Saturday, February 15, 2014

Meneruskan Jihad dalam Pendidikan

CLASS REVIEW
Meneruskan Jihad dalam Pendidikan

            Ketika bumi berputar pada porosnya, maka saat itulah para pejuang tak berhenti untuk meneruskan perjuangannya. Jihad merupakan suatu hal yang dilakukan untuk membela agama Allah dengan cara yang diridhoi-Nya termasuk apa yang dilakukan oleh para pelajar yang pada dasarnya mereka sedang berjihad di jalan Allah ta’ala. Karena berdasarkan hadits nabi bahwasannya menuntut ilmu itu adalah hukumnya wajib! Dengan ketentuan ini sebagai pelajar, sah bilamana dikatakan sebagai mujahid, dalam menuntut ilmu pasti menemukan rintangan, ujian bahkan cobaan yang menghalangi, dengan indikator itulah seorang pelajar bisa dikatakan sebagai mujahid.
            Semester demi semester terlewati dengan penuh perjuangan, ada yang melewatinya dengan sungguh-sungguh namun bahkan ada pula yang dengan santainya mengerjakan kewajiban sehingga terlena dengan tugas yang diberikan oleh dosen. Setelah beberapa mata kuliah yang diajarkan oleh dosen fenomenal Mr. Lala Bumela pada Writing and composition 2, Phonology dan berlanjut pada semester ini dengan menyuguhkan kembali Writing and composition 4 di semester 4 ini membuat adrenalin para mahasiswa kembali terpacu sehingga tidak ada waktu untuk menurunkan semangat belajar demi mendongkrak mutu pembelajaran di IAIN ini.
            Flashback sedikit mengenai beberapa mata kuliah yang Mr. Bumela bawakan, setiap mahasiswa jurusan Bahasa Inggris sudah dipastikan mengenal beliau. Karena jejak yang beliau ukir di setiap batin mahasiswa akan senantiasa berbekas hingga sampai kapanpun. Pada pengalaman yang telah didapat pada writing 2 dan phonology, beliau membawakannya dengan ciri khas yang membedakan Mr. Bumela dengan dosen lainnya. Pada tugas individu seperti sudah menjadi bumbu rahasia, beliau mewajibakn setiap mahasiswa membuat passport yang ditulis pada sebuah buku dengan ketentuan penulisan yang memenuhi syarat, passport ini sebagai nilai proses yang beliau tinjau dari setiap mahasiswa. Sungguh sebuah terobosan baru dan inovatif untuk sebuah proses pembelajaran, dengan usaha ini menjadikan mahasiswa menanggung kewajiban untuk mengerjakan dengan baik dan tidak menyia-nyiakan waktu setiap individunya. Sungguh perjuangan yang sangat berat telah dilalui setiap mahasiswa mata kuliah beliau, dengan perjuangannya hingga membuat mereka merelakan waktu luangnya untuk mengerjakan tugas yang begitu banyak, sehingga tidak sedikit dari mahasiswa harus “terpayah-payah” dalam mengerjakan tugas, dengan begadang, pegal-pegal, mengeluarkan biaya, lelah hingga menangis. Ketika mahasiswa sukses melewati semua itu dengan baik dan penuh keikhlasan tentunya Allah akan memberikan ganjaran yang setimpal atas usahanya, bukan hanya diberikan nilai terbaik oleh dosen juga tentu saja akan mendapatkan peringkat Mujahid dari Allah karena telah menjalankan suatu kewajiban untuk menuntut ilmu. Karena ada sebuah hadits yang menerangkan bahwa Tolabul’ilmi minal mahdi ila lahdi, tuntutlah ilmu dari buayan hingga ke liang lahat.
            Berakhirnya mata kuliah Phonology pada semester tiga tidak membuat mahasiswa terlena dengan tantangan yang akan dihadapi pada semester berikutnya. Semester 4 dengan hadirnya mata kuliah Writing and composition 4 yang dinahkodai oleh dosen fenomenal, membuat para mahasiswa akan merasakan perjuangan berat seperti yang telah dilakukannya pada semester-semester sebelumnya. Namun ada sebuah kebanggaan tersendiri atas apa yang telah kami dapat dari semester sebelumnya yaitu kelas kami merajai klasmen nilai Phonology tertinggi dari kelas lain, sebuah kesuksesan yang tidak pernah kami bayangkan sebelumnya, namun sangat wajar bila kita lihat dari sisi usaha yang telah kami lakukan. Tantangan berikutnya adalah mampu mempertahankan nilai “high score” ini atau jatuh dalam keterpurukan, semua ini tergantung dari anak buah kapal yang menjadi motor pergerakan sebuah kapal, semoga badai yang kuat tidak mampu menggoyahkan atau menenggalamkan bahtera kami PBI-D. Kini tanggung jawab sebagai kapten dipercayakan pada saya, semoga perjuangan ini tidak berakhir hancur tapi tetap dengan akhir yang bahagia atau happy ending. Perjuangan baru saja dimulai, dengan langkah Bismillahirrahmanirrahim kami siap untuk menjadi mujahid dalam dunia pendidikan!
