Sunday, February 23, 2014
Created By:
Fitri Nurhelawati


Teaching Orientation

Academic
Writing Critical
Thinking Writing
Kata
“something” disini menunjukan sebuah informasi
Knowledge
Life
Quality
Karena
literasi berhubungan dengan

Membangun
pengetahuan (building knowledge)
Menyusun
model-model ( modeling of texts)
Tahapan
pembeajaran Menyusun
texts ( joint construction of texts )
sesuai
kurikulum Menciptakan sendiri ( independent construction
of texts)
Fitri
Nurhelawati
Cirebon, 14 februari 2014
Kebangkitan dari sebuah Ketertinggalan
Pada pertemuan kali ini kebetulan saya tidak dapat mengikuti
pembelajaran dikarenakan perut saya tidak enak untuk di bawa kuliah, padahal
ini hari pertama saya dan teman-teman memperlihatkan hasil kerja kami sekelas.
Sebenarnya saya bingung ketika harus menulis class review ini. Sungguh entah
apa yang harus saya tulis dalam class review ini. Saya mencari informasi ke beberapa
sumber untuk mendapatkan informasi selengkap-lengkapnya tentang pertemuan
minggu ini. Ketidakhadiran minggu ini pun saya tebus dengan susah payah mencari
dan mengembangkan informasi dari teman-teman karena saya merasa sangat sedih
tidak masuk salah satu mk terpenting di semster ini.
Materi demi materi saya kumpulkan agar saya tidak ketinggalan
dengan teman-teman yang lainnya. Walaupun agak sulit, karena yang mereka
tangkap dari apa yang disampaikan mr. Lala berbeda-beda. Intinya adalah. Minggu
depan kami ditugaskan menulis class review dan membuat chapter review tentang
rekayasa literasi yang isinya hampir 33 halaman. Beberapa teman saya mengatakan
bahwa Mr. Lala menjelaskan tentang “Teaching Orientation”.





![]() |
Mr. Lala
menjelaskan bahwa didalam sebuah orientasi mengajar berisi 3 aspek seperti
diatas. Dan aspek-aspek ini juga harus memiliki bagian-bagian, yaitu:
1)
Menulis
akademik:
Ø Interpersonal : “I” / The writer
Ø Reference-based : harus mempunyai argument yang kuat ketika menuis
Ø Formal : bahasa ketika kita menulis adalah formal, kenapa? Karena
bahasa yang formal akan lebih membuat pembaca menghargai tulisan kita dan
mereka mudah untuk memehaminya
Ø Rigid (kaku) : akemik writing memiliki bahasa yang kaku, yang
terkadang menjadikan siswa malas membacanya.
2)
Critical
thinking : sebagai pembaca yang literat, ketika ia membaca harusnya tidak
menerima begitu saja baccan yang dia terima.
Ø Reader
Ø Writer
3)
Writing
Ø A way or knowing something – you know what you write
Ø A way of representating something
Ø A way of reproducing something

(yang walaupun samar tapi
something disini memiliki makna yang penting)

(dari sebuah informasi tentu
akan menghasilkan sebuah knowledge yang bisa sangat luas sekali cakupannya)
Experience
( setelah kita mendapatkan pengatauan yang begitu banyak maka
waktu-waktu dan kejadian-kejadian yang kita alami itu akan menjadi pengalaman
bagi kita)
·
Kata
kunci dari semua proses ini adalah experience yang menjadi pokok atau dasar
bagi kita untuk melakukan sesuatu yang luar biasa. Pengalaman kita dapat kita
jadikan bekal untuk kita mengembangkan intelektual kita sebagai masyarakat
modern yang cerdas. Dengan pengalaman yang kita miliki kita daoat belajar
darinya untuk membangun masa depan yang lebih baik. Kita juga dapat membangun
bangsa kita ke arah yang lebih baik lagi dengan pengalaman yang kita miliki.
Beberapa aspek mengajar secara akademik ini tentu saja mempermudah
cara mengajar kita yang lebih menunju ke pengajaran akademik. Menurut saya
mengajar saja dengan mengajar secara akademik memiliki pebedaan secara
spesifik. Mengajar itu adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang
pengajar untuk menyampaikan pengetahuan kepada siswa, dan kebanyakan dari
pengajar di Indonesia hanya menyampaikan saja tidak mengajari apa lagi memberi
contoh yang baik kepada para siswanya dan terkadang apa yang disampaikan tidak
sesuai dengan materi atau kebutuhan siswanya. Sedangkan mengajar akademik
menurut saya adalah bagaimana seorang pengajar yang tidak hanya menyampaikan,
tetapi juga memberitahu sedetail mungkin dan sekritis mungkin tentang materi
yang diberikan. Pengajar yang mengajar secra akademik ialah beliau yang
mengajari siswanya secara mendalam tentang materi yang disampaikan.
