Thursday, March 6, 2014
Created By:
Mahromul Fadlillah
Kebenaran adalah suatu hal yang sulit untuk dicari, kebenaran adalah kerelatifan. Nilainya tergantung pada orang yang menyudutpandanginya. Sama halnya seperti kita melihat gambar tiga dimensi kubus, bentuk dasar apa yang kita lihat di sana?
Tulisan ini sebenarnya berjenis Critical Review teks yang akan
menanggapi sebuah artikel
berjudul “Speaking Truth to Power
with Books” yang ditulis oleh Howard Zinn.Pengaruh dahsyat buku dalam artikel “Speaking Truth to Power with
Books" memperkuat bahwasannya kebenaran adalah
relatif. Kebenaran hakiki adalah bagai orang
bisu berbicara kepada si tuli bahwa si buta melihat si lumpuh berjalan, susah
sekali menemukannya, hampir tak mungkin, that’s impossible. Zinn merenungkan kalimat nasehat dari kepala
sekolah kepada guru muda di dalam bacaan Dickens’ Hard Times “Remember, just
give them facts, nothing but facts”, kalimat tersebut memberikan pemahaman
bahwa tidak ada sesuatu kebenaran (fakta) murni yang didapat dari hasil
penilaian alamiah.
Mahromul Fadlillah (14121320242)
PBI-D 4th Semester
Critical Review 2 (Writing &
Speaking 4 Assignment)
BOOK WAR
(History is A Mystery)
“Tidak ada literasi yang
netral. Semua praktik literasi dan teks
tulis memiliki ideologi, yakni didikte oleh lingkungan sosial politiknya.“
(Prof. A. Chaedar Alwasilah)
“Misteri
adalah sumber semua seni sejati dan semua ilmu pengetahuan”
(Albert
Einstein)
Kebenaran adalah suatu hal yang sulit untuk dicari, kebenaran adalah kerelatifan. Nilainya tergantung pada orang yang menyudutpandanginya. Sama halnya seperti kita melihat gambar tiga dimensi kubus, bentuk dasar apa yang kita lihat di sana?
Berdasarkan indera penglihatan kita atas gambar tersebut, kubus
terdiri dari dua persegi yang letaknya di sisi depan dan belakang, kemudian
tersusun juga oleh empat jajar genjang pada bagian atas bawah dan sisi kanan
kiri. Namun, pada kenyataannya kubus
adalah suatu bangun ruang yang terdiri dari enam persegi yang sama; atas,
bawah, kiri, kanan, depan, belakang.
Contoh di atas memberikan pengertian bahwa untuk mengetahui suatu
kebenaran kita tidak bisa menilainya berdasarkan satu sisi saja, tidak bisa
dibuktikan hanya dengan satu indera saja.
Kebenaran suatu hal letaknya dipuncak, dihasilkan dari
perdebatan-perdebatan dasar orang-orang atas opini dan argumentasi mereka. Pencarian kebenaran tentang suatu hal didasari
oleh naluri seorang manusia, semua itu panggilan hati yang berkolaborasi dengan
rasa keingintahuan mereka. Salah satu cara untuk memenuhi hasrat keingintahuan
manusia adalah dengan membaca, membaca tulisan, membaca buku, membaca segala
sesuatu yang ada di sekeliling kita, membaca segala sesuatu yan ada di jagat
raya ini. Kemudian di sepanjang jalan
menuju puncak kebenaran, manusia bertemu dengan doktrin, ideologi, dan dogma
yang beraneka ragam.
“Buku adalah gudangnya ilmu, dan membaca adalah kunci untuk
membukanya” Kalimat di atas sangatlah
familiar sekali, banyak menempel di dinding perpustakaan-perpustakaan. Buku adalah suatu kata benda yang sangat
sederhana, namun isi bacaan yang ada di dalamnya bisa berdampak luar biasa. Buku dan membaca adalah bukti nyata hubungan
antara penulis dan pembaca, harus ada kolaborasi di antara keduanya. Penulis berusaha semaksimal mungkin
menuliskan pengetahuan dan pengalamannya ke dalam buku untuk disajikan kepada
pembaca. Pembaca pun harus berusaha
semaksimal mungkin dalam membaca, mengerahkan semua pengetahuan dan keterampilan
dalam membaca agar penulis dan pembaca dapat bertemu di suatu titik pusat
“Kesatuan Arti”.
