Sunday, March 30, 2014

Belajar adalah Proses


Class Review 7th
Belajar adalah Proses
(By. Dwi Ayu Asri Bahari)
“Gagal!!!” lagi-lagi saya gagal dalam writing. Jika ada yang berargumen “Belajar adalah proses”  itu sangat benar, karena ini yang telah saya alami dimana saya harus sabar dan terus menulis. Tidak ada yang instan, semua butuh proses dan saya berjuang untuk itu (untuk menciptakan jurnal yang terbaik). Menulis bukan sekedar menebar tinta dalam lembar kertas yang bersih. Menulis lebih dari itu menulis membutuhkan skill, menulis membutuhkan struktur, menulis membutuhkan wawasan dan menulis wajib menciptakan titik epicentrum (pusat gempa) untuk membuat pembaca tergugah.

Setelah saya menyelesaikan jurnal tentang kritik untuk Howard Zinn, Mr.Lala menugaskan untuk peer review selama 35 menit. Mengoreksi sesuai dengan prosedur unity and coherence in the composition. Mengkritik /memberi komentar pada teks partner kita adalah tugas kita, mencari dimana kesalahan penulis, direct statement, epicentrum/daya tarik teks, dan wajib menggunakan explicit generic structur.
Kurang lebih ada 3 aspek yang harus dipahami oleh setia penulis ketika ia hendak mengoreksi tulisannya, yakni coherence, cohesion, dan unity.
Pembahasan pertama akan menyentuh aspek coherence terlebih dahulu.               1. Coherence
merupakan penusunan kalimat dalam paragraf secara teratur dan tentunya bertujuan agar pembaca mudah memahami teks bacaan.  Menurut Cynthia A.Boardman dalam bukunya Writing to Communicate, penyusunan kalimaat akan bergantung pada tipe dari paragraf, dimana terdapat tiga jenis tipe paragraf berdasarkan buku ini.  Pertama adalah narrative, yaitu ketika teks menceritakan cerita.  Descriptive, yaitu ketika paragraf menggambarkan sesuatu.  Lalu terdapat juga expository yang menjelaskan sesuatu hal dalam paragraf.  Jadi dengan kata lain peran coherence akan berbeda di setiap jenisnya.  Coherence dalam narrative akan bersentuhn dengan kronologi waktu, jika tidak demikian maka pembaca akan kebingungan.  Sedangkan untuk descriptive akan berbeda.  Coherence dalam paragraf tipe ini akan menuntut penulis agar bisa menggambarkan suatu objek lewat tulisan, sehingga pembaca dapat membayangkan seperti apa objek yang dimaksudkan teks.  Tipe paragraf yang terakhir yaitu expository akan berkutit dengan alasan-alasan dan alasan-alasan tersebut termasuk pendapat dari penulis sendiri.

2. Cohesion
adalah ketika keterkaitan antar satu support sentence dengan yang lainnya.  Macam-macam cohesion pun sangat banyak, dan sudah dipelajari sejak zaman sekolah.  Seperti halnya connectors, definite articles, personal pronoun, dan demonstrative pronouns.
3. Unity
adalah sebuah keharusan yang harus dimiliki semua teks untuk berhubungan dengan topic tersebut atau dapat dikatakan dalam satu kesatuan topic. Unity akan membuat sebuah tulisan fantastis dan pembaca tidak akan kesulitan dan bosan untuk membaca sebuah teks.  Hal ini dikarenakan ketika coherence dan cohesion sudah tersusun rapih namun unity tidak dimiliki maka gagal semua keringat penulis.  Itulah mengapa pentingnya unity yang berperan sebagai senjata pamungkas guna menciptakan karya menarik.
Pada slide ke-3 Mr.Lala menulis...
The Flame that Fires Up My Soul
  Milan Kundera comments (in L'Art duroman , 1986): `to write,means for the poet to crush the wall behind which something that ``was always there'' hides.
  In this respect, the task of the poet is not different from the work of history, which also discovers rather than invents‘
  History, like poets, uncovers, in ever new situations, the human possibilities heretofore hidden
  What history does matter of factly, is a mission for the poet.
  To rise to this mission, the poet must refuse service to the truths known beforehand, truths already `obvious' because floating on the surface.
Omong-omong tentang critical review, saya lupa jika dalam proses pembuatannya harus memperhatikan coherence, cohesion, dan unity serta strukturnya. Saya baru ingat bahwa bulan lalu Mr.Lala menugaskan kami untuk menghafal maintaining coherence, seperti ini :
·         Words can be used to show location :
Agains             Among            Away from
Between          Beyond           over
Under              Onto                In back of
·         Time :
After               Before             then
Until                First                 Tomorrow
·         Similarities :
Also                 Like                 As
Likewise          Similary           Furthermore
·         Differences :
Although         However         But
Yet                  Eventhough     the other hand
·         Emphasize a Point :
Again              For this reason             in fact
Thruly              To repeat                     To emphasize 
·         Conclude :
As a result       Finally             in conclusion
In sumarry       There fore        to sum up
·         Imformation :
Also                 likewise           And
Another           In addition      Finally
·         Clarify :
For instance                 In other words
That is                         To put in another way
Kesimpulan hari ini yaitu banyak belajar dan mengulang-ulang (berkali-kali salah dalam pembuatan critical review) bukan berarti bodoh. Semuanya butuh proses, belajarpun butuh proses, sebenarnya semakin banyak mengulang, kualitas diri semakin meningkat. Mengenai element dalam semua wajib ada sebab teks akan gagal jika salah satu element hilang (element: Coherence, Cohesion, dan Unity).

Comments
0 Comments

0 Comments:

Post a Comment