Saturday, March 29, 2014

“Bergelut dengan Critical Essay”

7th Class Review
“Bergelut dengan Critical Essay”
            Masih bergelut dengan Academic writing. Perjalanan yang semakin menanjak dan semakin terjal memaksa kami untuk tancap gas lebih dari sebelumnya, karena perjalanan kali ini akan melewati rute “critical essay” bisa disebut ngebut tapi nyantai bisa disebut juga nyantai tapi ngebut. Jumat 21 Maret 2014, ruang 46, pukul 07.00 WIB. Itulah hari dimana critical essay di peer review. Sebelum masuk ke pembahasan yang ada di power point 7, telebih dahulu saya akan memasukkan komentar dari Mahromul F. mengenai my critical essay.

1.      The man or a man?
2.      How he jiggle the world?
3.      Introduction about what?
4.      Suddenly introduce Zinn, where is the book or background?
5.      You can write these once, in order can effective.
6.      Your opinions conclude to summary or critique.
7.      Your opinion is separately.
8.      Use conclude word; as a result, finally etc.
“Episentrum”
Zinn just open the door but not enter there,
Zinn just watch from outside because the door cover by mirror (ideology)
            Menyinggung pada class review ke 6 yang hanya terfocus pada thesis statement, maka pada class review yang ke 7 ini bertujuan untuk mengurangi kekurangan yang ada yaitu mengenai ideology. Fowler, 1996: 12 ideology merupakan penghantar dan alat dari proses sejarah. Kenapa demikian? Menurut Fowler, 1996: 10 lagi, ideology erat kaitannya dalam penilaian pemahaman tentang social, ekonomi, politik dan sejarah, dimana nilai itu selalu berubah mengikuti perkembangan zaman.
            Melalui tulisan penulis menciptakan proses, bentuk atau model interaksi dengan pembaca. Interaksi tersebut akan menghasilkan sebuah meaning. Penulis tidak hanya sekedar menulis melainkan melalui tahapan yang lama sehingga tulisan tersebut merupakan cerminan dari sosok penulis itu sendiri. Mengapa demikian? Karena kata-kata yang digunakan bukan hanya penanda atau indentitas tetapi dihubungkan dengan ideology tertentu, meaning apa yang ingin disampaikan atau dikomunikasikan kepada pembaca. Apabila ideology pembaca dan penulis berbeda, maka akan menyebabkan perbedaan pandangan antara pembaca dan penulis, karena setiap orang memiliki kepentingan masing-masing. Sama halnya dengan teks yang telah kit abaca yang berjudul “Speaking Truth to Power with Books” kita sebagai pembaca yang mempunyai pandangan berbeda, pada titik ini pembaca akan melakukan penolakan terhadap teks yang diasumsi, dengan kata lain pembaca akan menafsirkan teks dan memaknai teks yang berbeda dengan teks atau wacana yang diberikan atau ditawarkan oleh penulis.
            Jadi ideology sangat mempengaruhi genre tulisan yang dibuat, ideology juga membatasi penulis atau mempengaruhi penentuan posisi penulis berada pada objek atau subjek, itu semua karena ideology, sehingga bentuk teks yang dihasilkan tidak seimbang. Sangat jelas tulisan atau teks tidak akan pernah lepas dari ideology penulis. Ideology seseorang dipengaruhi oleh bacaan atau kegiatan membaca untuk mencari informasi dan menulis ada efe dari kegiatan tersebut agar pengetahuan yang diperoleh tidak hilang.
            Pada power point ke 7 yang berjudul “The 7th Match: Peer Review is a Must” tepatnya pada slide ke tiga yang berjudul: The Flame that Fires Up My Soul. Mr Lala memperkenalkan seorang penulis buku yang bernama Milan Kundera in L’Art duroman: 1986, nama yang begitu asing di telinga kami, itu terbukti bahwa kami masih belum cukup literate. Siapakah Milan Kundera? Milan Kundera lahir di Brno, Cekoslowakia tahun 1929 adalah seorang penulis dalam bidang kesustraan khususnya novel. Beliau banyak menulis novel, novel pertamanya The Joke 1968, dan tidak jarang novel-novel yang beliau tulis dicekal keberadaannya bahkan dilarang terbit seperti Life is Elsewhere dan The Farewell Party (http://i.telegraph.co.uk/telegraph/multimedia/archive/) karena   banyak menulis novel, Milan bisa disejajarkan dengan sejarawan karena mempunyai ideology atau sudut pandang seorang penulis dan menghasilkan value. Komentar Milan Kundera in L’Art duroman: 1986 “Untuk menulis, berarti untuk penyair untuk menghancurkan dinding dibelakang yang sesuatu “sesuatu ada” disembunyikan” dalam hal ini, tugas tugas sejarawan yang juga menemukan daripada menciptakan sejarah seperti penyair mengungkapkan dalam situasi yang selalu baru, kemungkinan manusia sampai sekarang masih tersembunyi.
            Ternyata dalam membuat critical essay itu mempunyai structure, yaitu:
1.      Introduction
Pandangan atau perspective tentang apa yang dikritik (artikel Howard Zinn yang berjudul “Speaking Truth to Power with Books”.
2.      Summary
Rangkuman yang terdiri dari beberapa poin (ada beberapa poin dasar yang Zinn tulis mengenai Columbus yang kita tertawai sebagai pahlawan atau penemu Amerika. First… second… third…).
3.      Critique
Mengkritik atau menemukan kekurangan yang ada pada teks (ada empat poin mengenai Columbus yang diabaikan di dalam artikel Howard Zinn).
4.      Conclusion
Kesimpulan dari teks yang di kritik (ada dua poin dasar yang bisa ditarik sebuah kesimpulan dari artikel Howard Zinn).
5.      Reference
Berisi berasal darimanakah sumber data yang kita dapat, agar terhindar dari plagiat dan reference hukumnya wajib ada, karena disini kita menulis academic writing.

            Maka pada class review kali ini dapat ditarik kesimpulan, bahwa memang benar sebuah tulisa pasti akan dipengaruhi oleh ideology penulis itu sendiri itu sudah mutlak hukumnya. Sama halnya dengan pernyataan Fowler, 1986: 10 ideology sangat erat kaitannya dalam penilaian pemahaman tentang social, ekonomi, politik dan sejarah, dimana nilai itu selalu berubah mengikuti perkembangan zaman. Tetapi berbeda dengan Milan Kundera in L’Art duroman, 1986 bahwa seorang penyair harus mampu menghancurkan dinding yang menyembunyikan kebenaran, itulah tugas berat bagi seorang penyair. Menyinggung dengan critical essay ternyata ada  beberapa point pembentuk sebuah critical essay yaitu Introduction, Summary, Critique, Conclusion, dan Reference itulah point penting yang ada di critical essay, semoga dengan adanya class review kali ini dapat menjadi acuan untuk class review berikutnya. 
Comments
0 Comments

0 Comments:

Post a Comment