Thursday, February 27, 2014

Mengukir Toleransi dalam Benteng Perbedaan antar Manusia



Nama : Reni Harliani
Class ; PBI-D

Mengukir Toleransi dalam Benteng Perbedaan antar Manusia

                      Pendidikan adalah suatu  proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekerumunan orang,  dengan berpendidikan seiring zaman berganti seseorang akan menjadi berkualitas dan berkarakter sehingga dapat mengubah  pola pikirnya, dari pola pikir yang tadinya  awam dan kaku menjadi lebih modern. Kemudian, Jika pendidikan di suatu negara kebutuhannya telah terpenuhi secara  baik maka akan menjadi masyarakat yang literat, sejahtera dan mempunyai toleransi yang tinggi.

                Kali ini saya akan mengupas sebuah wacana kelas untuk “mendorong kerukunan beragama” secara tajam dan terpercaya, yang telah di terbitkan oleh chaedar Alwasilah mengenai tentang kurang  adanya toleransi agama dalam kalangan para pelajar, beliau mengkritik tentang  ketajamnya suatu konflik social dalam masyarakat yang terjadi pada para generasi muda ini, dengan adanya sebuah data bukti kejadian ketidak mampuan untuk menjaga hubungan baik dapat merugikan individu dan dapat menyebabkan tingkat tertentu konflik social dalam suatu masyarakat, seperti konfilk antaretnis dan agama besar yang terjadi di derah sambas(2008), ambon(2009), papua(2010).
            Hampir semua Negara maju menyadari link dengan demikian membentuk system pendidikan yang baik, karena Negara maju mempercai bahwa kunci kesuksessan persatuan dan kesatuan sebuah bangsa sesama umat beragama adalah yang berlandaskan toleransi. Dengan adanya toleransi  agama dapat menciptakan sebuah bentuk kedamaian dan tanpa adanya distriminasi dalam masalah apapun terutama tentang agama.
          Untuk menumbuhkan dan menerapkan suatu kerukunan antar umat beragama dapat dimulai sejak dini hari. Seperti di terapkan pada siswa sekolah dasar. Karena pada pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan siswa keterampilan dasar untuk mengembangkan kehidupan mereka sebagai individu, anggota masyarakat dan warga negara. Keterampilan dasar ini juga merupakan dasar untuk pendidikan lebih lanjut. Dimana para siswa akan di ajarkan dan dibimbing sesuai dengan undang-undang  yang berlaku di tanah air Indonesia tercinta ini, dan mempersiapkan para siswa untuk bisa terjun ke masyarakat.
            Banyak masalah sosial yang berulang seperti tawuran pelajar, tidak lupa juga mereka terkadang memakai senjata tajam seperti sedang bermain film action di layar lebar dengan senjata yang dapat melukai atau menghilangkan nyawa seseorang dengan kayu dan samura,  ini semua terjadi di satu sisi mereka kurangnya kemampuan untuk berintraksi yang cukup baik, serta di timbulkan oleh rasa setia kawan  yang berlebih yang dikenal dengan sebutan solideritas, adapun alasannya yaitu para siswa malas untuk menyelesaikan masalahnya sendiri cenderung tidak berani bertanggung jawab sehingga mereka salah memahami arti sebuah persahabatan, akibatnya bentrokan pamuda tidak dapat dicegah lagi dan bentuk lain dari radikalisme di seluruh Indonesia adalah indikasi dari penyakit sosial yaitu semata-semata kurangnya kepekaan dan rasa hormat terhadap orang lain dari kelompok yang berbeda.
                      Konflik sosial serta ketidak harmonisan agama khususnya merupakan tantangan bai pendidik dalam melakukan yang terbaik untuk mempersiapkan generasi berkutnya sebagai warga negara yang demokratis, dengan karakter yang baik sebagaimana diatur dalam sistem pendidikan nasional. Jadi para  Pendidik  harus melakukan yang terbaik untuk ketidak harmonisan ini, bertanggung jawab dalam membentuk generasi selanjutnya sebagai warga yang demokrasi dengan karakter yang lebih baik sebagaima yang telah di tetapkan dalam hukum pendidikan nasional.

