Sunday, February 23, 2014

Writing is All in All


      2nd Class Review
Name       : Nani Fitriani
Class        : PBI-D /4th Semester
NIM         : 14121320249
                                                                                         On February, 16 2014

Writing is All in All
Jumat, 14 February 2014, merupakan pertemuan yang kedua dengan Mr. Lla dalam mata kuliah writing for academic di semester empat ini, Mr. Lala dalam kesempatan kali ini menjelaskan mengenai writing for academic dan berbagai unsur-unsurnya.  Tetapi sebelum menjelaskan masalah itu Mr. Lala membagi kelas kami dalam dua kelompok besar yang membentuk sebuah lingkaran, setelah itu Mr. Lala keliling memeriksa class review dan chapter kami yang ada di dalam buku, sambil menanyakan suatu pertanyaan bagi semua mahasiswanya mengenai literasi.

Setelah Mr. Lala keliling memeriksa dan memberi pertanyaan, kemudian Mr. Lala menjelaskan mengenai unsur-unsur berikut:
Teaching Orientation dibagi menjadi tiga yaitu:
1.      Academic writing
Academic writing adalah Menulis dalam bentuk-bentuk atau gaya biasanya ditulis dengan nada impersonal dan tidak memihak , ditargetkan untuk khalayak kritis dan informasi, berdasarkan pengetahuan diselidiki erat , dan dimaksudkan untuk memperkuat atau tantangan konsep atau argumen. Academic writing disemester kali ini sangat berbeda dengan writing karena kita dituntut untuk bisa membuat dan menuliskan opinion essay  ataupun argumentative essay. Academic writing  mempunyai sifat yaitu sebagai berikut:
a.              Impersonal
Impersonal dalam writing academic adalah kita tidak lagi memakai point of view orang pertama ( I ) , ataupun orang ketiga (they, she, he). Akan tetapi kita memunculkan karakter  kita dalam karya tulis yang dibuat oleh kita adalah di piece of argument.
b.        Formal 
Formal dalam writing academic ini adalah harus menggunakan bahasa personal , hal ini menunjukan bahwa karya tulis academic writing tidak untuk semua kalangan akan tetapi hanya diperuntukkan untuk orang-orang terntentu.
c.         Preference base
Tulisan yang kita buat harus merujuk pada referensi atau sumber yang kita jadikan acuan untuk bahan tulisan kita. Jadi kita jangan melenceng pembahasannya dari apa yang kita jadikan sumber rujukan tersebut.
d.        Rigid (kaku)
Pencairan ide-ide harus kita tuangkan seperti gaya penulisan(gaya bahasa) yang digunakan dalam tulisan kita harus kaku yang tinggi akan literasi, orang yang mempunyai literasi tinggi akan mempunyai  cita rasa sastra yang tinggi. Jadi kita harus menggunakan bahasa yang tinggi.
2.      Critical Thinking
Critical thinking adalah sebuah cara untuk sebuah proses yang mengarah pada ketrampilan yang dapat dipelajari, dikuasai dan digunakan. Selain itu critical thinking adalah alat yang dengannya seseorang dapat mengambil kesimpulan dari setiap permasalahan. Berfikir kritis (critical thinking) meruapakan komponen penting dari berbagai bidang seperti pendidikan, politik, bisnis, ilmu pengetahuan dan seni. Berfikir kritis juga sebuah cara untuk memutuskan apakah claim itu benar, sebagian benar atau salah.
Ketika kita berfikir kritis, kita tidak hanya berfikir pasif dan menerima semua yang kita lihat dan dengar. Kita berfikir aktif, kita mengajukan pertanyaan tentang apa yang kita lihat dan dengar, mengevaluasi, mengkategorikan, dan menemukan hubungannya. Seseorang yang berfikir kritis dia mempunnyai sifat sebagai berikut:
·      Menimbulkan pertanyaan dan masalah yang penting.
·      Merumusakan suatu tanggapan atau sanggahan dengan jelas dan tepat.
·      Mengumpulkan dan menilai informasi yang relevan.
·      Menemukan solusi yang sedang jadi topic pembahasan.
·      Berkomunikasi secara efektif .
·      Mempunyai ide-ide gagasan yang bagus.
·      Mencari tahu solusi untuk masalah yang kopleks
Berfikir kritis(critical thinking) membutuhkan kemampuan untuk mengenali masalah, untuk menemukan cara-cara yang bisa diterapkan untuk memnuhi perrmasalahan tersebut. Untuk mengumpulkan dan menyusun informasi yang relevan, serta untuk mengenali asumsi tidak tertulis dan nilai-nilai untuk memahami dan menggunakan bahasa akurasi, kejelasan, dan diskriminasi untuk menginterprestasikan data, untuk menilai bukti dan mengevaluasi argument dan lain sebagainya.
3.      Writing
