Friday, February 21, 2014
Created By:
Nur Komariyah
Name : Nur Komariyah
Class : PBI-D
Writing and Cobversation 4
Class Review 1
All about the Syllabus
Pagi yang cerah itu hari Jum’at 07
Februari 2014 pukul 07.30 WIB di gedung Tadris Bahasa Inggris tepatnya lantai
tiga ruang 46. kami mahasiswa - mahasiwi jurusan TBI-D akhirnya bisa bertemu
kembali dengan Mr. Lala Bumela dalam keadaan sehat wal’afiat, namun tidak dalam
mata kuliah English Phonology melainkan
mata kuliah Writing and Conversation 4 di
semester ini tahun ajaran baru yaitu 2014. Tentu saja hal ini memberi kami
motivasi untuk jauh lebih semangat dan bekerja keras dalam mempelajari Writing and Conversation 4.
Jum’at pagi itu merupakan pertemuan
pertama kami dalam ajaran semester empat ini, meskipun begitu ada kabar angin
yang memberitakan bahwa mata kuliah Writing
and Conversation 4 ini akan jauh lebih gila lagi dalam hal tugasnya seperti
halnya Class Review yang dulunya
hanya empat halaman sekarang bertambah menjadi lima halaman begitupun
sebaliknya Chapter Review harus di
kembangkan lagi menjadi 10 halaman dan harus bisa mengembangkannya untuk
menjadi Class Review dan Chapter Review terbaik
untuk bisa mendapatkan nilai yang memuaskan. Hal itu tentu tidak membuat kami
patah semangat melainkan kami siap menjalani tugas tersebut dan memberikan hal
yang terbaik.
Kemudian host dari mata kuliah Writing and Conversation 4 yaitu Mr.
Lala Bumela menjelaskan tentang Writing 4
Syllabus, di mulai dari nomor telepon beliau yakni 081802179095. kemudian
beliau menyampaikan bahwa sms lebih baik and the best di bandingkan di telpon (Calling). Setelah itu beliau memberitahu
juga kepada kami tentang IAIN Syekh Nurjati yang sedang dalam proses menuju
Akreditasi A, mendengar pemberitahuan tersebut kami semua tertegun diam serta
bangga dan semoga pengakreditasian tersebut berjalan lancar Amin. Hebatnya lagi
Mr. Lala my lecturer sudah mengatur seluruh jadwal kegiatannya dengan matang
dan rapi. Kegiatannya tersebut adakah mengikuti konferensi internasional di
berbagai tempat diantaranya di Universitas Negeri Malang, Malaysia, Universitas
Muhammadiyah Purwokerto, dan terakhir adalah Institut Teknologi Bandung.
Selanjutnya ada hal-hal yang perlu di
bayangkan yaitu : Writing 4 berarti
tak dapat tidur malam (begadang), sore
eyes, back pain, jari-jari tnagan harus kuat, banyak bertanya kepada teman
dan tentunya writing akan membuat kamu menjadi seorang siswa yang terbaik,
individu yangterbaik, dan tentunya pula menjadi seorang warga negara yang baik.
Jika kita harus terus berikir bahwa writing itu sangat berguna untuk kita sebagai
mahasiswa dan membuat kita menjadi pintar. Selain itu Mr. Lala juga memberikan
buku bimbingan atau pendukung untuk mata kuliah Writing and Conversation 4 yakni ada 11 buku rekomendasi dari
beliau. Di antaranya:
- Pokoknya Rekayasa Literasi (Alwasilah, A.C).
- Text Types in English (Amderson, M dan K).
- Academic Writing : A handbook for International School.
- Writing and Communicate Paragraphs and Essays.
- Critical Academic Writing and Multilingual Students.
- Teaching and Research Writing.
- Second Language Writing.
- Genre and Second Language Writing.
- English for Academic Purposes.
- Thesis and Dissertation Writing in a Second Language.
- Genre, Text, and Grammar : Technologies for teaching and assesing writing.
Kemudian ada beberapa poin dalam
evaluasi pengerjaan yaitu untuk pekerjaan rumah (Class Review and Chapter Review) dengan memiliki bobot 40%. Ada three c (dua penilaian untuk Critical Reviews dan satu penilaian
untuk Argumentative Essays) dengan
bobot 30%. Presentasi individu (Argumentative
Essays) dengan memiliki bobot 20%. Untuk membuat blog memiliki bobot 10%.