Membaca adalah kegiatan berbenang merah, di mana bacaan yang satu
dan yang lainnya berkaitan. Mengaitkan
dengan masa sebelum membaca, ketika sedang membaca, dan setelah
membacanya. Selalu saja terjadi siklus
input- storage – output.
Pendapat utama Howard Zinn dalam artikel “Speaking Truth to
Power with Books” adalah bahwa buku dapat mengubah kehidupan seseorang,
buku dapat mengubah dunia. Bacaan dalam
buku dapat membawa kita ke alam bawah sadar, kemudian ia membekali kita dengan
ideologi-ideologi yang secara tersurat maupun tersurat dituliskan oleh
penulis. Seperti yang dikatakan oleh
profesor Chaedar Alwasilah bahwa literasi tak ada yang netral, penulisannya
didikte oleh kekuasaan (ideologi) yang dianutnya.
Tulisan Howard Zinn dalam oto-baografinya: "You Can't Be Neutral on a Moving Train" (Kau Tak Bisa
Netral terhadap Kereta yang Bergerak) (1994), "Sejak awal, apa yang aku
ajarkan dimaknai juga oleh sejarah hidupku. Aku harus mencoba selalu jujur
terhadap pandangan-pandangan yang berbeda, tapi aku ingin lebih dari sekadar
mengajarkan 'obyektivitas'; aku ingin mahasiswa-mahasiswaku meninggalkan kelas
bukan saja sekadar mendapatkan informasi yang lebih baik, tapi lebih siap
menghancurkan kebisuan, lebih siap untuk berbicara, lebih siap bertindak
melawan ketidakadilan di mana pun mereka temukan itu. Hal tersebut, tentunya,
merupakan resep untuk mengatasi berbagai masalah."
Fakta tentang sesuatu dipengaruhi oleh paradigma masing-masing
orang. Howard Zinn mempunyai penilaian
yang berbeda terhadap Christopher Columbus, fakta yang dipercaya oleh
kebanyakan orang bahwa Columbus adalah penemu benua Amerika, dia adalah
pahlawannya Amerika Serikat, lelaki yang taat pembaca alkitab, dan yang
mencetuskan bahwa bumi ini bulat bukan daratan datar. Namun Zinn menganggap bahwa Columbus adalah
pembunuh, penganiaya, penculik, pemutilasi penduduk asli Amerika, dan Columbus
adalah orang yang munafik, dia adalah lelaki yang mencari dan menginginkan
emas. Columbus adalah pelaku genosida (sebuah
pembantaian besar-besaran secara sistematis terhadap satu suku bangsa atau kelompok
dengan maksud memusnahkan bangsa tersebut).
Sejarah selalu ditulis oleh yang menang, karena bangsa Eropa selalu
menang, maka mereka selalu benar dan menjadi pahlawan meskipun kenyataannya
melakukan kekejaman terbesar dalam sejarah manusia. Hari besar Colombus diperingati setiap
tahunnya di Amerika dan dia dianggap sebagai pahlawan. Di balik anggapan kepahlawan Columbus,
ternyata tidak sedikit orang utamanya para sejarahwan yang menuliskan kekejaman
Columbus.
Beginilah cerita singkatnya tentang kekejaman Columbus:
Columbus menghukum suku setempat, yang dikenal sebagai Taino,
dengan kejam. Dia memperbudak banyak penduduk lokal dan membantai lebih banyak
lagi, menurut Ward Churchill, mantan profesor studi etnis di University of
Colorado, sampai tahun 1496, populasi telah berkurang dari sebanyak delapan
juta menjadi sekitar tiga juta.
Beberapa dibunuh langsung ditempat sebagai hukuman 'atas kejahatan' untuk seperti tidak membayar upeti kepada penjajah. Banyak yang tidak bisa atau tidak mau membayar kemudian tangan mereka dipotong dan dibiarkan berdarah sampai mati. Columbus dan anak buahnya didokumentasikan oleh sejarah Las Casas, dikenal sebagai Brev'sima-n relaci, yang melakukan penggantungan manusia secara massal, orang dipanggang di pantai, pembakaran dipertaruhkan dan bahkan memenggal kepala anak-anak dan memberikannya sebagai makanan anjing sebagai hukuman untuk tindak kejahatan yang paling kecil.
