Saturday, February 22, 2014

Menggapai Academic Writing


Name               : Nita Agustina Maulidya
Class                : PBI-D
Writing and conversation
Class review 2                        
Menggapai Academic Writing
Assalamualaikum wr.wb
          Masih dengan hari yang sama, yaitu jumat pada tanggal yang berbeda yaitu 14 februari 2014.  Pada tanggal ini adalah pertemuan kedua pada mata kuliah writing and converasition dan ini adalah class review yang kedua.  Sebelum Mr.Lala Bumela memasuki ruangan dengan suasana yang sama kami mahasiswa/i bahasa inggris pbi-D semester 4 mempersiapkan sesuatu yang dibutuhkan oleh Mr. Lala Bumela.  Setelah Mr.Lala Bumela memasuki ruangan atau kelas kami suasana berubah menjadi hening dan kita semua siap untuk mengikuti Mata Kuliah Writing.

            Mr.Lala Bumela mengawali pembahsannya dengan membahas tentang workshop yanga da di Jakarta, workshop itu diadakan pada hario minggu.  Workshop itu bernama At  America.  Acara workshop tersebut tidak dipungut biaya .  Mr.Lala Bumela menyarankan kami untuk mengikuti workshop .  setelah Mr.Lala Bumela membahas sesuatu yang bersangkutan tentang Teaching Orientation.  Mr.Lala Bumela menjelaskan apa saja yang berada di teaching orientation itu, yaitu berada di teaching oirientation yaitu: Academic Writing, Critical Thinking, Writing.
1)             Academic Writing
Academic  Writing (menulis akademik) merupakan menulis teks atau tulisan berupa karya ilmiah, laporan, essay, skripsi.  Academic Writing dapat dihasilkan dari banyak nya research (penelitian) yang bersifat validy dan dengan berbagai perbandingan (comparing) antara sumber referensi satu dengan yang lainnya.  Jika, kita membuat suatu academic writing seperti laporan.  Kita harus meneliti apa yang dijadikan suatu penelitian dan tidak lupa untuk mencantumkan referensinnya, supaya yang kita teliti itu bisa meyakinkan dan mempunyai bukti yang akurat.  Sedangkan tujuan utama nya adalah untuk menemukan suatu data yang paling benar (truth), di dalam Academic Writing mempunyai sifat-sifat

