Sunday, February 23, 2014
Created By:
Nani Fitriani
2nd Class
Review
Name : Nani
Fitriani
Class :
PBI-D /4th Semester
NIM :
14121320249
On
February, 16 2014
Writing is All in All
Jumat, 14 February
2014, merupakan pertemuan yang kedua dengan Mr. Lla dalam mata kuliah
writing for academic di semester empat ini, Mr. Lala dalam kesempatan kali ini
menjelaskan mengenai writing for academic dan berbagai unsur-unsurnya. Tetapi sebelum menjelaskan masalah itu Mr.
Lala membagi kelas kami dalam dua kelompok besar yang membentuk sebuah
lingkaran, setelah itu Mr. Lala keliling memeriksa class review dan chapter
kami yang ada di dalam buku, sambil menanyakan suatu pertanyaan bagi semua
mahasiswanya mengenai literasi.
Setelah Mr. Lala keliling memeriksa dan memberi
pertanyaan, kemudian Mr. Lala menjelaskan mengenai unsur-unsur berikut:
Teaching Orientation dibagi
menjadi tiga yaitu:
1.
Academic writing
Academic writing
adalah Menulis dalam bentuk-bentuk atau gaya
biasanya ditulis dengan nada impersonal dan tidak memihak , ditargetkan untuk
khalayak kritis dan informasi, berdasarkan pengetahuan diselidiki erat , dan
dimaksudkan untuk memperkuat atau tantangan konsep atau argumen. Academic writing disemester kali ini sangat berbeda
dengan writing karena kita dituntut untuk bisa membuat dan menuliskan opinion
essay ataupun argumentative essay. Academic
writing mempunyai sifat yaitu sebagai
berikut:
a.
Impersonal
Impersonal dalam
writing academic adalah kita tidak lagi memakai point of view orang pertama ( I
) , ataupun orang ketiga (they, she, he). Akan tetapi kita memunculkan
karakter kita dalam karya tulis yang
dibuat oleh kita adalah di piece of argument.
b.
Formal
Formal dalam
writing academic ini adalah harus menggunakan bahasa personal , hal ini
menunjukan bahwa karya tulis academic writing tidak untuk semua kalangan akan
tetapi hanya diperuntukkan untuk orang-orang terntentu.
c.
Preference base
Tulisan yang
kita buat harus merujuk pada referensi atau sumber yang kita jadikan acuan
untuk bahan tulisan kita. Jadi kita jangan melenceng pembahasannya dari apa
yang kita jadikan sumber rujukan tersebut.
d.
Rigid (kaku)
Pencairan
ide-ide harus kita tuangkan seperti gaya penulisan(gaya bahasa) yang digunakan dalam
tulisan kita harus kaku yang tinggi akan literasi, orang yang mempunyai
literasi tinggi akan mempunyai cita rasa
sastra yang tinggi. Jadi kita harus menggunakan bahasa yang tinggi.
2.
Critical
Thinking
Critical
thinking adalah sebuah cara untuk sebuah proses yang mengarah pada ketrampilan
yang dapat dipelajari, dikuasai dan digunakan. Selain itu critical thinking
adalah alat yang dengannya seseorang dapat mengambil kesimpulan dari setiap
permasalahan. Berfikir kritis (critical thinking) meruapakan komponen penting
dari berbagai bidang seperti pendidikan, politik, bisnis, ilmu pengetahuan dan
seni. Berfikir kritis juga sebuah cara untuk memutuskan apakah claim itu benar,
sebagian benar atau salah.
Ketika
kita berfikir kritis, kita tidak hanya berfikir pasif dan menerima semua yang
kita lihat dan dengar. Kita berfikir aktif, kita mengajukan pertanyaan tentang
apa yang kita lihat dan dengar, mengevaluasi, mengkategorikan, dan menemukan
hubungannya. Seseorang yang berfikir kritis dia mempunnyai sifat sebagai
berikut:
·
Menimbulkan
pertanyaan dan masalah yang penting.
