Sunday, March 30, 2014

Discover New Land

Class Review 7

Discover New Land

Assalamualaikum wr. Wb
Jum’at 21 Maret 2014.  Tak terasa kita sudah memasuki pertemuan ketujuh di kelas writing 4 ini.  Tantangan semakin besar dan semakin berat, apalagi sebentar lagi memasuki UTS.  Pada pertemuan kali ini kita akan membahas critical review kami yang telah kami perbaiki, mekanismenya setiap orang akan berpasangan dengan per-nya kemudian saling mengoreksi satu sama lain.  Namun sebelumnya Mr. Lala terlebih dahulu membahas tentang apa saja yang telah dibahas minggu kemarin, yaitu:

1.      Tugas  utama seorang penulis adalah menemukan pemahaman-pemahan baru yang belum terungkap sebelumnya
2.      Menjangkau bentuk-bentuk baru dari sebuah pemahaman meliputi tiga unsur yaitu emulate-discover-create
3.      Menulis adalah tentang menemukan affordance dan mengeksplorasi potensi makna
4.      Meaning adalah suatu proses semogenesis yaitu penciptaan makna (meaning making practice), ada sebuah potensi di mana setiap orang dapat menemukan makna yang baru.
5.      Thesis statement menjadi hal yang paling penting dalam untuk membuat dialog dengan pembaca.  Dengan kata lain, thesis statement menjadi unsur yang sangat penting dalam tulisan kita terlebih lagi karena thesis statement terletak di paragraph pertama.
Setelah itu, dalam slidenya juga Mr. Lala menambahkan pendapat dari Milan Kundera (di L'Art duroman, 1986): Menulis, berarti penyair untuk menghancurkan dinding di belakang di mana sesuatu itu selalu ada dan bersembunyi.  Dalam hal ini, tugas penyair tidak berbeda dari sejarawan, yang juga lebih sering menemukan daripada menciptakan. Sejarah, seperti seorang penyair, mengungkapkan, dalam situasi yang selalu baru, yang kemungkinan sampai sekarang masih tersembunyi oleh manusia.
Apa sejarah tidak pencekik bahkan, adalah misi untuk penyair.
Untuk dapat sampai ke misi ini, penyair harus menolak fakta-fakta dan kebenaran yang telah diketahui sebelumnya, kebenaran yang sudah jelas karena mengambang di permukaan.
Karena sejarah adalah proses tanpa akhir dalam penciptaan manusia, itu bukan karena alasan yang sama (dan dengan cara yang sama) tapi merupakan proses tak berujung dalam penemuan jati diri manusia.