                    Untuk mewujudkan sebuah tujuan ini, kerukunan  umat beragama  harus di kembangkan di sekolah pada awal siswa dasar. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak usia sekolah lebih memilih untuk berinteraksi dengan rekan-rekan mereka. Dalam konteks tersebut anak-anak dapat berinteraksi dengan saling menghormati, membantu, berbagi, dan umumnya sopan terhadap satu sama lain.konsep interaksi dengan rekan sebaya adalah komponen penting dalam teori pembangunan sosial (Rubbin, 2009).
                       Siswa berasal dari latar belakang etnis, agama, dan sosial yang berbeda-beda dan pola pikir mereka dominan dibentuk oleh latar belakang mereka para siswa tidak  cukup pahan dengan apa itu perbedaan dan pola pikir mereka dominan dibentuk oleh latar belakang mereka Ketika mereka menyelesaikan pendidikan formal, siswa memasuki dunia dimana kemampuan unuk menjaga hubungan baik sangat penting untuk keberhasilan individu. Sekolah harus dapat memfalitasi hubungan antar siswa yang mempunyai latar belakang yang bermacam-macam tersebut untuk mengemban wacana sipil positif.
                   Setelah mempromsikan program-program kreatif diantaranya mengembangkan indicator wacana sipil, maka pada sekolah dasar ini  fungsi sekolah disini harus berjalan, anak tidak hanya mempelajari tentang pengetahuan dan keterampilan saja, tetapi tetapi juga sikap, nilai-nilai dan norma-norma. sebagian besar sikap dan nilai-nilai itu dipelajari secara informal melalui situasi di kelas dan di sekolah melalui contoh para guru, dan sekolah mengajarkan pendidikan  diharapkan membentuk manusia social yang dapat bergaul dengan sesama manusia sekalipun berdeda-beda agama, suku bangsa para siswa harus dapat menyesuaikan diri dalam situasi social yang berbeda-beda. guru kelas berfungsi untuk mengawasi siswa hampir sepanjang hari, siswa harus dilatih  untuk mendengarkan secara aktif  dengan mempertahankan kontak mata langsung, berdiri diam dan bergiliran berbicara. Para siswa juga harus diajarkan bagaimana untuk menyumbangkan ide-ide yang relavan dengan topik diskusi.

                  Teman sebaya adalah anak-anak atau orang-orang  yang sama-sama mempunyai  atau memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama yang mempunyai keakraban dalam sesama usianya. Fungsi kelompok teman sebaya  adalah orang saangat senang ketika dapat diterima dalam suatu group apa bila diterima sebaliknya siswa dasar akan menjadi sedih apa bila diremehkan atau  di keluarkan oleh teman sebayanya.
                Sebuah laporan penelitian oleh Apriliaswati (2011) menyimpulkan bahwa interaksi teman sebaya dalam dukungan wacana kelas sipil yang positif di kalangan siswa. Interaksi rekan dalam studi sosial, kelas Indonesia dan Pancasila tidak mengganggu jika guru mengelola secara efektif.  Berisik tidak selalu negatif. Ini bisa menjadi bukti.
                Data dari Apriliaswati diproleh dalam penelitian tindakan tiga siklus yang dilakukan dengan empat kelas dari 34 siswa disebuah sekolah dasar di Pontianak, kota yang sering terjadi kerusuhan antar agama dan kepercyaan. Studi ini membuktikan bahwa sekolah harus berfungsi sebagai laboratorium untuk latiham masyarakat sipil. Untuk melatih toleransi karena mereka akan menemukan orang-orang yang berbeda,.