tersendiri yaitu :
a.      Impersonal
b.      Reference
c.       Formal
d.      Rigid    
Kita akan membahas sifat-sifat tersendiri dari academic writing itu yang saya ketahui.
a)      Impersonal
Di dalam academic writing itu sendiri mempunyai sifat yang impersonal, maksud dari impersonal  dari impersonal itu sendiri.  Academic Writing penulis, didalam tulisannya itu tidak memunculkan subject yaitu I atau research atau karakter dirinya.  Jadi sang penulis itu boleh memunculkannya pada argumen atau pada pieces argumentnya.  Jika ada memunculkan karakter dirinya bukan diargumen, itu tidak bisa dijadikan sebagai academic writing.
b)      Reference Based
c)      Formal
Jadi maksud dari formal itu sendiri adalah jika kita membuat suatu academic writing kita harus menggunakan bahasa formal.  Di academic writing tidak menggunakan informal.
d)     Rigid
Jika kita memiliki ide-ide, jika kita tidak menulis ide-ide kita, ide kita tidak akan menjadi sebuah tulisan.  Namun tulisan yang kita tulis masih bersifat kaku atau beku.  Tugas utama jika ingin menjadi seorang penulis dalam hal ini, yakni mencari jalan atau kita harus mencairkan ide yang beku tersebut, agar lebih mudah dipahami.
2)         Critical Thinking
Yang dimaksud dengan critical thinking ini adalah kita harus berfikir secara kritis.  Sebagai seorang mahasiswa, kita dituntut mempunyai pikirann yang kritis, jika kita tidak bisa sebagai mahasiswa yang kritis kita tidak akan tahu perkembangannya.  Oleh karena itu selain kita harus berfikir secara kritis .  kita harus berliterasi, khususnya dalam menulis akademik.  Menulis akademik dengan pemikiran yang kritis, kita dituntut untuk memposisikan diri menjadi dua kriteria, yaitu kita sebagai critical reading dan critical thinkingbukan dalam hal menulis saja atau bukan sebagai critical thinking saja kita harus berfikir kritis.  Kita harus menjadi critical reading yang hebat dan teliti dalam membaca.
3)      Writing
Di dalam Teaching orientation ada writing, writing mempunyai 3 siklus :
1)  A way of knowing something.
2)  A way of representing something.
3)  A way of reproducing something.
Something pada ketiga siklus writing tersebut dapat merujuk pada :
ü  Information
ü  Knowladge, dan
ü  Experince
          Dan ketiganya, yang terpenting atau kata kuncinya, yaitu experience.  Pengalaman adalah guru yang paling baik.
          Writing-reading , kemampuan dari membaca dan menulis disebut (7th Edition Oxford Advanced Leaner’s Dictionary, 2005 : 898).  Jadi literasi itu berkualitas “Life Quality”.  Jika literasinya bagus maka SDM nya pun akan bagus, karena literasi pun bisa mempengaruhi SDM.  Literasi itu adalah bahan atau kunci ilmu untuk kita mengetahui semua perkembangan.  Namun jika literasinya rendah, SDM nya pun akan rendah, karena masyarakat kurang membaca dan menulis sehingga tidak mendapatkan ilmu atau tidak mengetahui perkembangan zaman.  Jika daya literasi masyarakat itu tinggi masyarakat itu mampu mengelolah SDM nya agar semakin berkembang.
          Kita adalah multilingual writer yang dapat menulis secara efektif dalam dua bahasa, bahasa ibu dan bahasa lain (Indonesia atau Inggris).  Efektif dalam artian tidak hanya dalam menulis atau penulis yang kritis, tetapi menjadi pembaca yang kritis baik dalam nahasa ibu (L1) maupun bahsa kedua (L2) sehingga dapat mengubah diri dari seseorang mahasiswa bahasa menjadi mahasisa penulis.
          Hyland seorang penulis mengungkapkan “Writing is a Practice Based on Expectations : the reader’s chances of interpenting the writer’s purpose are increased if the write takes the trouble to anticipate what the reader might be expicting based on previous texts he or she has read the same kind”.
Jadi menurut Hyland menulis adalah praktek didasarkan pada harapan.  Seseorang penulis jika ia ingin menulis sang penulis itu harus mempunyai sebuah harapan.  Menulis bukan hanya menulis saja tapi harus membaca teks yang lain.
          Writer and Reader = Dancer ?
Seorang penulis yang bernama Hoey (2001), seperti di kutip dalam Hyland (2004), maksud dari judul tersebut adalah mengibaratkan para pembaca dan penulis untuk penari langkah-langkah masing-masing, setiap rasa perakittan dari teks dengan mengantisipasi apa yang lain kemungkinan akan dilakukan dengan membuat koneksi ke teks sebelumnya.  Dengan kata lain, bagi saya penulis-pembaca membuat sambungan disebut seni.
          Jadi seorang penulis mempunyai langkah-langkah seperti penari dan menulis pun mempunyai langkah-langkah, kenapa disebut seni ? karena seorang penulis menuangkan idenya dalam tulisannya, sedangkan penari dalam gerakan yang ada dilam tarian iyu.
Lehtohnen (2000 :74) pada Barthes
          Pendapat Lehthonen mengenal teks, writer dan readers adalah sebagai berikut :
*  The reader ascended to the nucleus of the formation of meanings, and reading became the  place where meaning beloged.
* Text and readers never exist independently of each other, but in fact produce one another.
* Reading includes choosing what to read, organizing meanings, as well as bringing the reader’s own knowladge into text.
Inti dari bacaan adalah formasi meaning.  Reading menjadi tempatmasuknya meaning.
                         Text dan reader tidak pernah berdiri sendiri tetapi saling memproduksi satu sama lain.
    

Reader membaca meliputi pilihan bacaannya, menyusun bacaan sehingga menjadi ilmu pengetahuan pada pembacanya.  Sedangkan hubungan dan tujuan text,context,reader,writer dan meaning adalah menurut lehtonen adalah untuk mengetahui,memproduksi, serta memberi pemahaman tentang meaning dari sebuah bacaan – tulisan, dan seorang pembaca akan memahami context (isi) bacaannya namun dapat berbeda, pemahamannya lebih luas dari pada apa yang penulis maksudkan.
Jadi kesimpulan dari class review ini menulis adalah salah satu seorang untuk menuangkan idenya, sehingga menghasilkan suatu karya sastra.  Dengan menulis kata bisa mencari ilmu dan merangkai kata-kata sehingga menghasilkan kata-kata yang menarik untuk dibaca.  Selain menulis budaya membacapun harus dikembangkan .  menulis tanpa membaca kita tidak tahu bagaimana caranya menggalih informasi dan ilmu pengetahuan.  Jika kita telah membaca dan mendapatkan informasi, kita bisa memulai dari hal terkecil brkembang dan membutuhkan text-context-writer menuju meaning.