Dan terakhir adanya Final Exam dengan
memiliki bobot 20%.
Hal yang menarik dari pertemuan
pertama kami ini dalam mata kuliah Writing
and Conversation 4 adalah saat Mr. Lala mengatakan bahwa writing kita ini akan menuju tahapan
yaitu Writing for Academic Purposes, yang dimana akan sangat Academic Writingnya. Academic Writing sendiri akan selalu
berhubungan dengan Research atau
Validitynya. Dalam hal ini penulis yang membuat sebuah artikel atau buku
akan menunjukkan dirinya (Interpersonal)
tidak dengan menggunakan “I, Writer” melainkan menggunakan pendapat ataupun argumen.
Contohnya: “I conducted this research in
a year”. Dari kalimat tersebut tidak di perbolehkan di Academic Writing. Kata ganti I
dalam contoh tersebut harus dihilangkan dan di ganti dengan menggunakan Passive Voice yaitu “This research was ..........”. begitulah
tentang Academic Writing. Hal yang
menarik selanjutnya adalah tentang tugas rumah selain Class Review dan Chapter Review yaitu tugas progess tests terdapat dua terbaik dari Critical Review, tugas
tersebut akan ditulis dengan syarat harus terdiri dari 2500 kata dan ditulis
dengan menggunakan bahasa indonesia sedangkan Argumentative Essays harus ditulis dengan syarat harus terdiri
dari 3000 kata dan ditulis dengan menggunakan bahasa inggris.
Setelah
pembahasan tadi, Mr. Lala kemudian menampilkan powerpoint dengan judul besar Writing for Academic Purposes : A Highlight
on the Syllabus. Betapa terkejutnya kami setelah slide berikutnya di
tampilkan dan ternyata itu adalah penilaian untuk mata kuliah English Phonolgy semester tiga yang lalu dengan rata-rata
sebagai berikut:
- Class D : 86,96
- Class C : 84,59
- Class B : 82,87
- Class A : 69,05
Kamipun terperangah melihat Class D
dengan nilai yang memuaskan dengan nilai rata-rata di Kartu Hasil Studi (KHS)
untuk nilai di mata kuliah English
Phonolgy yaitu B+ tidak hanya itu juga saya beruntung mendapat nilai yang
memuaskan yakni A- dan semoga nilai kami di semester empat ini akan lebih
memuaskan lagi. Namun kami sadar tidak boleh terlarut dalam kesenangan yang
berlebihan karena itu sebuah kemenanganan di semester tiga. Untuk semester
empat ini kami harus lebih giat lagi untuk mencapai kesuksesan itu lagi.
Selanjutnya slidepun berganti yaitu
mengenai A Highlight on Writing 4 Course.
Dalam slide tersebut terdapat kutipan dari Hyland 2003 dan Hyland 2004 yaitu Even for those who speak English as a first language, the ability to
write effectly is something that
requires Exensive and Speacialised instruction.
Kutipan tersebut bermakna orang yang berbahasa inggris sebagai bahasa
utamanya dan kemampuan untuk menulis secara efektif adalah sesuatu yang dilihat
dari Exensive
(jam terbangnya) dan Speacialised instruction (pengajarnya
atau dosennya). Kemudian dalam slide A
Simple Reminder terdapat sebuah kata-kata bahwa Writing itu melibatkan Composing Skill dan pengetahuan tentang Texts, Contexts, and Readers lalu Mr. Lala menggambarkan sebuah
segitiga dan di atas segitiga tersebut akan di isi dengan teks disebelah kiri
dan cinteks disebalah kanannya. Begitupun di bagian bawahnya akan ditulis
dengan reader. Dari sebuah segitiga di atas memberi kita pengertian bahwa dalam
teks dan conteks harus di sadari siapa yang akan membacanya.
Mungkin hanya itu saja Class Review 1 pada Writing and Conversation 4, apabila ada kesalahan mohon kritik dan
syaratnya. Class Review 1 ini akan
menjadi acuan untuk Class Review berikutnya.