Ketika kita menjadi seorang guru atau dosen kita harus mengandalkan
pengetahuan dan pengalaman kita. Menurut Mr. Lala bukan di buku Pak Chaedar
tapi karena pengalaman kita dalam belajar. Guru yang handal juga adalah guru
yang memahami benar arti pentingnya sebuah literasi. Kenapa literasi ini
dikatakan aspek yang harus dipahami oleh guru. Ini karena literasi memberikan
efek yang sangat besar tehadap perkembangan pengetahuan yang dimiliki seorang
guru. Literasi adalah dasar dari sebuah perkembangan pengetahuan kita, dimana
literasi ini berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan yang kita miliki. Dengan
adanya literasi pengetahuan yang kita miliki akan semakin terexplorasi dengan
baik. Karena literasi ini berfungsi untuk mengembangkan life quality seseorang.
Ketika kualitas hidup kita naik maka sumber daya di negara kita pun kan ikut
naik. Menulis akademik mampu menaikan derajat literasi seseorang, walaupun
terkadang membuat enggan untuk dibaca karena bahasa yang kaku, dan sulit
dipahami.


Sumber
Daya Manusia
Negara Indonesia
sendiri termasuk negara yang memiliki tingkat literasi yang rendah, ini
terlihat dari banyaknya angka barang-barang impor yang digunakan oleh warga
kita. Semakin banyak barang impor yng kita gunakan sebenarnya malah menambah
pandangan bahwa negara kita memiliki tingkatan literasi ysng rendah karena kita
tidak dapat mneghasilkan tekhnologi sendiri. Seperti negara korea yang banyak
menghasilkan produk-produk dalam berbagai macam.
Mr. Lala mengatakan
bahwa pekerja di negara kita 50% adalah lulusan SD, sedangkan di negara lain
minimal adalah SMA. Kelak dikemudian hari jika lulusan kita minimalnya hanya
SD, bisa jadi negara kita akan mengimpor pekerja dari luar negeri untuk bekerja
di Indonesia. Hehehe ( bakalan banyak bule yang panen, dan nyangkul kayanya). Ini
dikarenakan tingkat kesadaran literasi seseorang yang rendah.
Negara kita ini
sangat jauh dari berbagai hal jika dibandingkan dengan negara-negara lain, baik
dari segi literasinya, penulisan buku sebagai referensi untama anak bangsa dan
dalam bidang tekhnologi. Penulisan buku adadalah salah satu tujuan literasi.
Bangsa yang maju adalaha bangsa dengan tingkat literasi yang baik. Membca
menjadi sumber kita, dan menulis adlah hasil ilmu dan pengalaman yang telah
kita tuangkan kedaalam buku. Sebagai seorang penulis kita memuaskan pembaca
(schemata). Tulisan itu harus diisi yaitu dengan cita rasa karena tulisan itu
adalah seni yang harus dapat dirasakan oleh pembaca. Dan ingat kalian akan
berhasil menjadi seorang penulis ketika kalian berhasil menuangkan meaning
diakhir tulisan dan meaning tu tersampaikan kepada pembaca. Meaning inilah yang
menjadi pokok dari semuanya.
Writing assesment:
Ø Menulis adalah jalan untuk
mengetahui suatu hal
Ø Menulis adalah sebuah cara
untuk menyajikan ulang
Ø Suatu cara untuk
memproduksi something/ meaning. Meaning ini adalah hal yang sangat penting
karena merupakan pokok dari tulisan itu sendiri.
Menurut Hyland
2004:4 menulis adalah praktek mengira-ngira / menduga : perubahan pembaca dalam
menginterpretasikan tujuan penulis akan naik jika penulis takes the trouble
untuk mengantisipasi apa yang pembaca mungkin mengharapkan berdasarkan pada
teks sebelumnya. Dia telah baca pada jenis teks yang sama.
Hyland 2004.
Mempesamakan pembaca dan penulis untuk menari-nari mengikuti step satu dengan
yanglainnya, masing-masing pengumpulan makna dari teks oleh antisipasi, what
persamaan yang lainnya untuk membuat koneksi untuk eks utama. Pada kata lain,
menurut Hyland penulis-pembaca membuat sebuah kkoneksi yang disebut art(seni).