·
Merumusakan
suatu tanggapan atau sanggahan dengan jelas dan tepat.
·
Mengumpulkan dan
menilai informasi yang relevan.
·
Menemukan solusi
yang sedang jadi topic pembahasan.
·
Berkomunikasi
secara efektif .
·
Mempunyai
ide-ide gagasan yang bagus.
·
Mencari tahu
solusi untuk masalah yang kopleks
Berfikir
kritis(critical thinking) membutuhkan kemampuan untuk mengenali masalah, untuk
menemukan cara-cara yang bisa diterapkan untuk memnuhi perrmasalahan tersebut.
Untuk mengumpulkan dan menyusun informasi yang relevan, serta untuk mengenali
asumsi tidak tertulis dan nilai-nilai untuk memahami dan menggunakan bahasa
akurasi, kejelasan, dan diskriminasi untuk menginterprestasikan data, untuk
menilai bukti dan mengevaluasi argument dan lain sebagainya.
3.
Writing
Writing adalah
salah satu pondasi utama dalam system pembelajaran karena writing merupakan
suatu yang sangat penting bagi dunia pendidikan, pembelajaran utama yang didik
oleh sorang guru ketika seseorang baru menduduki bangku pendidikan yaitu
menulis, jadi menulis merupakan sesuatu yang sangat penting dan tidak bisa
terlepas dari kehidupan kita. Pembelajran writing disemester sekrang
tantangannya akan lebih besar, dibandingkan dengan writing sebelumnya karena
writing sebelumnya disemester dua dan tiga hanya membuat teks saja akan tetapi
kita dalam mata kuliah writing ini dari namanya saja academic writing yaitu
menulis yang academic writing harus mengaharuskan kita untuk kritis dalam
segala hal yaitu critical reading dan critical writing. Kini kita harus membuat
berbagai macam teks yaitu yang kita sudah pelajari yaitu opinion essay dan yang
akan kita pelajarai yaitu argumentative essay yang mengharuskan kita menggunakan
bahasa Inggris. Jadi kita harus lebih semangat dari sebelumnya.
Sebagi penulis
harus merepotkan diri, memproduksi sebuah karya tulis. Sebagai penulis harus
bisa memprediksi apa yang kita baca, jadi tulisan kita tidak akan seperti kubur
yang sepi akan pembaca. Dalam mempelajari writing kita dapat mengambil
manfaatnya yaitu sebagai berikut:
1.
A way of knowing
something
Writing sebagai
jalan untuk mengetahui sesuatu karena dengan menulis kita dapat mengambil pengetahuan dan
pengajaran yang sebelumnya kita tidak tahu, karena sebagai penulis sudah pasti
sudah membaca berbagai macam buku untuk bahan tulisannya serta dengan banyaknya
membaca seorang penulis akan kaya akan kata-kata. Tidak hanya kata-kata itu
saja yang sering muncul akan tetapi akan bervariasi gaya bahasa maupun kata
sambung yang digunakan dalam tulisannya itu.
2.
A way of
representing something
Writng disini
maksudnya sebagai jalan untuk mempresentasikan sesuatu,misalnya kita sebagai
mahasiswa tidak terlepas dari yang namanya presentasi dan membuat sebuah power
point kemudian berdiskusi dengan teman yang lainnya. Ajang ini dimaksudkan
untuk mempresentasikan apa yang telah kita buat sebelumnya.
3.
A way of
reproducing something
Writing sebagai
jalan memproduksi sesuatu, yaitu memproduksi sebuah karaya tulis seperti
membuat novel, buku, cerpen dan lain-lain. Jadi selain bisa untuk hiburan,
belajar kita juga bisa menjadi seorang penulis yang dapt financial dari royalty
Negara. Something dalam sebuah writing dapat berupa informasi (information),
knowledge (pegetahuan), experience(pengalaman).
