan, karena isi dari teks yang kami buat sekarang lebih bagus dari sebelumnya.
Mr. Lala mengingatkan kepada kami bahwa ketika kita akan menulis teks maka harus memperhatikan generic structurenya. Fungsi dari generic structure tersebut harus ada, struktur pembentuk (generic structure) dan language fitures yaitu :
Ø  Purpose (social function)
Ø  Teks Organization
Ø  Language features
Dengan memperhatikan generic structure, maka kita dapat memunculkan voice (kekhasan yang muncul dalam teks tersebut), contohnya pada karya sastra yang dibuat oleh prof. Chaedar Alwasilah, beliau khas dengan kata “ ihwal ” di setiap karya sastranya. Dari kekhasan yang dimiliki oleh setiap penulis, maka kita dapat mengetahui identitas penulis tersebut.
Setelah Mr. Lala memberikan materi di atas, kemudian kita membahas mengenai “Howard  Zinn“.
Howard Zinn adalah sang sejarawan radikal Amerika. Ia menjadi terkenal dari sebuah buku legendaris yang berjudul “A People’s History of the United States”. Yang menarik dari buku tersebut yaitu keberaniannya untuk mengungkap sisi gelap sejarah benua baru dan komitmen pada kaum subaltren dalam definisi Spivak (mereka yang terpinggirkan dalam pollitik menarasikan sejarah.
Anggapan seorang Noam Chomsky terhadap Howar Zinn, yaitu :
“He changed the conscinousness of generation”
“Tulisan-tulisan telah merubah kesadaran satu generasi, dan membantu membuka jalan baru dalam memahami serta memberikan makna yang penting bagi hidup kita”.
Dalam artikelnya, Howard Zinn menyatakan bahwa kebenaran melalui buku adalah sesuatu yang bisa mengubah kesadaran orang-orang dan bisa mengubah dunia. Ia berfikir bahwa karena ketika suara diproduksi akan cepat hilang begitu saja ketika kita tidak dibarengi dengan momen berbicara dengan mengingat dan menulis, lalu menorehkannya dalam lembaran-lembaran kertas kemudian menyusunnya dalam sebuah buku. Selain itu ia juga mengungkapkan dan mendapatkan setidaknya sebagian jawaban atas sebagian pertanyaan : Apakah yang terjadi di dunia? Apa efek yang ditimbulkannya? Apakah buku membantu merubah dunia? Dengan jalan apa buku membantu seseorang? Karena ia tidak berpikir bahwa kita tahu persis apa yang dilakukan buku atau apa yang tulisan lakukan dalam mengubah kesadaran seseorang.
Yang paling menggemparkan dunia adalah tulisannya sendiri mengenai Christopher Columbus dalam bukunya “A People’s History of the United States”. Yakni saat pertama kali buku tersebut terbit, banyak sekali surat dari seluruh negeri. Sebagian besar intinya adalah mengenai bab pertama karena kejengkelan mereka (orang-orang yang dibesarkan di Amerika Serikat) yang telah mendapatkan pelajaran bahwa Christopher Columbus adalah seorang pahlawan. Columbus seorang penemu besar, Columbus seorang pembaca bible yang saleh. Yang kemudian dihadapkan dengan tulisannya yang menggambarkan bahwasannya Christopher Columbus adalah seorang pembunuh, penyiksa, penculik, multilator, munafik, seorang lelaki serakah pencari emas, berkeinginan untuk membunuh manusia dan memutilasi orang-orang yang membuat pembacanya shock.
Meski memiliki beberapa kelebihan, namun artikel Zinn juga mmepunyai kekurangan, yaitu :
Ø  Zinn tidak memberikan definisi yang jelas mengenai apa yang ia bahas.
Ø  Di dalam teks tersebut, Zinn tidak menyertakan referensi yang dapat membantu pembaca mencari tahu lebih jelas dan lengkap mengenai hal-hal yang telah ia tuliskan.