                       Studi Apriliaswati mengajarkan kepada kita bahwa pendidikan tidak harus mengembangkan penalaran ilmiah saja, tetapi juga wacana positif sipil positif. Penalaran ilmiah sangat diperlukan dalam mengembangkan warga intelektual, sedangkan kompetensi wacana sipil sangat penting untuk  meniptakan warga negara yang beradab.
                     Pendidikan kita saat ini gagal untuk memberikan para siswa dengan kompetensi wacana sipil. Sebagian besar politisi dan birokrat menduduki kursi karena mereka telah mengkuti pendidikan yang tinggi. Sayangnya, banyak dari mereka tidak memiliki kompetensi tersebut. para politisi dan birokrat yang mempunyai tingkah laku tidak sesuai dengan tingkat pendidikannya. Contohnya insiden pada tahun 2010 anggota parlemen saling bertukar kata-kata kasar dengan cara tidak sopan dalam sidang yang disiarkan langsung di seluruh negeri. Politisi ini  telah membuktikan contoh yang sangat miskin bagaimana berperilaku.
                    Ketika politisi dan birokrat gagal dalam mendiik masyarakat, sekolah dala hal ini harus berperan aktif membeikan contoh yang arif kepada masyarakat. Guru SD harus memberikan kesematan kepada siswa untuk mendorong pengalaman bermakna, yaitu interaksi dengan siswa lain dari agama yang berbeda, etnis, dan dari kelompok-kelompok sosial yang berbeda.
                       Maka sekolah ini harus memfasilitasi adanya tempat peribadahan masing-masing agama supaya mereka dapat saling berinteraksi tanpa harus memilih-milih teman dengan agama yang sama juga, dengan ini kita akan dapat  belajar untuk  menghargai dan menghormati orang lain. Diharapkan nantinya akan menciptakan manusia yang berkalitas, bertoleransi tinggi terhadap perbedaan yang di miliki oleh setiap individu sehingga memiliki kesiapan yang optimal didalam pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan pada masa dewasa.

                     Fisuf pndidkna amerika Emerson (1837) mengatakan bahwa “ seorang pria harus menjadi seorang pria sebelum ia bisa menjadi petani yang baik, pedagang atau insinyur.” Hal tersebut menunjjukkan bahwa Emerson menggaris bawahi pentingnya pendidikan liberal untuk mebuat pria sejati. Pria sejati memiliki pengetahuan untuk menghindari pemahaman yang provinsi. dalam negara indonesia pendidikan liberal harus mencakup pengetahuan etnis, agama, dan minoritas bahasa dan budaya. Terlepas dari karir mereka (politisi), insinyur, petani, atau pengusaha – siswa harus diberikan pengetahuan yang memadai di daerah-daerah.
                       Dengan demikian pendidikan liberal bertujuan membebaskan siswa dari sikap rabun terhadap orang lain. Pada dasarnya, itu menempa insan kamil yaitu orang yang ideal yang memenuhi kriteria untuk mengasumsi setiap pekerjaan atau penunjukkan sebagai warga negara yang demokratis.
                
                     Pada pendidikan siswa dasar merupakan kunci dasar untuk membangun karakteristik manusia yang sesungguhnya, Pendidikan  siswa dasar di indonesia ini akan lebih baik lagi jika yang mengajarkannya adalah seorang  professor-profesor dan para dosen-dosen yang sudah bergelar tinggi seperti S2, S3 atau sudah menjadi master, karena para siswa dasar itu adalah  masih mudah untuk dibentuk dan kualitas yang bagus untuk membentuk para siswa untuk pertama kalinya adalah oleh para master-master sehingga akan menghasilkan sebuah hasil yang bagus tidak asal-asalan, sebaliknya biarkanlah seseorang mengajar para mahasiswa diajar oleh mahasiswa yang baru (bergelar s1) tapi ternyata fakta membuktikan  bahwa siswa dasar di ajarkan oleh lulusan mahasiswa yang baru keluar, sedangkan para siswa yang sudah dijenjang tinggi seperti di kuliah itu diajarkan oleh professor-profesor atau master-master besar. Faktanya pendidikan di Indonesia masih jauh dari harapan.
                      Jika semua pihak telah berperilaku sesuai dengan aturan yang dimiliki setiap agamanya maka bukan tidak mungkin negara Indonesia beragam agama bisa hidup harmonis dan tidak terjadi suatu konflik. Kita juga tidak bisa menyalahkan sistem pendidikannya, karena sekolah juga turut mendidik generasi muda agar hidup dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang cepa,t dan bertujuan untuk membawa perubahan-perubahan social. Akan tetapi dalam norma-norma social, seperti struktur keluarga, agama, sekolah cenderung mempertahankan yang lama dan dengan demikian sedikitnya dapat mencegah  terjadinya perubahan yang dapat membunuh keutuhan bangsa.  
  