Lehtonen inti dari bacaan
adalah formasi meaning. Reading menjadi tempat masuknya meaning. Lehtonen
menyimpulkan bahwa teks dan reader tidak dapat berdiri sendiri tetapi
memproduksi satu sama lain. Lehtonen (2000) dalam bukunya menyebutkan bahwa
koneksi atau hubungan text, context, reader, writer untu menuju ke meaning.
Tujuan dari semua itu adalah untuk
mengetahui, memproduksi, serta memahami meaning dari bacaan atau tulisan. Setiap
pembaca mempunyai pemikiran dan penafsiran yang berbeda akan tetapi pembaca itu
mempunyai tujuan atau inti yang sama (meaning), pembaca akan mengerti
context(isi) bacaannya namun dari setiap pembaca mempunyai perbedaan pendapat dan
dari lebih luas pengertian dan apa yang
di pikirkan oleh penulis.
Jadi
dari semua pembahasan yang dipaparkan diatas kita dapat mengambil kesmpulan,
bahwa dalam writing academic mempunyai sifat-sifat penulisan sebagai berikut:
a. Impersonal, yaitu kita tidak boleh menggunakan sudut pandang orang
ketiga(she, he, they) maupun orang pertama( I ). b. preference base, yaitu
sebuah karya tulis yang di buat harus merujuk ke sumber (referensi). c. formal,
yaitu penggunaan bahasa dalam writing academic harus fomal, karena pembuatan
karya ini tidak untuk khalayak umum, akan tetapi hanya orang tertentu saja yang
dapat membaca teks tersebut. d. rigid (kaku) yaitu, bagaimana kita mecairkan
ide-ide tersebut dalam suatu karya. Berfikir kritis adalah sebuah cara untuk
sebuah proses yang mengarah pada ketrampilan yang dapat dipelajari, dikuasai
dan digunakan. Selain itu critical thinking adalah alat yang dengannya
seseorang dapat mengambil kesimpulan dari setiap permasalahan. Berfikir kritis
(critical thinking) meruapakan komponen penting dari berbagai bidang seperti
pendidikan, politik, bisnis, ilmu pengetahuan dan seni.
Lehtonen
konteks dari sebuah teks yaitu, text, context, reader, writer tujuan yakni menuju ke meaning meaning. Dalam
sebuah teks setiap orang mempunyai pemikiran yang berbeda-beda akan tetapi
tujuan dan inti dari pemikiran dari berbagai itu sama yakni menuju ke meaning.
Lehtonen (2000) text di bagi menjadi dua yakni berbentuk fisik contohnya artepak-artepak yang dibuat diatas
batu menggunakan kapak, serta lembaran-lembaran karya tulis seperti buku
ataupun yang lainnnya sedangkan sifat sesmiotik yaitu contohnya berupa speech,
picture, music dan lain sebagainya. Sebagai penulis harus mengetahui semua
komponen diatas untuk mendapatkan sebuah karya yang lebih baik dari sebelumnya.
1st Chapter Review
On
February, 19 2014
Rendahnya
Literasi di Indonesia
Pendekatan literasi disebut juga dengan genre-based sebagai
implikasi dari studi wacana. Tujuan pembelajaran adalah menjadikan siswa mampu
menghasilkan suatu wacana atau pemikiran untuk itu ada beberapa pendekatan
yaitu sebagai berikut:
a)
Pendekatan
structural
·
Focus
pembelajarannya pada penggunaan bahasa tulis dan penguasaan tata bahasa
(grammatical).