Menurut Lehtonen
2000, pembaca termasuk pilihan apa yang dibaca, diolah dan penghubung mereka
bersama dalam order to form meaning, sebaik mungkin membawa pengetahuan dari
pembaca kedalam teks.
Teks dan pembaca
tidak pernah keluar dengan bebas dengan lainnya. Tetapi faktanya
memproduksinya. Pembaca naik pada nukleus pada formasi makna dan membaca
menjaditempat dimana terdapat didalamnya.
Menurut Lehtonen
teks terbagi menjadi :
ü Texts As physical being
ü Texts as semiotik being
Seperti sering berkaitan dari kedua
sisi ini, hal ini berguna untuk mempelajari teks dari sudut ini, baik dalam
fisik maupun semiotik.
Dari semua bentuk teks,
dikategorikan oleh 3 segi:
1.
Materially
2.
Meaningfullnes
3.
Formal
relation
Jadi, untuk
membangun bangsa ini kita membutuhkan orang-orang yang intelek dan pandai
literasi. Ini membutuhkan seorang pengajar yang memahami juga apa itu literasi.
Kegiatan membaca dan menulis adlah proses mengasah kemampuan kita dalam
pengetahuan kita dan erat hubungannya. Membaca sendiri adalah proses menangkap
ilmu, sedangkan menulis adalah proses penuangan dan pengolahan ilmunya. jadi
ketika kita tidak berevolusi menjadi pembaca yang hebat, maka kita pun tidak
akan menjadi penulis yang hebat.
Tiga bentuk text:
Context yaitu
tidak selalu ada sebelum penulis atau teks. Perubahan masalah kontextual
mungkin memiliki kekuatan yang mempengaruhi bagaimana kita membaca sebuah teks.
Reader yaitu yang
mampu melihat apa yang ada dalam bacaan ini. Kemampuan ini merupakan kemampuan
untuk melihat di balik teks, ketika pembaca mampu mengenali keberadaan dari
beberapa teks, maka ia menjadi pembaca berkualitas.
Meaning actually
menurut saussare bahasa adalah sebuah sistem yang mendefinisikan makna ini
sendiri. Barthes melihat peraturan seseorang yang melakukan practice linguistik
yang menjadi pusat adalah informasi makna.
Cirebon,
14 februari 2014
LITERASI YANG TAK BERUJUNG
Periodisasi penggunaan
metode dan pendekatan, khususnya terhadap pengajaran bahasa asing dibagi
menjadi 5 kelompok besar oleh para ahli
bahasa, yaitu:
·
Pendekatan
struktural grammar
Pendekatan ini memfokuskan pembelajarannya pada penggunaan bahasa
tulis dan tata bahasa. Ini menyebabkan seseorang tidak dapat berexplorasi.
Fokus pada bentuk saja ( “ that’s a car ).
·
Pendekatan
Audiolingual (1940-1960)
Fokusnya pada dialog-dialog saja dan mengabaikan bahasa tulis.
Pendekatan inikurang memberi ruang terhadap variasi ajaran terhadap variasi
ajaran terhadap berbagai fungs. Dalam praktek nya akan banyak muncul hal-hal
yang terduga di kemudian hari. Dalam peendekatan ini juga bahasa tulis
terabaikan, hanya saja siswa akan dapat berdialog secara spontan di kemudian
hari.
·
Pendekatan
kognitif
Fokus nya pada soswa menyesuaikan dengan lingkungannya. Yang
diajarkan hanya potensi berbahasa dan kebutuhan lingkungannya. Pendekatan ini
hanya berorientasi pada sintaxis, padahal bisa jadi ketika sintaxis nya benar,
tapi sosiolinguistik nya salah.
·
Pendekatan
communicate competence
Siswa hanya di fokuskan untuk berbahasa dan berkomunikasi secara
komunikatif. Padahal pendekatan komunikatif di rasa kurang eksplisit . tujuan
pengajaran ini menjadikan siswa mampu berkomunikasi dalam bahasa target. Dalam
komunikasi manusia tidak sekedar memproduksi ungkapan yang komunikatif, tetapi
juga harus bernalar.