                  Selain guru dan lembaga pendidikan berperan dalam menghadirkan dan menumbuhkan kerukunan umat beragama di indonesia, masih terdapat faktor lain seperti faktor lingkungan, keluarga dan organisasi di sekolah  untuk merekatkan kerukunan antar umat beragama, suku, ras atau aliran. Faktor-faktor tersebut berpengaruh kepada  toleransi.
                  Perkara antar umat beragam agama bukan lagi hal yang biasa tetapi sudah membumi, untuk mencegah diskriminasi kita dengan cara menanamkan rasa toleransi dalam hati dan  tidak hanya diucapkan saja tapi dapat di pahami arti dari toleransi, tolerasi adalah (sikap tenggang rasa)  sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok  yang berbeda baik social atau budaya atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat.
                  menenamkan toleransi kepada siswa dasa, bahwa fakat  telah menunjukkan anak sekolah lebih memilih untuk berinteraksi dengan rekan-rekan mereka. Dalam konteks sekolah, itu adalah hubungan dimana reka–rekan menghormati, membantu, berbagi dan umunnya sopan terhadap satu sama lain.  Sedikit demi sedikit mereka akan menanamkan toleransi secara tidak sadar. Guru dalam hal ini bukan hanya sekedar meberikan ilmu dan skor tetapi mampu memberikan nasihat, contoh serta dapat menanamkan nilai-nilai yang baik bagi peserta didiknya.
Meskipun Negara mengaturnya dalam UUD 45 pasal 29 menjamin kebebasan beragama.
Pasal 29: Negara berdasar atas ketuhanan Yang Maha Esa.Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
      Seorang anak lahir membawa genetik bawaan dari orang tuanya, kemudian mendapatkan pengetahuan kebenaran dari orang tua, pendidikan dan lingkungan. Kebenaran dari anak tersebut adalah kebenaran menurut kerangka yang diberikan kepada dirinya. Beda negara, beda pendidikan, beda lingkungan akan menyebabkan perbedaan pemahaman kebenaran. Dengan pemahaman tersebut maka kita bisa mengapresiasi kebenaran sebagaimana yang dipahami oleh orang lain. Pada prakteknya orang tua yang fanatik terhadap agama yang di peluknya akan meninggikan agamanya serta menganggap agama paling benar dan merendahkan agama orang lain.
       Dan munculnya sebuah toleransi itu karena banyaknya perbedaan, jika kita berpikir secara rasional baik perbedaan ras, agama, suku itu seharusnya tidak menjadi munculnya sebuah masalah dan diperdebatkan sehingga muncul ke permukaan, masihkah kita ingat bahwa kita diciptakan dengan penuh perbedaan itu semua bertujuan agar kita saling melengkapi satu sama lain, semakin kita melihat sebuah perbedaan itu maka kita melihat sebuah pelangi  yang indah di balik perbedaan itu.
       
          Maka perbedaan keyakinan tersebut tidak harus  mempengaruhi pergaulan di masyarakat. Teman-teman ada yang orang tuanya berasal dari Muhammadiyah, NU, Katholik, itu tidak harus menjadi sebuah benteng atau tembok pemisah intarksi kita  antar umat beragama, tapi harus dijadikan sebagai jembatan yang dilalui untuk mencapai sesuatu yang  bertujuan sama, toleransi bersifat nyata, sesuai dengan budaya kita.