            Perbaikan mutu pembelajaran itu tidak cukup berhenti pada kinerja setiap mahasiswa, tentu saja hal itu tidak mungkin jika mahasiswa dituntut untuk memperbaiki mutu sedangkan dosennya sendiri tidak ada perbaikan dalam kinerjanya. Pada usaha ini, Mr. Bumela mencoba untuk memberikan sentuhan yang berbeda dengan perbaikan kinerja dosen di IAIN khususnya jurusan Bahasa Inggris dengan membuat ketentuan lebih tegas dengan mendisiplinkan dari sisi absen. Mahasiswa diberikan kebijakan untuk mengawasi kinerja dosen dengan melakukan pengisian form yang diberikan oleh Mr. Bumela, semoga dengan ditunjang kerjasama antara dosen dan mahasiswa ini, ekspektasi perbaikan mutu pembelajaran di IAIN ini dapat tercapai dengan baik.
Tak ada yang berbeda dengan karakter metode pembelajaran Mr. Bumela, namun perkembangan dari metode yang ditemukan pada semester 4 ini, beliau menyuguhkan tantangan baru bagi mahasiswa walaupun jenisnya tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Perbedaanya hanya terlihat pada pembuatan passport yang syarat minimal halaman penulisan kini bertambah, mungkin ini yang disebut perkembangan dalam pembelajaran agar mahasiswa dapat terus terpacu seiring pertambahan level atau tingkat pengerjaan tugas. Pada pertemuan pertama writing 4 ini, Mr. Bumela menyuguhkan sarapan baru untuk para mahasiswa. Presentasinya yang membahas secara umum tentang pembelajaran writing tersebut diambil dari pendapat ulama atau orang yang berilmu walaupun statusnya dia bukan ilmuan di bidang Islam yaitu Learning how to write in a second language is one of the most challenging aspects of second language learning (Hyland 2003)”, kutipan berikut adalah sebagai indikator atau titik pacu pengenalan writing bahwa menulis dengan bahasa lain adalah sesuatu hal yang lebih menantang, sudah jelas pada kutipan berikut berisi tantangan agar mahasiswa mempersiapkan diri untuk menyentuh level atau tingkat berikutnya.
Refleksi dari metode yang diberikan pada semester ini mempunyai poin-poin yang diantaranya mahasiswa akan lebih menjurus ke penelitian tentang teori-teori yang berkembang di masyarakat pada saat ini, kemudian akan terasa pendekatan pada struktur penulisan dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris dan juga tentunya hal yang menonjol adalah ketika mahasiswa dituntut untuk terampil bukan hanya dalam tata cara menulis dengan tangan juga harus terampil dalam mengoprasikan komputer untuk pengarsipan di sebuah blog. Dalam usaha ini tentu saja mempunyai tujuan dan target yang diharapkan ke depannya, yaitu diantaranya adalah mahasiswa dapat menjadi guru bahasa yang baik dalam bidang menulis, kemudian karena pencapaian akhir adalah untuk menjadi guru tentu saja harus pandai mengatur dan mengelola sistem pembelajaran diantaranya, memilih metode, materi, dan prosedur yang tepat juga efektif untuk bisa mengendalikan suasana kelas dalam proses pembelajaran. Adapula suplemen untuk mendongkrak motivasi dosen dalam mengajar yaitu keterangan yang menunjukan bahwa pengajar yang profesioinal itu adalah pengajar yang mampu merefleksikan ilmu pengetahuannya dengan baik kepada anak didiknya.
Pada slide presentasi Mr. Bumela, mengatakan bahwa writing atau menulis itu meliputi tiga aspek, diantaranya adalah mengenai teks itu sendiri, konteks atau isi dari teks tersebut, kemudian ada pula mengenai pembacanya. Bagaikan sebuah keterampilan, menulis itu membutuhkan praktek langsung secara konkret sebagai pengaplikasiannya. Pernyataan berikut sangat mudah dipahami untuk sekedar pengingat kita untuk gambaran seperti apa menulis itu sendiri.