Chapter Review
Berlayar Menuju Literasi

                        Para ahli bahasa lazim mengelompokkan periodisasi penggunaan methode dan pendekatan (approach), khususnya terhadap pengajaran bahasa kedalam lima kelompok besar, yaitu sebagai berikut :
Ø  Pendekatan struktural dengan Grammar translation methods.  Pendekatan struktural itu kedalam grammar translation methods.  Didalam grammar translation methods mempunyai fokus pembelajaran pada penggunaan bahasa tulis dan penguasa bahasa.  Mungkin seperti ini yang dimaksud fokus itu sendiri seperti pembelajaran itu lebih menonjolkan penggunaan bahasa tulis, seperti kata menulis cerita dan mengembangkan kata-katanya melalui tulisan dan harus menggunakan grammar.  Sedangkan penguasa bahasa itu seperti menggunakan bahasa Indonesia, namun diterapkan itu bukan satu bahasa saja, contohnya seperti bahasa Inggris.  Selain tata bahasa traditional dengan fokus pada bentuk, melatih siswa mengidentifikasi jenis kata.  Contoh kata pada bentuk adalah kalimat seperti ini “it is book” yang disebut seperti bentuk itu fokus pada kalimatnya, sedangkan jenis budaya adalah jenis kata yang berbeda dikalimat itu adalah “positive”, “negative”, atau “introgatif”.
Ø  Pendekatan audiolingual
Dalam pendekatan audiolingual memiliki titik fokus yaitu menerapkan-menerapkan dialog-dialog pendek dan mengabaikan bahasa tulis.  Jadi pada pendekatan ini hanya diterapkan berbicaranya, tidak menulis.  Saat siswa itu berdialog itu saat berkomunikasi spontan.  Siswa itu memikirkan bagaimana ia menulis apa yang ia berbicarakan.
Ø  Pendekatan  Kognitif
Dalam pendekatan kognitif ini siswa hanya menyesuaikan bahasa dan lingkungannya mungkin seperti ini, jika siswa itu terletak pada lingkungan ora-orang yang selalu membaca dia akan terbawa oleh orang yang selalu disekelilingnya, dan bisa juga seperti ini, setiap siswa ditempatkannmpada potensi atau skill nya masing-masing, didalam pendekatan kognitif  siswa hanya berorientasi ke sintaksis, yang dimaksud itu sendiri menganalisis frase dan kalimat.
Ø  Pendekatan communicative competence
Didalam pendekatan communicative, pendekatan ini fokus pada berbahasa ada berkomunikasi secara komunicative sehingga bisa berkomunikasi dengan spontan dan alami, akan tetapi dianggap kurang eksplisit.  Dalam komunikasi manusia tidak sekedar memproduksi ungkapan yang komunikatif, trtapi memproduksi juga ungkapan yang tidak komunikatif.
Ø  Pendekatan literasi atau genre-based
Pendekatan itu adalah pengenalan berbagai genre (jenis-jenis) wacana lisan dan tulisan, ada 4 tahapan sesuai dengan kurikulum 2004.
1.      Membangun Pengetahuan
2.      Menyusun model-model teks
3.      Menyusun teks bareng-bareng
4.      Menciptakan teks sendiri
Definisi Literasi
            Banyak berbagai definisi yang terdapat dalam teks “Rekayasa Literasi”.  Didalam pembahasan saya yang saya baca dalam teks yang berjudul “Rekayasa Literasi” mempunyai 4 definisi tentang literasi, yaitu :
1)      Menurut edition oxford advanced learners dictionary, 2005:898)
Literasi adalah kemampuan membaca menulis.
2)      Menurut setiadi 2010 => istilah literasi jarang dipakai adalah pengajaran bahasa atau pembalajaran bahasa.
3)      Zaman dahulu literasi diartikan sebagai pendidikan, namun untuk sekarang pendidikan dasar tidak cukup mengandalkan baca tulis.
4)      Literasi adalah adalah praktik kultural berkaitan dengan persoalan soaial dan politik.  Namun pada hakikatnya literasi tidak hanya membaca dan menulis bahkan kini ada ungkapkan literasi komputer, literasi virtual, literasi matematika, literasi IPA.dsb
Adapun model literasi menuju freebody dan luke yaitu :
v  Memahami kode dalam teks
v  Terlibat dalam memakai teks
v  Menggunakan teks secara fungsional
v  Melakukan analisis dalam menstransformasi teks secara kritis.
Keempat peran tersebut dapat diringkas kedalam 5 verba : memahami, melatih, menggunakan, menganalisis, dan menstransformasi teks.  Itulah hakikat berliterasi secara literasi secara kritis.  Jika kita tidak bisa memenuhi 5 verba tersebut, seorang menulis itu tidak akan menjadi penulis yang kritis.
Literasi memiliki 7 dimensi yaitu :
1.      Dimensi geografis meliputi : lokal, nasional, ragional dan interpersonal.  Dimensi ini bergantung pada tingkat pendidikan jenjang sosial dan vokasionalnya.