Beberapa dibunuh langsung ditempat sebagai hukuman 'atas kejahatan' untuk seperti tidak membayar upeti kepada penjajah. Banyak yang tidak bisa atau tidak mau membayar kemudian tangan mereka dipotong dan dibiarkan berdarah sampai mati. Columbus dan anak buahnya didokumentasikan oleh sejarah Las Casas, dikenal sebagai Brev'sima-n relaci, yang melakukan penggantungan manusia secara massal, orang dipanggang di pantai, pembakaran dipertaruhkan dan bahkan memenggal kepala anak-anak dan memberikannya sebagai makanan anjing sebagai hukuman untuk tindak kejahatan yang paling kecil.
Para master Spanyol membantai penduduk pribumi, kadang-kadang
ratusan hanya sebagai bentuk olahraga, membuat taruhan tentang siapa yang bisa
membelah seorang pria menjadi dua, atau memotong kepala hingga putus dalam satu
pukulan, kadang pula mereka memancung kaki anak-anak kecil hingga putus hanya
untuk menguji ketajaman pedang mereka. Taino
orang-orang yang disiksa oleh Spanyol.
Pembela Columbus berpendapat bahwa sejumlah besar korban tewas
akibat penyakit namun mereka gagal untuk mengenali bahwa sebagian besar
penyakit ini disebabkan oleh kondisi hidup yang buruk di kamp-kamp kerja paksa.
Kehilangan hasil panen mereka dan ladang, banyak jatuh korban disentri dan
tifus, yang bekerja sampai mati atau dibiarkan mati kelaparan. Setelah kematiannya warisan yang mengerikan
itu akan hidup, secara 1514, sensus menunjukkan hanya 22.000 Taino tetap hidup.
Pada 1542 hanya ada 200 yang tersisa dan setelah itu mereka dianggap punah,
seperti yang terjadi pada banyak kasus di seluruh cekunganKaribia.
Hanya dalam waktu sekitar lima puluh tahun Colombus dan para pengikutnya mendapatkan segalanya tetapi mengeliminasi populasi sekitar lima belas juta orang. Proses ini hanya merupakan awal dari pembantaian massal sekitar 100 juta orang oleh bangsa Eropa yang disebut sebagai 'peradaban' di Belahan Barat membuat awal penemuan Dunia Baru (benua Amerika) menjadi kasus genosida massal terburuk dalam sejarah manusia.
Hanya dalam waktu sekitar lima puluh tahun Colombus dan para pengikutnya mendapatkan segalanya tetapi mengeliminasi populasi sekitar lima belas juta orang. Proses ini hanya merupakan awal dari pembantaian massal sekitar 100 juta orang oleh bangsa Eropa yang disebut sebagai 'peradaban' di Belahan Barat membuat awal penemuan Dunia Baru (benua Amerika) menjadi kasus genosida massal terburuk dalam sejarah manusia.
D
|
ua penilaian yang berbeda terhadap seseorang adalah dipengaruhi
oleh paradigma. Paradigma merupakan suatu kepercayaan atau
prinsip dasar yang ada dalam diri seseorang tentang pandangan dunia dan
membentuk cara pandang terhadap dunia, penelitian pada hakikatnya merupakan
suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran.
Usaha untuk mengejar kebenaran yang dilakukan oleh para filusuf, peneliti,
maupun oleh para praktisi melalui model-model tertentu. Model itu disebut
dengan paradigma, (Moleong, 2010: 49).
Paradigma sangat penting dalam mempengaruhi teori, analisisi maupun
tindak perilaku seseorang. Secara tegas dikatakan bahwa tidak ada suatu
pandangan atau teori yang bersifat netral dan objektif, melainkan salah satu di
antaranya sangat bergantung pada paradigma yang digunakan. Karena menurut Kuhn
(1970) paradigma menetukan apa yang tidak kita pilih, tidak kita inginkan,
tidak ingin kita lihat, dan tidak ingin kita ketahui. Paradigma mempengaruhi pandangan seseorang
apa yang baik dan buruk, suka atau tidak suka. Oleh karena itu, jika ada dua
orang yang melihat sebuah realitas sosial yang sama atau membaca lembaran
tulisan buku yang sama, akan menghasilkan pandangan, penilaian, sikap dan
perilaku yang berbeda pula. Perbedaan itu terjadi karena perbedaan paradigma
yang dimiliki, yang secara otomatis mempengaruhi presepsi dan tindak komunikasi
seseorang.
