Sunday, February 23, 2014

Kebangkitan dari sebuah Ketertinggalan


Fitri Nurhelawati                                                                                          
Cirebon, 14 februari 2014
Kebangkitan dari sebuah Ketertinggalan
Pada pertemuan kali ini kebetulan saya tidak dapat mengikuti pembelajaran dikarenakan perut saya tidak enak untuk di bawa kuliah, padahal ini hari pertama saya dan teman-teman memperlihatkan hasil kerja kami sekelas. Sebenarnya saya bingung ketika harus menulis class review ini. Sungguh entah apa yang harus saya tulis dalam class review ini. Saya mencari informasi ke beberapa sumber untuk mendapatkan informasi selengkap-lengkapnya tentang pertemuan minggu ini. Ketidakhadiran minggu ini pun saya tebus dengan susah payah mencari dan mengembangkan informasi dari teman-teman karena saya merasa sangat sedih tidak masuk salah satu mk terpenting di semster ini.

Materi demi materi saya kumpulkan agar saya tidak ketinggalan dengan teman-teman yang lainnya. Walaupun agak sulit, karena yang mereka tangkap dari apa yang disampaikan mr. Lala berbeda-beda. Intinya adalah. Minggu depan kami ditugaskan menulis class review dan membuat chapter review tentang rekayasa literasi yang isinya hampir 33 halaman. Beberapa teman saya mengatakan bahwa Mr. Lala menjelaskan tentang “Teaching Orientation”.
                                                Teaching Orientation
                                               

Academic Writing                  Critical Thinking                    Writing


 
            Mr. Lala menjelaskan bahwa didalam sebuah orientasi mengajar berisi 3 aspek seperti diatas. Dan aspek-aspek ini juga harus memiliki bagian-bagian, yaitu:
1)      Menulis akademik:
Ø  Interpersonal : “I” / The writer
Ø  Reference-based : harus mempunyai argument yang kuat ketika menuis
Ø  Formal : bahasa ketika kita menulis adalah formal, kenapa? Karena bahasa yang formal akan lebih membuat pembaca menghargai tulisan kita dan mereka mudah untuk memehaminya
Ø  Rigid (kaku) : akemik writing memiliki bahasa yang kaku, yang terkadang menjadikan siswa malas membacanya.
2)      Critical thinking : sebagai pembaca yang literat, ketika ia membaca harusnya tidak menerima begitu saja baccan yang dia terima.
Ø  Reader
Ø  Writer
3)      Writing
Ø  A way or knowing something – you know what you write
Ø  A way of representating something
Ø  A way of reproducing something
Kata “something” disini menunjukan sebuah informasi
 (yang walaupun samar tapi something disini memiliki makna yang penting)
                                                                                  Knowledge
 (dari sebuah informasi tentu akan menghasilkan sebuah knowledge yang bisa sangat luas sekali cakupannya)
                                                          Experience
( setelah kita mendapatkan pengatauan yang begitu banyak maka waktu-waktu dan kejadian-kejadian yang kita alami itu akan menjadi pengalaman bagi kita)
·         Kata kunci dari semua proses ini adalah experience yang menjadi pokok atau dasar bagi kita untuk melakukan sesuatu yang luar biasa. Pengalaman kita dapat kita jadikan bekal untuk kita mengembangkan intelektual kita sebagai masyarakat modern yang cerdas. Dengan pengalaman yang kita miliki kita daoat belajar darinya untuk membangun masa depan yang lebih baik. Kita juga dapat membangun bangsa kita ke arah yang lebih baik lagi dengan pengalaman yang kita miliki.
Beberapa aspek mengajar secara akademik ini tentu saja mempermudah cara mengajar kita yang lebih menunju ke pengajaran akademik. Menurut saya mengajar saja dengan mengajar secara akademik memiliki pebedaan secara spesifik. Mengajar itu adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan pengetahuan kepada siswa, dan kebanyakan dari pengajar di Indonesia hanya menyampaikan saja tidak mengajari apa lagi memberi contoh yang baik kepada para siswanya dan terkadang apa yang disampaikan tidak sesuai dengan materi atau kebutuhan siswanya. Sedangkan mengajar akademik menurut saya adalah bagaimana seorang pengajar yang tidak hanya menyampaikan, tetapi juga memberitahu sedetail mungkin dan sekritis mungkin tentang materi yang diberikan. Pengajar yang mengajar secra akademik ialah beliau yang mengajari siswanya secara mendalam tentang materi yang disampaikan.
Ketika kita menjadi seorang guru atau dosen kita harus mengandalkan pengetahuan dan pengalaman kita. Menurut Mr. Lala bukan di buku Pak Chaedar tapi karena pengalaman kita dalam belajar. Guru yang handal juga adalah guru yang memahami benar arti pentingnya sebuah literasi. Kenapa literasi ini dikatakan aspek yang harus dipahami oleh guru. Ini karena literasi memberikan efek yang sangat besar tehadap perkembangan pengetahuan yang dimiliki seorang guru. Literasi adalah dasar dari sebuah perkembangan pengetahuan kita, dimana literasi ini berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan yang kita miliki. Dengan adanya literasi pengetahuan yang kita miliki akan semakin terexplorasi dengan baik. Karena literasi ini berfungsi untuk mengembangkan life quality seseorang. Ketika kualitas hidup kita naik maka sumber daya di negara kita pun kan ikut naik. Menulis akademik mampu menaikan derajat literasi seseorang, walaupun terkadang membuat enggan untuk dibaca karena bahasa yang kaku, dan sulit dipahami.
                                                                        Life Quality