Writing adalah salah satu pondasi utama dalam system pembelajaran karena writing merupakan suatu yang sangat penting bagi dunia pendidikan, pembelajaran utama yang didik oleh sorang guru ketika seseorang baru menduduki bangku pendidikan yaitu menulis, jadi menulis merupakan sesuatu yang sangat penting dan tidak bisa terlepas dari kehidupan kita. Pembelajran writing disemester sekrang tantangannya akan lebih besar, dibandingkan dengan writing sebelumnya karena writing sebelumnya disemester dua dan tiga hanya membuat teks saja akan tetapi kita dalam mata kuliah writing ini dari namanya saja academic writing yaitu menulis yang academic writing harus mengaharuskan kita untuk kritis dalam segala hal yaitu critical reading dan critical writing. Kini kita harus membuat berbagai macam teks yaitu yang kita sudah pelajari yaitu opinion essay dan yang akan kita pelajarai yaitu argumentative essay yang mengharuskan kita menggunakan bahasa Inggris. Jadi kita harus lebih semangat dari sebelumnya.
Sebagi penulis harus merepotkan diri, memproduksi sebuah karya tulis. Sebagai penulis harus bisa memprediksi apa yang kita baca, jadi tulisan kita tidak akan seperti kubur yang sepi akan pembaca. Dalam mempelajari writing kita dapat mengambil manfaatnya yaitu sebagai berikut:
1.        A way of knowing something
Writing sebagai jalan untuk mengetahui sesuatu karena dengan menulis  kita dapat mengambil pengetahuan dan pengajaran yang sebelumnya kita tidak tahu, karena sebagai penulis sudah pasti sudah membaca berbagai macam buku untuk bahan tulisannya serta dengan banyaknya membaca seorang penulis akan kaya akan kata-kata. Tidak hanya kata-kata itu saja yang sering muncul akan tetapi akan bervariasi gaya bahasa maupun kata sambung yang digunakan dalam tulisannya itu.
2.        A way of representing something
Writng disini maksudnya sebagai jalan untuk mempresentasikan sesuatu,misalnya kita sebagai mahasiswa tidak terlepas dari yang namanya presentasi dan membuat sebuah power point kemudian berdiskusi dengan teman yang lainnya. Ajang ini dimaksudkan untuk mempresentasikan apa yang telah kita buat sebelumnya.
3.             A way of reproducing something
Writing sebagai jalan memproduksi sesuatu, yaitu memproduksi sebuah karaya tulis seperti membuat novel, buku, cerpen dan lain-lain. Jadi selain bisa untuk hiburan, belajar kita juga bisa menjadi seorang penulis yang dapt financial dari royalty Negara. Something dalam sebuah writing dapat berupa informasi (information), knowledge (pegetahuan), experience(pengalaman).
Lehtonen inti dari bacaan adalah formasi meaning. Reading menjadi tempat masuknya meaning. Lehtonen menyimpulkan bahwa teks dan reader tidak dapat berdiri sendiri tetapi memproduksi satu sama lain. Lehtonen (2000) dalam bukunya menyebutkan bahwa koneksi atau hubungan text, context, reader, writer untu menuju ke meaning. Tujuan dari semua  itu adalah untuk mengetahui, memproduksi, serta memahami meaning dari bacaan atau tulisan. Setiap pembaca mempunyai pemikiran dan penafsiran yang berbeda akan tetapi pembaca itu mempunyai tujuan atau inti yang sama (meaning), pembaca akan mengerti context(isi) bacaannya namun dari setiap pembaca mempunyai perbedaan pendapat dan dari  lebih luas pengertian dan apa yang di pikirkan oleh penulis.
Jadi dari semua pembahasan yang dipaparkan diatas kita dapat mengambil kesmpulan, bahwa dalam writing academic mempunyai sifat-sifat penulisan sebagai berikut: a. Impersonal, yaitu kita tidak boleh menggunakan sudut pandang orang ketiga(she, he, they) maupun orang pertama( I ). b. preference base, yaitu sebuah karya tulis yang di buat harus merujuk ke sumber (referensi). c. formal, yaitu penggunaan bahasa dalam writing academic harus fomal, karena pembuatan karya ini tidak untuk khalayak umum, akan tetapi hanya orang tertentu saja yang dapat membaca teks tersebut. d. rigid (kaku) yaitu, bagaimana kita mecairkan ide-ide tersebut dalam suatu karya. Berfikir kritis adalah sebuah cara untuk sebuah proses yang mengarah pada ketrampilan yang dapat dipelajari, dikuasai dan digunakan. Selain itu critical thinking adalah alat yang dengannya seseorang dapat mengambil kesimpulan dari setiap permasalahan. Berfikir kritis (critical thinking) meruapakan komponen penting dari berbagai bidang seperti pendidikan, politik, bisnis, ilmu pengetahuan dan seni.
Lehtonen konteks dari sebuah teks yaitu, text, context, reader, writer  tujuan yakni menuju ke meaning meaning. Dalam sebuah teks setiap orang mempunyai pemikiran yang berbeda-beda akan tetapi tujuan dan inti dari pemikiran dari berbagai itu sama yakni menuju ke meaning. Lehtonen (2000) text di bagi menjadi dua yakni berbentuk fisik  contohnya artepak-artepak yang dibuat diatas batu menggunakan kapak, serta lembaran-lembaran karya tulis seperti buku ataupun yang lainnnya sedangkan sifat sesmiotik yaitu contohnya berupa speech, picture, music dan lain sebagainya. Sebagai penulis harus mengetahui semua komponen diatas untuk mendapatkan sebuah karya yang lebih baik dari sebelumnya.