·
Pendekatan
literasi atau pendekatan genre basedsebagi implikasi dan studi wacana sesuai kurikulum 2004 di
indonesia. Tujuan pembelajaran yang menjadikan siswa mampu menghasilkan wacan
yang sesuai dengan konteks komunikasi. Pendekatan ini mengenalkan berbagai
genre wacana lisan maupun tulisan untuk dikuasai oleh siswa.





Dengan tahapan
kurikulum inilah siswa akan belajar secara terencana.
#Definisi Literasi#
Di indonesia istilah literasi kurang begitu populer, biasanya yang
di gunakan adalah pengajaran bahasa atau pembelajaran bahasa. Inilah yang
biasanya menjadikan pembelajaran menjadi tidak efektif. Terkadang pembelajaran
habya berupa pengerjaan soal dan penjelasan materi saja. Maka siswa pun tidak
dapat mnegexplorasi kemempuan berpikirnya.
·
Menurut
edition oxford advanced learned
dictionary, 2005:898) literasi adalah kemampuan membaca dan menulis.
·
Menurut
setiadi 2010, istilah literasi jarang di pakai, yang sering di pakai adalah
pengajaran bahasa atau pembelajaran bahasa.
·
Zaman
dahulu literasi di artikan sebagai pendidikan, namun untuk sekarang pendidikan
dasar tidak cukup mengandalkan baca dan
tulis.
·
Literasi
adalah praktik kultural berkaitan dengan
persoalan sosial dan politik. Namun, pada hakikat nya literasi tidak hanya
membaca dan menulis bahkan kini ada ungkapan literasi komputer, literasi
virtual, literasi matematika, literasi IPA, dsb.
Model literasi menurut Freeboldy dan Luke:
·
Memahami kode dalam teks
·
Terlibat
dalam memakai teks
·
Menggunakan
teks secara fungsional
·
Melakukan
analisis dan menfransformasiteks secara kritis
Keempat peran ini di ringkas ke dalam verba: memahami, menggunakan,
melatih, menggunakan, menganalisis, mentransformasi teks, itulah hakikat ber-literasi
secara kritis.
#
Dimensi Literasi #
1.
Dimensi
Geografis
( vocal, interpersonal, nasional, regional )
Dimensi ini bergantung pada tingkat pendidikan jenjang-sosial dan
vokalisasi nya.
2.
Dimensi
Bidang
Dimensi ini bergantung pada ( pendidikan, komunikasi, administrasi,
hiburan, militer ) contoh nya dalam bidang pendidikan. Jika bidang
pendidikannya berkualitas, maka tingkat literasi nya pun berkualitas pula.
3.
Dimensi
Keterampilan ( mebaca, menulis, menghitung, dan berbicara ). Jadi, orang yang
literat yang menguasai keterampilan di atas di sebut multiliterat.
4.
Dimensi
fungsi
Orang yang literat mampu mengaplikasikan kemampuan literasi nya
dalam memecahkan persoalan, mencapai tujuan dan lain-lain. Dimensi ini
berhubungan dengan pendidikan seseorang.
5.
Dimensi
Media ( teks, visual, cetak, digital )
Orang yang literat mampu menggunakan berbagai media untuk menulis
dan membaca.
6.
Dimensi Jumlah ( satu, dua, beberapa )
Orang yang literat mampu menggunakan kemampuan dalam berbagai hal,
dalam berbagai situasi dengan jumlah kemampuan yang lebih.
7.
Dimensi
Bahasa ( etnis, lokal, regional, internasional )
Ada literacy singural dan plural. Ini beranalogi ke dimensi
monolingual, bilingual, dan multilingual. Seberapa banyak bahasa yang anda
kuasai maka anda semakin multiliterat.
Dengan dimensi-dimensi inilah keintelektualan seseorang dapat
diketahui karena dimensi-dimensi ini saling berkaitan erat dalam membentuk
intelekualan seseorang.
Berikut 10 gagasan kunci dari 5
definisi diatas yang menunjukkan perubahan paradigma literasi sesuai dengan
tantangan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan sekarang.
·
Ketertiban
lembaga-lembaga sosial
Muncul nya bahasa-bahasa birokrat yang menunjukkan kekuasaan
birokrat karena lembaga pemerintah menjalankan perannya dengan fasilitas bahasa.
·
Tingkat
kefasihan relatif
Kefasihan literasi di perlukan untuk memainkan peran fungsional
dalam setiap interaksi.
·
Pengembangan
Potensi diri dan Pengetahuan
Literacy yaitu mengembangkan potensi diri untuk berekspresi dan
mengekspresikan dari bahasa itu dan membekali manusia untuk memproduksi ilmu
pengetahuan.