Appetizer Essay
Mandegnya Karya Satra
Indonesia
Merajuk dari wacana 6.2 yang berjudul
(Bukan) Bangsa Penulis karya A. Chaedar Alwasilah, di terbitkan oleh Pikiran
Rakyat pada tanggal 28 Februari 2012 tersebut menjelaskan tentang pembuatan
karya ilmiah di perguruan tinggi negeri dan swasta yang memicu banyak pro dan
kontra. Mengapa dalam pembuatan karya ilmiah memicu banyak pro dan kontra? Dan
ternyata hal itu di picu oleh pendapat Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi yang
menyatakan “bahwa saaat sekarang ini jumlah karya ilmiah dari perguruan tinggi
indonesia secara total masih rendah di bandingkakan dengan negara tetangga
yaitu Malaysia”. Karya ilmiah disini yang diimbau oleh Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi adalah kemampuan menulis artikel
jurnal yang merupakan literasi tinggi (kemampuan memproduksi ilmu pengetahuan).
Selama ini perguruan tinggi mewajibkan
mahasiswanya hanya menulis skripsi, tesis, dan disertasi untuk satu kali dalam
dua atau empat tahun. Tentu saja hal ini jauh berbeda dengan di Amerika
Serikat, mahasiswa disana di paksa untuk menulis essay seperti laporan
observasi, reviu buku, dan ringkasan bab setiap harinya. Bukan tidak mungkin
lagi jika menulis essay akan mengasah nalar dan argumen tulisan tersebut di
bandingkan dengan menulis skripsi yang hanya satu kali dalam proses
pembelajarannya yakni empat tahun sekali. Jika dilihat wacana ini bertujuan untuk :
- Agar dosen setiap tahunnya menulis jurnal atau buku teks, jika dosennya saja dapat menulis dengan baik otomatis siswanya akan termotivasi untuk menulis juga.
- perlu adanya pembelajaran membaca meulis berorientasi dalam jenjang SMA karena untuk mengasah keterampilan menulis, meneliti, dan melaporkan secara akademik.
- mengajak pembaca untuk membaca artikel opini di koran dibandingkan dengan jurnal yang hanya di mengerti oleh orang tertentu.
Dalam tujuan wacana menurut A.
Chaedar ini benar adanya jika kita
menulis essay setiap hari dan di paksa kemudian akan mendapat komentar dari
orang lain, maka secara tidak langsung akan mengasah tulisan kita tersebut.
Kemudian memanglah benar pendapat beliau tentang “yang tidak bisa menulis
sebaiknya ajangan pernah bermimpi untuk menjadi dosen!”. Jika kita pikirkan
lagi bagaimana kita jika ingin menjadi dosen akan tetapi untul menulis
produktif saja tidak bisa dan sangat tidak masuk akal saja jika kita menjadi dosen
tidak bisa menulis lantas anak didikan kita akan dibawa kemana?.
Selanjutnya merajuk dari wacna 6.3
yang berjudul Powerful Writer Vs The helpless Reader di terbitkan pada tanggal
14 Januari 2012 oleh The Jakarta Post
yang menjelaskan tentang pendapat A. Chaedar Alwasilah mengenai hipotesisny
yakni “bahwa pendidikan bahasa kita telah gagal untuk mengembangkan pembaca
kritis”. Padahal pembaca kritis itu akan mengembangkan kesadaran tentang Form, Context, and Content. Di dalam Form itu sendiri mengacu pada simbol-simbol
lingusitik, Context juga akan mengacu
pada lingkungan sosisal da psikologis ketika tulisannya diproduksi, dan
terakhir yaitu Content akan mengacu
pada sebuah makna.
Namun mengapa untuk pemegang PhD yang
baru kembali dari luar negeri da pasti akan menggunakan buku teks faborit
mereka yang terlalu canggih untuk mahasiswa, sehingga mahasiswa sudah di anggap
sejajar atau kandidat doktor. Oleh karena itu wajar saja jika siwa kewalahan
dengan bahan di luar zona siswa dan fnomena ini adlah penggunaan yang salah
dari buku teks yaiktu untuk mahasiswa adalah sebuah bukti yng memperlihatkan
intelektual kami lebih berorientasi membaca dibandingkan berorientasi menulis.