2.      Dimensi Bidang (pendidikan, komunikasi, administrasi, hiburan, militer) contohnya dibidang pendidikan berkualitas tinggi, maka literasi yang diterapkannya pun dengan berkualitas tinggi.  Begitupun sebaliknya jika dibidang pendidikannya rendah, kemungkinan berlitersinya pun rendah atau bidang pendidikannya berkualitasnya rendah tetapi day berliterasinya tinggi.
3.      Dimensi ketrampilan meliputi (membaca,menulis, menghitung dan berbicara) jadi orang yang literat harus menguasai semua ketrampilan diatas namun jika tidak memiliki ketrampilan diatas tidak bisa dinamakan orang literat.
4.      Dimensi Fungsi, orang yang literat mampu mengaplikasikan kemampuan literasinya dalam mempecahkan persoalan.
5.      Dimensi Media orang yang literat dapat mengandalkan literasinya menggunakan media, seperti teks,digital,visual.
6.      Dimensi bahasa orang yang literat adalah yang mampu menguasai berbagai bahasa maka orang ini dikatakan orang yang multiliterat.
7.      Dimensi Jumlah
Dimensi jumlah ini merujuk atau bersangkutan dengan banyak hal misalnya, bahasa.  Orang multiliterat mampu berinteraksi dalam berbagai situasi literasi, seperti halnya kemampuan berkomunikasi, bersifat relatifnya.
Perubahan paradigma literasi sesuai dengan tantangan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini, yaitu :
§  Ketertiban lembaga-lembaga sosial
Lembaga-lembaga sosial itu seperti contoh nya dalam masyarakat.  Masyarakat difasilitas oleh lembaga-lembaga sosial.  Sedangkan lembaga-lembaga itu menjalankan perannya dengan fasilitas bahasa.
§  Tingkat kefasihan relatif
Setiap interaksi memerlukan kefasihan berbahasa dan literasi yang berbeda.  Jadi kefasihan ini sangat diperlukan saat berinteraksi.
§ Pengembangan potensi diri dan pengetahuan literasi -> mengembangkan potensi diri untuk berekspresi dan mengekspresikan dari bahasa ibu dan membekali mahasiswa untuk memproduksi ilmu pengetahuan.
§ Standar Dunia
Literasi sebagai nilai ukur kualitas sebagai pendidikan bangsa.  Jadi nilai literasinya itu sudah memiliki daya ukur yang bekualitasnya atau tidak.
§  Warga Masyarakat Demokratis
Literasi memfasilitasi warga negara dalam menjungjung tinggi nilai demokratis maksud nilai demokratis itu tinggi tidak dalam masyarakat, jika nilai demokratis nya tinggi maka masyarakatpun akan peduli dengan negara ini.
§  Keragaman lokal
Literasi dapat menyadarkan manusia tentang keragaman lokal budaya dengan demikian secara tidak langsung akan membentuk manusia yang berwawasan global, semakin asensitif dan atisipatif dia terhadap keragaman lokal.
§  Hubungan Global
Mengharuskan semua orang mempunyai literasi tingkat internasional.  Sehingga semua orang tidak mudah dibodohi oleh negara lain.
§  Kewarganegaraan yang efektif
Warga negara yang aktif dalam segala bidang.
§  Bahasa Inggris Ragam Dunia
Bahasa inggris merupakan bagian dari literasi global, jadi tidak heran bahasa inggris dipengaruhi oleh kekentalan bahasa dan budaya lokalnya.
§     Kemampuan Berfikir Kritis
Literasi bukan hanya membaca dan menulis saja akan tetapi kita harus menggunakan bahasa itu secara fasih dan kritis, serta mengajarkan ketrampilan berfikir kritis.
§  Masyarakat Semiontik
Semiontik itu berupaya mengkaji budaya, para ahli menggunakan sinteksis, simantik dan pragmatik.
   Setelah kita mengetahui dan mengkaji tentang ketujuh dimensi dan 10 gagasan kunci literasi kita juga harus mengetahui tujuh prinsip literasi yaitu :
*      Literasi adalah kecakapan hidup (life skills)
Yang memungkinkan manusia berfungsi maksimal sebagai anggota masyarakat.  Pendidikan bahasa sejak tingkat dasar melatih dan memberdayakan siswa memfungsikan bahasa sesuai dengan konvensinya dalam kehidupan nyata.
*      Literasi mencangkup kemampuan reseptif dan produktif dalam upaya berwacana
secara tertulis maupun secara lisan
   Jadi pendididkan bahasa diterapkan sejak dini, agar membiasakan siswa itu berekspresi, baik secara lisan maupun tulisan.  Sehingga pada saat siswa itu telah menjadi (mahasiswa) maupun memproduksi ilmu pengetahuan berupa fiksi.  Bahasa itu sendiri bersifat konstruktif dan generatif.
*      Literasi adalah kemampuan memecahkan masalah
Berbaca-tulis adalah kegiatan mengetahui hubungan antara kata dan antara unit bahasa dalam wacana, serta antara teks dan dunia tanpa batas.  Pendikakan bahasa juga melatih siswa berpikir kritis.  Bahasa adalah alat berfikir seperti writing dan reading.