·
Focus pada
bentuk praktek dalam sebuah kalimat yang sering diajarkan yaitu sebuah kalimat
atau kata-kata positive, negative, interrogative.
b)
Pendekatan
Audiolingual adalah berfokus pada dialog-dialog pendek, sedangkan bahasa
tulisannya terabaikan.
c)
Pendekatan
kognitif yaitu focus pada siswa menyesuaikan bahasa lingkungannya, seperti bila
di daerah sendiri maka kita harus menggunakan bahasa daerah, bila ada di
lingkungan sekolah atau perguruan tinggi kita harus menggunakan bahasa nasional
dan bila seseorang dari jurusan bahasa maka harus di praktekan ilmu yang sudah
di dapat itu yaitu bila ada di lingkungan perguruan tinggi harus menggunakan
bahasa internasional. Jika seperti itu maka orang tersebut layak mendapatkan
sebutan orang yang multiliterat.
d)
Pendekatan
communicative
Seorang siswa
hanya memfokuskan pada berbahasa dan berkomunikasi secara komunikatif sehingga
bisa berkomunikasi dengan spontan dan alami, komunikasi akan dianggap kurang
eksplisit.
e)
Pendekatan itu
adalah pengenalan berbagai jenis-jenis waca lisan dan tulisan. Ada empat
tahapan sesuai kurikulum 2004 yaitu sebagai berikut:
Ø Membangun pengetahuan (building knowledge of field)
Ø Menyusun model-model teks (modeling of text)
Ø Menyusun teks bareng-bareng (joint contruction of text)
Ø Menciptakan teks sendiri (independent contruction of
text)
Sebagai siswa
atau (maha)siswa harus bisa membangun serta berfikir kritis dalam sebuah
pengajaran di sekolah ataupun di perguruan tinggi supaya dapat membuat sebuah
teks yang dapat memenuhi criteria diatas, tidak hanya membaca dan hanya membaca
akan tetapi harus terus mempraktekannya kedalam sebuah karya tulis.
Definisi Literasi
1.
Menurut Edition
Oxford Advanced Learners Dictionary 2005:898). Definisi literasi adalah
kemampuan membaca dan menulis. Literasi adalah praktek cultural yang berkaitan
yang berkaitan dengan persoalan sosial dan politik, karena literasi tidak hanya
berhubungan dengan membacadan menulis.
2.
Menurut
Sehadi(2010), istilah literasi jarang dipakai, yang sering dipakai adalah
pengajaran bahasa atau pembelajaran bahasa.
3.
Zaman dahulu
literasi diartikan sebagai pendidikan, namun untuk sekarang pendidikan dasar
tidak cukup mengandalkan baca dan tulis.
4.
Literasi adalah
praktik cultural berkaitan dengan persoalan sosial dan politik, namun pada
hakikatnya literasi tidak hanya membaca dan menulis bahkan kini ada ungkapan
literasi computer, literasi virtual, literasi matematika, literasi IPA dan lain
sebagainya.
Model literasi
menurut Freebody dan Luke adalah sebagai berikut :
1.
Memahami kode
dalam teks (breaking the codes of texts)
2.
Terlibat dalam
memaknai teks (participating in the meaning of texts)
3.
Menggunakan teks
secara fungsional (using texts functionally)
4.
Melakukan
analisis dan mentransformasi teks secara kritis (critically analyzing and
transforming text).
Keempat peran
literasi ini dapat diringkas ke dalam lima verba: memahami, melibati,
menggunakan, menganalisis, dan mentransformasi teks, itulah hakikat berliterasi
secara kritis dalam masyarakat demokratis. Seperti kita dapat diterapkan dalam
pekuliahan saat ini, seseorang dosen atau teman yang sedang menerngkn di depan,
kita harus menerapkan konsep diatas, seperti kita dapat memahami apa yang
materi tengah dijelaskan, melibati kita untuk memberikan pertanyaan atau
sanggahan yang mungkin bisa lakukan dalam diskusi tersebut. menggunakan atau
menerapkan apa yang sudah dijelaskan seperti contohnya kita diajarkan untuk
menulis, maka kita harus membuat sebuah karya yang berhubungan dengan karya
sastra puisi, novel, cerpen ataupun buku. Selain itu kita dapat menganalis
materi yang belum kita tahu sebelumnya sehingga dapat dimengerti,
mentransformasi ilmu yang kita dapat dan kita ajarkan lagi kepada orang yang
tepat.