Ada beberapa poin penting tentang modal pengajaran dalam writing, yang diantaranya adalah tentang Language Structure atau struktur dari sebuah bahasa, dalam berbahasa tentunya harus memiliki struktur yang baik agar mudah dipahami ketika sedang berinteraksi. Text function atau fungsi dari teks, tentu saja ketika menulis bertujuan untuk berinteraksi antara penulis dan pembaca lewat tulisan, namun yang perlu digaris bawahi adalah seperti apa fungsi teks yang tertuang dalam tulisan tersebut? Apakah cukup dengan mudah dipahami atau harus memiliki isi yang berbobot? Themes or topic, adalah sebuah nyawa dalam sebuah karya tulis, karena tanpa sebuah tema yang jelas karya tulis tidak akan mempunyai makna yang teratur sehingga akan terjadi miss understanding yang sangat tidak diharapkan oleh penulis. Selain dari hal tersebut, ada pula yang harus diperhatikan adalah Creative expression, walaupun tidak nyata atau hanya tersurat, tapi dalam penulisan harus mempunyai ekspresi yang mencirikan penulis tersebut, dan harus dibuat semenarik mungkin dengan kreatifitas tinggi. Seperti apa hasilnya tentu saja tergantung pada proses yang dilalui, pada composing processes penulis dituntut untuk merangkai kata dengan sebaik-baiknya karena hasil ditentukan dengan proses. Kemudian ada yang disebut content atau isi dalam sebuah karya tulis, tentu saja isi yang disuguhkan harus memberikan kesan yang berbeda dan mempunyai nilai jual yang tinggi, maka dari itu harus ditunjang dengan penulisan yang maksimal.
Ketika semua komposisi telah tersusun dengan baik maka kesuksesan dalam menulis pun akan tercapai sesuai ekspektasi. Karena semua itu merupakan tujuan dari pembelajaran writing and composition semoga dalam karirnya kelas PBI-D yang memasuki semester ke empat ini dapat meneruskan perjuangannya dalam menuntut ilmu sehingga peringkat Mujahid pun akan tercapai yang didasari dengan ridho Allah SWT. Keep on spirit!
APPETIZER
Ketika Sistem Pendidikan Dikomersialkan
            Identifikasi secara dalam dan matang juga kritis ditunjukkan pada tulisan Pak Chaedar, bagaimana tidak beliau dengan lantang dan berani menggubris dilema dunia pendidikan di Indonesia. Dengan mengambil perbandingan antara Indonesia dan Negara tetangga Malaysia yang faktanya mereka lebih maju dalam bidang teknologi, padahal jika menengok sejarah dahulunya Malaysia berguru pada Indonesia tapi mengapa dewasa ini malah Indonesia tertinggal dari muridnya sendiri? Adakah yang salah?
            Sejauh ini yang menjadi permasalahan sehingga melahirkan pro dan kontra adalah mengenai karya ilmiah yang merajalela di dunia akademik Negeri ini. Apa yang menjadi masalah adalah kualitas literasi pada bangsa ini jauh lebih rendah dari ekspektasi atau harapan. Yang melatar belakangi hal ini tentu saja karena di lingkungan akademik sekarang karya ilmiah berupa skripsi, tesis hingga desertasi sudah dikomersialkan tidak melihat indikator utamanya, hal ini merupakan salah satu unsure arogansi akademik sedangkan himbauan Dirjen Pendidikan Tinggi adalah literasi tingkat tinggi dengan memproduksi ilmu pengetahuan kemudian dalam penelitian harus memenuhi aspek kesimpulan, rumus, atau teori untuk memperkaya pengetahuan. Namun kenyataannya berlawanan, fakta yang nampak dari sebuah perguruan tinggi adalah mayoritas dosennya pun tidak bisa menulis, sungguh ironis ketika standard kompetensi yang sangat tinggi namun kualitas pengajar tidak mampu melampaui ekspektasi tersebut.
            Hal berikutnya adalah berbicara mengenai skripsi sebagai nilai akhir atau titik tumpu kelulusan mahasiswa di sebuah perguruan tinggi versus dengan artikel jurnal yang pada dasarnya lebih bermanfaat disbanding skripsi yang dikomersialkan. Perbedaan yang mencolok adalah jumlah penulisan halaman skripsi yang identik lebih banyak yakni hingga 100 halaman, sedangkan jurnal yang mempunyai jumlah halaman 15 sampai 20 saja namun mempunyai bobot dan efektifitas tinggi untuk dunia akademis yang seharusnya bisa mengedepankan proses dibanding hasil akhir.