1st Chapter Review
                                                                        On February, 19 2014
Rendahnya Literasi di Indonesia
      Pendekatan literasi disebut juga dengan genre-based sebagai implikasi dari studi wacana. Tujuan pembelajaran adalah menjadikan siswa mampu menghasilkan suatu wacana atau pemikiran untuk itu ada beberapa pendekatan yaitu sebagai berikut:
a)      Pendekatan structural
·         Focus pembelajarannya pada penggunaan bahasa tulis dan penguasaan tata bahasa (grammatical).
·         Focus pada bentuk praktek dalam sebuah kalimat yang sering diajarkan yaitu sebuah kalimat atau kata-kata positive, negative, interrogative.

b)      Pendekatan Audiolingual adalah berfokus pada dialog-dialog pendek, sedangkan bahasa tulisannya terabaikan.

c)      Pendekatan kognitif yaitu focus pada siswa menyesuaikan bahasa lingkungannya, seperti bila di daerah sendiri maka kita harus menggunakan bahasa daerah, bila ada di lingkungan sekolah atau perguruan tinggi kita harus menggunakan bahasa nasional dan bila seseorang dari jurusan bahasa maka harus di praktekan ilmu yang sudah di dapat itu yaitu bila ada di lingkungan perguruan tinggi harus menggunakan bahasa internasional. Jika seperti itu maka orang tersebut layak mendapatkan sebutan orang yang multiliterat.

d)     Pendekatan communicative

Seorang siswa hanya memfokuskan pada berbahasa dan berkomunikasi secara komunikatif sehingga bisa berkomunikasi dengan spontan dan alami, komunikasi akan dianggap kurang eksplisit.
e)      Pendekatan itu adalah pengenalan berbagai jenis-jenis waca lisan dan tulisan. Ada empat tahapan sesuai kurikulum 2004 yaitu sebagai berikut:
Ø  Membangun pengetahuan (building knowledge of field)
Ø  Menyusun model-model teks (modeling of text)
Ø  Menyusun teks bareng-bareng (joint contruction of text)
Ø  Menciptakan teks sendiri (independent contruction of text)

Sebagai siswa atau (maha)siswa harus bisa membangun serta berfikir kritis dalam sebuah pengajaran di sekolah ataupun di perguruan tinggi supaya dapat membuat sebuah teks yang dapat memenuhi criteria diatas, tidak hanya membaca dan hanya membaca akan tetapi harus terus mempraktekannya kedalam sebuah karya tulis.

