Sunday, March 9, 2014

“Dahsyatnya Radiasi dalam Multikultural”



class review 4:

 
“Dahsyatnya Radiasi dalam Multikultural”
Bangsa Indonesia mewarisi tanah air (Nusantara) yang sangat luas. Wilayah daratannya sekitar 2.000.000 km2 dan luas wilayah perairannya sekitar 3.000.000 km2; jumlah pulaunya lebih dari 17.000 dan dihuni lebih dari 230 juta jiwa (data tahun 2008). Negara Inonesia juga memiliki posisi yang strategis, kaya sumbr daya alam (SDA), subur dan indah, serta nyaman hawanya.

Juga diberkati nilai sosio-budaya yang kaya dan luhur; yang berpuncak dalam sari budaya bangsa sebagai nilai pandangan hidup bangsa (filsafa hidup) yang benar, sempurna bahkan unggul bila dibandingkan dengan berbagai sistem filsafat di dunia modern. Warisan kekayaan ini harus dijaga dan dilestarikan oleh segenap bangsa Indonesia, terutama oleh generasi muda. Agar generasi muda mampu melakukannya, mereka butuh didikan agar menjadi warga negara yang cerdas serta baik akhlak dan budi pekertinya. Ini juga merupakan tugas bagi seorang guru, agar mempunya rasa tulus dan ikhlas mengabdi untuk kemajuan Negara Indonesia.
Pada minggu lalu dosen membicaraka tentang Discourse Analysis. Sebelumnya juga kita diberi tugas untuk mengkritik suatu artikel yang ditulis oleh Prof. Chaedar Alwasillah dengan banyaknya kata kurang lebih berjumlah 2.500 kata. Memang tidak mudah untuk menjadi pengkritik yang handal apalagi mengkritik artikelnya seorang profesor. Dalam tahapan sampai saat ini penulis masih dalam ranah seorang reader yang sedang menuju Qualified Reader. Setaelah Qualified Reader ini kita menuju ke arah Writing dan yang terakhir kita akan menjadi Qualified Writing. Proses tahapan itu dapat kita gambarkan sebagai berikut:

Ketika kita hendak mengkritik suatu artikel yang ditulis oleh Prof. Chaedar, maka pembahasannya harus berimbang, ini mengenai Classroom Discourse dan Religion(pluralism). Kita bahas terlebih dahulu mengenai Religion yaitu dalam hal interaksi antar umat beragama. Disaat berinteraksi pasti terdapat dua orang, bisa juga tiga, empat, lima, atau bahkan sepuluh. Disini orang yang berinteraksi disebut participan. Interaksi disini berawal dari yang namanya talk (berbicara) dengan bahasa dan logat yang berbeda. Maka akan tumbuhlah yang namanya Religion Harmony.
Religion dalam hal toleransi, toleransi hadir dari keasadaran diri sendiri. Dalam artian toleransi tidak ada formulanya (rumus) akan tetapi harus ditunjukkan/diaplikasikan  langsung dalam kehidupan sehari-hari, begitu juga dengan kepercayaan, disiplin dan lain-lain. Dalam kehidupan bermasyarakat kerukunan antar-umat beragama sangat diperlukan karena tidak menuntut kemungkinan bahwa orang yang disekitar kita satu agama dengan kita. Tidak bisa dibayangkan apabila tidak terciptanya kerukunan antar umat beragama pada masyarakat sekarang ini, mungkin akan terjadi perang antar agama.
            Sebagai contoh kecil, seorang penganut agama islam bertetangga dengan orang yang menganut agama lain. Pada saat orang islam itu shalat orang beragama lain menghidupkan suara lagu atau menjerit- jerit tidak karuan atau sebaliknya. Dari cerita tersebut,bagaimana menurut orang islam apabila ibadahnya di ganggu?, tentunya akan marah, dengki, dendam dan lain- lain yang akhirnya menuju kepada konflik yang berkepanjangan. Itulah sebabya mengapa kerukunan antar umat beragama sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Kerukunan identik dengan kata “damai” dan “tentram”. Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati”. Bila pemaknaan tersebut dijadikan pegangan, maka “kerukunan” adalah sesuatu yang ideal dan didambakan oleh masyarakat manusia.
Classroom Discourse terbagi menjadi dua, yaitu: 1. Classroom is a Sacred Site, 2. Classroom is Complicated. Kita terlebih dahulu membahas Classroom Discourse is a Sacred Site, mengapa demikian? Pasti pertanyaan inilah yang timbul dibenak anda. Sacred Site ini mempunyai makna yang terselubung dan mendalam. Sekolah sebagai situs suci karena tidak semua orang bisa ikut belajar dalam suatu sekolah. Sebut saja pedagang nasi kuning, dia tidak bisa ikut belajar bareng dengan Mahasiswa dan Mahasiswi IAIN Syekh Nurjati dikarenakan beliau tidak terdaftar sebagai Mahasiswa IAIN Syekh Nurjati. Jikalau pedagang Nasi kuning ini mau belajar maka harus mengikuti seleksi masuk IAIN lalu setelah dinyatakan lulus maka harus melunasi segala macam yang berkaitan dengan keuangan. Akan tetapi sebelum tes seleksi pedagang ini harus melengkapi arsip-arsip yang diminta oleh kampus seperti Ijazah SMA, kartu kelurga, dan lain-lain.
Classroom is Complicated, Complicated disini berdasarkan latar belakang siswa-siswanya. Seperti yang telah kita ketahui bahwa latar belakang siswa berbeda, dilihat dari aspsek:
1.      Etnic, Sebagai yang telah kita ketahui bahwasanya Negara Indonesia adalah Negara yang kaya akan suku dan budayanya. Oleh karena itu ini adalah masalah yang cukup crucial untuk pendidikan di Indonesia. Tidak mudah untuk menyamaratakan pendidikan di Indonesia dengan banyaknya suku. Salah satu contoh nyatanya, Pendidikan di Jawa lebih maju dibandingkan dengan di pedalaman Papua.
2.      Education, Latar belakang pendidikan orang tua murid berbeda-beda , ada yang lulus SMA, SMP, SD, atau mungkin ada yang tidak sekolah. Sehingga latar belakang orang tua ini akan mempengaruhi pendidikan anak-anaknya. Disini timbulah seorang siswa yang malas untuk belajar karena kurangnya motivasi dari kedua orang tuanya. Oleh karena itu pemerintah mencanangkan agar wajib bealajar sembilan tahun.
3.      Economy, Setiap orang tua siswa kemampuan dalam hal ekonomi berbeda-beda. Tingkatan kemampuan ekonomi ini terbagi menjadi tiga, yaitu
: 1. Ekonomi tingkat atas, 2. Ekonomi tingkat menengah, dan 3. Ekonomi tingkat bawah. Golongan orang tua yang Ekonomi tingkat bawah inilah yang Complicated. Oleh karenanya pemerintah sudah mengambil jalan keluarnya yaitu dengan cara subsidi silang.
4.      Personality, Beda kepala sudah pasti beda pemikiran dan pemahaman. Manusia itu unik, setiap orangnya mempunyai kepribadian yang berbeda-beda, ada yang penolong, pemarah, pembohong, pemaaf, dan lain-lain. Disinilah kerukunan yang harus benar-benar dibangun agar dapat mengerti dan memhami kepribadian seseorang.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa kita sebagai bangsa Indonesia harus merasa bangga karena Indonesia kaya akan suku dan budayanya. Oleh karenanya juga sangat rawan dengan yang namanya perselisihan. Oleh sebab itu hanya satu hal yang dapat menjauhkan dan menghindarkan kita dari sebuah perselisihan yaitu “Hidup Rukun antar Umat Beragama. Agar kita dapat merasakan betapa damai dan tentram hidup di Negara kita tercinta ini. Efeknya tidak kita saja yang dapat merasakan akan tetapi pancaran radiasinya akan dirasakan juga oleh orang diseluruh dunia.


Comments
0 Comments

0 Comments:

Post a Comment