Ø  Zinn hanya mengatakan yang ia ceritakan berdasar atas pengalamannya.
Ø  Dalam menjelaskan tentang Christopher Columbus, pendapat yang ia lontarkan hanya dari sisi negatifnya saja.
Ø  Yang terlihat jelas adalah kurang tepatnya penggunaan chronological order dalam menyebutkan beberapa cara dimana buku dapat mengubah kesadaran.
Buku putih yang diterbitkan Howard Zinn yang berjudul “A People’s History of the United States” itu dianggap memojokkan sejarah Amerika. Di dalam buku tersebut seakan-akan Columbus adalah “dictator” kejam yang memperlakukan kekejaman bagi Amerika. Itulah antara lain yang mendorong Larry Schwelkart dan Michael Allen menerbitkan buku bantahan dengan judul “A Patriot History the United States”. Buku tersebut adalah sumber yang bagus untuk siapa saja yang mencari respon terhadap penggambaran masa lalu Amerika atau yang hanya ingin mengetahui gambaran umum tentang sejarah Amerika Serikat. Karena penulis membuat buku itu jauh lebih menarik daripada kebanyakan buku yang mungkin telah menjadi bahan bacaan di kelas sejarah Amerika.
Fakta yang terkuak mengenai Christopher Columbus : Ada banyak kebohongan yang sangat mencengangkan ketika para penulis dan peniliti sejarah menguak sejarah Christopher Columbus. Rasa penasaran ini berdasar pada kenyataan, bahwa setiap tahun ada hari khusus yang disebut “Columbus Day” sebagai peringatan atas jasanya sebagai penemu benua Amerika.
Benarkah ?
Beberapa fakta dibawah ini bisa membuka mata kita mengerti akan kebenaran suatu sejarah. Pertama, alasan Columbus pergi berlayar yaitu pada saat itu Columbus memperkosa putri salah satu bangsawan Spanyol yang masih berusia 13 tahun. Pengadilan tidak bisa memutuskan ia harus dihukum mati. Terjadi pada tahun 1491 dan seorang pastos bernama Pastor Perez menengahi atas nama Columbus dan memohon dengan Ratu Isabella untuk menandai Columbus yang jika ia berhasil akan mampu untuk mengkonfersi penduduk asli kristen, sehingga akhirnya Ratu Isabella mengrimnya dalam misi mencari benua baru (saat itu tujuan utama adalah mencari india) dan dengan harapan, Columbus tidak akan pulang kembali.
Kedua, saat akhirnya Columbus mendarat pertama kali di benua biru Amerika, ia masih mengira inilah tanah India. Saat itu para penduduk asli menyambut Columbus dengan gembira. Dalam catatan hariannya, Columbus mengakui bahwa saat ia tiba di Hindia (pada saat itu ia masih percaya telah menemukan India, bukan Amerika). Ia menyiksa penduduk pribumi, menggantung, mencabuknya hanya demi satu informasi penting.
Ketiga, Columbus adalah penyebar sifilis di Europa. Pandemi sifilis melanda Eropa tak lama setelah Columbus ‘kembali, dan itu mengubah jalannya sejarah. Awalnya sangat mematikan, penyakit yang menyeramkan dan banyak kematian pada saat itu.
Nah, kini apakah masih pantas jika si Columbus ini disebut-sebut sebagai tokoh besar penemu Amerika? Dan diperingati pula seluas dunia dengan “Columbus Day”? Setelah mengetahui fakta kebohongan yang sangat mencengangkan atas kekejaman luar biasa yang telah dirinya lakukan. Dia adalah seorang pembunuh , pemerkosa , dan seseorang yang secara aktif berpartisipasi dalam genosida yang akhirnya menyebabkan kematian dari 20 juta masyarakat adat di Indian di Haiti.