Definisi Literasi
1.      Menurut Edition Oxford Advanced Learners Dictionary 2005:898). Definisi literasi adalah kemampuan membaca dan menulis. Literasi adalah praktek cultural yang berkaitan yang berkaitan dengan persoalan sosial dan politik, karena literasi tidak hanya berhubungan dengan membacadan menulis.
2.      Menurut Sehadi(2010), istilah literasi jarang dipakai, yang sering dipakai adalah pengajaran bahasa atau pembelajaran bahasa.
3.      Zaman dahulu literasi diartikan sebagai pendidikan, namun untuk sekarang pendidikan dasar tidak cukup mengandalkan baca dan tulis.
4.      Literasi adalah praktik cultural berkaitan dengan persoalan sosial dan politik, namun pada hakikatnya literasi tidak hanya membaca dan menulis bahkan kini ada ungkapan literasi computer, literasi virtual, literasi matematika, literasi IPA dan lain sebagainya.

Model literasi menurut Freebody dan Luke adalah sebagai berikut :
1.                       Memahami kode dalam teks (breaking the codes of texts)
2.                       Terlibat dalam memaknai teks (participating in the meaning of texts)
3.                       Menggunakan teks secara fungsional (using texts functionally)
4.                       Melakukan analisis dan mentransformasi teks secara kritis (critically analyzing and transforming text).

Keempat peran literasi ini dapat diringkas ke dalam lima verba: memahami, melibati, menggunakan, menganalisis, dan mentransformasi teks, itulah hakikat berliterasi secara kritis dalam masyarakat demokratis. Seperti kita dapat diterapkan dalam pekuliahan saat ini, seseorang dosen atau teman yang sedang menerngkn di depan, kita harus menerapkan konsep diatas, seperti kita dapat memahami apa yang materi tengah dijelaskan, melibati kita untuk memberikan pertanyaan atau sanggahan yang mungkin bisa lakukan dalam diskusi tersebut. menggunakan atau menerapkan apa yang sudah dijelaskan seperti contohnya kita diajarkan untuk menulis, maka kita harus membuat sebuah karya yang berhubungan dengan karya sastra puisi, novel, cerpen ataupun buku. Selain itu kita dapat menganalis materi yang belum kita tahu sebelumnya sehingga dapat dimengerti, mentransformasi ilmu yang kita dapat dan kita ajarkan lagi kepada orang yang tepat.

Literasi memiliki 7 dimensi yaitu:
1.      Dimensi geografis meliputi: local, nasional, regional, dan interpersonal, dimensi ini bergantung pada tingkat pendidikan jenjang sosial dan vokasionalnya.
2.      Dimensi bidang (pendidikan, komunikasi, administrasi, hiburan, militer) pendidikan yang berkualitas tinggi menghasilkan literasi yang berkualitas tinggi pula, karena seseorang yang berpendidikan sudah pasti harus mempunyai wawasan yang tinggi seperti harus banyak menggali informasi sendiri dan otomatis banyak bacaan yang di telah baca, berbeda dengan orang yang tidak berpendidikan. Jadi pendidikan itu dapat mempengaruhi suatu Negara.
3.      Dimensi ketrampilan meliputi(membaca, menulis, menghitung, dan berbicara. Jadi orang yang berliterat harus menguasai semua ketrampilan diatas, tidak hanya mampu berliterasi membaca dan menulis melainkan juga harus berliterasi dalam menghitung dan berbicara, karena menyusun skripsi itu pasti ada jurnal yang berhubungan dengan data, dan data itu membutuhkan skill kita dalam menghitung, jadi seorang mahasiwa bahasa juga harus pandai dalam menghitung juga, selain itu seorang mahasiswa harus berliterasi dalam berbicara, karena berbicara itu sangat penting untuk berpresentasi di depan kjelas ataupun untuk menghadapi sidang sewaktu wisuda dalam mencapai strata satu.
4.      Dimensi fungsi, orang yang berliterat mengaplikasikan kemampuan literasinya dalam memecahkan persoalan dan lain sebagainya.
5.      Dimensi media, orang yang mempunyai literasi yang tinggi akan memanfaaatkan media yang sudah canggih ini untuk terus mengasah kemampuannya dalam segala bidang seperti untuk memanfaatkan media interne.
6.      Media bahasa (etnis, local, rasional, regional, interpersonal) orang yang berliterat akan mampu menguasai berbagai bahasa dan dapat menerapkan kebahasaannya dalam segala situasi, seperi bila dilingkungan rumah menggunakan bahasa daerah, bila di sekolah atau perguruan tinggi menggunakan bahasa nasioanal, dan jika mahasiswa bahasa, maka harus mengaplikasiakn bahasanya di dalam kelas, yaitu mengobrol dengan sesama teman menggunakan bahasa Inggris.