Tanggal 27 Januari 2012 merupakan hari bersejarah bagi insan akademisi yang sedang menempuh pendidikan di jenjang Perguruan Tinggi mulai dari program Sarjana, Magister, hingga Doktor. Hal ini dikarenakan melalui surat edaran bernomor 152/E/T/2012 dinyatakan tentang kewajiban bagi mahasiswa di setiap jenjang tadi untuk menulis makalah yang diterbitkan di Jurnal Ilmiah. (Menengok Pro dan Kontra Kebijakan Penulisan Jurnal Ilmiah di Sanata Dharma - Rechardus Deaz Prabowo). Seperti itu yang tersurat dalam buku tersebut bahwasannya sudah jelas terrekomendasi penggunaan jurnal di dunia akademik menjadi kebutuhan.
            Menjadi kesimpulannya adalah ketika kualitas mahasiswa dalam kemampuan menulis itu dilator belakangi tenaga pengajar, banyak diantaranya hanya sekedar instruksi namun dosen tersebut tidak mampu menulis dengan baik. Disayangkan sekali apabila Indonesia menganut sistem pendidikan tidak mengacu pada metode jurnal maka pengetahuan akan bergerak lambat bahkan pasif dan tidak berkembang karena pengaplikasiannya hanya dilakukan pada akhir saja seperti pada pelaksanaan siding skripsi, dan saat itulah proses komersialisme terjadi saat dosen kong kali kong dengan mahasiswa, sungguh tindakan yang jauh dari kata profesionalisme. Peminat jurnal yang menjadi terbatas dan hanya sebagian yang mengerti. Berbeda dengan jurnal opini seperti koran atau surat kabar, semua orang dengan mudah dapat memahaminya namun jurnal ilmiah tidak demikian.
            Tujuan peningkatan kualitas tentu saja sangat baik, namun biasanya dosen tidak pernah sadar bahwa sumber referensi yang mereka bawa dari hasil studi di luar negeri itu tidak sesuai dengan kapasitas bangsa Indonesia, sehingga kemampuannya tidak dapat mencapainya. Pak Chaedar memnberikan solusi bahwa dosen harus bisa memproduksi buku sebagai referensi lokal agar tidak melakukan kegiatan impor dari luar negeri, dengan usaha itu akan mudah mahasiswa perguruan tinggi di Indonesia untuk memahaminya. Secara umum artikel yang diambil dari buku Rekayasa Literasi ini membahas problematika antara kurikulum yang hidup di Indonesia dan tenaga pengajarnya yang sedemikian tidak menjunjung profesionalisme, kemudian merelasikannya dengan keadaan bangsa Indonesia yang sebenarnya (Bukan) Bangsa Penulis, berikut itu adalah faktor yang terjadi di negeri ini.
            Ketika penelitian yang dilakukan memberikan hasil bahwa mayoritas mahasiswa masih banyak yang ragu menggunakan Bahasa Inggris bahkan untuk mengidentifikasi dan menganalisa tema dan prosa saja belum mampu. Tentu saja ini berkaitan dengan perilaku dosen yang notabennya lulusan luar negeri mencoba untuk mengaplikasikan standard pembelajaran di luar negeri dengan kemampuan mahasiswa Perguruan Tinggi di Indonesia.
            Menanggapi opini kritis dari Pak Chaedar yang sangat mengena target dilemma yang terjadi pada dunia akademis di Indonesia secara keseluruhan tentu sejalan dengan pemikiran logis kebanyakan orang, karena tujuan dari proses pembelajaran adalah ilmu yang bisa bermanfaat bukan hanya hasil akhir yang diandalkan maka dari itu data yang didapat bahwa di luar negeri proses yang dikedepankan dengan menulis jurnal setiap tahunnya, dengan usaha itu maka tindakan komersial dalam skripsi tidak lagi dijadikan andalan para oknum akademisi kampus.
            Pada kesimpulannya adalah ketika kondisi kualitas bangsa Indonesia masih pada kondisi standard menengah, diharapkan para tenaga pengajar yang pernah wara-wiri tidak dianjurkan untuk merefleksikan secara langsung di dunia Perguruan Tinggi Indonesia. Selain itu juka kita bercermin pada latar belakang bangsa ini adalah bukan bangsa penulis seperti yang diungkap oleh Pak Chaedar dalam bukunya. Hal yang perlu digaris bawahi sebagai perubahan pola piker adalah dengan mengatakan bahwa sistem pendidikan harus dirubah, jangan berorientasi membaca tetapi dari membaca dan menulis harus mampu berorientasi.

Nama: Hilmi Salam
NIM: 14121330386
Class: PBI-D 4th Semester
1st Class Review and Appetizer
Comments
0 Comments

0 Comments:

Post a Comment