Jika dilihat wacana ini bertujuan sebagai berikut :
- Agar menjadi pembaca kritis untuk membut sebuah makna dalam teks tersebut.
- untuk mengembangkan kesadaran kritis bahasa kita.
- keterampilan di sekolah seperti menulis dan membaca jangan di tunda-tundadalam prakteknya.
- agar kita bangga dengan bahasa nasional kita dengan menulisbuku teks kedalam bahasa indonesia.
- agar kita lebih berorientasi antara menulis dan membaca.
Dalam wacana di artikel ini yang
ditulis oleh A. Chaedar ternyata sangat membangun khususnya untuk dikalangan
pelajar karena bagaimana bisa kita menjadi pembaca kritis sedangkan pembacanya
saja tidak berdaya oleh penulis yang pengetahuannya lebih kuat dari pembacanya.
Kemudian di dalam diri pembacanya menunjukkan kurangnya kepercayaan akan
kemampuannya dan kurangnya konsentrasi saat membaca.
All Right kita akan membahas wacana
selanjutnya yaitu wacana 6.4 yang berjudul Learning and Teaching Process : More
about Readers and Writer karya C.W. Watson, di terbitkan oleh The Jakarta Post pada tanggal 11
Februari 2012 yang merupakan artikel balasan dari Powerful Writer Vs The
helpless Reader karya A. Chaedar. Dalam wacana ini terdapat opini dari C.W.
Watson yaitu “bahwa siswa menhadapi kesulitan dalam meembaca teks akademi, baik
yang tulisan awalnya dalam bahasa indonesia atau di terjemahkan ke dalam bahasa
indonesia atau di sajikan dengan bahsa inggris“. Bukan hal itu saja yang
menjadi bukti bahwa siswa tidak mampu mengidentifikasikan tema utama potongan
prosa indonesia langsung dalam pemeriksaan pilihan ganda. Ternyata alasan untuk
ketidak kemampuan ini adalah karena kurangnya kompetensi pada bagian dari
mengajar muridnya. Akan tetapi hal yang mendasar dari hal itu adalah silabus
dan pelaksanaan sistem atau kurikulum yang memaksa guru untuk mengikuti sistem
itu.
Meskipun begitu A. Chaedar pun
berpendapat bahwa anak-anak sekolah di Indonesia tidak di anjurkan untuk
menulis, meskipun menulis akan membuat anak-anak sekolah siap untuk untuk
belajar tentang mengekspresikan emosi, ide-ide, dan refleksi gambar. Dari pendapat di atas kita bias lihat tujuan dari teks ini adalah :
- Untuk meningkatkan kualitas pemikiran kritis di negara Indonesia.
- Agar kurikulm yang tidak benar kenyataannya harus diubah segera.
- Untuk belajar mengekspresikan emosi, ide-ide, dan lain sebagainya untuk siswa.
- Guru haruslah menjadi kompeten dalam melatih ilmunya dengan baik.
- adanya given and nem dalam proses untuk merefleksikan dirinya.
Dalam tujuan wacana ini kita bisa
beranggapan bahwa banyak pihak pendidikan yang tidak puas dengan sistem
kurikulum pendidikan sama halnya dengan A. Chaedar serta peranan guru yang
tidak kompeten tentu akan membawa dampak bagi siswanya.jika wacana pertama,
kedua, ketiga kita bandingkan maka akan terlihat saling keterkaitannya dilihat
dari masalah yang ada. Bagaimana bisa jika mahasiswanya bisa berorientasi
mambaca dan menulis sedangkan dosennya saja tidak bisa menulis dan oleh karena
itu ini masalah ini begitu kompleks.
Inti dari wacana di atas adalah jika
tak ada skill, pelatihan dasar dan tahapan-tahapan untuk menjadi siswa yang
berorientasi, maka jangan harap bangsa ini suatu saat bisa menjadi penulis. Kwmudian sistem pendidikan
harus diubah bukanlagi berorientasi membaca tapi lebih berorientasi membaca dan
menulis. Kita juga bukan bangsa penulis karena bisa di lihat dari
backgroundnya. Ingatlah jangan mengandalkan result (hasil) tapi andalkanlah
process (proses) untuk menjadi yang terbaik


Subscribe to:
Post Comments (Atom)