Howard Zinn (24 Agustus 1922 - 27
Januari 2010) adalah seorang sejarawan, penulis naskah, dan aktivis. Zinn,
seorang Yahudi yang jelas pendirian Anti Israel dan Anti Zionisnya. Hampir
keseluruhan karya-karya akademiknya, wawancara, tulisan atau syarahannya
mengkritik AS, industri perang Amerika dan dasar imperialisme AS sejak dari
Vietnam, Panama, Granada, Palestina hingga ke Afghanistan dan Iraq.
Howard Zinn meninggal dunia dalam usia 87 tahun. “those
physical, social, and psychological precepctions of ourselves that we have derived from experiences and our
interaction with others” (Rakhmat,
2005: 99). Apa dasar pengalaman
kehidupan Howard Zinn sehingga ia berniat sekali mengkritik semua tentang
Amerika, lebih jauh lagi kenapa ia mengungkapkan bahwa Columbus adalah seorang
pembantai, bukanlah pahlawan penemu benua Amerika? Hanya karena buku-buku sajakah paradigmanya
muncul, hanya bukukah yang mendasari perubahan dalam kehidupannya?
Horward Zinn mengungkapkan bahwa Columbus adalah seorang pembantai
dalam bukunya yang berjudul A People’s History of the United States. Pada chapter pertama Zinn menjuduli
bacaannya dengan “Columbus, the Indians, and Human Progress”. Terbaca bahwa Zinn bukanlah di pihak Columbus
adalah tentang opini yang dia berikan pada catatan kaki Columbus.
Columbus
wrote:
“As soon as I arrived in the
Indies , on the first Island which I found, I took some of the natives by force
in order that they might learn and might give me information of whatever there
is in these parts.”
Zinn’s critical:
The information that Columbus wanted most was: Where is the gold? He had
persuaded the king and queen of Spain to finance an expedition to the lands,
the wealth, he expected would be on the other side of the Atlantic -the Indies
and Asia , gold and spices. For, like other informed people of his time, he
knew the world was round and he could sail west in order to get to the Far East
.
Pandangan Zinn atas Columbus adalah berbeda dengan orang-orang
lainnya yang telah menerima fakta mentah-mentah bahwa Columbus adalah seorang
penemu hebat. Kekontraannya pada
Columbus ia ungkapkan lebih lanjut:
“My viewpoint, in telling the history of the United States, is
different: that we must not accept the memory of states as our own. Nations are
not communities and never have been, Thehistory of any country, presented as
the history of a family, conceals fierce conflicts of interest (sometimes
exploding, most often repressed) between conquerors and conquered, masters and
slaves, capitalists and workers, dominators and dominated in race and sex. And
in such a world of conflict, a world of victims and executioners, it is the job
of thinking people, as Albert Camus suggested, not to be on the side of the
executioners.”
Paradigmanya tentang Columbus pun didukung oleh opini lain, Samuel
Eliot Morison, sejarahwan dari Harvard yang tidak berbohong tentang
Columbus. Morison menulis buku dengan “Christopher
Columbus, Mariner, written in 1954”.
Morison menulis tentang perbudakan dan pembunuhan dalam kebijakan yang
kejam dalam naungan Columbus, semuanya dirangkum dalam satu kata, yaitu
“GENOSIDA”.
Namun, tulis
Zinn, fakta yang tertera di satu halaman ini (Genosida) kemudian ia kubur dalam
ratusan halaman lain yang mengagungkan kebesaran sang pelaut. Keputusan untuk
lebih menceritakan sebuah heroisme dan abai pada penekanan fakta pembantaian
masal yang terjadi pada suku Indian Arawaks bukanlah sebuah kebutuhan teknis
ala pembuat peta, namun murni pilihan ideologis. Sebuah pilihan ideologis untuk
menjustifikasi apa yang telah terjadi, pungkas Zinn.
Seandainya
Morison adalah seorang politisi dan bukan sarjana, pilihan ideologis ini tak
akan jadi begitu serius. Namun justru karena fakta ini diceritakan oleh seorang
intelektual, maka implikasinya jadi begitu mematikan. Kita seakan diajarkan
sebuah imperatif moral bahwa pengorbanan, meski begitu tak manusiawi, itu perlu
untuk sebuah kemajuan. Morison seakan mengatakan dengan kalem bahwa benar telah
terjadi pembantaian pada suku Arawaks, namun fakta kecil itu tak sebanding
dengan jasa dan kepahlawanan Columbus bagi kita. Sense inilah yang
kemudian direproduksi di kelas pengajaran sejarah, dan buku pegangan para
siswa. Background kehidupan seseorang terbukti
mempengaruhi tulisannya.