Literasi menunjukan perubahan paradigm literasi sesuai dengan tantangan zan dan perkembangan ilmu pengetahuan sekarang in.
A.  Ketertiban lembaga-lembaga sosial lembaga-lembaga sosial misalnya RT, RW, Kelurahan, DPR dan Presiden.
B.  Tingkat kefasihan rendah.
C.  Pengembangan potensi diri dan pengetahuan.

Literasi mngembangan potensi diri untuk brekespresi dan mengekspresikan dari bahasa ibu dan membekali mahasiwa untuk memproduksi ilmu pengetahuan.
D.  Standar dunia
E.   Warga masyarakat demokratis
F.   Keberagaman local
G.  Hubungan global
H.  Kewarganegaraan yang efektif
I.     Bahasa inggris ragam dunia
J.     Kemampun berfikir kritis
K.  Masyarakat semiotic
Pendidikan bahasa berbasis literasi dilaksanakan dengan mengikuti tujuh prinsip yaitu sebagai berikut:
1.         Literasi adalah kecakapan hidup (life skill) yang memungkinkan manusia berfungsi maksimal sebagai anggota masayarakat.
2.         Literasi mencakup kemampuan reseptif dan produktif dalam upaya berwacana secara tertulis maupun lisan.
3.         Literasi adalah kemampuan memecahkan masalah.
4.         Literasi adalah refleksi penguasaan dan apresiasi budaya.
5.         Literasi adalah kegiatan refleksi diri.
6.         Literasi adalah hasil dari kolaborasi.
7.         Literasi adalah hasil atau kegiatan melakukan interpretasi. Pendidikan bahasa sejak dini melatih mahasiswa melakukan interpretasi(mencari, menebak, dan membagun makna) atas berbagai jenis teks dalam wacana tekstual, visual, dan digital di berbagai ranah kehidupan dan bidang ilmu.
Setelah membaca proyek penelitian dunia yang dikenal dengan PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study), PISA (Program for International Student Assessment), dan TIMSS(the Third International Mathematics and Science Study) untuk mengukur literasi membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan. Temua PIRLS 2006 yang relevan dengan perbincangan tentang literasi membaca, yakni prestasi membaca siswa kelas IV indonsia serta posisinya diabandingkan dengan Negara peserta lainnya.
Maka dapat menarik kesimpulan bahwa :
ü  Tingkat literasi di Indonesia sangat rendah ini disebabkan pendidikan nasional kita belum berhasil menciptakan wrga Negara yang literat siap bersaing dengan Negara sejawatnya. Ringkasanya dalam skala internasioanl, literasi siswa belum kompetitif. Untuk mengejar ketinggalan itu maka perlu adanya peningkatan sumber daya manusia.
ü  Dalam hal produksi buku, Indonesia masih rendah hanya 6000 buku per tahun, padahal jumlah dosen Indonesia banyak sekitar 231.786. harusnya dari jumlah ini dapat menghasilkan 77.000 buku per tahun.
ü  Indonesia penguasaan tentang literasi dan pedagogi pengajaran literasi mesti di kuasai oleh guru. Namun konteks sosial pembelajaran siswa seperti suasa rumah, sekolah, dan suasana masyarakat secara keseluruhan.

Ujung tombak pendidikan  literasi adalah guru dengan langkah-langkah profesionalnya, yaitu:
1.      Komitmen professional
2.      Komitmen etis
3.      Strategi analitis dan reflektif
4.      Efikasi diri
5.      Pengetahuan bidang studi
6.      Ketrampilan literat dan numerasi



Implementasi
      Rekayasa Literasi adalah merekayasa pengajaran membaca dan menulis dalam sempat dimensi yaitu:
1.      Dimensi pengetahuan kebahasaan (faokus pada teks) / linguistic(text)
2.      Dimensi pengetahuan kognitif (focus pada minda) / kognitif (mind)
3.      Dimensi perkembangan (focus pada pertumbuhan) /perkembangan(growth)
4.      Pengetahuan sosiokultural(focus pada kelompok) / sosiokultural(group)