*      Literasi adalah refliksi penguasaan dan operasi budaya.
Berbaca- tulis selalu berada di sistem budaya (kepercayaan, sikap,cara,dan tujuan).  Baca-tulis itu selalu berkaitan dalam sistem budaya, karena sistem budaya itu merupakan ilmu dan pendidikan yang mengenai atau mempelajari budaya.
*      Literasi adalah kegiatan refleksi
Penulis dan pembaca itu selalu mereflesikan dirinya dengan menulis atau membaca.  Jika dirinya lebih cenderung menulis ia akan berfikir dan mengaitkannya dengan pengalaman nya sendiri didunianya.
*      Literasi adalah hasil kolaborasi
 Jadi literasi adalah hasil kolaborasi maksudnya itu sendiri adalah berbaca-tulis selalu berkolaborasi antara sang penulis dan membaca.  Sang penulis dan pembaca saling berkomunikasi sehingga sang pembaca pun harus mengerahkan segala pengetahuan dan pengalamannnya untuk memaknai tulisan itu.
*      Literasi adalah kegiatan melakukan Interprestasi
Sang penulis memaknai alam semesta dan pengalaman subjektifnya lewat kata-kata dan pembaca memaknai interprestasi penulis.
Rapor Merah Literasi Anak Negri
indonesia yang memiliki berbagai kultur budaya yang beragam, indah dan mengesankan tidaklah berbanding lurus dengan kekayaan literasi yang dimiliki warganya.  Dalam sebuah penelitian dunia PILRS (Progress in International Reading Literacy Study), PISA (Program for International Students Assesment), dan TIMSS (the third International Mathematics and Science Study).  Untuk mengukur literasi membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan alam.  Berikut adalah salah satu temuannya:
Ø Skor Prestasi membaca di Indonesia adalah 407 (untuk semua siswa), 417 untuk perempuan dan 398 untuk laki-laki.  Angka-angka ini dibawah rerata negara peserta, yakni 500,510 dan 493.  Skor tertinggi di peroleh oleh rusia (565), Hongkong (564), Kanada atau Alberta (560), dan Singapura (559).  Indonesia menempati urutan ke-5 bawah, yakni sedikit lebih tinggi dari pada Qatar (356), Kuwait (333), dan Afrika Utara (304).
Ø  HERnya yaitu hanya 7% high, 62% medium,37%low dan biasanya orang tua yang lulus Universitas maka skor capaian prestasinya tinggi.
Maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa Indonesia memiliki literasi yang rendah, sehingga jauh tertinggal dengan negara lainnya.  Untuk mengejar ketertinggalan itu maka perlu adanya peningkatan SDM nya.  Terus hal produksi buku, Indonesia masih rendahnya 600 buku atau pertahun.  Padahal jumlah dosen Indonesia banyak yaitu sekitar 231.786 harusnya dari jumlah ini dapet menghasilkan 77.000 buku atau tahun.
Ujung tombak pendidikan literasi adalah guru dengan langkah-langkah profesionalnya yaitu :
1.      Komitmen Profesional
2.      Komitmen etis
3.      Strategi analitis dan reflektif
4.      Efikasi diri
5.      Pengetahuan bidang study
6.      Ketrampilan literasi dan numerasi.
Implementasi
   Literate adalah orang yang terdidik dan berbudaya.  Rekaya literasi adalah upaya yang disengaja dan sistematis untuk menjadikan manusia terdidik dan berbudaya lewat penggunaan bahasa secara optimal.  Perbaikan rekayasa literasi senantiasa menyangkut 4 dimensi:
1. Linguistik atau fokus teks
2. Kognitif atau fokus mind
3. Sosiokultural atau fokus kelompok
4. Perkembangan atau fokus pertumbuhan
Seperti yang dibahas pada bab ini, literasi meliputi ketrampilan membaca dan menulis.  Dengan demikian, rekayasa literasi berarti merekayasa pengajaran membaca dan menulis dalam empat dimensi diatas.  Sebagaimana yang tampak dalam tabel berikut ini :
   Literasi yang diajarkan tergantung pada paradigma ihwal literasi.  Pengajaran literasi intinya menjadikan manusia yang secara fungsional mampu membaca-menulis, terdidik, cerdas dan apresiasi terhadap sastra.
3 Paradigma untuk pengajaran sastra dalam literasi
1)  Decoding
Menyatakan bahwa penguasaan kode bahasa awalnya diberi pengetahuan tentang kode-kode bahasa.  Dalam paradigma ini berlaku rumus :
2)      Ketrampilan
Siswa menguasai sistem morfem dan kosa kata adalah dasar untuk membaca.  Jadi siswa dilatih untuk membaca (Reading) sebagai bagian dari penguasaan kosa kata baru, siswa secara deduktif.  Dalam paradigma ini berlaku rumus :
3)  Bahasa Secara Utuh
Bahasa secara utuh, siswa menguasai teks otentik yang kontekstual sehingga mendapatkan makna baru, bukan kosa kata baru.  Fokus pada makna secara utuh tidak persial.
Paradigma mengajukan rumus berikut ini :