Karena literasi berhubungan dengan
                                                                                   Sumber Daya Manusia

         Negara Indonesia sendiri termasuk negara yang memiliki tingkat literasi yang rendah, ini terlihat dari banyaknya angka barang-barang impor yang digunakan oleh warga kita. Semakin banyak barang impor yng kita gunakan sebenarnya malah menambah pandangan bahwa negara kita memiliki tingkatan literasi ysng rendah karena kita tidak dapat mneghasilkan tekhnologi sendiri. Seperti negara korea yang banyak menghasilkan produk-produk dalam berbagai macam.
         Mr. Lala mengatakan bahwa pekerja di negara kita 50% adalah lulusan SD, sedangkan di negara lain minimal adalah SMA. Kelak dikemudian hari jika lulusan kita minimalnya hanya SD, bisa jadi negara kita akan mengimpor pekerja dari luar negeri untuk bekerja di Indonesia. Hehehe ( bakalan banyak bule yang panen, dan nyangkul kayanya). Ini dikarenakan tingkat kesadaran literasi seseorang yang rendah.
         Negara kita ini sangat jauh dari berbagai hal jika dibandingkan dengan negara-negara lain, baik dari segi literasinya, penulisan buku sebagai referensi untama anak bangsa dan dalam bidang tekhnologi. Penulisan buku adadalah salah satu tujuan literasi. Bangsa yang maju adalaha bangsa dengan tingkat literasi yang baik. Membca menjadi sumber kita, dan menulis adlah hasil ilmu dan pengalaman yang telah kita tuangkan kedaalam buku. Sebagai seorang penulis kita memuaskan pembaca (schemata). Tulisan itu harus diisi yaitu dengan cita rasa karena tulisan itu adalah seni yang harus dapat dirasakan oleh pembaca. Dan ingat kalian akan berhasil menjadi seorang penulis ketika kalian berhasil menuangkan meaning diakhir tulisan dan meaning tu tersampaikan kepada pembaca. Meaning inilah yang menjadi pokok dari semuanya.
Writing assesment:
Ø  Menulis adalah jalan untuk mengetahui suatu hal
Ø  Menulis adalah sebuah cara untuk menyajikan ulang
Ø  Suatu cara untuk memproduksi something/ meaning. Meaning ini adalah hal yang sangat penting karena merupakan pokok dari tulisan itu sendiri.
         Menurut Hyland 2004:4 menulis adalah praktek mengira-ngira / menduga : perubahan pembaca dalam menginterpretasikan tujuan penulis akan naik jika penulis takes the trouble untuk mengantisipasi apa yang pembaca mungkin mengharapkan berdasarkan pada teks sebelumnya. Dia telah baca pada jenis teks yang sama.       
         Hyland 2004. Mempesamakan pembaca dan penulis untuk menari-nari mengikuti step satu dengan yanglainnya, masing-masing pengumpulan makna dari teks oleh antisipasi, what persamaan yang lainnya untuk membuat koneksi untuk eks utama. Pada kata lain, menurut Hyland penulis-pembaca membuat sebuah kkoneksi yang disebut art(seni).
         Menurut Lehtonen 2000, pembaca termasuk pilihan apa yang dibaca, diolah dan penghubung mereka bersama dalam order to form meaning, sebaik mungkin membawa pengetahuan dari pembaca kedalam teks.
         Teks dan pembaca tidak pernah keluar dengan bebas dengan lainnya. Tetapi faktanya memproduksinya. Pembaca naik pada nukleus pada formasi makna dan membaca menjaditempat dimana terdapat didalamnya.
         Menurut Lehtonen teks terbagi menjadi :
ü  Texts As physical being
ü  Texts as semiotik being
Seperti sering berkaitan dari kedua sisi ini, hal ini berguna untuk mempelajari teks dari sudut ini, baik dalam fisik maupun semiotik.
Dari semua bentuk teks, dikategorikan oleh 3 segi:
1.      Materially
2.      Meaningfullnes
3.      Formal relation
         Jadi, untuk membangun bangsa ini kita membutuhkan orang-orang yang intelek dan pandai literasi. Ini membutuhkan seorang pengajar yang memahami juga apa itu literasi. Kegiatan membaca dan menulis adlah proses mengasah kemampuan kita dalam pengetahuan kita dan erat hubungannya. Membaca sendiri adalah proses menangkap ilmu, sedangkan menulis adalah proses penuangan dan pengolahan ilmunya. jadi ketika kita tidak berevolusi menjadi pembaca yang hebat, maka kita pun tidak akan menjadi penulis yang hebat.
 Tiga bentuk text:
           Context yaitu tidak selalu ada sebelum penulis atau teks. Perubahan masalah kontextual mungkin memiliki kekuatan yang mempengaruhi bagaimana kita membaca sebuah teks.
          Reader yaitu yang mampu melihat apa yang ada dalam bacaan ini. Kemampuan ini merupakan kemampuan untuk melihat di balik teks, ketika pembaca mampu mengenali keberadaan dari beberapa teks, maka ia menjadi pembaca berkualitas.
          Meaning actually menurut saussare bahasa adalah sebuah sistem yang mendefinisikan makna ini sendiri. Barthes melihat peraturan seseorang yang melakukan practice linguistik yang menjadi pusat adalah informasi makna.




