Seperti yang dikatakan
profesor Chaedar bahwa literasi tidak ada yang netral, semua teks tulis pasti
memiliki ideologi, yakni didikte oleh lingkungan sosial politiknya. Tidak terkecuali dengan Howard Zinn yang
berliterasi tentang siapa Columbus sebenarnya.
Identitas Zinn adalah salah satu alasan kenapa Zinn berani membuat buku A
People’s History of the United States.
Mary Grabar mengungkapkan identitas Zinn, bahwa Zinn adalah sebagai
anggota rahasia Moskow yang dikendalikan oleh komunis Amerika Serikat. Mary Grabar dalam bukunya “The Bad History of
Howard Zinn and the Brainwashing of America” mengungkapkan bahwa: “Although Howard Zinn denied membership in
the Communist Party when he was questioned by FBI agents in 1953 and 1954, he
continued to work on behalf of the Communists through his teaching and
writing. In both activities he played
the role of subversive. As a history
professor, he targeted young and vulnerable populations. As a scholar, he wrote revisionist histories
that should appall anyone with a respect for the truth. But Zinn cleverly distanced himself from the
truth, proclaiming, in a fashion that has become common for academics,
“Objectivity is impossible, and it is undesirable.” In his teaching duties at both Spelman
College in Atlanta and at Boston University, Zinn was better known for
implementing his activist view of education, of bringing his classes to the
protests of his choosing that involved not only civil rights but anti-American
causes. In this way, he attempted to
pass himself off as a hero to the downtrodden proletariat of America.”
Buku juga sebagai media perang, perang para intelektual, perang
otak mempertahankan ideologinya masing-masing.
Lebih lanjut lagi, karya tulis Zinn dikritik oleh Sam Winebrug dalam
tulisannya yang berjudul Undue Certainty (Where Howard Zinn’s A People of
History Falls Short). Sam berpendapat
bahwa “not only is Zinn certain about the history that's happened. He is certain about the history that did not”. Profesor Oscar Handlin (sejarahwan Harvard)
juga mengkritik bukunya Zinn, dia benci bukunya Zinn, dan Zinn hanya menjawab
“terserah, para sejarahwan suka atau tidak suka buku saya itu berdasarkan sudut
pandang mereka.” Dapat diprediksi bahwa
Howard Zinn menulis agar dia tercatat dalam sejarah, mencuci otak orang-orang
Amerika bahwa Columbus bukanlah pahlawan, Howard Zinn lah yang sebagai pahlawan
pembawa bukti kebenaran tentang siapa Columbus.
Zinn tidak mempermasalahkan kritikan pro dan kontra. Zinn berpegang teguh pada doktrinnya Kurt
Vonnegut “I write so you would know there are people who feel the way you do
about the world, that you are not alone”
Sejarah adalah satu detik yang lalu, sejarah
tak mungkin terjadi dua kali, sejarah itu suatu misteri. “Hal terindah yang
dapat kita alami adalah misteri. “Misteri adalah sumber semua seni sejati dan
semua ilmu pengetahuan” (Albert Einstein). Saat mempelajari
sejarah, mungkin kita akan menemukan beberapa versi, dan saat kita
menggabungkan versi-versi itu, kita akan menemukan sejarah yang sebenarnya.
Sejarah mengandung banyak kontroversi
pelaku dan peristiwa. Itulah sebabnya
fenomena alam lebih mudah dipelajari dan ditangani daripada fenomena
sosial. Banyak kontroversi yang terjadi
pada suatu fakta dalam sejarah, berbeda dengan teori alam yang ditentukan oleh
adanya rumus dan dapat dipatahkan dengan adanya bukti yang didapat dari hasil
penelitian dan percobaan nyata, bukan imajinasi, bukan sekedar hipotesa tak
bertepi. Alam adalah nyata, sifat dan
sikapnya dapat dipelajari oleh manusia.