                                                                                                         
Paradigma yang telah dibuat dan dirubah untuk perbaikan pengajaran bahasa kita tidak boleh melakukan kesalahan tabel berikut menggabarkan perubahan sudut pandang ihwal pengajaran bahasa.  Perubhan paradigma pengajaran literasi seperti yang tergambar dalam tabel diatas.  Paradigma adalah cara pandang dan pemaknaan terhadap obyek pandang (baca pengajaran liiterasi). Demikian juga pada fokus pada ekspresi diri, guru akan mendorong siswa menulis sesuai dengan hobby dan keperluannya secara bebas.  Yang penting berekspresi tulis.  Kesalahan pada ejaan, tat bahasa, dan kosa kata dapat dibenahisambil berjalan.
Jangan sampai banyak sarjana ahli sastra dan linguistik yang tidak menulis .  kita harus menjadi sarjana yang mampu menulis.
Jadi kesimpulannya adalah literasi memiliki peranan yang sangat penting dalam masyarakat dan lingkungan.  Karena jika masyarakat kita tidak mempunyai literasi yang tinggi, maka SDM yang kita miliki tidak akan tinggi.  Tapi jika kita mempunyai literasi yang tinggi akan memiliki SDM yang tinggi.  Literasi itu merupakan sebuah informasi atau ilmu pengetahuan, agar kita tidak tertinggal oleh negara lain.
Literate dizaman yang modern ini bermakna sempit, yaitu hanya baca—tulis, tapi makna disini memiliki artian yang lebih luas untuk mencapai sebuah adanya kunci.  Setelah kita mengetahui dan mengkaji tentang ketujuh dimensi dan 10 gagasan kunci literasi kita juga harus mengetahui tujuh prinsip literasi.  Jika semuanya terpenuhi kita disebut sebagai seorang literate.  Literate adalah orang yang terdidik dan berbudaya.        

Comments
0 Comments

0 Comments:

Post a Comment