Recomended Book “Teaching and Reserching Writing” (2002:2009)
By Ken Hyland
Key Issues in Writing :
Ø  Writing and context
Ø  Literacy and expertise
Ø  Writing and culture
Ø  Writing and technology
Ø  Writing and genre
Ø  Writing and identity

1.      Writing and context
Menurut Van Dijck context terdiri dari tiga aspek :
·         Situaional context : Dilihat dari situasi. Apa yang orang lihat tentang situasi di sekitar mereka. (problematik)
·         Background knowledge : Apa yang diketahui tentang dunia, aspek kehidupan, saling mengenal satu sama lain.
·         Co-textual context : Apa yang telah diucapkan.
Pandangan Hyland (2002:44) mengenai context.
Konteks bukan terletak pada kata yang kita tulis dan kirimkan kepada orang lain, tapi terbentuk interaksi antara writer dan reader dalam pemahaman kata dalam jalan yang berbeda. Satu sama laim saling menebak dan intention.
Pandangan Halliday (1985) mengenai context.
·         Field, mengenai apa yang terjadi, sejenis sosial action atau tentang apa teks tersebut.
·         Tenor, mengenai siapa yang terlibat, peran dan hubungan participant.
·         Mode, mengenai bagian dimana berperan, apa yang participant harapkan.



2.      Literacy and Skill
Menulis, bersama dengan membaca adalah suatu tindakan melek huruf, bagaimana kita menggunakan bahasa dalam kehidupan kita sehari-hari.
Keaksaraan = Tindakan
Melek = Literasi
Menurut Scribner dan Cole (1981:236), menyatakan : Literasi tidak hanya membaca dan menulis tetapi menerapkan baca dan tulis itu untuk tujuan tertentu dalam konteks tertentu. Tulisan itu bukan hanya keterampilan abstrak saja, tetapi tulisan adalah praktek sosial. Dalam konteks tradisional school melihat bahwa literasi sebagai psikologi dan tekstual, yaiu sesuatu yang dapat diukur dan dinilai. Literasi adalah keterampilan yang bebas nilai yang memanipulasi alat tulis dan dipelajari melalui pendidikan formal.
Konsep pandangan tindakan sosial, meliputi :
1.      Literasi adalah kegiatan sosial.
2.      Setiap orang memiliki kemahiran berbeda.
3.      Tindakan masyarakat terletak dalam hubungan sosial yang lebih luas.
4.      Literasi didasarkan pada sistem simbol
5.      Sikap dan nilai-nilai yang berkaitan dengan tindakan komunikasi.
6.      Sejarah kehidupan kita, bagaimana kita belajar.

3.      Writing and culture
Budaya memainkan peran yang penting dalam perkembangan literasi. Seperti yang dikatakan Lantolf : budaya secara umum dipahami secara historis, ditransmisikan dan jaringan sistematis makna yang memungkinkan kita untuk memahami, mengembangkan, dan mengkomunikasikan dan pengetahuan dan keyakinan kita tentang dunia. (Lantolf:1999)
Namun, budaya juga diambil dengan cara tertentu untuk mengorganisir persepsi dan harapan yang kita gunakan untuk berkomunikasi dan belajar secara tertulis.

4.      Writing and technology
Untuk menjadi orang yang berliterat harus menguasai teknologi, harus memiliki media cetak dan elektronik. Teknologi memiliki dampak yang besar dalam cara kita menulis. Contohnya genre yang kita buat dan identitas pengarang.