Namun manusia sebagai subjek sejarah sangat sulit dipelajari
kebenarannya. Keinginan manusia hanya
mereka sendiri yang tahu, niat mereka adanya di hati, tak terukur
kedalamannya. Itulah sebabnya ilmu
humaniora sebagai dasar dari munculnya
ilmu-ilmu lain. Ilmu humaniora mempelajari
manusia menghadapi perubahan dalam setiap bentuknya, lambat atau cepat. Ilmu
humaniora mempunyai peran yang sangat karena di samping ilmu pengetahuan lain
yang canggih-canggih. Ilmu science muncul dari basis peradaban dan basis
kebudayaan. Basisnya dulu adalah humaniora dan melalui itulah manusia memiliki
kemampuan berpikir, berkreasi, bercita-cita, dan berimajinasi, maka tumbuh
penciptaan. Oleh karena itulah, humaniora tetap memegang peranan penting. Kini,
generasi muda kurang memiliki ruang dan kesempatan untuk berimajinasi. Yang ada
hanya ingin serba cepat tanpa proses. Akhirnya, hanya menjadi pemakai dan
pengekor teknologi. Sejarah muncul dari penciptaan-penciptaan. Untuk itulah,
ruang untuk menjadi kreatif itu yang perlu dibangun, ruang untuk berimajinasi.
Sebuah ruang yang banyak dimiliki masa lampau yang dibangun melalui ilmu
humaniora. Sejarah telah mengajarkan, maka belajarlah dari sejarah.
Definisi Humaniora itu sendiri
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Balai Pustaka: 1988), adalah ilmu-ilmu pengetahuan yang
dianggap bertujuan membuat manusia lebih manusiawi, dalam arti membuat manusia
lebih berbudaya. Kategori yang tergolong dalam ilmu ini antara lain:
- Teologi
- Filsafat
- Hukum
- Sejarah
- Filologi
- Bahasa, Budaya & Linguistik (Kajian bahasa)
- Kesusastraan
- Kesenian
- Psikologi
Sejarah dan literasi memiliki benang merah, keduanya merupakan ilmu
humaniora. Zinn berliterasi karena
membaca sejarah, karya literasinya juga akan menjadi sejarah. Sejarah yang dituliskan tidak netral 100%,
semuanya didikte oleh lingkungan sosial politiknya sehingga secara tidak
langsung pelajaran sejarah memberikan pembelajaran ideologi kepada para
pembacanya. Berdampak membentuk manusia (pembaca)
yang mempunyai paradigma berbeda. Bukan
hanya pertentangan Zinn terhadap kepahlawanan Columbus, bahkan ajaran
Islam-Kristen pun marak diperbincangkan.
Masing-masing mempunyai landasan teori, contoh pro kontranya adalah terwadahi
dalam buku Islamic Invasion karya Robert Morey VS Islam Dihujat karya Hj. Irena
Handono.
Kesimpulannya, kita belajar dari sejarah.
Kita mengetahui sejarah dari teks tulis berupa bacaan sejarah
tersebut. Sejarah bukanlah ilmu pasti,
ada banyak versi dalam penceritaannya, dan kebenaran hakikinya adalah suatu
misteri. Mengapa Zinn menguak keburukan Columbus?
Mengapa Robert Morey bernarasi tentang keburukan Nabi Muhammad? Mereka ingin menjadi pemenang dan dikenang, menggeser pemenang-pemenang terdahulu dan menyebarkan
ideologi mereka ke seluruh manusia dunia. Sejarah selalu ditulis oleh yang menang, maka
dari itu jadilah pemenang!
DAFTAR PUSTAKA
E-book A
People’s History of the United States by. Howard Zinn
E-book “The Bad
History of Howard Zinn and the Brainwashing of America” by. Mary Grabar
E-book “Undue
Certainty (Where Howard Zinn’s A People of History Falls Short).” By. Sam
Winebrug
http://id.wikipedia.org/wiki/Genosida diunduh pada hari Rabu, 05 Maret 2014 pukul 14.12 WIB
http://socyberty.com/history/christopher-columbus-and-the-genocide-of-the-taino-nation/ diunduh pada hari Rabu, 05 Maret 2014 pukul 19.14 WIB
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20100414194533AAE6PxE diunduh pada hari Rabu, 05 Maret 2014 pukul 21.25 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Humaniora diunduh pada hari Rabu, 05 Maret 2014 pukul 21. 35 WIB
http://www.bijakkata.com/2013/08/Kumpulan-kata-kata2-mutiara-bijak-Tentang-Sejarah.html#sthash.ssbjIDwh.dpuf diunduh pada hari Rabu, 05 Maret 2014 pukul 21. 46 WIB
http://rizky-ramdanie027.blogspot.com/2012/02/kata-kata.html diunduh pada hari Rabu, 05 Maret 2014 pukul 21. 50 WIB


Subscribe to:
Post Comments (Atom)