Bagaimana literasi diajarkan bergantung pada paradigm literasi itu.
a.         Pengajaran literasi pada intinya menjadikan manusia yang secara fungsional mampu menulis dan membaca, terdidik, cerdas dan menunjukan apresiasi terhadap sastra.
b.         Untuk mempelajari literasi, setidaknya diawali dengan tiga paradigma yang harus dimiliki, yaitu:
1.      Decoding, penguasaan kode bahasa, awalnya diberi pengetahuan tentang kode, kode bahasa.
2.      Ketrampilan, siswa menguasai system morfemik bahasa
3.      Bahasa secara utuh, siswa menguasai teks otentik yang kontekstual sehingga mendapatkan makna baru bukan kosa kata baru.
c.         Tidak boleh mengulangi kesalahan: yakni banyaknya sarjana ahli sastra dan linguistic yang tidak menulis buku teks sebagai tanda kepakarannya. Jadi sebagai mahasiswayang berliterat harus mampu membaca dan menulis yang berorientasi.
d.        Salahnya pada system pendidikan dan pengajaran literasi di negeri ini, bisa jadi karena metode dan teknik pengajaran selama ini nkurang mencerdaskan.
e.         Jangan menyalahkan guru, yang terpenting adalah menumbuhkan jiwa literat dalam diri masing-masing.



Pubahan Paradigma Pengajaran Literasi


Tadinya …
Kini …
·           Bahasa adalah system stuktur yang mandiri.

·         Bahasa adalah fenomena sosial.

·         Focus pengajaran pada kalimat-kalimat yang terisolasi.

·         Focus pada serpihan kalimat
·         Berorientasi kehasil

·         Berorientasi keproses.

·         Focus pada teks sebagai display kosakata dan stuktur tata bahasa
·         Focus pada teks sebagai realisasi tindakan komunikasi.

·         Mengajarkan norma-norma preskriptif dalam berbahasa.

·         Perhatian pada variasi register dan gaya ujaran.

·         Focus pada penguasaan keterampilan secara terpisah (discrete).

·         Focus pada ekspresi diri.


·         Menekankan makna denotative dalam konteksnya.
·         Menekankan nilai komunikasi.
Table berikut mengggambarkan perubahan sudut pandang pengajaran bahasa.  Perubahan paradigm pengajaran literasi seperti yang tergambar dalam table diatas dapat dimaknai sebagai berikut : Paradigma adalah cara pandang dan pemaknaan terhadap objek pandang. Perubahan sudut pandang membawa sejumlah konsekuensi sampai ke metode dan teknik pengajaran yang kasat mata dan hasilnya dapat diukur contohnya, dengan perubahan orientasi dari hasil ke proses guru bahasa akan melakukan hal-hal seperti ini: Bagi seorang guru isunya bukan apa atau berapa banyak tulisan yang dihasilkan oleh siswanya, melainkan bagaimna tulisan dip roses dari A sampai Z. Tidak men yang sama bagi menentukan target yang sama bagi semua siswa karena setiap siswa mempunnyai kemampuan yang berbeda-beda. Untuk mencari jalan keluar dari masalah ini dalah mengelompokan siwa berdasarkan kemampuan yang sama.
Learning literature from Elementary Trough High School
                 Melalui wacana 6.1 pak chaedar Alwasilah ingin memberitahukan kepada kita sebagai mahsiswa mengenai pendidikan literasi yang ada di USA.
Dalam wacana tersebut terlihat jelas bahwa system pendidikan di Amerika membiasakan siswanya dari mulai TK sampai tingkat SMA untuk selalu menulis, ini terlihat dalam  paragraph lima, yakni: Anne J. Arbahi memulai menulis jurnal tentang kegiatan sehari-harinya dan embaca essay yang sederhana.
Kemudian Anne J. Arbahi mencoba untuk menuliskan kembali apa yang telah dia baca tersebut. Hal ini mulai dia lakukan sejak SD. Selain dukungan dari system pendidikan yang tertata, peran orang tua dan keluarga juga mendorong mereka untuk meningkatkan budaya literasi sejak dini dengan cara mengirimkan mereka ke perpustakaan umum setiap hari setelah pulang sekolah dari pukul 06.00 -09.00 P.M.
Bukan hanya dari SD, SMP, SMA tetapi, hal ini berlanjut hingga sampai bangku kuliah, dimana dia mengambil jurusan seni, yang menuntutnya untuk membaca buku dengan tujuan untuk memperkaya pengetahuan kita dan menghasilkan prespektif-perspektif yang bebeda dari setiap sumbernya.
Comments
0 Comments

0 Comments:

Post a Comment