                                                                                                            Cirebon, 14 februari 2014
LITERASI YANG TAK BERUJUNG
            Periodisasi penggunaan metode dan pendekatan, khususnya terhadap pengajaran bahasa asing dibagi menjadi  5 kelompok besar oleh para ahli bahasa, yaitu:
·         Pendekatan struktural grammar
Pendekatan ini memfokuskan pembelajarannya pada penggunaan bahasa tulis dan tata bahasa. Ini menyebabkan seseorang tidak dapat berexplorasi. Fokus pada bentuk saja ( “ that’s a car ).
·         Pendekatan Audiolingual  (1940-1960)
Fokusnya pada dialog-dialog saja dan mengabaikan bahasa tulis. Pendekatan inikurang memberi ruang terhadap variasi ajaran terhadap variasi ajaran terhadap berbagai fungs. Dalam praktek nya akan banyak muncul hal-hal yang terduga di kemudian hari. Dalam peendekatan ini juga bahasa tulis terabaikan, hanya saja siswa akan dapat berdialog secara spontan di kemudian hari.
·         Pendekatan kognitif
Fokus nya pada soswa menyesuaikan dengan lingkungannya. Yang diajarkan hanya potensi berbahasa dan kebutuhan lingkungannya. Pendekatan ini hanya berorientasi pada sintaxis, padahal bisa jadi ketika sintaxis nya benar, tapi sosiolinguistik nya salah.
·         Pendekatan communicate competence
Siswa hanya di fokuskan untuk berbahasa dan berkomunikasi secara komunikatif. Padahal pendekatan komunikatif di rasa kurang eksplisit . tujuan pengajaran ini menjadikan siswa mampu berkomunikasi dalam bahasa target. Dalam komunikasi manusia tidak sekedar memproduksi ungkapan yang komunikatif, tetapi juga harus bernalar.
·         Pendekatan literasi atau pendekatan genre basedsebagi implikasi  dan studi wacana sesuai kurikulum 2004 di indonesia. Tujuan pembelajaran yang menjadikan siswa mampu menghasilkan wacan yang sesuai dengan konteks komunikasi. Pendekatan ini mengenalkan berbagai genre wacana lisan maupun tulisan untuk dikuasai oleh siswa.
                                                     Membangun pengetahuan (building knowledge)
                                                     Menyusun model-model ( modeling of texts)
Tahapan pembeajaran                  Menyusun texts ( joint construction of texts )
sesuai kurikulum                          Menciptakan sendiri ( independent construction of texts)
            Dengan tahapan kurikulum inilah siswa akan belajar secara terencana.
#Definisi Literasi#
Di indonesia istilah literasi kurang begitu populer, biasanya yang di gunakan adalah pengajaran bahasa atau pembelajaran bahasa. Inilah yang biasanya menjadikan pembelajaran menjadi tidak efektif. Terkadang pembelajaran habya berupa pengerjaan soal dan penjelasan materi saja. Maka siswa pun tidak dapat mnegexplorasi kemempuan berpikirnya.
·         Menurut edition oxford  advanced learned dictionary, 2005:898) literasi adalah kemampuan membaca dan menulis.
·         Menurut setiadi 2010, istilah literasi jarang di pakai, yang sering di pakai adalah pengajaran bahasa atau pembelajaran bahasa.
·         Zaman dahulu literasi di artikan sebagai pendidikan, namun untuk sekarang pendidikan dasar  tidak cukup mengandalkan baca dan tulis.
·         Literasi adalah praktik  kultural berkaitan dengan persoalan sosial dan politik. Namun, pada hakikat nya literasi tidak hanya membaca dan menulis bahkan kini ada ungkapan literasi komputer, literasi virtual, literasi matematika, literasi IPA, dsb.
Model literasi menurut Freeboldy dan Luke:
·         Memahami  kode dalam teks
·         Terlibat dalam memakai teks
·         Menggunakan teks secara fungsional
·         Melakukan analisis dan menfransformasiteks secara kritis