·
Standar
Dunia
Literasi suatu negara di jadikan nilai ukur kualitas di pendidikan
bangsa itu sendiri.
·
Warga
masyarakat demokratis
Literasi memfasilitasi warga negara dalam menjungjung tinggi nilai
demokratis.
·
Keragaman
Lokal
Literasi dapat menyadarkan manusia tentang keragaman budaya lokal,
dengan demikian secara tidak langsung akan membentuk manusia yang berwawasan
global, semakin sensitif dan antispatif terhadap keragaman lokal.
·
Hubungan
Global
Mengharuskan semua orang mempunyai literasi tingkat internasional.
·
Kewarganegaraan
yang Efektif
Warga negara yang aktif dalam segala bidang. Mampu mengubah diri,
menggali potensi diri, serta berkontribusi bagi keluarga, lingkungan dan
negaranya.
·
Bahasa
Inggris Ragam Budaya Dunia
Bahasa inggris merupakan bagian dari literasi global, jdi, bahasa
inggris di engaruhi oleh kekentalan bahasa dan budaya lokal.
·
Kemampuan
Berfikir Kritis
Literasi bukan hanya membaca dan menulis saja akan tetapi kita
harus menggunakan bahasa itu secara fasih dan kritis.
·
Masyarakat
Semiotik
Semiotik itu berupaya mengkaji buadaya para ahli menggunakan
istilah sintakisis, semantik dan paragmatik. Ini berupa visualisasi / gambar
yang meiliki makna.
Kemampuan anak negeri hanya di tandai dengan sebuah rapot merah
karena tingkat kemampuan siswa yang rendah. Rapot merah ini bisa menjadi
ancaman bagi negara ini karena ini berpengaruh terhadap SDM di indonesia.
Peningkatan literasi akan mempengaruhi meningkatnya SDM indonesia
yang akan menaikan derajat bangsa ini. Peningkatan literasi membutuhkan guru
profesional, yaitu harus:
1.
Komitmen
profesional
2.
Komitmen
etis
3.
Strategi
analisis dan reflektif
4.
Efikasi
diri
5.
Pengetahuan
bidang study
6.
Keterampilan
Literasi dan Numerasi
Berikut 7 prinsip pelaksanaan pendidikan bahasa berbasis literasi:
Ø Life skills : memungkinkan manusia berfungsi sebagai anggota
masyarakat.
Ø Penguasaan reflected dan apresiasi budaya : bahasa harus juga
merujuk pada kebudayaan karena jika diabaikan maka akan terjadi dekontekstualisasi.
Ø Kemampuan reseptif dan produktif : ini menjadikan siswa tidak
terlalu merasa stress denagn tuntutan menulis karena ini pembelajaran literasi
dilakukan bertahap dan menjadikan siswa terbiasa dengan menulis dan membaca.
Ø Kegiatan refleksi diri : kegiatan ini menjadikan siswa mampu
mengekpresikan kemampuan/pengalaman hidupnya. Siswa mampu memahami perbedaan
bahasa dan pengguaan bahasa-bahasa yang beraneka ragam.
Ø Hasil kolaborasi : keterampilan berbahasa akan terlihat disini,
dimana siswa mampu berkolaborasi antara siswa pembaca dan penulis dalam
berkomunikasi. Penulis mengerahkan kempuan dan pengalamannya untuk dituangkan
kedalam tulisannya. Sedangkan pembaca mengerahkan kemampuannya untuk memaknai
tulisan itu.
Ø Intepretasi : ini menjadikan siswa memiliki kemampuan untuk
menebak, mencari, dan membangun makna atas berbagai jenis teks dalam wacana
tekstual, visual, dan digital.
Berikut beberapa rapot Merah Anak Negeri:
1.
Skor
prestasi membaca di indonesia adalah 401 ( untuk semua siswa ), 417 untuk
perempuan dan 398 untuk laki-laki sedangkan skor tertinggi adalah rusia (565).
Indonesia menempati urutan ke-5 dari bawah.
2.
Negara
dengan skor baca di atas 100 di tandai dengan pendapatan perkapita dan indeks
pembangunan manusia (HDI) yang lebih tinggi dari pada negara yang restasi
membacanya dibawah 500. HDI diatas 0,9 maka prestasi membaca di atas 500.
Indonesia HDI 0,711 dan GNI kapita 810 US $.