Beberapa efek teknologi pada writing, yaitu :
Ø  Mengubah, menciptakan, mengedit, mengoreksi ataupun memformat.
Ø  Mengkombinasikan teks tertulis dengan media visual dan audio.
Ø  Mengakses dan mempublikasikan.
Ø  Memperluas dan memberikan peluang untuk mencapai pembaca.
Ø  Memfasilitasi masuk ke komunitas wacana online.
Kress dan Van Leeuweun, 2006 : Menyatakan bahwa “Draw attention to consequent shifts in authority, in changes in the ways we read, and shifts in form of engagement in the world”.
Guru mampu mengenali siswa lewat tugas-tugas yang diberikannya setelah tugas tersebut dipublikasikan melalui media online seperti yang dilakukan oleh Mr.Lala pada pembelajaran writing ini, beliau melihat kualitas siswanya melalui tulisan-tulisan yang dipublisaasikan. Ken Hyland (2002:58).
5.      Writing and identity
Identitas yaitu cara seseorang untuk menampilkan siapa mereka kepada orang lain. (Benwell and Stokoe 2006:6).
Identitas juga dipandang sebagai constructed (sesuatu yang dibangun oleh kedua teks yang saling berkaitan). “Keterkaitan antara penulis dan teks yang ditulisnya”. Dari hubungan itulah terjadi pergerakan atau perkembangan, dari yang tadinya identitas pribadi menjadi bergerak ke ranah publik.
Pengertian identitas itu sendiri dalam lingkup ini (writing) adalah bukan sesuatu yang kita miliki tetapi identitas itu adalah sesuatu yang kita lakukan (identity is something we do, not something we have). Menurut pemahaman kami, jika ditelaah lebih jauh, identity sama dengan Voice yang bisa muncul dari diri kita sendiri.
Seperti yang Bloemmaert (2005) amatai bahwa bagaimanapun bahwa identitas kita hanya akan sukses/berhasil jika diakui oleh orang lain, dan ini berarti bahwa employing, appropriating, and transforming (mentransfer wacana yang ada) yang kita bisa hadapi.
Hyland (2002) mengemukakan bahwa siswa sering menemukan bahwa konfensi akademik tidak memungkinkan mereka mewakili diri mereka dalam teks yang mereka buat, teks yang dibuat tersebut menekan sejauh mana mereka dapat mengartikulasikan sikap pribadi.

6.      Writing and genre
Conor (1996:5) pada retorika menyatakan bahwa “bidang konstraktif retorika dari para guru bahasa untuk membuat retorika dalam menulis dan menanyakan fitur wacana berbeda, antara pengguna bahasa dan pengaruh bahasa dan menulis”. Ide dasarnya yaitu siswa menulis tentang prasangka tertentu yang mereka pelajari dalam budaya mereka sendiri, dan itu tidak sesuai dengan bahasa Inggris asli.
Writing and genre disini sebagai komunikatif tindakan yang berarti untuk kegiatan partisipasi dalam kegiatan sosial, aliran adalah hal yang penting dalam bahasa pendidikan. Berikut ini 3 pendekatan untuk aliran (hyon,1996:Zohns, 2002).
1)      Australia bekerja dalam tradisi fungsional dalam bidang linguistik.
2)      Mengajar bahasa Inggris dengan tujuan tertentu.
3)      Jatuhnya konteks (yang baru dikembangkan dalam studi retorika Amerika).
Ivanic on Identity :
1)      The autobiographical self, diri yang penulis bahwa dalam sebuah tindakan penulis yang dibatasi secara sosial dan dibangun oleh sejarah kehidupan menulis.
2)      The discoursal self, kesan penulis secara sadar atau tidak sadar yang disampaikan melalui sebuah teks.
3)      The authorial self, menunjukkan dirinya dalam keotoritatifan dengan yang penulis tuliskan.

Progress test in the class, last week :
All About Howard Zinn
Howard Zinn is one of the best writer in the word that I have found recently. Previously, I never read the text that he had made. So, Thisis the first timeIread the text. The title of Howard Zinn’s book that I have read is Speaking Truth to Power With Books. In that text, I have not completely yet understood the purpose of the text but almost all the contents of the text tells of his experience of a book and several books he has read. He said that in every book have different truth, to more know the truth in the book so we should know the history first. There are some books that have his read, such as Kurt Vonnegut’s book, Charles Dicknes’s book, and a book about Christopher Columbus. One of the text is about the discovery of the American continent. Some books explained that the America continent found by Chritoper Columbus. But if we look in the history, it’s false. Howard Zinn argue that who first discovered the American continent is moeslim not Columbus. Unhapply, Howard Zinn not add the strong evidence who can make the reader really truth that his all analysis  is true. So we as a reader have to search some books or sources to make stronger the fact.

Kesimpulan :
Berdasarkan materi yang dijelaskan, maka dapat disimpulkan bahwa antara penulis dan teks yang dibuatnya saling berkaitan, sehingga seperti adanya sebuah interaksi.
Lehtonen (2000), dalam menginterpretasi teks, ia melihatnya dari dua dimensi, yakni dimensi fisik (text as physical being), dan dimensi semiotik (text as semiotic being).



Comments
0 Comments

0 Comments:

Post a Comment