Kemudian kelas berlanjut pada peer review.  Setiap orang berpasangan dengan pasangannya masing-masing yang telah ditentukan sebelumnya dan mengoreksi paper yang telah dibuat sebelumnya.  Sambil kami melakukan peer reviewing, Mr. Lala berkeliling mengecek class review yang kami buat.  Kira-kira kegiatan ini berlangsung selama 45 menit.  Ada dua aspek yang harus diperhatikan pada peer review kali ini.  Yang pertama adalah unity dan coherency, keduanya memiliki presentasi 40% untuk unity dan 60% untuk coherency. 
Setelah kegiatan ini selesai, Mr. Lala mengambil sampel dari beberapa mahasiswa, ada 11 paper yang diambil dari mahasiswa.  Mr. Lala memberikan koreksi kepada 11 paper tersebut, kebanyakan dari kami sudah mulai menggunakan generic structure meskipun belum seperti apa yang diharapkan.  Kebanyakan dari kami salah paham tentang structure dari kritikal review ini. 
Dari kelas lain banyak yang belum menggunakan generic structure dengan benar.  Di kelas B hanya ada satu orang yang menggunakan generic structure dengan benar, kemudian di kelas A tidak ada satu orang pun yang memakai generic structure.  Sementara itu, di kelas C sedikit yang menggunakan generic structure namun mereka unggul dalam kelas review.  Mereka semua membahas kelas review lebih dalam dan lebih banyak sumber, bahkan sampai memecahkan rekor.   Hal inilah yang belum ada di kelas kami, mungkin kami terlalu berkonsentrasi pada critical review saja, sehingga kurang memperhatikan kelas review.
Setelah itu Mr. Lala memberikan contoh yang baik dalam membuat generic structure, dari mulai introduction sampai ke conclusion.  Intinya kita harus membuat jelas bahwa paragraph ini adalah introduction/summary/critical/conclution.  Salah satunya dengan menggunakan kata-kata yang telah tersedia dalam paper review tentang unity dan coherence, juga membuat sequence sehingga pembaca akan paham dan mengerti tentang apa yang telah kita sampaikan.
Mr. Lala juga memerhatikan aspek referensi, beliau menyuruh kami agar mengutip referensi dengan APA style.  APA (American Psychological Association) gaya ini paling sering digunakan untuk mengutip sumber-sumber dalam ilmu-ilmu sosial. Sumber daya ini, direvisi sesuai dengan edisi ke-6, cetakan kedua dari manual APA, menawarkan contoh untuk format umum makalah penelitian APA, kutipan dalam teks, catatan akhir / catatan kaki, dan halaman referensi.
Teks Kutipan dan Referensi
Kutipan teks penting untuk menghindari masalah plagiarisme. Ketika mendokumentasikan bahan-bahan sumber, penulis / s dan tanggal / s sumber harus dikutip dalam tubuh kertas. Prinsip utama di sini adalah bahwa, semua ide dan kata-kata orang lain harus benar dan diakui secara resmi.
Kutipan referensi dalam Teks
Dalam gaya APA , kutipan dalam teks ditempatkan dalam kalimat dan paragraf sehingga jelas informasi apa yang sedang dikutip atau diparafrasekan dan informasi yang sedang dikutip. Contoh:
Karya-karya seorang penulis tunggal
Nama terakhir dari penulis dan tahun publikasi dimasukkan dalam teks pada titik yang tepat .
dari teori tentang rasionalitas terikat ( Simon , 1945)
the usual tactic is to set the “historical” against the “mythical” as if the former were genuinely empirical and the letter were nothing but conceptual, and then to locate the realm of the fictive” between the two poles.  Literature depending on the ratio of empirical to conceptual elements contained within it. (White 1973:3)
ada dua pertanyaan penting dalam hubungan antara sastra dan sejarah
1.      Mempertimbangkan berbagai situs, tekstual atau sebaliknya di mana kita mungkin tahu sejarah.  Sebagai contoh mungkin kita memiliki catatan harian, artifak arkeologi, catatan politik dsb.
2.      Apa yang luar biasa dari situs-situs tersebut?
Sejarah dan sastra adalah label yang kita pilih untuk menetapkan ke dalam teks-teks tertentu.  Sejarah dan sastra dalam konteks ini tidak terpisahkan.  Orang mungkin akan complain bahwa kesamaan sastra tidak bersandar pada landasan fakta yang merupakan esensi dari sejarah.  Banyak wacana sejarah mempertanyakan fakta.   Dan banyak wacana sastra membuat referensi untuk sejarah dunia yang sebenarnya.  (Keith and Jill, 2001)
Demikianlah class review saya kali ini.  Minggu depan kelas writing akan sehari awal dari biasanya karena pada hari jum’at Mr. Lala berhalangan hadir, jadi kegiatan kelas akan dipindahkan ke hari Kamis.  Untuk minggu depan kami akan diminta untuk menerangkan apa saja isi dari class review yang telah kami buat dan menyerahkan critical review kami.  Mudah-mudahan minggu depan semuanya dapat berjalan dengan lancar dan baik.  Amin….


Comments
0 Comments

0 Comments:

Post a Comment