Keempat peran ini di ringkas ke dalam verba: memahami, menggunakan, melatih, menggunakan, menganalisis, mentransformasi teks, itulah hakikat ber-literasi secara kritis.
                        # Dimensi Literasi #

1.      Dimensi Geografis
( vocal, interpersonal, nasional, regional )
Dimensi ini bergantung pada tingkat pendidikan jenjang-sosial dan vokalisasi nya.
2.      Dimensi Bidang
Dimensi ini bergantung pada ( pendidikan, komunikasi, administrasi, hiburan, militer ) contoh nya dalam bidang pendidikan. Jika bidang pendidikannya berkualitas, maka tingkat literasi nya pun berkualitas pula.
3.      Dimensi Keterampilan ( mebaca, menulis, menghitung, dan berbicara ). Jadi, orang yang literat yang menguasai keterampilan di atas di sebut multiliterat.
4.      Dimensi fungsi
Orang yang literat mampu mengaplikasikan kemampuan literasi nya dalam memecahkan persoalan, mencapai tujuan dan lain-lain. Dimensi ini berhubungan dengan pendidikan seseorang.
5.      Dimensi Media ( teks, visual, cetak, digital )
Orang yang literat mampu menggunakan berbagai media untuk menulis dan membaca.
6.      Dimensi  Jumlah ( satu, dua, beberapa )
Orang yang literat mampu menggunakan kemampuan dalam berbagai hal, dalam berbagai situasi dengan jumlah kemampuan yang lebih.
7.      Dimensi Bahasa ( etnis, lokal, regional, internasional )
Ada literacy singural dan plural. Ini beranalogi ke dimensi monolingual, bilingual, dan multilingual. Seberapa banyak bahasa yang anda kuasai maka anda semakin multiliterat.