                  Pada zaman dahulu, belum zamannya komputer, akan tetapi para pemuka agama dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk menghormati keyakinan orang lain. Kita ambil contoh dari ajaran islam yang memuat toleransi umat beragama dalan Qur’annya. Ayat berikut ini pada saat ini sering diberi pengertian tambahan yang membuat kita kurang rasa toleransi terhadap keyakinan lain.
     Sesungguhnya orang-orang mumin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Rabb mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. 2:62).
       Untuk memberikan motivasi agar para siswa mempunyai rasa toleransi adalah dengan tidak memilih-milih teman, menceritakan sejarah dahulu, ketika nenek moyang kita hidupnya damai selalu bergotong royong dan saling menghargai dan menghormati orang lain, tanpa membeda-bedakan dengan melihat dari segi fisik, ras, suku, adatistiadat. dan memberikan contoh sikap berinteraksi yang baik, meskipun kita berbeda-beda tapi kita sama-sama diciptakan oleh allah, dan nabi muhamd tidak pernah menyuruh para sahabatnya atau umatnya untuk membeda-bedakan orang. Karena hidup ini pendek dan cepat, dan hidup ini adalah tentang orang yang kita temui. Perbedaan baik itu tentang ras,suku atau adatistiadat, dengan adanya itu kita dapat saling mengirin pengetahuan yang kita miliki.
                       Kepercayaan yang berkembang terus ini sangat indah. Kepercayaan yang berkembang terus itu membuktikan bahwa kesadaran anda sedang meningkat. Sampai pada suatu ketika, anda akan mempercayai Keberadaan, akan mengetahui dimana anda berdiri. Masalah kerukunan di antara perbedaan agama dan latar belakang sosial bukan semata-mata kesalahan suatu agama yang mendoktrin pengikutnya untuk fanatik terhadap agama sendiri dan membenci agama lain. Pada intinya semua agama mempunyai dogma-dogma sebagai pengontrol pengikutnya jika berbuat pelanggaran karena mengenal adanya dosa.
            Dalam lingkungan sekolah anak usia tersebut di didik untuk dapat saling memberikan ide-ide saat berdiskusi di kelas, berpendapat dan menghargai pendapat orang lain, mendengarkan secara seksama mendapat orang lain, dan masih banyak hal positif lain yang dapat di terapkan dalam hidup di tengah masyarakat yang plural melalui pendidikan anak usia dini dan pendidikan sekolah dasar. Dalam hal ini guru di tuntut dapat memfasilitasi anak-anaknya dalam berinteraksi dengan rekan sebayanya yang mempunyai latar belakang agama dan soosial yang berbeda untuk meningkatkan rasa toleransi kepada kelompok lain.  Dan kita harus merubah cara pandang seseorang yang memandang kita dengan cara kita mendekatinya dalam artian belajar berinteraksi.
          Peduli kepada sesama dan tidak memandang siapa yang kita tolong, dari suku mana?, dari ras mana? Jika kita masih tidak dapat bertoleransi dan masih mempermasalahkan sebuah perbedaan, itu dapat disimpulkan bahwa itu hanya sebuah gengsi, yang tidak seharusnya kita turuti.
             Para orang tua harus mengajarkan berinteraksi yang baik contohnya : dengan selalu membawa anaknya untuk selalu mengunjungi atau bersilaturahmi ke rumah tetangga di sekitar rumah anda agar anak dapat berinteraksi dengan baik dengan lingkungannya. Tanpa memandang latar belakang siapun yang dia temui. Untuk memupuk kerukunan antar umat beragama dan mengembangkan kehidupan mereka. Hasil dari interaksi yang baik antar orang tua siswa pada kegiatan ini dapat berdamapak positif bagi anak sebagai siswa di pendidikan anak usia dini tersebut.
        Dan Setiap orang atas kebebasan meyakini kepercayaannya, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. kepercayaan harus berkembang sesuai dengan kesadaran kita. Jika terjadi peningkatan kesadaran , maka kepercayaan pun harus ditingkatkan. Pada dasarnya semua agama mengajarkan kabaikan kepada pemeluknya. Kabaikan atara pemeluk adan Tuhan juga kebaikan antara sesama pemeluk dan lingkungan alam. Sudah tidak ada tawar menawar lagi. Sejak lahir, seorang anak sudah diberi cap agama tertentu. la tidak diberi kesempatan untuk memilih dan harus menerima apa yang sudah ditentukan oleh kedua orangtuanya baginya. Untuk mengajarkan sebuah toleransi itu butuh sebuah pembiasaan, dan hubungan dimana rekan –rekan menghormati, membantu, berbagi dan umunnya sopan terhadap satu sama lain.
           Yang jadi PR bersama adalah bagaimana caranya agar rasa toleransi itu selalu tetap  hidup dalam diri  kita masing-masing?




Comments
0 Comments

0 Comments:

Post a Comment