Literasi memiliki 7 dimensi yaitu:
1.
Dimensi geografis
meliputi: local, nasional, regional, dan interpersonal, dimensi ini bergantung
pada tingkat pendidikan jenjang sosial dan vokasionalnya.
2.
Dimensi bidang
(pendidikan, komunikasi, administrasi, hiburan, militer) pendidikan yang
berkualitas tinggi menghasilkan literasi yang berkualitas tinggi pula, karena
seseorang yang berpendidikan sudah pasti harus mempunyai wawasan yang tinggi
seperti harus banyak menggali informasi sendiri dan otomatis banyak bacaan yang
di telah baca, berbeda dengan orang yang tidak berpendidikan. Jadi pendidikan
itu dapat mempengaruhi suatu Negara.
3.
Dimensi
ketrampilan meliputi(membaca, menulis, menghitung, dan berbicara. Jadi orang
yang berliterat harus menguasai semua ketrampilan diatas, tidak hanya mampu
berliterasi membaca dan menulis melainkan juga harus berliterasi dalam
menghitung dan berbicara, karena menyusun skripsi itu pasti ada jurnal yang
berhubungan dengan data, dan data itu membutuhkan skill kita dalam menghitung,
jadi seorang mahasiwa bahasa juga harus pandai dalam menghitung juga, selain
itu seorang mahasiswa harus berliterasi dalam berbicara, karena berbicara itu
sangat penting untuk berpresentasi di depan kjelas ataupun untuk menghadapi
sidang sewaktu wisuda dalam mencapai strata satu.
4.
Dimensi fungsi,
orang yang berliterat mengaplikasikan kemampuan literasinya dalam memecahkan
persoalan dan lain sebagainya.
5.
Dimensi media,
orang yang mempunyai literasi yang tinggi akan memanfaaatkan media yang sudah
canggih ini untuk terus mengasah kemampuannya dalam segala bidang seperti untuk
memanfaatkan media interne.
6.
Media bahasa
(etnis, local, rasional, regional, interpersonal) orang yang berliterat akan
mampu menguasai berbagai bahasa dan dapat menerapkan kebahasaannya dalam segala
situasi, seperi bila dilingkungan rumah menggunakan bahasa daerah, bila di
sekolah atau perguruan tinggi menggunakan bahasa nasioanal, dan jika mahasiswa
bahasa, maka harus mengaplikasiakn bahasanya di dalam kelas, yaitu mengobrol
dengan sesama teman menggunakan bahasa Inggris.
Literasi
menunjukan perubahan paradigm literasi sesuai dengan tantangan zan dan
perkembangan ilmu pengetahuan sekarang in.
A. Ketertiban lembaga-lembaga sosial lembaga-lembaga sosial
misalnya RT, RW, Kelurahan, DPR dan Presiden.
B. Tingkat kefasihan rendah.
C. Pengembangan potensi diri dan pengetahuan.
Literasi mngembangan potensi diri untuk brekespresi
dan mengekspresikan dari bahasa ibu dan membekali mahasiwa untuk memproduksi
ilmu pengetahuan.
D. Standar dunia
E.
Warga masyarakat
demokratis
F.
Keberagaman
local
G. Hubungan global
H. Kewarganegaraan yang efektif
I.
Bahasa inggris
ragam dunia
J.
Kemampun
berfikir kritis
K. Masyarakat semiotic
Pendidikan bahasa berbasis literasi dilaksanakan
dengan mengikuti tujuh prinsip yaitu sebagai berikut:
1.
Literasi adalah
kecakapan hidup (life skill) yang memungkinkan manusia berfungsi maksimal
sebagai anggota masayarakat.
2.
Literasi
mencakup kemampuan reseptif dan produktif dalam upaya berwacana secara tertulis
maupun lisan.