Dengan dimensi-dimensi inilah keintelektualan seseorang dapat diketahui karena dimensi-dimensi ini saling berkaitan erat dalam membentuk intelekualan seseorang.
Berikut 10 gagasan kunci dari 5 definisi diatas yang menunjukkan perubahan paradigma literasi sesuai dengan tantangan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan sekarang.
·         Ketertiban lembaga-lembaga sosial
Muncul nya bahasa-bahasa birokrat yang menunjukkan kekuasaan birokrat karena lembaga pemerintah menjalankan perannya dengan fasilitas bahasa.
·         Tingkat kefasihan relatif
Kefasihan literasi di perlukan untuk memainkan peran fungsional dalam setiap interaksi.
·         Pengembangan Potensi diri dan Pengetahuan
Literacy yaitu mengembangkan potensi diri untuk berekspresi dan mengekspresikan dari bahasa itu dan membekali manusia untuk memproduksi ilmu pengetahuan.
·         Standar Dunia
Literasi suatu negara di jadikan nilai ukur kualitas di pendidikan bangsa itu sendiri.
·         Warga masyarakat demokratis
Literasi memfasilitasi warga negara dalam menjungjung tinggi nilai demokratis.
·         Keragaman Lokal
Literasi dapat menyadarkan manusia tentang keragaman budaya lokal, dengan demikian secara tidak langsung akan membentuk manusia yang berwawasan global, semakin sensitif dan antispatif terhadap keragaman lokal.
·         Hubungan Global
Mengharuskan semua orang mempunyai literasi tingkat internasional.
·         Kewarganegaraan yang Efektif
Warga negara yang aktif dalam segala bidang. Mampu mengubah diri, menggali potensi diri, serta berkontribusi bagi keluarga, lingkungan dan negaranya.
·         Bahasa Inggris Ragam Budaya Dunia
Bahasa inggris merupakan bagian dari literasi global, jdi, bahasa inggris di engaruhi oleh kekentalan bahasa dan budaya lokal.

·         Kemampuan Berfikir Kritis
Literasi bukan hanya membaca dan menulis saja akan tetapi kita harus menggunakan bahasa itu secara fasih dan kritis.
·         Masyarakat Semiotik
Semiotik itu berupaya mengkaji buadaya para ahli menggunakan istilah sintakisis, semantik dan paragmatik. Ini berupa visualisasi / gambar yang meiliki makna.
Kemampuan anak negeri hanya di tandai dengan sebuah rapot merah karena tingkat kemampuan siswa yang rendah. Rapot merah ini bisa menjadi ancaman bagi negara ini karena ini berpengaruh terhadap SDM di indonesia.
Peningkatan literasi akan mempengaruhi meningkatnya SDM indonesia yang akan menaikan derajat bangsa ini. Peningkatan literasi membutuhkan guru profesional, yaitu harus:
1.      Komitmen profesional
2.      Komitmen etis
3.      Strategi analisis dan reflektif
4.      Efikasi diri
5.      Pengetahuan bidang study
6.      Keterampilan Literasi dan Numerasi

Berikut 7 prinsip pelaksanaan pendidikan bahasa berbasis literasi:
Ø  Life skills : memungkinkan manusia berfungsi sebagai anggota masyarakat.
Ø  Penguasaan reflected dan apresiasi budaya : bahasa harus juga merujuk pada kebudayaan karena jika diabaikan maka akan terjadi dekontekstualisasi.
Ø  Kemampuan reseptif dan produktif : ini menjadikan siswa tidak terlalu merasa stress denagn tuntutan menulis karena ini pembelajaran literasi dilakukan bertahap dan menjadikan siswa terbiasa dengan menulis dan membaca.
Ø  Kegiatan refleksi diri : kegiatan ini menjadikan siswa mampu mengekpresikan kemampuan/pengalaman hidupnya. Siswa mampu memahami perbedaan bahasa dan pengguaan bahasa-bahasa yang beraneka ragam.
Ø  Hasil kolaborasi : keterampilan berbahasa akan terlihat disini, dimana siswa mampu berkolaborasi antara siswa pembaca dan penulis dalam berkomunikasi. Penulis mengerahkan kempuan dan pengalamannya untuk dituangkan kedalam tulisannya. Sedangkan pembaca mengerahkan kemampuannya untuk memaknai tulisan itu.
Ø  Intepretasi : ini menjadikan siswa memiliki kemampuan untuk menebak, mencari, dan membangun makna atas berbagai jenis teks dalam wacana tekstual, visual, dan digital.

Berikut beberapa rapot Merah Anak Negeri:
1.      Skor prestasi membaca di indonesia adalah 401 ( untuk semua siswa ), 417 untuk perempuan dan 398 untuk laki-laki sedangkan skor tertinggi adalah rusia (565). Indonesia menempati urutan ke-5 dari bawah.
2.      Negara dengan skor baca di atas 100 di tandai dengan pendapatan perkapita dan indeks pembangunan manusia (HDI) yang lebih tinggi dari pada negara yang restasi membacanya dibawah 500. HDI diatas 0,9 maka prestasi membaca di atas 500. Indonesia HDI 0,711 dan GNI kapita 810 US $.
  Dari rapot tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa:
·         Tingkat literasi siswa indonesia masih jauh tertinggal
·         Dalam laporan PIRIS tidak di temukan skor prestasi menulis, sehingga kita tidak mengetahui bukti korelasi antar skor prestasi membaca dan menulis.
·         Penguasaan tentang literasi dan penguasaan pendagogi pengajaran literasi mesti di kuasai guru.