Dari rapot tersebut kita dapat menyimpulkan
bahwa:
·
Tingkat
literasi siswa indonesia masih jauh tertinggal
·
Dalam
laporan PIRIS tidak di temukan skor prestasi menulis, sehingga kita tidak
mengetahui bukti korelasi antar skor prestasi membaca dan menulis.
·
Penguasaan
tentang literasi dan penguasaan pendagogi pengajaran literasi mesti di kuasai
guru.
Implementasi
Orang yang literat
adala orang yang terdidik dan berbudaya maka dari itu pengajaran literasi harus
benar-benar dilakukuan dengan cara yang tepat. Perbaikan demi perbaikan tentang
pengajaran literasi harus sering dilakukan agar tidak monoton dan kaku. Rekaya
lliterasi sendiri dipengaruhu oleh 4 dimensi, yaitu :
1.
Liguistik
(text) :
Pada dasarnya literasi masih merujuk pada linguistik dan sastra.
Namun, seiring berjalannya waku rujukan literasi terus bertambah karena study
literasi juga perlu adanya sosialisasi dengan objek sosial budaya. Pada
hakikatnya orang yang ingin mengerti benar tentang literasi, maka ia harus
belajar dulu tentang linguistik karena ilmu linguistik sendiri merupakan dasar
dari literasi.
2.
Dimensi
pengetahuan kognitif ( fokus pada minda)
Orang yang literat akan mampu menekplorasi keterampilannya dalam
belajar.
3.
Perkembangan
1.
Pembelajaran
aktif dan konstruktif
2.
Memnafaatkan
kemampuan yang ada
3.
Menggunakan
proses mental dan strategis untuk menghasilkan makna
4.
sosiokultural
Literasi diajarkan berdasarkan paradigma ihwal literasi itu.
Pengajaran literasi pada intinya menjadi manusia yang secara fungsional mampu
baca-tulis, cerdas, terdidik, dan menunjukkan apresiasi terhadap sastra. Di
indonesia sendiri pendidikan mengacu pada produksi manusia terdidik tapi
apresiasi terhadap sastranya kurang. Ini menyebabkan kurang inteletual manusi
di Indonesia. Indonesi jika dibandingkan dengan negara lain ibarat bumi dan
langit. Sangat jauh sekali kemampuannya.
Dari banyak nya paradigma yang menurut pak Chaedar itu
semua hanya berupa dialog dan debat antara pendukung paradigma ihwal ( dimensi
) literasi dan metode mengajar literasi sebagai konsekuensi dari logis
literasi. Sistem paradigma yang banak hanya akan merusak sistm pengajaran
literasi.
Tadinya....
|
Kini....
|
Bahasa adalah
sistem struktur yang mandiri
|
Bahsa adalah
fenomena sosial
|
Fokus
pengajaran pada kalimat-kalimat yang terisolasi
|
Fokus pada
serpihan-serpihan kalimat yang saling terhubung
|
Berorientasi
ke hasil
|
Berorientasi
ke proses
|
Fokus pada
teks sebagai display kosa kata dan struktur tata bahasa
|
Fokus pada
teks sebagai realisasi tindakan komunikasi
|
Mengajarkan
norma-norma preskriptif dalam berbahasa
|
Perhatian
pada variasi register dan gaya ujaran
|
Fokus pada
penguasaan keterampilan terpisah (discrete)
|
Fokus pada
ekspresi diri
|
Menekankan
makna denotatif dalam konteksnya
|
Menekankan
nilai komunikasi
|
Jadi,
dari awal sampai akhir dapat di simpulkan bahwa sistem dan proses dimensi, dan
paradigma di Indonesia sendiri baegitu panjang, namun kenapa masih ada rapor
merah sebuah literasi anak bangsa? Guru sendiri memegang andil dalam
mencerdaskan anak bangsa, jadi guru
harus memiliki tingkat literasi yang tinggi. Namun, dalam hal ini jangan
terlalu menyalahkan guru. Pemerintah harus melihat dengan serius permasalah ini
karena menyangkut masa depan bangsa. Seharus nya sistem pengajaran harus lebih
di tingkatkan lagi dan di perbaiki. Jangan hanya merekayasa literasinya saja,
tetapi juga harus mampu mengubah paradigma dan menerapkan sistem itu pada
proses pembelajaran. Menjadi seseorang yang intelek juga harus ada nya kemauan
dari diri sendiri. Perlu ada nya pembedahan dan penerapan intensif pembelajaran
literasi dari dini disekolah-sekolah.


Subscribe to:
Post Comments (Atom)