3.
Literasi adalah
kemampuan memecahkan masalah.
4.
Literasi adalah
refleksi penguasaan dan apresiasi budaya.
5.
Literasi adalah
kegiatan refleksi diri.
6.
Literasi adalah
hasil dari kolaborasi.
7.
Literasi adalah
hasil atau kegiatan melakukan interpretasi. Pendidikan bahasa sejak dini melatih
mahasiswa melakukan interpretasi(mencari, menebak, dan membagun makna) atas
berbagai jenis teks dalam wacana tekstual, visual, dan digital di berbagai
ranah kehidupan dan bidang ilmu.
Setelah membaca proyek
penelitian dunia yang dikenal dengan PIRLS (Progress in International Reading
Literacy Study), PISA (Program for International Student Assessment), dan
TIMSS(the Third International Mathematics and Science Study) untuk mengukur
literasi membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan. Temua PIRLS 2006 yang
relevan dengan perbincangan tentang literasi membaca, yakni prestasi membaca
siswa kelas IV indonsia serta posisinya diabandingkan dengan Negara peserta
lainnya.
Maka dapat
menarik kesimpulan bahwa :
ü Tingkat literasi di Indonesia sangat rendah ini
disebabkan pendidikan nasional kita belum berhasil menciptakan wrga Negara yang
literat siap bersaing dengan Negara sejawatnya. Ringkasanya dalam skala
internasioanl, literasi siswa belum kompetitif. Untuk mengejar ketinggalan itu
maka perlu adanya peningkatan sumber daya manusia.
ü Dalam hal produksi buku, Indonesia masih rendah hanya
6000 buku per tahun, padahal jumlah dosen Indonesia banyak sekitar 231.786.
harusnya dari jumlah ini dapat menghasilkan 77.000 buku per tahun.
ü Indonesia penguasaan tentang literasi dan pedagogi
pengajaran literasi mesti di kuasai oleh guru. Namun konteks sosial
pembelajaran siswa seperti suasa rumah, sekolah, dan suasana masyarakat secara
keseluruhan.
Ujung tombak
pendidikan literasi adalah guru dengan
langkah-langkah profesionalnya, yaitu:
1.
Komitmen
professional
2.
Komitmen etis
3.
Strategi
analitis dan reflektif
4.
Efikasi diri
5.
Pengetahuan
bidang studi
6.
Ketrampilan
literat dan numerasi
Implementasi
Rekayasa Literasi adalah merekayasa pengajaran membaca dan
menulis dalam sempat dimensi yaitu:
1.
Dimensi
pengetahuan kebahasaan (faokus pada teks) / linguistic(text)
2.
Dimensi
pengetahuan kognitif (focus pada minda) / kognitif (mind)
3.
Dimensi
perkembangan (focus pada pertumbuhan) /perkembangan(growth)
4.
Pengetahuan sosiokultural(focus
pada kelompok) / sosiokultural(group)
Bagaimana
literasi diajarkan bergantung pada paradigm literasi itu.
a.
Pengajaran
literasi pada intinya menjadikan manusia yang secara fungsional mampu menulis
dan membaca, terdidik, cerdas dan menunjukan apresiasi terhadap sastra.
b.
Untuk
mempelajari literasi, setidaknya diawali dengan tiga paradigma yang harus
dimiliki, yaitu:
1.
Decoding,
penguasaan kode bahasa, awalnya diberi pengetahuan tentang kode, kode bahasa.
2.
Ketrampilan,
siswa menguasai system morfemik bahasa
3.
Bahasa secara
utuh, siswa menguasai teks otentik yang kontekstual sehingga mendapatkan makna
baru bukan kosa kata baru.
c.
Tidak boleh
mengulangi kesalahan: yakni banyaknya sarjana ahli sastra dan linguistic yang
tidak menulis buku teks sebagai tanda kepakarannya. Jadi sebagai mahasiswayang
berliterat harus mampu membaca dan menulis yang berorientasi.
d.