Implementasi
            Orang yang literat adala orang yang terdidik dan berbudaya maka dari itu pengajaran literasi harus benar-benar dilakukuan dengan cara yang tepat. Perbaikan demi perbaikan tentang pengajaran literasi harus sering dilakukan agar tidak monoton dan kaku. Rekaya lliterasi sendiri dipengaruhu oleh 4 dimensi, yaitu :
1.      Liguistik (text) :
Pada dasarnya literasi masih merujuk pada linguistik dan sastra. Namun, seiring berjalannya waku rujukan literasi terus bertambah karena study literasi juga perlu adanya sosialisasi dengan objek sosial budaya. Pada hakikatnya orang yang ingin mengerti benar tentang literasi, maka ia harus belajar dulu tentang linguistik karena ilmu linguistik sendiri merupakan dasar dari literasi.
2.      Dimensi pengetahuan kognitif ( fokus pada minda)
Orang yang literat akan mampu menekplorasi keterampilannya dalam belajar.


3.      Perkembangan
1.      Pembelajaran aktif dan konstruktif
2.      Memnafaatkan kemampuan yang ada
3.      Menggunakan proses mental dan strategis untuk menghasilkan makna
4.      sosiokultural
Literasi diajarkan berdasarkan paradigma ihwal literasi itu. Pengajaran literasi pada intinya menjadi manusia yang secara fungsional mampu baca-tulis, cerdas, terdidik, dan menunjukkan apresiasi terhadap sastra. Di indonesia sendiri pendidikan mengacu pada produksi manusia terdidik tapi apresiasi terhadap sastranya kurang. Ini menyebabkan kurang inteletual manusi di Indonesia. Indonesi jika dibandingkan dengan negara lain ibarat bumi dan langit. Sangat jauh sekali kemampuannya.
            Dari banyak nya paradigma yang menurut pak Chaedar itu semua hanya berupa dialog dan debat antara pendukung paradigma ihwal ( dimensi ) literasi dan metode mengajar literasi sebagai konsekuensi dari logis literasi. Sistem paradigma yang banak hanya akan merusak sistm pengajaran literasi.
Tadinya....
Kini....
Bahasa adalah sistem struktur yang mandiri
Bahsa adalah fenomena sosial
Fokus pengajaran pada kalimat-kalimat yang terisolasi
Fokus pada serpihan-serpihan kalimat yang saling terhubung
Berorientasi ke hasil
Berorientasi ke proses
Fokus pada teks sebagai display kosa kata dan struktur tata bahasa
Fokus pada teks sebagai realisasi tindakan komunikasi
Mengajarkan norma-norma preskriptif dalam berbahasa
Perhatian pada variasi register dan gaya ujaran
Fokus pada penguasaan keterampilan terpisah (discrete)
Fokus pada ekspresi diri
Menekankan makna denotatif dalam konteksnya
Menekankan nilai komunikasi

                        Jadi, dari awal sampai akhir dapat di simpulkan bahwa sistem dan proses dimensi, dan paradigma di Indonesia sendiri baegitu panjang, namun kenapa masih ada rapor merah sebuah literasi anak bangsa? Guru sendiri memegang andil dalam mencerdaskan anak bangsa,  jadi guru harus memiliki tingkat literasi yang tinggi. Namun, dalam hal ini jangan terlalu menyalahkan guru. Pemerintah harus melihat dengan serius permasalah ini karena menyangkut masa depan bangsa. Seharus nya sistem pengajaran harus lebih di tingkatkan lagi dan di perbaiki. Jangan hanya merekayasa literasinya saja, tetapi juga harus mampu mengubah paradigma dan menerapkan sistem itu pada proses pembelajaran. Menjadi seseorang yang intelek juga harus ada nya kemauan dari diri sendiri. Perlu ada nya pembedahan dan penerapan intensif pembelajaran literasi dari dini disekolah-sekolah.

Comments
0 Comments

0 Comments:

Post a Comment