Salahnya pada
system pendidikan dan pengajaran literasi di negeri ini, bisa jadi karena
metode dan teknik pengajaran selama ini nkurang mencerdaskan.
e.
Jangan
menyalahkan guru, yang terpenting adalah menumbuhkan jiwa literat dalam diri
masing-masing.
Pubahan Paradigma Pengajaran Literasi
Tadinya …
|
Kini …
|
·
Bahasa
adalah system stuktur yang mandiri.
|
·
Bahasa
adalah fenomena sosial.
|
·
Focus
pengajaran pada kalimat-kalimat yang terisolasi.
|
·
Focus
pada serpihan kalimat
|
·
Berorientasi
kehasil
|
·
Berorientasi
keproses.
|
·
Focus
pada teks sebagai display kosakata dan stuktur tata bahasa
|
·
Focus
pada teks sebagai realisasi tindakan komunikasi.
|
·
Mengajarkan
norma-norma preskriptif dalam berbahasa.
|
·
Perhatian
pada variasi register dan gaya ujaran.
|
·
Focus
pada penguasaan keterampilan secara terpisah (discrete).
|
·
Focus
pada ekspresi diri.
|
·
Menekankan
makna denotative dalam konteksnya.
|
·
Menekankan
nilai komunikasi.
|
Table berikut mengggambarkan perubahan sudut pandang
pengajaran bahasa. Perubahan paradigm
pengajaran literasi seperti yang tergambar dalam table diatas dapat dimaknai
sebagai berikut : Paradigma adalah cara pandang dan pemaknaan terhadap objek
pandang. Perubahan sudut pandang membawa sejumlah konsekuensi sampai ke metode
dan teknik pengajaran yang kasat mata dan hasilnya dapat diukur contohnya,
dengan perubahan orientasi dari hasil ke proses guru bahasa akan melakukan
hal-hal seperti ini: Bagi seorang guru isunya bukan apa atau berapa banyak
tulisan yang dihasilkan oleh siswanya, melainkan bagaimna tulisan dip roses
dari A sampai Z. Tidak men yang sama bagi menentukan target yang sama bagi
semua siswa karena setiap siswa mempunnyai kemampuan yang berbeda-beda. Untuk
mencari jalan keluar dari masalah ini dalah mengelompokan siwa berdasarkan
kemampuan yang sama.
Learning literature from Elementary Trough High School
Melalui wacana 6.1 pak chaedar Alwasilah ingin
memberitahukan kepada kita sebagai mahsiswa mengenai pendidikan literasi yang
ada di USA.
Dalam wacana tersebut terlihat jelas bahwa system
pendidikan di Amerika membiasakan siswanya dari mulai TK sampai tingkat SMA
untuk selalu menulis, ini terlihat dalam
paragraph lima, yakni: Anne J. Arbahi memulai menulis jurnal tentang
kegiatan sehari-harinya dan embaca essay yang sederhana.
Kemudian Anne J. Arbahi mencoba untuk menuliskan
kembali apa yang telah dia baca tersebut. Hal ini mulai dia lakukan sejak SD.
Selain dukungan dari system pendidikan yang tertata, peran orang tua dan
keluarga juga mendorong mereka untuk meningkatkan budaya literasi sejak dini
dengan cara mengirimkan mereka ke perpustakaan umum setiap hari setelah pulang
sekolah dari pukul 06.00 -09.00 P.M.
Bukan hanya dari SD, SMP, SMA tetapi, hal ini
berlanjut hingga sampai bangku kuliah, dimana dia mengambil jurusan seni, yang
menuntutnya untuk membaca buku dengan tujuan untuk memperkaya pengetahuan kita
dan menghasilkan prespektif-perspektif yang bebeda dari setiap sumbernya.


Subscribe to:
Post Comments (Atom)